PENDAHULUAN
Sudah lebih dari 100 tahun dunia kedokteran percaya bahwa jiwa dan soma
adalah 2 komponen yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan keduanya saling berinteraksi
pada seorang individu (Kaplan & Sadock, 1994). Dunia kedokteran modern percaya
bahwa faktor psikologik mempunyai peran penting dalam perkembangan semua penyakit.
Perannya itu dipercaya berpengaruh dalam onset, pemburukan, atau kambuhnya
(eksaserbasi) penyakit. Perihal perannya itu bertindak sebagai kausa atau faktor
predisposisi adalah bervariasi dari satu penyakit ke penyakit yang lain (Kaplan & Sadock,
1994). Model penyakit biopsikososial yang dikemukakan Engel pada 1977 - bahwa
semua penyakit mengandung unsur biologik, psikologik, dan sosial - tidaklah
menyatakan bahwa suatu gangguan fisik adalah akibat langsung dari status psikologik
penderita, melainkan memberikan pengertian yang luas tentang proses penyakit dan
mendorong ahli-ahli kedokteran untuk memikirkan pengobatan yang lebih komprehensif
dengan mempertimbangkan unsur-unsur fisik, psikologik, dan sosial dari penyakit (Irfan,
1986).
Stress tolerance. Daya tahan terhadap stres (stress tolerance) pada tiap orang berbeda-beda.
Hal ini tergantung pada kondisi somato-psiko-sosial orang tersebut. Ada orang yang peka
terhadap stres tertentu, yang dinamakan stres spesifik, karena pengalaman dahulu yang
menyakitkan tidak dapat diatasinya dengan baik.
Tulisan ini selanjutnya akan membahas pengaruh stres psikologik terhadap kondisi medik
tertentu, yakni gula dalam darah.
Penelitian mula-mula tentang respon endokrin pada organisme terhadap stresor dilakukan
terhadap binatang. Penelitian tersebut berupa penilaian respon adrenal terhadap stresor fisik
berupa panas, dingin, dan exercise. Penelitian awal pada subyek manusia adalah pararel dengan
riset pada binatang, yakni menilai respon adrenal terhdap stresor