Anda di halaman 1dari 29

Emergency Nursing

PROJECT BASED LEARNING


Dosen Pengampu: Ns. M.Fathoni, S.Kep, MNS

Keperawatan Gawat Darurat


Trauma Dada

Semester 6/ PSIK
KELOMPOK 2

1. 135070207113006 Priska Rizqi Afenia


2. 135070207113012 Elok Faradisa
3. 135070207113022 Rezky Prayogiatmo
4. 135070207113015 Frisky Labagas A
5. 135070207113031 Septin Rahma

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KEDIRI
2016

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena hanya
dengan taufiq dan hidayahNya kami dapat mengikuti materi kuliah Emergency Nursing
dengan sebaik-baiknya. Untuk meningkatkan pemahaman kami dalam mengkaji materi
emergensi yang berhubungan dengan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan
gagguan khusus, kami menyusun sebuah makalah dengan judul, “Keperawatan Gawat
Darurat Trauma Dada”. Semoga makalah ini bermanfaat walau belum sempurna, tetapi
semoga membawa manfaat bagi kita semua.
Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu kami, terutama kepada
pembimbing kami, Ns. M. Fathoni, S.Kep, MNS yang telah membimbing kami sehingga
makalah ini dapat kami susun dengan sebaik mungkin.

Demikian dua kata pengantar ini, kurang lebihnya kami mohon maaf bila ada
tulisan atau kalimat yang salah dalam makalah ini.

Kediri, 24 Mei 2016

Penyusun:

PSIK/ KELOMPOK 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2Tujuan Penulisan.......................................................................... 1
1.2.1Tujuan Umum........................................................................ 1
1.2.2Tujuan Khusus....................................................................... 2
1.3Manfaat Penulisan........................................................................ 2

BAB II Studi Pustaka................................................................................... 3


2.1Definisi......................................................................................... 3
2.2Etiologi......................................................................................... 3
2.3Klasifikasi..................................................................................... 4
2.4Patofisiologi.................................................................................. 5
2.5Manifestasi Klinis......................................................................... 6
2.6Pemeriksaan diagnostik............................................................... 6
2.7Penatalaksanaan......................................................................... 8
2.8Komplikasi.................................................................................... 10

BAB III Kasus............................................................................................... 12

BAB IV Pembahasan................................................................................... 17
4.1Pengkajian................................................................................... 17
4.2Diagnosa Keperawatan................................................................ 20
4.3Intervensi Kegawatdaruratan....................................................... 20

BAB V PENUTUP......................................................................................... 22
5.1Kesimpulan................................................................................. 22
5.2Saran.......................................................................................... 22

BAB VI LESSON LEARNT........................................................................... 23


6.1Pelajaran yang diambil................................................................ 23
6.2Implikasi...................................................................................... 24
6.3Rekomendasi.............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada
dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan
tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan
kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
Trauma dada menyebabkan hampir 25% dari semua kematian yang
berhubungan dengan trauma di amerika serikat dan berkaitan dengan 50%
kematian yang berhubungan dengan trauma yang mencakup cedera sistem
multiple. Trauma dada diklasifikasikan menjadi trauma tumpul atau tembus
(penetrasi). Meski trauma tumpul dada lebih umum, pada trauma ini seringtimbul
kesulitan dalam mengidentifikasi keluasan kerusakan karena gejala-gejala
mungkin umum dan rancu. Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada
yaitu; nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan
lokal dan krepitasi yang sangat palpasi, pasien menahan dadanya dan bernafas
pendek, dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan darah menurun, gelisah dan agitas,
kemungkinan sianosis, batuk mengeluarkan sputum bercak darah, hypertympani
pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jelas pada thorak. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka kami menyusun makalah dengan judul Keperawatan
Gawat Darurat Trauma Dada.

a.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini antaralain:
a.2.1 Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang konsep keperawatan pada klien
dengan trauma dada.

1
a.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:
a. Untuk memahami konsep penyakit trauma dada.
b. Untuk memahami dan mengerti contoh kasus pasien dengan
trauma dada.
c. Untuk memahami manajemen yang dapat dilakukan pada pasien
dengan trauma dada.

a.3 Manfaat Penulisan


Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit trauma dada.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pasien dengan trauma dada.
c. Mahasiswa mampu memahami manajemen yang dapat dilakukan
pada pasien dengan trauma dada.

2
BAB II
STUDI PUSTAKA

b.1 Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma dada adalah
abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada
yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan
gangguan sistem pernapasan (Suzanne & Smetzler, 2001) Trauma thoraks adalah
luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan
oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma
tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
Dari ketiga pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Trauma
Dada/Thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik tumpul
maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan abnormalitas
(bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat trauma dapat
menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian dalam rongga
thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi beberapa kondisi
patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax, Tamponade Jantung,
dan sebagainya.

b.2 Etiologi
Trauma dada dapat disebabkan oleh :
a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan
therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan
pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur
oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.
b. Tusukan paru dengan prosedur invasif.
c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau
tertimpa benda berat.
d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)

3
e. Fraktu tulang iga,
f. Tindakan medis (operasi), dan
g. Pukulan daerah torak.

b.3 Klasifikasi
Trauma dada dikalsifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :
1) Trauma tajam
Terjadi diskontinuitas dinding thorax (laserasi) langsung akibat
penyebab trauma. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisu, kaca) atau
peluru. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi. Trauma tajam
dapat terjadi karena beberapa kondisi tersebut:
a. Pneumothoraks terbuka
b. Hemothoraks
b. Trauma tracheobronkial
c. Contusio Paru
d. Ruptur diafragma
e. Trauma Mediastinal
2) Trauma tumpul
Tidak terjadi diskontinuitas dinding thorax. Terutama akibat
kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast injuries.
Kelainan tersering akibat trauma tumpul thorax adalah kontusio paru.
Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi. Trauma tumpul dapat
terjadi karena beberapa kondisi tersebut:
a. Tension pneumothoraks
b. Trauma tracheobronkhial
c. Flail Chest
d. Ruptur diafragma
e. Trauma mediastinal
f. Fraktur kosta

4
b.4 Patofisiologi

5
b.5 Manifestasi klinis yang sering muncul pada penderita trauma dada:
1. Tamponade jantung:
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan
menembus jantung.
b. Gelisah.
c. Pucat, keringat dingin.
d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
b. Pekak jantung melebar.
c. Bunyi jantung melemah.
d. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
e. ECG terdapat low voltage seluruh lead.
f. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
2. Hematotoraks:
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).
3. Pneumothoraks :
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara
napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).

b.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma
dada antaralain:
1. Radiologi: Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada
pasien dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu
dihubungkan dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90%
kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto
toraks.

Gb. Foto Thorak

6
2. Gas Darah Arteri (GDA) dan PH
Gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam
penanganan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah dipakai untuk menilai keseimbangan asam basa
dalam tubuh, kadar oksigen dalam darah, serta kadar karbondioksida
dalam darah. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama
pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan
melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri radialis, A.
brachialis, A. Femoralis.
3. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi.
Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat
diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran mediastinum pada
pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum
dilakukan Aortografi.
4. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa adanya kelainan pada jantung dan esophagus.
Hemoperikardium, cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera
pada dinding jantung ataupun sekat serta katub jantung dapat diketahui
segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang yang ahli,
kepekaannya meliputi 90% dan spesifitasnya hampir 96%.
5. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang
terjadi akibat trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma.
Adanya abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi,
tachiaritmia semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi
jantung. Hati hati, keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit,
hipotensi gangguan EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.
6. Angiografi
Tujuan pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya cedera
aorta pada trauma tumpul toraks.
7. Hb (Hemoglobin)
Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan oksigen
jaringan tubuh.

7
b.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma dada
antaralain:
1) Gawat Darurat / Pertolongan Pertama
Klien yang diberikan pertolongan pertama dilokasi kejadian maupun di unit gawat
darurat (UGD) pelayanan rumah sakit dan sejenisnya harus mendapatkan
tindakan yang tanggap darurat dengan memperhatikan prinsip kegawatdaruratan.
Penanganan yang diberikan harus sistematis sesuai dengan keadaan masing-
masing klien secara spesifik.Bantuan oksigenisasi penting dilakukan untuk
mempertahankan saturasi oksigen klien. Jika ditemui dengan kondisi kesadaran
yang mengalami penurunan atau tidak sadar maka tindakan tanggap darurat yang
dapat dilakukan yaitu dengan memperhatikan:
a. Pemeriksaan dan Pembebasan Jalan Napas (Air-Way)
Klien dengan trauma dada seringkali mengalami permasalahan
pada jalan napas.Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau
sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari
tengah yang dilapisi dengan sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh
benda keras dapat dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang
dibengkokkan.Mulut dapat dibuka dengan tehnik Cross Finger, dimana ibu
jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk Pada mulut korban.
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing,
biasa pada korban tidak sadar tonus otot-otot menghilang, maka lidah dan
epiglotis akan menutup farink dan larink, inilah salah satu penyebab
sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh lidah dapat dilakukan
dengan cara Tengadah kepala topang dagu (Head tild-chin lift) dan
Manuver Pendorongan Mandibula (Jaw Thrust Manuver)
b. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Usaha Napas (Breathing)
Kondisi pernapasan dapat diperiksa dengan melakukan tekhnik
melihat gerakan dinding dada, mendengar suara napas, dan merasakan
hembusan napas klien (Look, Listen, and Feel), biasanya tekhnik ini
dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.Bantuan napas diberikan
sesuai dengan indikasi yang ditemui dari hasil pemeriksaan dan dengan
menggunakan metode serta fasilitas yang sesuai dengan kondisi klien.
c. Pemeriksaan dan Penanganan Masalah Sirkulasi (Circulation)
Pemeriksaan sirkulasi mencakup kondisi denyut nadi, bunyi
jantung, tekanan darah, vaskularisasi perifer, serta kondisi perdarahan.
Klien dengan trauma dada kadang mengalami kondisi perdarahan aktif,

8
baik yang diakibatkan oleh luka tembus akibat trauma benda tajam
maupun yang diakibatkan oleh kondisi fraktur tulang terbuka dan tertutup
yang mengenai/ melukai pembuluh darah atau organ (multiple). Tindakan
menghentikan perdarahan diberikan dengan metode yang sesuai mulai
dari penekanan hingga penjahitan luka, pembuluh darah, hingga prosedur
operatif. Jika diperlukan pemberian RJP (Resusitasi Jantung Paru) pada
penderita trauma dada, maka tindakan harus diberikan dengan sangat hati-
hati agar tidak menimbulkan atau meminimalisir kompilkasi dari RJP
seperti fraktur tulang kosta dan sebagainya.
d. Tindakan Kolaboratif
Pemberian tindakan kolaboratif biasanya dilakukan dengan jenis
dan waktu yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien yang
mengalami trauma dada. Adapun tindakan yang biasa diberikan yaitu ;
pemberian terapi obat emergensi, resusitasi cairan dan elektrolit,
pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah Vena dan AGD, hingga
tindakan operatif yang bersifat darurat.
2) Konservatif
a. Pemberian Analgetik
Pada tahap ini terapi analgetik yang diberikan merupakan
kelanjutan dari pemberian sebelumnya.Rasa nyeri yang menetap
akibat cedera jaringan paska trauma harus tetap diberikan
penanganan manajemen nyeri dengan tujuan menghindari
terjadinya Syok seperti Syok Kardiogenik yang sangat berbahaya
pada penderita dengan trauma yang mengenai bagian organ
jantung.
b. Pemasangan Plak/ Plester
Pada kondisi jaringan yang mengalami perlukaan
memerlukan perawatan luka dan tindakan penutupan untuk
menghindari masuknya mikroorganisme pathogen.
c. Antibiotika (Jika diperlukan)
Antibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes
kepekaan dan kultur. Apabila belum jelas kuman penyebabnya,
sedangkan keadaan penyakit gawat, maka penderita dapat diberi
“broad spectrum antibiotic”, misalnya Ampisillin dengan dosis
250mg 4 x sehari.

9
d. Fisiotherapy
Pemberian fisiotherapy sebaiknya diberikan secara
kolaboratif jika penderita memiliki indikasi akan kebutuhan tindakan
fisiotherapy yang sesuai dengan kebutuhan dan program
pengobatan konservatif.
3) Invasif / Operatif
a. WSD (Water Seal Drainage)
WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga
thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
b. Ventilator
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk
membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk
mempertahankan oksigenasi. Ventilasi mekanik adalah alat
pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu
yang lama (Brunner dan Suddarth, 2002).

b.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien trauma dada antaralain:
1. Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang
tajam memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari
jaringan dinding dada, paru. Emfisema subcutis memiliki tanda-tanda khas
antaralain; pembengkakan kaki, krepitasi.
2. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat
kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa
kematian akibat penekanan pada jantung.
3. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam
tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.

10
4. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan
efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi
nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan
syok. Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga
pleura maka terjadi tanda-tanda :
a. Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu
istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
b. Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
c. Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
d. Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Flail Chest
5. Hemopneumothorak
Yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

11
BAB III
KASUS

Kasus Pasien dengan Trauma Dada


Tn.D, 33 tahun mengalami kecelakaan, mobilnya menabrak truk yang
sedang berhenti. Saat itu ia tidak menggunakan sabuk keselamatan. Dadanya
membentur stir mobil. Tn D dibawa ambulance ke IGD RSUD Kab. Tangerang.
Saat dikaji Tn. D mengeluh sesak, nyeri saat bernafas, tampak laserasi dan lebam
pada dada, lebam lebih hitam diarea kanan, pergerakan dada kanan tertinggal dari
kiri sehingga gerakan dada tidak simetris. Pada auskultasi dada kanan lebih redup
dari dada kiri. Tampak fraktur iga ke 6-8 dengan hemato pneumothoraks kanan.
Diputuskan pemasangan Water Seal Drainage, menggunakan sistem 3 botol. Saat
di tempat kejadian pemeriksaan TTV di dapatkan hasil RR: 32x/ mnt, nadi
134x/mnt, TD 140/76 mmHg, Suhu 38⁰c.

1.    Pengkajian
A.  Identitas Klien

 Nama : Tn D
 Umur : 33 tahun
 TTL : Pemalang, 25 Desember 1981
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Agama : Islam
 Pendidikan : SLTA
 Pekerjaan : Pegawai Swasta
 Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
 No. Med. Rec : 13.06.17.84
 Diagnosa Medis : Trauma Dada
 Tanggal Masuk : 24 November 2014
 Tanggal Pengkajian : 25 November 2014
 Ruang Rawat : Seruni Km. 1
 Golongan Darah :O
 Alamat : Jl. Dr. Sitanala No.46 Neglasari Tangerang

12
B.  Identitas Penanggung jawab

 Nama : Nn U
 Umur : 30 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
 Alamat : Jl. Dr. Sitanala No.46 Neglasari Tangerang

 Hubungan dengan klien : Istri

2. Riwayat Keperawatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Keluhan Utama: Klien mengatakan sesak.


b. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn D 33thn dibawa ambulance ke IGD RSUD Kab. Tangerang.
Saat dikaji Tn. D mengeluh sesak, nyeri saat bernafas, tampak
laserasi dan lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea kanan,
pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri sehingga gerakan dada
tidak simetris. Sesak dirasa bertambah saat klien bergerak dan
berkurang saat istirahat.
c. Upaya yang dilakukan: Istirahat dan Relaksasi

B. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

a. Imunisasi: Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil


b. Alergi: Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
c. Penyakit yang pernah di derita : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit berat.
d. Riwayat masuk RS: Klien mengatakan tidak pernah masuk RS
sebelumnya.
e. Obat-obatan yang pernah digunakan: Klien mengatakan lupa nama
obat-obatan yang pernah digunakan
f. Riwayat Kecelakaan: Klien mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan

13
g. Riwayat Tindakan Operasi: Klien mengatakan tidak pernah operasi
sebelumnya

C. Riwayat Kesehatan Keluarga:

Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit


keturunan yang berat maupun menular.

3.    Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum: Keadaan Umum Sedang, Kesadaran Umum


Compos Mentis
b. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah : 140/76 mmHg
 Nadi : 134x Permenit
 Suhu : 38ºC
 RR : 32x Permenit
c. Antropometri
 Tinggi Badan : 164cm
 BB Pre OP : 50kg
d. Kepala
 Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut halus.
 Inspeksi : Rambut beruban dan bersih.
e. Mata
 Inspeksi : konjungtiva anemis (kiri/kanan), reflek cahaya positif,
pengihatan kabur OD: 3/5 OS:3/5.
f. Telinga
 Inspeksi:
Tidak ada serumen (kiri/kanan), bentuk simetris (kiri/ kanan)
 Palpasi:
Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
g. Hidung
 Inspeksi:

14
Tidak ada secret, pernafasan menggunakan cuping hidung
 Palpasi:
Benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
h. Mulut dan faring
 Inspeksi: Mukosa bibir kering, gigi lengkap, tidak ada caries,
lidah agak putih, nafas bau urea.
i. Leher
 Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.
 Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
j. Thoraks
 Inspeksi:
Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang,
pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri, gerakan dada tidak
simetris, terdapat retraksi intercostal, tampak laserasi dan
lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea kanan, tidak ada
oedema dan jaringan parut, Tampak fraktur iga ke 6- 8 dengan
hematopneumothoraks kanan, terdapat pemasangan Water
Seal Drainage menggunakan sistem 3 botol.
 Auskultasi:
Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans) normal,
tidak ada suara tambahan, pada auskultasi dada kanan lebih
redup dari dada kiri
 Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal,
bunyi jantung normal
 Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara
normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan
pembengkakan, tidak ada secret.
k. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan
lesi, tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, terdapat nyeri
tekan.
l. Ekstremitas atas (Tangan)
 Inspeksi: Tidak ada oedema (kiri/kanan), adanya bekas luka
pada tangan kanan, kulit tampak kering (kiri/kanan), Bentuk
simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, kuku jari bersih, refleks
biceps dan trisep +
m. Ekstremitas bawah (Kaki)

15
 Inspeksi: Tidak ada oedema (kiri/kanan), kulit tampak kering
(kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, terdapat
lesi dan jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan
refleks babinski (+).

4.    Data Biologis

a) Pola Nutrisi

Makan

 Frekuensi : 3x Sehari
 Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
 Porsi/Jumlah : 1 Piring sedang tidak habis
 Keluhan : tidak nafsu makan
 Makanan yang dipantang : Tidak Ada
 Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
 Suplemen yang dikonsumsi : Tidak Ada

Minum

 Jenis : Air putih


 Jumlah : ± 8 Gelas
b) Pola Eliminasi
- Buang Air Besar (BAB): Klien mengatakan BAB tidak teratur
- Buang Air Kecil (BAK):
a. Input : 480cc
b. Output : 300cc
c. Balance : Input-Output (180cc)
d. Warna : Coklat
e. Keluhan : Terkadang Nyeri
c) Pola Istirahat/Tidur
 Tidur Siang : ± 2 jam
 Tidur Malam : ± 7 Jam
 Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam
hari karena tidak nyaman tidur
d) Personal Hygiene
 Mandi : 2x Sehari

16
 Jenis Pakaian : Kaos
 Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin
 Penis Hygiene : 1x sehari

5. Theraphy

 Pemasangan Water Seal Drainage, menggunakan sistem 3 botol


 Pemasangan Oksigen dengan menggunakan masker non rebreathing

6. Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan foto toraks


 CT Scan
 Ekhokardiografi
 Elektrokardiografi

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
a. Primary survey
 A (airway): tidak terjadi permasalahan pada jalan nafas dibuktikan
dengan tidak adanya sumbatan berupa benda asing, darah,
bronkospasme, sputum, ataupun lender
 B (Breathing): terdapat beberapa abnormalitas akibat adanya fraktur
pada iga ke 6-8 sehingga terjadi gerakan dada tidak simetris, terdapat
retraksi intercostal, tampak laserasi dan lebam pada dada, lebam lebih
hitam diarea kanan, klien juga mengeluh sesak, RR:32X/menit dengan
pernafasan dangkal
 C (Circulation): nadi: 134x/menit, reguler, nadi teraba lemah, TD: 140/76
mmHg, CRT normal, Akral hangat, tidak ada edema
 D (Disability): tingkat kesadaran: compos mentis, GCS: 15, pupil: reflek
cahaya (+), penglihatan kabur, refleks babinsky (+), reflek bisep trisep
(+).
 E (Eksposure): klien mengalami trauma dada tumpul karena terbentur
setir mobil.
b. Secondary survey

17
 Hasil pemeriksaan head to toe:

a. Kepala
 Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut halus.
 Inspeksi : Rambut beruban dan bersih.
b. Mata
 Inspeksi : konjungtiva anemis (kiri/kanan), reflek cahaya positif,
pengihatan kabur OD: 3/5 OS:3/5.
c. Telinga
 Inspeksi:
Tidak ada serumen (kiri/kanan), bentuk simetris (kiri/ kanan)
 Palpasi:
Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
d. Hidung
 Inspeksi:
Tidak ada secret, pernafasan menggunakan cuping hidung

 Palpasi:
Benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
e. Mulut dan faring
 Inspeksi: Mukosa bibir kering, gigi lengkap, tidak ada caries,
lidah agak putih, nafas bau urea.
f. Leher
 Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.
 Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
g. Thoraks
 Inspeksi:
Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang,
pergerakan dada kanan tertinggal dari kiri, gerakan dada tidak
simetris, terdapat retraksi intercostal, tampak laserasi dan
lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea kanan, tidak ada
oedema dan jaringan parut, Tampak fraktur iga ke 6- 8 dengan
hematopneumothoraks kanan, terdapat pemasangan Water
Seal Drainage menggunakan sistem 3 botol.
 Auskultasi:

18
Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans) normal,
tidak ada suara tambahan, pada auskultasi dada kanan lebih
redup dari dada kiri
 Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal,
bunyi jantung normal
 Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara
normal, warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan
pembengkakan, tidak ada secret.
h. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan
lesi, tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, terdapat nyeri
tekan.
i. Ekstremitas atas (Tangan)
 Inspeksi: Tidak ada oedema (kiri/kanan), adanya bekas luka
pada tangan kanan, kulit tampak kering (kiri/kanan), Bentuk
simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, kuku jari bersih, refleks
biceps dan trisep (+)

j. Ekstremitas bawah (Kaki)


Inspeksi: Tidak ada oedema (kiri/kanan), kulit tampak kering
(kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, terdapat lesi
dan jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks
babinski (+).
 Klien telah dilakukan pemeriksaan penunjang:

a. Pemeriksaan foto toraks


b. CT Scan
c. Ekhokardiografi
d. Elektrokardiografi

Saat dikaji Tn. D mengeluh sesak, nyeri saat bernafas, tampak laserasi
dan lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea kanan, pergerakan dada kanan
tertinggal dari kiri sehingga gerakan dada tidak simetris. Sesak dirasa bertambah
saat klien bergerak dan berkurang saat istirahat. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan dari ATLS, 2004 bahwa akibat dari adanya trauma pada dada maka
terjadi Kompresi terjadi ketika jaringan kulit yang terbentuk tertekan, peregangan

19
terjadi ketika jaringan kulit terpisah dan stres merupakan tempat benturan pada
jaringan kulit yang bergerak berhubungan dengan jaringan kulit yang tidak
bergerak. Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma dapat ringan sampai
berat tergantung besar kecilnya gaya penyebab terjadinya trauma. Kerusakan
anatomi yang ringan berupa jejas pada dinding toraks, fraktur kosta simpel.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital terjadi beberapa abnormalitas dengan
hasil pemeriksaan sebagai berikut Tekanan Darah: 140/76 mmHg, Nadi: 134x
Permenit, Suhu: 38º, RR: 32x/min. Beberapa abnormalitas tersebut dapat terjadi
akibat kerusakan anatomi dinding toraks dan organ didalamnya dapat menganggu
fungsi fisiologi dari sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler. Gangguan
sistem pernafasan dan kardiovaskuler dapat ringan sampai berat tergantung
kerusakan anatominya. Gangguan faal pernafasan dapat berupa gangguan fungsi
ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik/alat pernafasan. Salah satu
penyebab kematian pada trauma toraks adalah gangguan faal jantung dan
pembuluh darah (ATLS, 2004; Kukuh, 2002; David.A, 2005).

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan berdasarkan diagnosa diatas
antaralain:
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan
muskuloskeletal ditandai dengan gerakan dada tidak simetris.
b. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur iga ditandai dengan tampak
laserasi dan lebam pada dada

4.3 Intervensi Kegawatdaruratan


Penanganan kegawatdaruratan yang dapat dilakukan oleh perawat antaralain:
a. Memantau status pernapasan setiap dua jam selama fase akut, setiap 8
jam bila stabil dimana ini untuk mengindentifikasi indikasi-indikasi kearah
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
b. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau
perubahan tanda-tanda vital bertujuan agar distress pernapasan dan
perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan

20
nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan
hipoksia.
c. Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak
terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat
drainage. Alirkan akumulasi dranase bila perlu. Jika posisi tak tepat, terlipat
atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan
negative yang diinginkan.
d. Kaji adanya penyebab nyeri, seberapa kuatnya nyeri, minta pasien untuk
menetapkan pada skala nyeri yaitu membantu menentukan pilihan
intervensi dan memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi
terhadap therapy.
e. Pertahankan pada posisi semi fowler atau fowler, dimana berbaring pada
sisi yang sakit membuat tegangan pada sisi yang cidera.
f. Pertahankan pembatasan aktifitas sesuai anjuran.Berikan tindakan untuk
mencegah komplikasi dari imobilisasi dimana pembatasan aktifitas fisik
menghemat energi dan mengurangi rasa tidak nyaman karena ketegangan
otot.
g. Kaji ulang proses penyakit, prognosis dan faktor pencetus bila diketahui
untuk memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan informasi

h. Berikan informasi tentang :


• Sifat kondisi ( setelah kondisinya stabil)
• Tujuan pengobatan yang diprogramkan
• Pemeriksaan diagnostik (tujuan, gambaran pemeriksaan secara
singkat, dan persiapan yang diperlukan sebelum pemeriksaan. Dimana
Mengetahui apa yang diharapkan dari tindakan medis dapat
mempermudah penyesuaian pasien dan membantu menurunkan
ansietas yang berhubungan dengan tindakan medis tersebut.
i. Berikan kontrol nyeri yang efektif dimana nyeri merupakan pencetus
terjadinya ansietas
j. Bantu pasien untuk mengidentifikasi ketakutannya atau kecemasannya
dimana Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik membantu meminimalkan
perasaan belebihan terhadap suatu ancaman
k. Gunakan pendekatan psikotherapy interpersonal, daripada therapy
penafsiran dimana interaksi di antara orang-orang membantu pasien untuk
menemukan perasaan dari dalam diri sendiri.

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Trauma dada/thorax adalah suatu kondisi dimana terjadinya benturan baik
tumpul maupun tajam pada dada atau dinding thorax, yang menyebabkan
abnormalitas (bentuk) pada rangka thorax. Perubahan bentuk pada thorax akibat
trauma dapat menyebabkan gangguan fungsi atau cedera pada organ bagian
dalam rongga thorax seperti jantung dan paru-paru, sehingga dapat terjadi
beberapa kondisi patologis traumatik seperti Haematothorax, Pneumothorax,
Tamponade Jantung, dan sebagainya.

5.2 Saran

1) Sebagai mahasiswa keperawatan, hendaknya kita memahami konsep


penyakit trauma dada mulai dari definisi sampai dengan komplikasi yang
dapat disebabkan oleh pasien dengan trauma dada.

22
2) Sebagai mahasiswa keperawatan, hendaknya kita memahami tindakan
keperawatan emergensi yang dapat dilakukan pada pasien dengan trauma
dada.

3) Sebagai mahasiswa keperawatan, hendaknya kita memahami manajemen


keperawatan pada pasien dengan trauma dada.

BAB VI
LESSON LEARN

6.1 Pembelajaran yang Dapat Diambil


a. Berdasarkan jurnal yang berjudul “Assessment, monitoring and emergency
nursing care in blunt chest injury: A case study” (Australasian Emergency
Nursing Journal, 2011) pelajaran yang dapat diambil adalah:
1. Komplikasi yang paling sering terjadi akibat trauma dada tumpul
adalah patah tulang rusuk, cedera pada paru-paru juga sering
menyertai trauma dada.
2. Asuhan keperawatan gawat darurat terkait trauma dada harus melalui
penilaian yang menyeluruh atau biasa disebut sebagai pengkajian
secara komprehensif, selain itu intervensi yang diberikan juga harus
memperhatikan waktu terkait dengan management yang berfokus

23
pada memaksimalkan fungsi pernafasan klien, dan juga guna
mengurangi rasa nyeri
3. Intervensi yang dapat diberikan pada management trauma dada
adalah pemberian terapi dengan tepat, fisioterapi yang dimulai sejak
dini, dan pemberian analgesic dengan strategi yang adekuat.
b. Berdasarkan jurnal yang berjudul “Flail Chest Associated with a Simple Fall
and Successful External Tamponade Application in a Pediatric Case: Case
Reports” (Clinical Medicine, 2014) pelajaran yang dapat diambil adalah:
1. Cedera dada memiliki banyak variasi dengan spectrum yang luas dari
luka patah tulang sederhana sampai cedera organ intra-toraks. Hampir
10% sampai 15% daricedera tersebut mengakibatkan flail chest.
2. Mekanisme yang mendasari flail chest dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hemodinamik adalah penurunan curah jantung
karena penurunan aliran pembuluh darah vena ke jantung sehingga
pasokan jantung berkurang. Hal ini dapat memicu hipertensi dan
serangan jantung mendadak.
3. Diagnosa flail chest didasarkan pada pengkajian gerakan paradox dari
dinding dada, serta pada pemeriksaan radiografi menunjukkan patah
tulang rusuk dan disfungsi pernapasan.
Pada kelompok usia pediatric sering terjadi flail chest sederhana dan
penatalaksanaan yang utama adalah stabilisasi dada untuk mencegah
pernapasan paradox dengan menggunakan tampinade eksternal.

6.2 Implikasi
1. Implikasi jurnal yang berjudul “Assessment, monitoring and emergency nursing
care in blunt chest injury: A case study”.
a. Pada kasus trauma dada di Indonesia paling banyak disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas, jatuh dan juga pukulan. Beberapa kerusakan
pada thorax yang sering menyertai terjadinya trauma dada adalah patah
tulang iga, klavikula vertebra torakal, luka jaringan lunak, enfisema
subkutis, trauma pleura (pneumothoraks, hemothorak, empiema), jejas
paru, ruptur trakea & bronkus, ruptur esophagus, jantung dan pembuluh
darah besar, serta efek lainnya
b. Pengkajian pada keperawatan gawat darurat di Indonesia juga dilakukan
secara komprehensif mulai dari riwayat trauma, keluhan utama setelah
terjadinya trauma, serta adanya hasil pemeriksaan fisik dan juga tanda-

24
tanda vital yang abnormal (TD menurun, nadi cepat dan lemah, kulit
dingin, serta distensi vena jugularis).
c. Pada tindakan keperawatan gawat darurat di Indonesia menggunakan
prinsip ABC (Airway, Breathing, Circulation), yang mana jalan nafas
selalu menjadi prioritas utama.
2. Implikasi jurnal yang berjudul “Flail Chest Associated with a Simple Fall and
Successful External Tamponade Application in a Pediatric Case: Case
Reports”.
a. Pada kasus flail chest yang terjadi di Indonesia, tindakan stabilisasi
merupakan tindakan utama yang harus dilakukan dengan
menggunakan towl-clip traction atau dengan menyatukan fragmen –
fragmen yang terpisah dengan pembedahan.

6.3 Rekomendasi
a. Karena kasus trauma dada yang sangat serius dan memerlukan perhatian
khusus maka penilaian klinis harus dilakukan secara akurat dan diulang secara
teratur untuk mengkaji kebutuhan klien serta mengkaji adanya kerusakan pada
bagian organ yang lain. Identifikasi kelainan harus dikomunikasikan kepada tim
medis segera untuk memastikan intervensi tepat waktu.
b. Inisiasi awal terapi oksigen yang tepat, analgesia yang efektif dan fisioterapi
sangat penting untuk mengembalikan fungsi pernafasan normal, mencegah
komplikasi dan mengoptimalkan pemulihan pasien.
c. Penatalaksanaan utama yang harus dilakukan pada pasien dengan flail chest
adalah stabilisasi dada untuk mencegah pernapasan paradox.

DAFTAR PUSTAKA

Choudhary et al. (2015). A Clinico-Epidemiological Study of Traumatic Chest Injuries in


a Rural Tertiary Care Centre in India: Our Experience. Department of General
Surgery: India.

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth


Ed.8 Vol.3. EGC: Jakarta

Mancini MC. (2012). Hemothorax. Web: MD [diakses pada tanggal 24 Mei 2016 dari
http://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview]

Leech, Caroline. (2012). The pre-hospital management of life-threatening chest


injuries: a consensus statement. Royal College: Edinburgh.

25
Soreide K, Petrone P, Asensio JA. (2007). Emergency thoracotomy in trauma:
Rational, risks, and realities. Scand Journal Surgical

Munroe, Belinda. (2011). Assessment, monitoring and emergency nursing care in blunt
chest injury: A case study. Emergency Nursing Journal: Australia.

Altintop, Ismail. (2014). Flail Chest Associated with a Simple Fall and Successful
External Tamponade Application in a Pediatric Case. Gregorio Maranon
General Hospital: Spain.

26

Anda mungkin juga menyukai