PENDAHULUAN
Salah satu bentuk kegiatan pengenalan kehidupan masyarakat pesisir pada prodi
Teknologi Akuakultur berupa pengamatan kegiatan budidaya perikanan , serta terjun
langsung dan berinteraksi dengan para pembudidaya ikan di Desa Pulogading. Taruna
taruni khususnya program studi teknologi akuakultur ikut serta mengamati sistem
pembudidayaan, serta melakukan wawancara dengan pemilik tambak terkait proses
persiapan lahan sampai kepada tahap pemasaran. Kegiatan praktek lapang ini berupaya
memberikan gambaran kegiatan budidaya perikanan di Desa Pulogading, Kecamatan
Bulakamba, Kabupaten Brebes, dalam rangka meningkatkan pengetahuan taruna dan
taruni.
[1]
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Manfaat dari pelaksanaan PPKMP ini yaitu diharapkan taruna dapat meningkatkan
wawasan, keterampilan serta mendapatkan pengalaman baru dalam mempraktikkan kegiatan
budidaya di Desa Pulogading-Brebes. Selain itu taruna-taruni mendapat gambaran secara
langsung tentang lingkungan kerja yang sebenarnya, sehingga dapat memahami dan
memecahkan masalah dengan cara membandingkan teori yang diterima dengan fakta yang di
lapangan. Membentuk pola pikir taruna-taruni agar terkonstruktif baik serta memberikan
pengalaman dalam dunia industri maupun kerja. Sebagai bentuk pengakuan dan penghargaan
bahwa pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.
BAB 2
Sejarah desa ini disusun berdasarkan cerita rakyat yang berkembang secara turun
temurun dan dihubungkan dengan bukti-bukti sejarah yang ada sebagai pendukung. Sejarah
desa Pulogading itu sendiri terdapat dua versi dalam masyarakat, namun bukan untuk
dijadikan pertentangan melainkan hal yang biasa sebagai kekayaan budaya.
Kerajaan Gowa pada masa itu sudah memeluk agama Islam, sehingga mayoritas
masyarakat Pulogading memeluk agama Islam. Selain dari itu desa Pulogading tidak terlepas
atau masih merupakan turunan dari kerajaan Islam mulai dari Makasar, dan masih memilliki
sangkut paut juga dengan Kerajaan Pajang, Sultan Benowo, dan Demak Bintoro.
Hal tersebut diperkuat dengan adanya bukti dari sebuah artepak yang ditemukan, yaitu
sekitar akhir tahun 70-an. Artepak tersebut merupakan artepak dari sebuah kapal pinisi, dan
ditemukan di sekitar area pesawahan desa Pulogading secara tidak sengaja di area pesawahan
saat warga bekerja bakti untuk melakukan galian untuk tujuan pengairan sawah-sawah
mereka, namun atas kesepakatan beberapa pihak artepak tersebut di pendam kembali, fakta
inilah yang memperkuat sejarah terbentuknya desa Pulogading dan asal-asal nenek moyang
desa Pulogading.
Namun masyarakat setempat memiliki dua keyakinan perihal pemberian nama pulau
lampes, yaitu kata lampes diambil dari nama sebuah pohon yang tumbuh subur di pulau
tersebut yaitu pohon lampes, sehingga pulau tersebut diberi nama pulau lampes alasannya
hampir mirip dengan penamaan pulogading. Sedangkan versi lainnya juga menyebutkan
bahwa karena keunikan pulau tersebut yakni pulau ini hanya akan terlihat saat air laut surut
dan seolah menghilang saat air laut kembali pasang. Hal tersebutlah yang menjadikan pulau
tersebut memiliki nama yaitu lampes, lampes itu sendiri memiliki makna merembes atau
meresap. Namun hal tersebut bukanlah untuk diperdebatkan melainkan sebagai keunikan dan
keragaman dari suatu sejarah.
Gejala alam mempengaruhi kedua pulau tesebut, pulau yang dulunya terpisah namun
karena kejadian alam lambat laun pulau tersebut semakin mendekat dan lama kelamaan tidak
nampak lagi seperti dua pulau melainkan hanya satu pulau, kejadian dahsyat tersebut salah
satunya diakibatkan oleh letusan gunung Krakatau dan kejadian alam lainnya.
Sekarang kedua pulau tersebut memiliki nama “Desa Pulogading”. Kenapa kata
“Pulau” berubah menjadi “Pulo” hal tersebut tidak lain dan tidak bukan dipengaruhi oleh
lidah masyarakat setempat. Sehingga yang kita kenal sekarang kedua pulau tersebut adalah
“Desa Pulogading” namun terdiri dari dua pedukuhan yaitu “Pulolampes” dan “Pulogading”
itu sendiri.
Kegiatan persiapan wadah dan media budidaya yang dilakukan sesuai tahapan
budidaya secara umum. Adapun persiapan wadah dan media yang dilakukan pada
kegiatan budidaya air payau yang dilakukan di pertambakan Desa Pulogading yaitu :
PENGERINGAN
Pembalikan masa tanah bertujuan untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit
yang mungkin masih tersisa pada wadah budidaya. Pembalikan masa tanah dilakukan
dengan cara tanah pada bagian dasar tambak digali dan dipindahkan ketepi supaya
tanah dapat kering dengan merata. Selanjutnya juga dilakukan kegiatan kedok teplok
yaitu tanah atau lumpur dasar tambak dipindahkan ke bagian pematang tambak guna
memperbaiki pematang tambak yang rusak akibat ulah manusia dan hama seperti
kepiting yang dapat melubangi pematang tambak.
3. Pemupukan
4. Pengisian Air
Air diisi dengan ketinggian sekitar 60-70 cm dari dasar tambak. Air dimasukkan
melalui pintu masuknya air yang telah diberikan saringan agar hama dan penyakit
tidak masuk kedalam wadah budidaya. Pada saat pengisian air juga menggunakan
bantuan dari mesin diesel (Merk : Dongfeng). Untuk daya mesin pada umumnya
digunakan sebesar 8 pk dan bisa memompa air dengan debit 200 L/jam.
Nener bandeng yang ditebar berasal dari Jawa Timur dan Bali. Sebelum ditebar
nener bandeng terlebih dahulu dilakukan proses penyesuaian lingkungan dalam
kantong plastik dengan lingkungan luar atau lebih dikenal dengan proses aklimatisasi.
Aklimatisasi dilakukan selama ± 15 menit yang ditandai dengan adanya uap pada
kantong plastik.
Benur vanname yang ditebar di tambak pulogading berasal dari kab. Jepara Jawa
Tengah. Untuk benur vanname yang akan ditebar di tambak adalah benur yang
berukuran PL (post larvae) 20 - 27 atau biasa di sebut gelondongan, setelah dilakukan
pendederan selama kurang lebih 1 – 2 minggu. Penebaran hampir sama dengan pada
umumnya dilakukan proses aklimatisasi pada wadah yang akan di tebar dengan cara
mengapungkan plastik / kantong benur di permukaan air dan ikatan dibuka dan
membiarkan air masuk demi sedikit dan udang mulai keluar dari kantong sedikit demi
sedikit ke tambak.
Jenis wadah budidaya yang digunakan yaitu tambak dengan dasar dan pematang tanah
dengan 2 pintu saluran air (outlet dan inlet) yang terbuat dari bambu dan pipa paralon.
Tekstur tanah pada tambak yaitu liat/lempung dengan pH air 7-8 dan salinitas 15-25 ppt.
Sumber air yang digunakan pada tambak yaitu air tawar yang berasal dari saluran sungai
dan pasang surut air laut. Di daerah pulogading tidak ditemukan adanya pengukuran
kualitas air seperti suhu, salinitas dan pH yng dikarenakan tidak adanya alat untuk
mengukur kualitas air.
3.4. Teknis Budidaya
PEMBERIAN PAKAN
PENGATURAN AIR
PEMANENAN
Jenis pakan yang diberikan yaitu pakan apung dengan kadar protein 12-14% (Merk :
Cargill). Pemberian pakan dilakukan supaya pertumbuhan ikan dapat berlangsung
dengan baik. Dosis pemberian pakan harus diberikan sesuai dengan kebutuhan ikan.
Apabila kelebihan, maka akan menyebabkan penumpukan bahan organik dan
menurunkan kualitas air. Sebaliknya jika terdapat kekurangan pakan, maka akan
menyebabkan pertumbuhan ikan tidak optimal dan rentan terserang penyakit. Untuk ikan
bandeng umumnya pemberian pakan dilakukan sekali dalam sehari dengan rentang
waktu antara pukul 14.00-17.00 WIB. Pakan diberikan secara adlibitum yaitu pemberian
pakan hingga ikan tidak respon lagi terhadap pakan yang diberikan dan frekuensi
pemberian sebanyak 1 kali per hari. Frekuensi pemberian pakan sebaiknya 3 kali dalam
sehari karena pakan alami yang tersedia ditambak belum tentu mencukupi kebutuhan
ikan. Pakan buatan diberikan pada saat ikan berusia 1-2 bulan setelah ikan dipelihara di
petakan kecil selama 1 bulan. Kandungan protein pakan yang sesuai untuk budidaya
bandeng yaitu 25-28%. Penyebab kandungan protein pakan yang diberikan cukup rendah
antara lain yaitu, keterbatasan modal untuk membeli pakan buatan yang harganya cukup
mahal, masih tergantung kepada pakan alami yang tersedia dialam.
3.4.2 Pengaturan air
Selama pemeliharaan, harus memperhatikan kondisi air yang meliputi kedalaman air
dan kualitas air supaya ikan dapat tumbuh secara optimal. Kedalaman air dikontrol
dalam jangka waktu sekitar 1kali per minggu. Apabila terjadi pendangkalan yang cukup
dalam, maka harus dilakukan pengerukan supaya kuantitas air pada wadah budidaya
tetap optimal dan tidak berpengaruh terhadap biota yang dibudidayakan.
Hama dan Penyakit merupakan organisme (mikro dan makro) yang dapat
mengganggu ikan secara lansung dan tidak lansung. Hama terbagi 3 jenis yaitu, penyaing
(kompetitor), pemangsa (predator) dan perusak wadah budidaya. Sedangkan penyakit
terbagi atas 4 jenis yaitu, jamur, bakteri, virus dan parasit. Adapun hama dan penyakit
yang menyerang ikan bandeng yaitu:
Hama dan penyakit yang sering menyerang ikan bandeng di daerah pertambakan
pulogading yaitu hama berupa burung, kepiting, ikan kakap putih, ikan mujair, sidat dan
ular. Sedangkan penyakit yang sering menyerang bandeng yaitu bintik putih (Trichodina
sp.) yang ada pada bagian kepala dan punggung, dan cacing jangkar (Lernea sp.) yang
ditandai dengan menempelnya cacing jangkar pada bagian badan,sirip, insang dan mata.
Ikan yang terkena penyakit tersebut ditandai dengan kurangnya nafsu makan, bobot
tubuh berkurang, stress, gerakan kurang atraktif. Ada 2 cara pengatasan penyakit ini
yaitu, pencegahan dan penanggulangan. Pencegahan merupakan tindakan yang paling
efektif sebab hama dan penyakit belum menyerang biota yang dibidayakan. Pencegahan
biasanya dilakukan pada awal kegiatan yaitu persiapan lahan secara optimal. Dan yang
kedua yaitu dengan cara menanggulangi .Cara menanggulangi hama dan penyakit yang
menyerang ikan bandeng yaitu dengan cara memutus siklus hidup hama (dibunuh), dan
pemanenan ikan secara total. Pemanenan dilakukan dikarenakan tidak adanya
pengetahuan mengenai penggunaan obat untuk mengatasi penyakit yang menyerang ikan
bandeng yang dibudidayakan. Walaupun seharusnya pada standar SNI telah ditetapkan -
untuk penggunaan obat alami maupun kimia.
b. Hama dan Penyakit yang menyerang Udang Vanname
Hama dan penyakit yang menyerang udang vanname yaitu hama seperti kepiting, ikan
mujair dan ular. Sedangkan jenis penyakit yang umunya menyerang udang yaitu WSSV
(White Spot Syndrome Virus) yang ditandai dengan munculya bintik putih pada lapisan
kulit udang, udang berwarna kemerahan, berenang kepermukaan, lemah dan tidak nafsu
makan . Akan tetapi adanya virus WSSV tersebut untuk saat ini belum ditemukan obat
untuk menanggulangi nya. Untuk itu hanya dapat dicegah dengan cara persiapan lahan
yang optimal, pemberian pakan dan probiotik.
3.4.4 Pemanenan
Ikan bandeng dipanen sebanyak 2 kali siklus dalam 1 tahun. Panen siklus pertama
yang dilakukan yaitu panen parsial dengan cara volume air pada tambak dikurangi
sebagian lalu ikan dipanen dengan menggunakan jaring. Pada saat pemanenan pertama
ikan bandeng berukuran 6-7 ekor/kg nya. Sedangkan pada siklus kedua metode panen
yang dilakukan yaitu panen total. Panen total bertujuan untuk mengumpulkan ikan sisa
panen parsial pertama.
Udang vanname dipanen sebanyak 1 kali dalam 1 siklusnya. 1 siklus produksi udang
vanname yaitu, sekitar 6 bulan. Didesa pulo gading pemanenan udang dilakukan
sebanyak satu kali yaitu panen total karena jumlah padat tebar pada awal pemeliharaan
tidak terlalu padat. Pemanenan udang dilakukan dengan cara menjala udang dan
mengurangi volume air pada tambak. Setelah itu, sisa udang yang ada ditambak dipanen
dengan menggunakan jaring. Size udang pada saat panen yaitu 100 ekor/kg. Panen pada
size ini dilakukan karena pada dasarnya udang vanname didesa pulo gading sering terjadi
kematian yang disebabkan oleh virus.
Ikan bandeng dan udang vanname dipasarkan melalui pedagang pengepul yang akan
membeli hasil panen tersebut. Harga jual ikan bandeng dengan size 6-7 ekor/kg yaitu
berkisar antara Rp.15.000,00 dan Udang Vanname berkisar Rp.60.000,00 dengan size
100 ekor/kg. Hasil panen tersebut biasanya dijual kedaerah Tegal, Brebes, Cirebon dan
daerah Jawa lainnya.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan