Revisi (2) Kel 5 Analisis Kebijakan Pendidikan Menengah
Revisi (2) Kel 5 Analisis Kebijakan Pendidikan Menengah
Pendidikan Menengah
Abstrak: Full Day School (FDS) merupakan sebuah penyelenggaraan program sekolah
yang mana proses pembelajarannya dilaksanakan seharian penuh, yaitu dari pukul tujuh
pagi sampai dengan empat sore dengan durasi istirahat setiap dua jam mata pelajaran.
Dasar hokum yang menjadi pegangan dalam penerapan FDS adalah Peraturan Menteri
Pendidikan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2017 mengenai Hari Sekolah yang mengatur
waktu belajar 8 jam selama 5 hari dalam sepekan. Peraturan tersebut resmi diterapkan
pada tahun ajaran baru 2017-2018. Di Indonesia sendiri penyelenggaraan FDS tidak
dapat diberlakukan secara menyeluruh untuk semua sekolah dikarenakan beberapa
alasan. Oleh karena itu, Permendikbud ini dibatalkan dan digantikan oleh Perpres No 87
tahun 2017 pasal 9 yang mengatakan bahwa sistem pendidikan FDS hanya bersifat
opsional dan tidak wajib diterapkan diseluruh Indonesia.
Kata Kunci: Full Day School, Perpres, Permendikbud
Pendahuluan
Gagasan FDS ini merupakan hal yang baru dipendidikan Indonesia dan tentunya
menimbulkan pro dan kontra diberbagai kalangan masyarakat. Namun, hal tersebut
tidak menyurutkan keinginan pemerintah untuk menyelenggarakan FDS. Konsep FDS
telah diterapkan di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah, namun artikel ini akan
berfokus pada kebijakan FDS pada tingkat sekolah menengah.
Dasar Hukum
Pasal 2
Ayat 1 “hari sekolah dilaksanakan 8 jam dalam 1 hari atau 40 jam dalam lima hari
dalam satu minggu”
Ayat 2 “ketentuan pada ayat 1 termasuk waktu istirahat selama 0,5 jam dalam 1 hari
atau 0,25 jam selama lima hari dalam 1 minggu”
Ayat 3 “Dalam hal tersebut diperlukan penambahan waktu istirahat sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 sekolah dapat menambah waktu istirahat melebihi 0,5
jam dalam 1 hari atau 2,5 jam selama 5 hari dalam 1 minggu”
Ayat 4 “Penambahan waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak
termasuk dalam perhitungan jam sebagaimana dimaksud pada ayat 1”
sesuai dengan pasal 2 bahwa sekolah dilaksanakan selama 8 jam dalam satu hari
atau 40 jam selama 5 hari dalam 1 minggu, dengan demikian ketentuan waktu istirahat
selama 0,5 jam atau 2,5 jam selama 5 hari. Namun hal istirahat dapat melebihi
ketentuan pada pasal 2 namun tidak termasuk dalam perhitungan jam sebagaimana
dimaksud pada ayat 1. Menurut Mufidati (2013) bahwa sistem pembelajaran dalam full
day school menerapkan konsep dasar Integrated-Activity dan Integrated-Curriculum.
Hal inilah yang membedakan dengan sekolah pada umumnya. Dalam full day school
semua program dan kegiatan siswa di sekolah, baik belajar, bermain, beribadah dikemas
dalam sebuah sistem pendidikan. Hal yang ditekankan adalah siswa selalu berprestasi
dengan pembelajaran yang berkualitas dan diharapkan akan terjadi perubahan positif
dari setiap siswa.
Pasal 10
Ayat 1 “Guru pada Sekolah yang belum dapat melaksanakan ketentuan Hari Sekolah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tetap melaksanakan ketentuan
40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu untuk memenuhi beban kerja guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).”
Ayat 2 “Peserta Didik pada Sekolah yang belum dapat melaksanakan ketentuan Hari
Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) tetap melaksanakan
ketentuan jam sekolah sesuai dengan beban belajar pada kurikulum dan dapat
melaksanakan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.”
Pada pasal 10 dijabarkan bahwa bagi guru dan siswa yang belum dapat
melaksanakan ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 tetap
melaksanakan ketentuan jam sekolah sesuai dengan beban belajar dan tetap untuk
melaksanakan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Untuk sekolah yang mungkin
masih memiliki keterbatasan untuk melaksanakan FDS dapat tetap melaksanakan
kegiatan pembelajaran selama 6 (enam) hari dalam seminggu sebagaimana biasanya.
Sehingga dapat dikatakan ketentuan yang tertera pada pasal 2 tidak diberlakukan secara
wajib untuk seluruh sekolah yang ada di Indonesia.
Sedangkan pihak kontra memiliki argumen yang cukup keras disbanding pihak
pro kebijakan FDS. Menurut Risnita dan Asvio (2019), berdasarkan Permendikbud No.
23 tahun 2017 peserta didik diwajibkan belajar 8 jam disekolah selama 5 hari, hal ini
dinilai mengekang peserta didik untuk menerima pemikiran-pemikiran bahwa sekolah
itu identik dengan nilai saja. Padahal peserta didik seharusnya bebas berkarya dan
belajar diluar sekolah, peserta didik dianggap unggul apabila mampu mengembangkan
potensi intelektual, emosional, dan spiritual dimana mereka berada (Hasan, 2015).
Kesimpulan
Daftar Pustaka