Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Melakukan kegiatan ekonomi adalah merupakan tabiat manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan kegiatan itu ia memperoleh rezeki, dan dengan rezeki ia dapat
melangsungkan kehidupannya. Bagi orang Islam, Al Qur’an adalah petunjuk untuk memenuhi
kebutuhn hidupnya yang berkebenaran absolute. Sunnah Rasulullah Muhammad SAW berfungsi
menjelaskan kandungan Al Qur’an. Terdapat banyak ayat Al Qur’an dan hadits Nabi yang
merangsang manusia untuk rajin bekerja dan mencela orang menjadi pemalas. Tetapi tidak setiap
kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al Qur’an. Apabila kegiatan itu punya watak yang merugikan
banyak orang dan menguntungkan sebagian kecil orang pasti akan ditolak seperti halnya riba.
Al Qur’an telah jelas melarang riba. Selain itu juga agama –agama lainpun melarangnya,
bukan hanya etika agama yang mengutuknya, tetapi juga etika filosofis, seperti filsafat yunani.
Dengan demikian, disamping diketahui bahwa al Qur’an tidak sendirian dalam menampilkn
sikap kerasnya terhadap riba.
Salah satu lembaga perekonomian yang sampai saat ini menggunakan system riba ialah
bank. Menurut catatan sejarah, usia perbankan sudah dikenal kurang lebih 2500 SM dalam
masyarakat Mesir Purba dan Yunani Kuno, kemudian masyarakat Romawi. Istilah perbankan
dalam masyarakat modern pada umumnya disebut dengan bank konvesional. Bank konvensional
melaksanakan pembagian keuntungan dengan system bunga (persentase) tetap. Bank tidak mau
melihat, apakah wiraswastawan peminjam mendapat kerugian atau laba. Hal ini membuat
sekelompok orang islam untuk mendirikan bank islam dengan ciri tanpa bunga yang disebut
dengan bank syari’ah, seperti apakah bank syari’ah? Berikut akan diulas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan bank?
2) Bagaimana perkembangan bank syariah di Indonesia?
3) Bagaimana kelembagaan bank syariah?
4) Apa saja fungsi dan prinsip bank syariah?
5) Apa saja yang menjadi kegiatan dari bank syariah?

1
6) Apa saja produk produk bank syariah?
7) Apa saja perbedaan bank syariah dengan bank konvensional?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu bank
2) Untuk mengetahui bagaimana perkembangan bank syariah di Indonesia
3) Untuk mengetahui bagaimana kelembagaan bank syariah
4) Untuk mengathui apa saja fungsi dan prinsip bank syariah
5) Utuk mengetahui kegiatan dari bank syariah
6) Untuk mengetahui produk produk bank syariah
7) Untuk mengetahui apa saja perbedaan bank syariah dengan bank konvensional

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertin Bank
1. Pengertian Bank
Dalam pembicaraan sehari-hari, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menerima simpanan giro tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai
tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya, disamping itu
bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima
segala macam bentuk pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air, pajak,
uang kuliah dan pembayaran lainnya.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah "badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak".
secara lebih luas bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan,
artinya aktivitas perbankan selau berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara
mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah
menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah dunia perbankan adalah
kegiatan funding. Pengertian penghimpunan, dana maksudnya adalah mengumpulkan atau
mencari dana dengan membel dari masyarakat luas. Keuntungan utama dari bisnis perbankan
yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan
kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang disalurkan.
Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah tidak mengenal istilah bunga dalam
memberikan jasa kepada penyimpan maupun peminjam Prinsip syariah yang diterapkan oleh
bank syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) prinsip jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murii tanpa
pilihan (ijarab) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Jasa-jasa perbankan antara lain meliputi:
1) Jasa pemindahan uang (transfer)

3
2) Jasa penagihan (inkaso)
3) Jasa kliring (clearing)
4) Jasa penjualan mata uang asing (valas)
5) Jasa safe deposit box Travellers cheque Bank card
6) Bank draft
7) Letter of credit (L/C)
8) Bank garansi dan Referensi bank

2. Bank Syariah
Secara Estimologi, istilah bank berasal dari bahasa Italia, “Banco” yang artinya bangku.
Bangku digunakan pegawai bank untuk melayani aktivitas opersionalnya kepada para penabung.
Secara terminologi Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya dalam rangka
mengingkatkan taraf hidup rakyat.
Pengertian Syariah secara etimologi adalah sumber air yang mengalir, kemudian kata
tersebut digunakan untuk pengertian: hukum-hukum Allah yang diturunkannya untuk umat
manusia (hamba Allah). Secara terminologi syariah yaitu hukum atau peraturan yang di turunkan
Allah melalui Rasul-Nya yang mulia, untuk Umat manusia, agar mereka mendapatkan petunuk
yang benar
Oleh karena itu yang dimaksud Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya yaitu:
a) Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank
nondevisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transksi ke luar negeri
yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, seperti transfer ke luar
negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of creadit dan sebagainya.
b) Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

4
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/ atau unit
syariah.
c) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum BPRS perseroan
terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI dan/ atau Badan Hukum Indonesia,
pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau Badan Hukum Indonesia dengan
pemerintah daerah.
B. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Bank Konvensional yang pertama beroperasi di Venesia bernama Banco della Piazza di
Rialto pada tahun 1578 dan dianggap sebagai awal perkembangan perbankan modern dengan
peragkat utamanya Pendapatan bunga (interest). Perbankan yang mulanya hanya ada di daratan
Erop kemudian menyebar ke Asia Barat, sejalan dengan perkembangan daerah jajahan, maka
perbankan pun ikut di bawa ke Negara jajahan mereka. Di Indonesia juga tidak terlepas dari
penjajahan Belanda yang mendirikan beberapa Bank, seperti De Javasche Bank, De Post Paar
Bank, dan lainnya. Serta bank-bank milik pribumi, China, Jepang, dan Eropa, seperti Bank
Negara Indonesia, Batavia Bank, dan lainnya. Di zaman kemerdekaan perbankan Indonesia
sudah semakin maju, mulai dari bank pemerintahan maupun swasta.
Bank syariah di Indonesia lahir sejak tahun 1992. Bank syariah pertama di Indonesia
adalah bank Muamalat Indonesia. Pada tahun 1992 hingga 1999, perkembangan bank Muamalat
di Indonesia masih tergolong tidak menunjukkan kemauan yang berarti. Namun sejak adanya
krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 dan 1998 maka para bankir melihat
bahwa Bank Muamalat Indonesia (BMI) tidak terlalu terkena dampak krisis moneter. Para bankir
berpikir bahwa BMI merupakan satu-satunya Bank syariah di Indonesia yang tahan terhadap
krisis moneter. Pada tahun 1999 berdirilah bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari
Bank Susila Bakti. Bank Susila Bakti merupakan bank konvensional yang dibeli oleh Bank
Dagang Negara, kemudian di konversi menadi bank Syariah Mandiri, Bank Syariah kedua di
Indonesia.
Pendirian Bank Syariah Mandiri (BSM) menjadi pertarungan bagi bankir syariah. Bila
BSM berhasil maka bank syariah di Indonesia dapat berkembang, sebaliknya bila BSM gagal,
maka besar kemungkinan bank Syaria di Indonesia akan gagal. Ternyata bank syariah mandiri

5
dengan cepat mengalami perkembangan. Pendirian BSM diikuti oleh beberapa bank syariah dan
unit usaha syariah lainnya.
C. Kelembagaan Bank Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga. Tetapi juga memiliki orientasi pencapaian
kesejahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah:
1). pengahapusan riba
2). pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam
3). Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersial dan bank
investasi.
4). Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati-hati terhadap permohonan
pembiayaan yang berorientasi kepada penyerataan modal, karena bank komersil syariah
menetapkan profit and lost sharing dalam konsinyiasi, ventura, bisnis atau industry
6). Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitan likuiditasnya dengan
memanfaatkan instrument pasar uang antar bank syariah dan instrument bank sentral berbasis
syariah.

D. Fungsi dan Prinsip bank Syariah


Fungsi bank syariah:
1) Menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat
2) Menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada organisasi pengelolaan zakat.
3) Menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada
pengelolaan wakaf sesuai dengan kehendak pemberi wakaf.
Prinsip Bank Syariah
Kegiatan usaha yang berdasarkan prinsip syariah, antara lain kegiatan usaha yang tidak
mengandung unsur:
1) Riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (terpaksa) antara lain dalam
transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu
penyerahan (fadhl), atau dalam transaksi pinjam meminjam yang mempersyaratkan
nasabah penerima fasilitas mengembangkan dana yang diterima melebihi pokok
pinjaman karena berjalanan nya waktu (Nasi’ah)

6
2) Maisir yaitu transaksi yang digantungkan kepada sutu keadaan yang tidak pasti yang
bersifat untung-untugan
3) Gharar, yaitu transaksi yang objek nya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui
keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur
dalam syariah.
4) Haram, yaitu transksi yang objeknya dilarang dalam syariah.
5) Zhalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya

E. Kegiatan Bank Syariah


1. Jenis Kegiatan Bank Umum Syariah
Jenis kegiatan bank umum syariah telah diatur dalam pasal 9 UU perbankan syariah yaitu:
a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip syariah
c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdsarkan akad mudharabah, akad musyarakah,
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
d. Menyalurkan pembiayaan berdasrkan akad murabahah, akad salam, akad istishna, atau
akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
f. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiyya
Bittamlik. Atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
g. Melakukan pengalihan utang berdasarkan akad hiwalah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
h. Melakukan usaha kartu debet atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.

7
i. Membeli, menjual atau meminjam atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata. Berdasarkan prinsip syariah, seperti akad ijarah,
musyarakah, mudarabah, murabahah, kafalah atau hawalah
j. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah
atau Bank Indonesia
k. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan
dengan pihak ke tiga atau antarpihak ketiga berdasarkan prinsip syariah.
l. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang
berdasarkan prinsip syariah.
m. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga.
n. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah
o. Melakukan fungsi sebagai Wali amanat berdasarkan akad wakalah
p. Memberikan letter of credit atau bank garansi
q. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan dibidang perbankan dan di bidang sosial,
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.

2). Jenis kegiatan Unit Usaha Syariah


a. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah
b. Melakukn kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah
c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan
pembiyaan berdasarkan prinsip syariah dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya.
d. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip syariah dengan
menggunakan sarana elektronik.
e. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek
berdasarkan prinsip syariah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar
uang
f. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah lainnya.

8
3). Jenis Kegiatan Pembiayaan Rakyat Syariah
a. Menghimpun dana dari masyarakat
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat
c. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad
wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentang dengan prinsip syariah
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah
melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyar Syariah yang ada di Bank Umum Syariah,
Bank Umum Konvensional, dan Unit Usaha Syariah

F. Produk -Produk Bank Syari’ah


Pada dasarnya, produk yang ditawarkan perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian
besar yaitu produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana dan produk jasa.
1) Produk Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi
kedalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan yaitu:
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan
prinsip jual beli.
b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip
sewa.
c. Transaksi pembiyaan untuk usaha kerja sama yang dituju guna mendapatkan sekaligus
barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.

Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan
menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok
ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam dan istishna
serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan kategori ketiga, tingkat
keuntungan bank ditentukan dari besarnya usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil.
Pada produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati
dimuka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah dan
mudhrabah. .

9
1. Prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli diadakan sehubung diadanya perpindahan kepemilikan barang atau benda
(transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya dan
waktu penyerahan barang seperti :
a) Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank mendapat sejumlah keuntungan. Dalam hal
ini, bank menjadi penjual dan nasabah menjadi pembeli. Kedua pihak harus menyepakati harga
jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad.
b) Salam
Salam adalah transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada, sehingga barang yang menjadi
objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh. Dalam transaksi ini, bank menjadi pembeli
dan nasabah menjadi penjual.
c) Istishna
Alur trankasksi Istishna mirip dengan Salam, hanya saja dalam Istishna, Bank dapat membayar
harga pembelian dalam beberapa kali termin pembayaran. Istishna dalam bank syariah umumnya
diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

2. Prinsip Sewa (Ijarah)


Secara prinsip, Ijarah sama dengan transaksi jual beli. Hanya saja yang menjadi objek dalam
transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja diperjanjian bahwa
barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan antra Bank dan nasabah
yang menyewa (Ijarah muntahhiyah bittamlik/sewa yang diikuti dengan berpindahnya
kepemilikan)

3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)


Produk pembiayaan syariah yang didasarkan dengan prinsip bagi hasil adalah :
a) Musyarakah

10
Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam kerjasama ini para pihak secara
bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak berwujud untuk
menjadi modal proyek kerjasama, dan secara bersama-sama pula mengelola proyek kerjasama
tersebut.
b) Mudarabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai pemilik
modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan Bank untuk melakukan
pembiayaan murabahah atau ijarah seperti yang dijelaskan terdahulu. Dapat pula dana tersebut
digunakan oleh bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha ini akan dibagi
hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.

4. Akad Pelengkap
Untuk memudahkan pelaksanan pembiyaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad
pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiyaan. Meskipun tidak ditujukan mencari keuntungan, dalam akad pelengkap
ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad
ini. Besarnya biaya pengganti ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar benar timbul.
a) Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan syariah, fasilitas
hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya, sedangkan bank mendapat ganti biaya atas jasa.
b) Rahn
Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad Rahn adalah untuk
memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
c) Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji membutuhkan dana
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Bank memberikan
pinjaman kepada nasabah calon haji tersebut dan si nasabah melunasinya sebelum keberangkatan
Hajinya.
d) Wakalah

11
Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso
dan transfer uang.
e) Kafalah
Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank Garansi, yang ditujukan untuk
menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk
menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai Rahn. Bank dapat pula menerima dana
tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa yang diberikan.

2) Produk Penghimpunan Dana


Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito. Prinsip
operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah wadi’ah dan
mudharabah.
a) Wadi’ah
Prinsip Wadi’ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad Dhamanah yang
diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi’ah Yad Dhamanah, Bank dapat
mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan
dari dana yang dititipkan.

b) Mudharabah
1. Mudarabah Mutlaqah
Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan pembatasan penggunaan
dana dari Sahibul Mal.
2. Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang disertai dengan
pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk investsi-investasi tertentu.
3. Mudarabah of Balance Sheet
Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger, yang mempertemukan
nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan menjadi mudharib.

c) Wakalah

12
Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan transfer uang.

3) Produk Jasa
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa :
a) Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip Sharf, sepanjang dilakukan pada
waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.

b) Ijarah (Sewa)
Jenis kegiatan Ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata-
laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut

G. Perbedaan Bank Konvensional dengan Syariah.


Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak menggunakan
sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip sesuai syariah Islam. Dalam menentukan
Imbalannya baik, imbalan yang diberikan maupun diterima.
1) Investasi
Bank syariah dalam menyalurkan dana nya kepada pihak pengguna dana sangat selektif
tidak boleh menyalurkan dananya dalam investasi halal. Perusahaan yang melakukan kerja sama
usaha dengan bank syariah, haruslah perusahaan yang memproduksi barang dan jasa yang halal.
Proyek yang dibiayai oleh bank syariah adalah proyek yang mengandung beberapa pokok yaitu:
a. Proyek yang dibiayai adalah proyek yang halal
b. Proyek yang bermanfaat bagi masyarakat
c. Proyek yang dibiayai merupakan proyek yang menguntungkan bagi bank maupun mitra
usahanya.
Sedangkan bank konvensional tidak mempertimbangkan jenis investasinya akan tetapi
penyaluran dananya dilakukan untuk perusahaan yang menguntungkan. Meskipun menurut
syariah Islam tergolong produk yang tidak halal.
2) Return

13
Return yang diberikan oleh bank syariah kepada pihak investor, dihitung dengan
menggunakan sistem bagi hasil, sehingga adil bagi kedua pihak. dari sisi penghimpunan dana
pihak ketiga, bila bank syariah memperoleh pendapatan besar, maka nasabah Investor juga akan
menerima bagi hasil yang besar, sebaliknya bila bank syariah menerima pendapatan kecil, maka
bagi hasil yang dibagikan ke investor juga akan menurun. Dari sisi pembiayaan, bila nasabah
mendapatkan keuntungan besar maka bank syariah uga mendapatkan bagi hasil yang besar, dan
sebaliknya bila hasil yang diperoleh nasabah kecil maka bank syariah akan mendapatkan bagi
hasil yang kecil juga Return yang diberikan atau diterima oleh bank syariah akan selalu
berfluktuasi, sangat tergantung pada hasil usaha yang dilakukan oleh mitra usaha baik bank
maupun nasabah.
Sebaliknya dalam bank konvensioal, return yang diberikan maupu diterima dihitung
berdasarkan bunga. Bunga dihitung dengan mengalihkan antara persentase bunga dengan pokok
pinjaman atau pokok penempatan dana, sehingga hasilnya akan tetap.
3). Perjanjian
Perjanjian yang dibuat antara bank syariah dan nsabah baik nasabah investor maupun
pengguna dana sesuai dengan kesepakatan berdasrkan prinsip syariah. Dalam perjanjian telah
dihitung tentang bentuk return yang akan diterapkan sesuai akad yang diperjanjikan. Perjanjian
menggunakan akad sesuai dengan sistem syariah. Dasar hukum yang digunakan dalam akad
menggunakan dasar hukum syariah islam. Sedangkan perjanjian yang dilakukan bank
konvensional dan nasabah adalah menggunakan dasar hukum positif.
4). Orientasi
Orientsi bank syariah dalam memberikan pembiayaan adalah falah dan profit oriented. Bank
syariah memberikan pembiayaan semata-mata tidak hanya berdasarkan keuntungan yang
diperoleh atas pembiayaan yang diberikan, akan tetapi juga mempertimbangkan pada
kemakmuran masyarakat. Aspek sosial kemasyrakatan menjadi pertimbangan bagi bank syariah
dalam menyalurkan dananya kepda pihak pengguna dana. Sedangkan Bank Konvensional akan
memberikan kredit kepada nasabah bila usaha nasabah menguntungkan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Bank adalah "badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan daun
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak".
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dan menurut jenisnya yaitu:
d) Bank Umum Syariah (BUS)
e) Unit Usaha Syariah (UUS)
f) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Bank syariah di Indonesia lahir sejak tahun 1992. Bank syariah pertama di Indonesia adalah bank
Muamalat Indonesia. Pada tahun 1992 hingga 1999
Fungsi bank syariah:
1) Menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat
2) Menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya
dan menyalurkannya kepada organisasi pengelolaan zakat.
Menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelolaan
wakaf sesuai dengan kehendak pemberi wakaf.
Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak menggunakan
sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip sesuai syariah Islam. Dalam menentukan

15
Imbalannya baik, imbalan yang diberikan maupun diterima sedangkan bank konvensional
menggunakan sistem bunga (interest)

B. Saran
Demikian hasil makalah penulis semoga dapat bermanfaat bagi pembaca untuk
mengetahui Bank dan Lembaga Keuangan Syariah dan untuk mengetahui Apa itu Bank Syariah?
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih banyak
karena telah membaca makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Mardani. 2015. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia. Cetakan ke-2. Jakarta:
Kencana.

Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Cetakan ke-4. Jakarta: Kencana.

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Cetakan ke-8. Depok: Kencana

16

Anda mungkin juga menyukai