Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH QUICK RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO,

INVENTORY TURNOVER, NET PROFIT MARGIN, DAN


TOTAL ASSET TURNOVER TERHADAP PERTUMBUHAN
LABA PADA PERUSAHAANMANUFAKTUR YANG
TERDAFTARDI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2016 – 2018
Edward, [Agustina] [Robinhot Gultom]
Program Studi Manajemen STIE Mikroskil
167110130@student.mikroskil.ac.id, [ agustina@mikroskil.ac.id, robinhot22@yahoo.com ]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Quick Ratio, Debt To
Equity Ratio, Inventory Turnover, Net Profit Margin dan Total Asset Turnover secara
simultan dan parsial terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2016 – 2018. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi yang terdapat dalam
penelitian ini adalah berjumlah 166 perusahaan dengan periode 2016 - 2018. Sampel yang
terdapat dalam penelitian ini adalah berjumlah 81 perusahaan dengan periode 2016 - 2018.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka dan studi dokumentasi dari
buku, karya tulis dan dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode analisis data
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Secara simultan, Quick Ratio, Debt To
Equity Ratio, Inventory Turnover, Net Profit Margin dan Total Asset Turnover berpengaruh
signifikan terhadap Pertumbuhan Laba. Secara parsial, Quick Ratio, Inventory Turnover, dan
Total Asset Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba, sedangkan
Debt To Equity Ratio dan Net Profit Margin berpengaruh signifikan negatif terhadap
Pertumbuhan Laba.

Kata kunci : Debt To Equity Ratio, Iventory Turnover, Net Profit Margin, Total Asset
Turnover, Pertumbuhan Laba.

1. Pendahuluan
Kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan pada umumnya bertujuan untuk
menghasilkan laba yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan seperti
kelangsungan hidup perusahaan, pertumbuhan perusahaan, serta meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Pertumbuhan laba merupakan presentase kenaikkan laba yang diperoleh
perusahaan. Perubahan pertumbuhan laba perusahaan dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti, modal, hutang, dan persediaan. Beberapa perusahaan diantaranya yaitu PT Wismilak
Intimakmur Tbk (WIIM) dimana laba bersihnya menurun 61,8% pada tahun 2017 yang
diakibatkan dari penjualan perusahaan yang menurun karena penyesuaian harga rokok terkait
cukai rokok. Laba bersih PT Garuda metalindo Tbk (BOLT) turun 14,44% tahun 2016 yang
diiringi dengan kenaikan pada total hutang dikarenakan perusahaan melakukan pinjaman guna
mengakuisisi PT Mega Pratama Ferindo (MPF). PT Champion Pacific Indonesia (IGAR)
mengalami penurunan laba bersih 38% pada tahun 2018, karena naiknya biaya beban
produksi dari pembelian bahan baku. PT Nippon Indosari Corpindo TBK (ROTI) yang total
asetnya meningkat, namun laba bersih perusahaan tetap menurun 47,85% pada tahun 2017.
PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) yang mengalami penurunan laba bersih 50,81% tahun 2017
dikarenakan adanya kenaikan jumlah hutang jangka pendek perusahaan yang terdiri dari
1
hutang retensi dan hutang sewa pembiayaan perusahan.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perusahaan manufaktur
yang laba bersihnya menurun dikarenakan penurunan penjualan, naiknya hutang jangka
pendek, maupun total hutang perusahaan, naiknya beban pokok produksi, serta total aset yang
meningkat namun tidak dapat meningkatkan penjualan. Penurunan kinerja perusahaan
tersebut perlu diperhatikan, sehingga perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut dalam menetapkan langkah-langkah kebijakan perusahaan dalam kegiatan bisnisnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh quick ratio, debt
to equity ratio, inventory turnover, net profit margin, dan total asset turnover secara parsial
dan simultan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2016 - 2018. Bagi manajemen perusahaan diharapkan hasil penelitian
ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan bagi
peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan referensi dalam penelitian selanjutnya.

2. Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis


2.1 Pertumbuhan Laba
Pertumbuhan laba adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
meningkatkan laba bersih dibanding tahun sebelumnya. [1]. Pertumbuhan laba dari tahun ke
tahun akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan
yang baik perlu didukung oleh modal, sumber data manusia, dan juga infrastruktur yang baik.
[2]. Rumus untuk mencari pertumbuhan laba dapat digunakan sebagai berikut [1]:
Pertumbuhan Laba = 𝑌𝑡 −𝑌
𝑌
𝑡−1 (2.1)
𝑡

2.2 Quick Ratio


Quick ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengikur kemampuran
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang
lebih likuid. [4]. Quick ratio juga dapat dikatakan sebagai ukuran kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena
persediaan memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk dicairkan menjadi kas.[5]. Rumus
untuk mencari quick ratio dapat digunakan sebagai berikut[6]:
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠 − 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑖𝑒𝑠
Quick ratio = 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑒𝑠
(2.2)
Semakin tinggi quick ratio maka pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi.
Karena quick ratio yang tinggi menandakan aktiva perusahaan tinggi dari segi kas serta
piutang yang dapat disebabkan dari penjualan yang berjalan dengan baik. Semakin besarnya
aktiva lancar perusahaan dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba dengan cara mengembangkan usaha, meningkatkan produksi, serta mengurangi biaya
jika telat membayar hutang. Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan
bahwa quick ratio berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.[3]. Berdasarkan pada
penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Quick Ratio berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018.

2.3 Debt To Equity Ratio


Debt to equity ratio digunakan mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang. Seberapa efektif
perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, sumber data yang dimaksud seperti
piutang dan modal maupun aktiva. [4]. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya
perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan jumlah dana yang
berasal dari pemilik perusahaan.[7]. Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat
2
digunakan sebagai berikut[6]:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐿𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Debt to equity ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒ℎ𝑜𝑙𝑑𝑒𝑟𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (2.3)
Semakin tinggi debt to equity ratio maka semakin rendah pertumbuhan laba karena
tingginya debt equity ratio menandakan perusahaan menggunakan hutang yang melebihi
ekuitasnya. Penggunaan hutang dapat mengakibatkan semakin besar hutang serta tambahan
beban bunga bagi perusahaan yang menyebabkan semakin besar jumlah uang yang perlu
dibayarkan sehingga akan mengurangi pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan. Hal ini
didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh
negatif terhadap pertumbuhan laba. [8]. Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Debt To Equity Ratio berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018.

2.4 Inventory Turnover


Inventory turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu periode atau berapa lama
(dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan di gudang hingga akhirnya terjual. Rasio ini
menunjukkan kualitas persediaan barang dagang darn kemampuan manajemen dalam
melakukan aktivitas penjualan.[7]. Rumus untuk mencari inventory turnover dapat
digunakan sebagai berikut[6]:
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑂𝑓 𝐺𝑜𝑜𝑑 𝑆𝑜𝑙𝑑
Inventory turnover = 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 (2.4)
Semakin tinggi angka inventory turnover maka semakin tinggi pertumbuhan laba,
karena inventory turnover yang tinggi menandakan perputaran persediaan barang tinggi atau
kegiatan penjualan perusahaan tinggi sehingga meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan.
Semakin tingginya angka inventory turnover juga menunjukkan barang atau persediaan dalam
gudang semakin cepat digunakan yang akan mengurangi biaya penyimpanan barang serta
mencegah adanya barang yang rusak, kadarluarsa di dalam gudang, sehingga pertumbuhan
laba yang diperoleh perusahaan akan meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu
yang menyatakan bahwa inventory turnover berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
[3]. Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Inventory Turnover berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018.

2.5 Net Profit Margin


Net profit margin merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur besarnya
presentase laba bersih atas penjualan bersih. Net profit margin disebut juga dengan rasio
pendapatan terhadap penjualan. [6]. Net profit margin digunakan untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan. [4]. Rumus untuk mencari
net profit margin dapat digunakan sebagai berikut[6]:
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥
Net profit margin = 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
(2.5)
Semakin tinggi net profit margin berarti semakin tinggi pula pertumbuhan laba yang
dihasilkan dari penjualan. Besarnya angka net profit margin menunjukkan tingginya laba
bersih yang diperoleh perusahaan dari penjualan, yang dapat disebabkan karena efisiensi
biaya produksi dan harga produksi semakin rendah sehingga hal tersebut mendukung
perusahaan untuk menciptakan penjualan yang lebih tinggi. keuntungan yang diperoleh akan
semakin meningkat. Hal ini didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa net

3
profit margin berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. [9]. Berdasarkan pada
penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Net Profit Margin berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018.

2.6 Total Asset Turnover


Total Asset Turnover mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan
untuk menghasilkan revenue. [4]. Total Asset Turnover disebut juga perputaran total asset.
Rasio ini melihat sejauh mana keseluruhan asset yang dimiliki oleh perusahaan secara
efektif.[6]. Rumus untuk mencari total asset turnover dapat digunakan sebagai berikut:
𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
Total Asset Turnover = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 (2.6)
Semakin tinggi angka total asset turnover maka semakin tinggi pertumbuhan laba
suatu perusahaan, karena tingginya perputaran aset menandakan perusahaan dapat
memanfaatkan aset yang ada untuk meningkatkan penjualan yang akan meningkatkan
pertumbuhan laba perusahaan. Tingginya angka total asset turnover dapat diakibatkan karena
penjualan yang tinggi serta rendahnya aktiva perusahaan dari segi persediaan yang semakin
rendah karena terjual atau diproduksi, yang berarti sejumlah uang yang tertanam pada
perusahaan dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan untuk menghasilkan laba. Hal ini
didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa total asset turnover berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba. [8]. Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H5 : Total Asset Turnover berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016 – 2018.

2.7. Kerangka Konseptual


Berikut ini dapat dilihat pengaruh antara variabel Quick Ratio, Debt To Equity Ratio,
Inventory Turnover, Net Profit Margin, dan Total Asset Turnover terhadap pertumbuhan laba
dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini

Quick Ratio (X1)

Debt to Equity Ratio (X2)


Debt to Equity Ratio (X2)
Inventory Turnover (X3) Pertumbuhan Laba (Y)
tio (X2)
Net Profit Margin (X4)
uick Ratio (X1)
Total Asset Turnover (X5)

Gambar 1 Kerangka Konseptual

3. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi
menggunakan laporan keuangan tahunan 2015-2018 yang diperoleh dari situs www.idx.co.id.
dan studi pustaka menggunakan kutipan dari buku atau karya ilmiah.

4
Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa
efek Indonesia (BEI) periode 2016 – 2018. Populasi dalam penelitian ini yaitu sejumlah 166
perusahaan dan diperoleh sebanyak 81 perusahaan manufaktur menggunakan metode
purposive sampling berdasarkan kriteria berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel


Keterangan Jumlah
Populasi: Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek 166
Indonesia periode 2016 – 2018
Kriteria:
1. Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar berturut – turut di (21)
Bursa Efek Indonesia periode 2015 – 2018
2. Perusahaan manufaktur yang tidak secara kontinu memperoleh (64)
laba selama periode 2015 – 2018
Jumlah Sampel 81
Jumlah pengamatan (3 x 81 ) 243

3.1. Metode Analisis Data


Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Model regresi
yang digunakan yaitu:
Y = a + b1 X1 + b2 X 2 + b3 X 3 + b4 X 4 + b5 X 5 + e (3.1)
Dimana:
Y = Pertumbuhan Laba
X1 = Quick Ratio
X2 = Debt to Equity Ratio
X3 = Inventory Turnover
X4 = Net Profit Margin
X5 = Total Asset Turnover
b1 , b2 , b3, b4 , b5 = Koefisien Regresi
a = Konstanta
e = Variabel Penggangu (error of term)

4. Hasil dan Pembahasan


4.1. Pengujian Hipotesis
4.1.1. Statistif Deskriptif
Nilai dari minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari masing-masing
variabel ditunjukkan oleh Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
QR 243 ,1320 12,4100 1,580825 1,4009884
DER 243 ,0202 4,9465 ,973329 ,8897079
ITO 243 ,0019 26,3613 5,166297 4,2305261
NPM 243 ,0012 ,4967 ,077510 ,0720025
TATO 243 ,1406 3,8608 1,054012 ,5575759
PERTUMBUHANLABA 243 -52,7286 ,9983 -,337523 3,5144625
Valid N (listwise) 243

Nilai rata-rata quick ratio dalam penelitian adalah sebesar 1,580825, artinya setiap 1
rupiah hutang lancar rata-rata perusahaan manufaktur dalam penelitian ini dijamin oleh 1,5
rupiah aktiva lancarnya yang lebih likuid. Nilai quick ratio dalam penelitian ini berada diatas

5
rata-rata industri yaitu sebesar 1:1 atau 100% [7], menunjukkan rata-rata perusahaan
manufaktur dalam penelitian memiliki kemampuan memenuhi hutang jangka pendeknya.
Nilai rata-rata debt to equity ratio yaitu sebesar 0,973329, sehingga dapat dikatakan
sebanyak Rp 0,97 dari setiap rupiah modal usaha dari perusahaan manufaktur dalam
penelitian ini berasal dari kreditor atau pinjaman pihak luar. Nilai debt to equity ratio dalam
penelitian ini diatas rata-rata industri debt to equity ratio yaitu sebesar 90% [10]. Oleh karena
itu, rata-rata perusahaan manufaktur dalam penelitian memiliki resiko yang tinggi apabila
hutang yang melibihi aktiva perusahaan tersebut dialokasikan secara efektif dalam
menghasilkan laba.
Rata-rata industri untuk inventory turnover adalah sebanyak 9 kali [4], sedangkan
nilai rata-rata inventory turnover dalam penelitian ini sebesar 5,166297, sehingga dapat
dikatakan persediaan barang dagangan perusahaan menumpuk di gudang karena hanya
berputar atau diganti sebanyak 5 kali dalam setahun.
Rata-rata net profit margin perusahaan yaitu sebesar 20% [10], sedangkan rata-rata
net profit margin dalam penelitian ini adalah 0,077510 yang menunjukkan bahwa laba bersih
setelah pajak yang dihasilkan oleh rata-rata perusahaan manufaktur dalam penelitian ini hanya
sebesar 7,7% dari total penjualan perusahaan, berada di bawah rata-rata perusahaan pada
umumnya.
Rata-rata total asset turnover perusahaan yaitu sebesar 2 kali [11], sedangkan nilai
rata-rata total asset turnover dalam penelitian ini adalah 1,054012 yang berarti rata-rata
perusahaan manufaktur dalam penelitian ini hanya menghasilkan penjualan sebesar Rp 1,05
dari setiap rupiah yang diinvestasikan dalam total aset perusahaan, lebih rendah dari rata-rata
perusahaan yang ada.
Nilai rata-rata pertumbuhan laba perusahan yaitu sebesar -0,337523, yang berarti
rata-rata perusahaan manufaktur dalam penelitian mengalami penurunan perolehan laba bersih
sebesar 33,75% selama periode penelitian.

4.1.2. Uji Simultan (Uji F)


Pengujian hipotesis dilakukan setelah data di transformasi dengan LG10 pada
variabel bebas quick ratio, debt to equity ratio, inventory turnover dan variabel terikat
pertumbuhan laba. Dilanjutkan dengan data trimming menggunakan metode Z-score dengan
batasan -2,5 sampai dengan +2,5, sehingga jumlah sampel observasi berkurang dari 243
sampel menjadi 213 sampel, dan didapatkan hasil pengujian yang memenuhi kriteria. Hal ini
dilakukan dikarenakan data awal tidak lolos uji asumsi klasik pada uji normalitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Berikut merupakan hasil uji F penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2 Uji Simultan (Uji F)


Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression ,266 5 ,053 4,438 ,001b
1 Residual 2,478 207 ,012
Total 2,744 212
a. Dependent Variable: LG10_PERTUMBUHANLABA
b. Predictors: (Constant), TATO, LG10_DER, LG10_ITO, NPM, LG10_QR
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bawa secara simultan quick ratio, debt to equity
ratio, inventory turnover, net profit magin, dan total asset turnover berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek
indonesia periode 2016 – 2018

6
4.1.3. Uji Parsial (Uji t)
Berikut hasil uji t dalam penelitian ini ditunjukkan oleh Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3 Uji Parsial (Uji t)


Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) ,342 ,026 13,005 ,000
LG10_QR ,021 ,034 ,051 ,632 ,528
LG10_DER -,072 ,024 -,233 -3,012 ,003
1
LG10_ITO -,018 ,029 -,042 -,617 ,538
NPM -,430 ,154 -,193 -2,785 ,006
TATO -,030 ,017 -,114 -1,705 ,090
a. Dependent Variable: LG10_PERTUMBUHANLABA

Tabel 4.3 menunjukkan nilai t hitung untuk masing-masing variabel independen. Nilai
thitung tersebut akan dibandingkan dengan nilai t tabel dengan n = 213 dan k = 6 sehingga df =
207. Hasilnya diketahui bahwa nilai ttabel adalah 1,971490. Dari hasil uji t pada tabel 4.3
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Pengaruh Quick Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Quick Ratio secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018.
b. Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Debt To Equity Ratio secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan
Laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018.
a. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Pertumbuhan Laba
Inventory Turnover secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2016 – 2018.
b. Pengaruh Net Profit Margin terhadap Pertumbuhan Laba
Net Profit Margin secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018.
e. Total Asset Turnover Perusahaan terhadap Pertumbuhan Laba
Total Asset Turnover secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indoensia tahun
2016 – 2018.
Persamaan regresi yang terbentuk adalah:
LG10_PERTUMBUHANLABA = 0,342 + 0,021 LG10_QR - 0,072 LG10_ DER - 0,018
LG10_ITO - 0,430 NPM - 0,030 TATO (4.1)

4.2. Keofisien Determinasi (R 2)


Hasil perhitungan koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.3:
Tabel 4.4 Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,311a ,097 ,075 ,10941

a. Predictors: (Constant), TATO, LG10_DER, LG10_ITO, NPM, LG10_QR


b. Dependent Variable: LG10_PERTUMBUHANLABA
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat nilai adjusted R2 yaitu sebesar 0.075 atau 7,5%
7
yang artinya variabel Quick Ratio, Debt To Equity Ratio, Inventory Turnover, Net Profit
Margin dan Total Asset Turnover dapat menjelaskan Pertumbuhan Laba sebesar 7,5%,
sisanya 92,5% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

4.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian dengan data periode tahun 2015 – 2018, hasil uji
hipotesis yang dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan variabel independen quick
ratio, debt to equity ratio, inventory turnover, net profit margin dan total asset turnover
berpengaruh terhadap variabel dependen pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis quick ratio, debt to equity ratio, inventory turnover, net profit margin dan total asset
turnover terhadap pertumbuhan laba maka pengaruh secara parsial dapat dijelaskan berikut ini
yaitu:
1. Pengaruh Quick Ratio terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa quick ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang
menyatakan quick ratio tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba [12], dan bertolak
belakang terhadap hasil penelitan lain yang menyatakan quick ratio berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba [3]. Sehingga semakin tinggi maupun rendah quick ratio tidak
mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan laba perusahaan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
tidak mempengaruhi besar kecilnya pertumbuhan laba perusahaan, dikarenakan pada
umumnya perusahaan memerlukan modal dalam aktivitas bisnisnya sehingga pinjaman dari
pihak luar dilakukan. Namun besarnya hutang tersebut tidak akan mempengaruhi laba bersih
perusahaan apabila hutang tersebut dapat dialokasikan oleh perusahaan secara efektif
sehingga menghasilkan laba yang dapat menutupi beban dan bunga dari hutang tersebut.
2. Pengaruh Debt To Equity Ratio terhadap pertumbuhan laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian bertolak belakang terhadap hasil penelitan lain
yang menyatakan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba [9] dan
sejalan dengan hasil penelitian lain yang menyimpulkan bahwa debt to equity ratio
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba [8]. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Debt To
Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, menandakkan rata-rata
perusahaan manufaktur dalam penelitian ini memiliki jumlah pinjaman modal atau hutang
melebihi dari modalnya dan belum dimanfaatkan secara efektif, sehingga berpotensi
mengakibatkan kerugian karena tidak dapat menutupi bunga pinjaman tersebut.
3. Pengaruh Inventory Turnover terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa inventory turnover tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
terdahulu yang menyatakan inventory turnover tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
[9]. Sebaliknya hasil penelitan lain yang menyatakan inventory turnover berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba [3]. Semakin rendahnya inventory turnover menandakan
persediaan menumpuk dalam jumlah banyak atau tidak berputar. Tetapi semakin rendahnya
inventory turnover tidak semata-mata menandakan persediaan berlebih dan penjualan yang
rendah. Karena besarnya persediaan perusahaan dapat disebabkan oleh langkah perusahaan
untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan baku.
4. Pengaruh Net Profit Margin terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa net profit margin berpengaruh signifikan
negatif terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian bertolak belakang terhadap hasil
penelitan lain yang menyatakan net profit margin tidak berpengaruh signifkan terhadap
pertumbuhan laba [13]. dan sejalan dengan hasil penelitian lain yang menyimpulkan bahwa
8
net profit margin berpengaruh terhadap pertumbuhan laba [9]. Semakin tinggi angka net profit
margin perusahaan manufaktur dalam penelitian, berarti laba bersih yang dihasilkan dari
tingkat penjualan semakin tinggi. Namun pertumbuhan laba perusahaan dalam penelitian ini
menurun, karena peningkatan laba bersih yang diperoleh dari periode sebelumnya lebih tinggi
dari periode sekarang.
5. Pengaruh Total Asset Turnover Terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa total asset turnover tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
terdahulu yang menyatakan inventory turnover tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
[14], namun berbanding terbalik dengan hasil penelitan lain yang menyatakan total asset
turnover berpengaruh terhadap pertumbuhan laba [12]. Semakin tinggi maupun rendah total
asset turnover perusahaan tidak mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan laba
perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena semakin tinggi total asset turnover menandakan
semakin tingginya penjualan yang dapat dihasilkan dari investasi dalam total aset yang ada.
Sebaliknya semakin rendah total asset turnover menunjukkan semakin rendah penjualan yang
dihasilkan dari total asset yang ada. Namun besar kecilnya penjualan yang dihasilkan dari
total aset tidak semata-mata menentukan jumlah laba bersih yang diperoleh perusahan, karena
terdapat pajak dan beban yang perlu ditanggung oleh perusahan.

5. Kesimpulan dan Saran


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil penelitian secara simultan menunjukkan quick ratio, debt to equity ratio, inventory
turnover, net profit margin, dan total asset turnover turnover berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuan laba.
2. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan debt to equity ratio dan net profit margin
berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan laba, sedangkan quick ratio,
inventory turnover, dan total asset turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
3. Berdasarkan hasil koefisien determinasi yang munjukkan bahwa variabel quick ratio, debt
to equity ratio, inventory turnover, net profit margin, dan total asset turnover dapat
menjelaskan variabel pertumbuhan laba sebesar 7,5%, dan sisanya dapat dijelaskan oleh
variabel lain diluar penelitian ini.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1.Bagi manajemen perusahaan, diharapkan perusahaan mampu memanfaatkan pinjaman
modal yang ada secara efektif serta menurunkan harga jual produk, agar debt to equity ratio
dan net profit margin semakin menurun sehingga meningkatkan pertumbuhan laba
perusahaan, karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa debt to equity ratio dan net
profit margin berpengaruh signifikan negatif terhadap pertumbuhan laba.
2.Penelitian selanjutnya diharapakan mempertimbangkan variabel independen selain yan
telah digunakan dalam penelitian ini, karena masih terdapat variabel lainnya yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, seperti mengganti variabel yang tidak berpengaruh
dalam penelitian ini yaitu Inventory Turnover dengan Account Receivable Turnover dan
Variabel Total Asset Turnover dengan Fixed Asset Turnover.

9
Referensi
[1] S. S. Harahap, Analisis Kritis Laporan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo, 2011.
[2] Hery, Kajian Riset Akuntansi, Mengulas Berbagai Hasil Penelitian Terkini dalam Bidang
Akuntansi dan Keuangan, Jakarta: PT Grasindo, 2017.
[3] S. Esli, "Pengaruh Informasi Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan laba ( Sudi Empiris :
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia )," Jurnal Riset dan Akuntansi, vol. 4, no. ISSN:
2443-1079, pp. 195-212, 2018.
[4] V. W. Sujarweni, "Manajemen Keuangan Teori, Aplikasi Dan Hasil Penelitian," Yogyakarta,
Pustaka Baru Press, 2018.
[5] Hamidah, Manajemen Keuangan, Bogor: Mitra Wacana Media, 2019.
[6] I. Fahmi, Manajemen Keuangan Perusahaan dan Pasar Modal, Jakarta: Mitra Wacana Media,
2014.
[7] Hery, Teori Akuntansi, Pendekatan Konsep dan Analisis, Jakarta: PT Grasindo, 2017.
[8] M. A. Rinzany, "Determinan Pertumbuhan Laba Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek
Indonesia," Jurnal Riset Akuntansi Dan Perpajakan JRAP, Vols. 5, No.2, pp. 166-174, 2018.
[9] T. Wayhyuni, S. Ayem and Suyanto, "Pengaruh Quick Ratio, Debt to Equity Ratio, Inventory
Turnover Dan Net Profit Margin Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2011 - 2015," Akuntansi Dewantara, vol. 1, no. P-ISSN: 2550-
0376, E-ISSN: 2549-9637, 2017.
[10] Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012.
[11] Hery, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT Grasindo, 2016.
[12] B. Ramadhan, D. Handayani and T. Purbandari, "Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Perubahan
Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009 -
2013," Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi, no. E-ISSN: 2338-6576, pp. 46-55, 2018.
[13] F. A. K. Wardhani, "Pengaruh Rasio - Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba Dan Cash Flow
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2014-2016,"
Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi, vol. IV, no. P-ISSN: 2502-3764, E-ISSN: 2621-3168,
pp. 953-962, 2019.
[14] T. Erawati and I. J. Widayanto, "Pengaruh Working Capital To Total Asset, Operating Income To
Total Liabilities, Total Asset Turnover, Return On Asset, dan Return On Equity Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia,"
Jurnal Akuntansi, vol. 4, no. P-ISSN: 2088-768X, E-ISSN: 2540-9646, 2016.
[15] S. D, Metode dan Instrumen Penelitian (Untuk Ekonomi dan Bisnis), Yogyakarta: CPAS, 2013.

10

Anda mungkin juga menyukai