Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PNEUMONIA

Dosen Fasilitator : Caturia Sasti S., S.Kep.Ns., M.

Disusun oleh :

1. ALFIYATUS SHOLEHAH NIM 1711002


2. AL IRDA CAHYA PRASTIWI NIM 1711003
3. ANGELICA PUTRI RASMONO NIM 1712004

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN ADI HUSADA SURABAYA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal
Bedah I. Yang berjudul “Pneumoni”. Hanya dengan kekuatan dan kesabaran yang
di limpahkannya, makalah ini dapat terselesaikan. Tentunya terselesaikannya
laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan
terimakasih kepada:

1. Teman-teman sekelompok yang turut membantu hingga terselesaikannya


laporan ini.
2. Bu Caturia Sasti S., S.Kep.Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing kelompok,
yang telah memberikan refisi, saran serta masukan yang bermanfaat
hingga terselesaikannya laporan ini.
3. Orangtua kami yang telah memberikan semangat dan dukungan hingga
kami memiliki semangat dan motivasi.
4. Dan kepada orang-orang yang belum kami sebutkan di atas, yang juga
turut membantu terselesaikannya laporan ini hingga selesai.

Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu kami menerima semua masukan serta saran yang
membangun demi tercapainya kesempurnaan dalam laporan ini.

Surabaya, 10 September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I KONSEP DASAR TEORI
1.1 Definisi .............................................................................. 1
1.2 Etiologi ............................................................................. 1
1.3 Pathway / Patofisiologi .................................................... 2
1.4 Tanda dan Gejala .............................................................. 3
1.5 Pemeriksaan Diagnostik .................................................... 4
1.6 Penatalaksanaan ................................................................ 5
1.7 Klasifikasi ......................................................................... 6
1.8 Komplikasi ........................................................................ 6
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ......................................................................... 7
B. Diagnosa Keperawatan...................................................... 9
C. Intervensi ........................................................................... 10
STUDI KASUS
I. Pengkajian ......................................................................... 14
II. Analisa Data ...................................................................... 16
III. Diagnosa Keperawatan ..................................................... 17
IV. Intervensi ........................................................................... 18
V. Implementasi ..................................................................... 20
VI. Evaluasi ............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 23
LEMBAR KONSULTASI
LEMBAR PENILAIAN

3
BAB 1

KONSEP DASAR SISTEM PERNAPASAN :

PNEUMONIA

1.1 Definisi
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respratorius dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
[ CITATION Man131 \l 1057 ].
Pneumonia didefinisikan secara klinis sebagai suatu peradangan paru yang di
sebabkan oleh nikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), bahan kimia,
radiasi, aspirasi, obat-obatan dan lain-lain. Pneumonia yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan keradangan paru yang
disebabkan oleh penyebab noninfeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan dan lain-
lain) lazimnya disebut pneumonitis [ CITATION Har10 \l 1057 ].
Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolindasi
yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak
dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolindasi [ CITATION Sum09 \l
1057 ].

1.2 Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Data dari perpustakaan luar negeri, pneumonia
yang didapat dimasyarakat (community-acquired pneumonia atau pneumonia
komuniti) banyak disebabkan oleh bakteri gram positif (streptococcus
pneumoniae, staphylococcus aureus) [CITATION Man131 \l 1057 ]. Sebaliknya
pneumonia yang didapat di rumah sakit (hospital-acquired pneumonia atau
pneumonia nosokomial) banyak disebabkan bakteri gram negatif (haemophilus
influenzae, pseudomonas aeruginosa), sedang pneumonia aspirasi banyak
disebabkan oleh bakteri anaerob [ CITATION Har10 \l 1057 ].

4
1.3 Pathway / Patofisiologi

Bakteri Jamur, Protozoa


Virus

Eksudat intra alveolar Peradangan interstitial Penyebaran granuloma


supuratif berbercak

Penimbunan infiltrat
dalam dinding alveolu
Nekrosis Pembentukan
kaseosa kaverna

MK: Bersihan
jalan nafas tidak
efektif
Konsolindasi jaringan
paru

Batuk Peradangan Nyeri pada


prenkim paru daerah dada

Peningkatan
produksi sekret Rongga alveoli terisi MK : Nyeri Akut
eksudat

MK : Gangguan
Pertukaran gas terganggu pertukaran gas
Takikardia

Daerah di sekitar alveoli


MK :
tidak dapat berfungsi
Intoleransi Sianosis
aktivitas

5
Dispnea PNEUMONIA

Kurangnya Distensi Peningkatan Anoreksia Keringat Muntah


perawatan abdomen kebutuhan banyak
metabolik
diri

MK : Risiko
MK : Manajemen MK : Risiko defisit Hipovolemi
kesehatan keluarga nutrisi
tidak efektif

1.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang tampak menurut [ CITATION Nur15 \l 1057 ] antara lain :
a. Demam, sering tampak sebagai infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan sampai 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5 bahkan
sengan infeksiringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak berbicara dengan
kecepatan yang tidak biasa.
b. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun.
c. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Sering kali merupakanbukti awal dari penyakit menetap
sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap dengan
demam dari penyakit, sering kali memanjang sampai ketahap pemulihan.

6
d. Muntah, anak kecil mundah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
e. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat sering
menyertai infeksi pernafasan khusus nya karena virus
f. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri apendiksitis.
g. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernafasan dan
menyusu pada bayi.
h. Keluar nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer dan
sedikit (Rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi.
i. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
j. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
k. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang
lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan
per oral.
l. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau
memuntahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distress
pernpasan berat
m. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja
 Pada anak umur 2 bulan sampai 11 bulan > 50 kali
 Pada anak umur 1 tahun sampai > 40 kali/menit

1.5 Pemeriksaan Diagnostik


a. Foto rontgen dada (chest x-ray): teridentifikasi penyebaran, misalnya
lobus, bronchial, foto dapat juga menunjukkan multipel abses/infiltrate ,
empiema (Staphylococcus), penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakteri), atau

7
penyebaran ekstensif nodul infiltrate (sering kali viral). Pada pneumonia
Mycoplasma, gambaran foto rontgen mungkin bersih.
b. Analisa Gas Darah (AGD) / Pulse Oximetry : abnormalitas mungkin
timbul bergantung pada luasnya kerusakan paru [ CITATION Ard122 \l 1057 ].
c. Kultur sputum dan darah : dengan biopsi paru terbuka untuk mengeluarkan
organisasi penyebab. Akan didapatkan lebih dari satu jenis kuman, seperti
Diplococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus.
d. Hitung darah lengkap : leukositosis biassanya timbul, meskipun nilai
leukosit rendah pada infeksi virus [ CITATION Ard122 \l 1057 ].
e. Laboratorium :
a) Laju endap darah (LED) : meningkat.
b) Elektrolit : natrium dan klorida dapat menurun.
c) Bilirubin : dapat meningkat.
[CITATION Man131 \l 1057 ]

1.6 Penatalaksanaan
Menurut [ CITATION Nur15 \l 1057 ] bagi penderita yang penyakitnya tidak
terlalu berat, bisa di berikan antibiotik per oral dan tetap tinggal di rumah.
Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus, juga perlu diberikan oksigen tambahan, cairan
intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Akan memberikan respon terhadap terhadap pengobatan dan keadaanya
membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat
diberikan antara lain:
a. Oksigen 1 - 2 L/menit.

8
b. Cairan intravena dekstrose 10% : NaCl 0,9%= 3:1,+KCL 10 mEq/500ml
cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan normal salin
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukolisier. Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotik
diberikan sesuai hasil kultur.

Untuk kasus pneumonia community based:

a. Ampsilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.


b. Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
a. Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
b. Amikasin10 sampai 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

1.7 Klasifikasi
a. Pneumonia Lobaris : pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen
kemungkinan sekunderdisebabkan oleh adanya obstruksi bronkus.
b. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia) : ditandai dengan adanya
bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh
bakteria maupun virus.
c. Pneumonia Interstisial (Bronkiolitis) : radang pada dinding alveoli
(interatsitium) dan peribronkial dan jaringan interlobular.
[ CITATION Har10 \l 1057 ]

9
1.8 Komplikasi
Komplikasi yang akan terjadi, antara lain :

a. Efusi pleura adalah : suatu keadaan ketika rongga pleura dipenuhi oleh
cairan (terjadi penumpukan cairan dalam rongga pleur).
b. Empiema : merupakan gangguan pengembangan paru yang ditandai
dengan pelebaran ruang udara didalam paru-paru disertai destruksi
jaringan.
c. Abses paru : suatu lensi nekrotik setempat pada parenkim paru yang berisi
pus (nanah).
d. Pneumotoraks : rongga pleura yang terisi udara. [ CITATION Har10 \l 1057 ]
e. Gagal napas : pertukaran gas antara oksigen dengan karbon dioksida di
paru tidak dapat mengimbangi laju konsumsi oksigen dan produksi karbon
dioksida pada sel tubuh.
[ CITATION Sum09 \l 1057 ]

10
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
1. Identitas
Pneumonia lobaris sering terjadi secara primer pada orang dewasa,
sedangkan pneumonia lobularis (Bronkopneumonia) primer lebih sering
tejadi pada anak-anak. Ketika seorang dewasa mempunyai penyakit
bronkopneumonia, kemungkinan besar ada penyakit yang mendahuluinya.
Pneumonia pada orang dewasa paling sering disebabkan oleh bakteri
(yang tersering yaitu bakteri Streptococcus pneumoniae pneumococcus),
sedangkan pada anak-anak penyebabnya adalah virus pernapasan. Penting
diketahui bahwa usia 2-3 tahun, merupakan usia puncak pada anak-anak
untuk terserang pneumonia. Pada usia sekolah, pneumonia paling sering
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae. Bayi dan anak-anak
lebih rentan terhadap penyakit ini karena respons imunitas mereka masih
belum berkembang dengan baik. Pneumonia sering kali menjadi infeksi
terakhir (sekunder) pada orang tua dan orang yang lemah akibat penyakit
paru [ CITATION Sum09 \l 1057 ]

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada penderita pneumonia adalah sesak napas,
batuk, dan peningkatan suhu tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada awalnya muncul keluhan batuk tidak produktif yang
selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mukus
puluren kekuningan, kehijauan, kecokelatan atau kemerahan, dan sering
kali berbau busuk. Pasien juga menjadi demam, sesak napas, dan nyeri
kepala.

11
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian diarahkan pada waktu sebelumnya, yakni apakah
pasien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dengan gejala-gejala seperti luka tenggorokan, kongestinal, bersin, dan
demam ringan [ CITATION Ard122 \l 1057 ].

3. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (Breathing)
Adanya penggunaan alat bantu napas (retraksi dada), bunyi redup saat
diperkusi pada klien dengan bronchopneumonia, suara napas melemah
dan adanya suara nafas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit.
b. B2 (Blood)
Denyut nadi perifer melemah atau meningkat.

c. B3 (Brain)
Klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, sianosis perifer
d. B4 (Bladder)
Perawat perlu memonitor adanya oliguria, anuria dan poliuria karena
hal tersebut merupakan tanda awal dari syok.
e. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurun berat badan.
f. B6 (Bone)
Kelemahan dan kelelahan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan klien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

12
II. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
parenkim paru.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen.
4. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkin paru.
5. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif berhubungan dengan
kesulitan ekonomi.
6. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun.
7. Risiko hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih.
[ CITATION Man161 \l 1057 ].

13
III. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan Jalan napas Mandiri
napas tidak bersih dan 1. Kaji jumlah / Evaluasi awal
efektif efektif setelah 3 kedalaman untuk melihat
berhubungan hari perawatan, pernapasan dan kemajuan dari
dengan dengan kriteria pergerakan dada. hasil intervensi
inflamasi hasil : yang telah
trakheobronkial a. Secara verbal dilakukan.
2. Auskultasi daerah Penurunan aliran
tidak ada
paru, catat area udara timbul pada
keluhan
yang menurun/ aera yang
sesak.
tidak adanya aliran konsolidasi
b. Suara napas
udara, dan adanya dengan cairan.
normal
suara napas Ronchi, wheezes
/vesikular
tambahan seperti terdengar pada
c. Sianosis (-)
wheezes. saat inspirasi /
d. Batuk (-)

14
e. Jumlah ekspirasi sebagi
pernapasan respon dari
dalam batas akumulasi cairan,
normal sekresi kental.
sesuai usia. 3. Elevasi kepala, Diafragma yang
sering ubah posisi lebih rendah akan
membantu dalam
meningkatkan
ekspansi dada,
pengisian udara,
mobilisasi.

4. Bantu klien dalam Napas dalam akan


melakukan latihan memfasilitasi
napas dalam. ekspansi
maksimum paru-
paru / udara kecil.
5. Lakukan suction Stimulasi batuk
atas indikasi atau pembersihan
saluran napas
secara mekasin
pada klien yang
tidak dapat
melakukannya
dikarenakan
ketidakefektifan
batuk atau
penurunan
kesadaran.
Kolaborasi
6. Berikan Membantu
pengobatan atas mengurangi

15
indikasi, misalnya bronkospasme
mukolitik, dengan mobilisasi
ekspektoran, dari sekret.
bronkodilator, dan Analgesik
analgesik. diberikan untuk
mengurangi rasa
tidak nyaman
ketika klien
melakukan usaha
batuk

7. Beikan cairan Cairan diberikan


suplemen misal IV, untuk mengganti
humidifikasi O2 cairan yang
hilang dan
membantu
mobilisasi sekret.
8. Monitor serial X- Untuk
Raymdada, ABGs, mengetahui
Pulse Oximetry. kemajuan dan
efek dari proses
penyakit serta
memfasilitasi
kebutuhan untuk
perubahan terapi.
2. Gangguan Pertukaran gas Mandiri
pertukaran gas dapat teratasi 1. Observasi warna Sianosis kuku
berhubungan setelah 3 hari kulit, membran menggambarkan
dengan perawatan , mukosa dan kuku, vasokontriksi atau
perubahan dengan kriteria catat adanya respon tubuh
membran hasil : sianosis terhadap demam.

16
alveolar kapiler. a. Keluhan Sianosis cuping
dipsnea telinga, membran
berkurang mukosa, dan kulit
b. Denyut nadi sekitar mulut
dalam dapat
rentang mengindikasikan
normal dan adanya
irama reguler hipoksemia
c. Kesadaran sistemik.
penuh
d. Hasil nilai
analisis gas
2. Kaji status mental Kelemahan,
darah normal
iritable, bingung,
dan somnolen
dapat
merefleksikan
adanya
hipoksemia /
penurunan
oksigenisasi
serebral.
3. Monitor denyut Takikardibiasany
irama jantung. a timbul sebagai
hasil dari
demam /
dehidrasi tetapi
dapat juga
sebagai respon
terhadap
hipoksemia.
4. Monitor suhu Demam tinggi
tubuh atas indikasi. (biasanya pada

17
pneumonia
bakteri dan
influenza) akan
meningkatkan
kebutuhan
metabolik dan
konsumsi oksigen
serta mengubah
oksigenisasi
selular.

5. Pertahankan Mencegah
bedrest. Anjurkan kelelahan dan
untuk mengurangi
menggunakan konsumsi oksigen
teknik relaksasi untuk
dan aktivitas memfasilitasi
diversi (hiburan). resolusi infeksi.
Kolaborasi
6. Berikan terapi Pemberian terapi
oksigen sesuai oksigen untuk
kebutuhan, misal memlihara PaO2
nasal, masker. diatas 60 mmHg,
oksigen yang
diberikan sesuai
dengan toleransi

18
dari klien.
7. Monitor HBGs, Untuk mengikuti
pulse oximetry. kemajuan proses
penyakit dan
memfasilitasi
perubahan dalam
terapi oksigen.
3. Nyeri akut yang Nyeri teratasi Mandiri
berhubungan setelah 3 hari 1. Tentukan Nyeri dada (chest
dengan perawatan karateristik nyeri, pain), biasanya
inflamasi pada dengan kriteria misal ketajaman, timbul dalam
parenkim paru hasil : terus menerus bebrapa
a. Laporan (frekuensi). Cari tingkatan, dapat
secara perubahan dalam juga
verbal, nyeri karateristik atau menunjukkan
dada lokasi atau adanya
berkurang. intensitas nyeri. komplikasi dari
b. Skala nyeri pneumonia seperti
menurun perikarditis dan
c. Wajah rileks. endokarditis.
2. Berikan tindakan Non analgesik
d. Klien dapat
untuk tindakan dengan
beristirahat
kenyamanan, sentuhan akan
tanpa
misal back rubs, meringankan
terganggu ras
perubahan posisi, ketidaknyamanan
nyeri.
musik lembut, dan memberikan
latihan relaksasi efek terapi
atau napas. analgesik.
3. Tawarkan untuk Napas dengan
oral higiene. mulut dan terapi
oksigen dapat
mengiritasi dan
membuat kering
membran mukosa

19
yang berpotensial
menyebabkan
ketidaknyamanan
umum.
4. Instruksikan dan Membantu
bantu klien untuk mengontrol
melakukan teknik ketidaknyamanan
menahan dada pada dada dengan
selama batuk. meningkatkan
pelaksanaan batuk
efektif.
Kolaborasi
5. Berikan analgesik Obat-obat ini
dan antitusif atas digunakan untuk
indikasi. menekan batuk
non produktif
atau paroksimal/
mereduksi mukus
yang berlebihan,
meningkatkan
kenyamanan
secara umum.

20
BAB 3

STUDI KASUS

I. Pengkajian

1. Identitas
Nama : An. A
Umur : 5 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Bulak Banteng 3
Tanggal MRS : 09 September 2018
No Register : 13588
Diagnosa Medis : Pneumonia

2. Data Subyektif
a. Keluhan Utama : Keluarga mengatakan klien sesak napas.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien datang ke IGD RS pada
tanggal 9 September 2018 dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari
sebelum masuk RS, klien juga mengalami penurunan BB drastis
dari 8 kg menjadi 5 kg batuk, pilek sejak 1 minggu sebelum dibawa
ke RS.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : ibu klien mengatakan klien belum
pernah dirawat di rumah sakit, klien hanya pernah mengalami
batuk pilek biasa dan berobat ke dokter langsung sembuh.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : ibu klien mengatakan dirinya
sedang batuk, dirinya sering mengalami batuk dan rontgen hasilnya
baik, tidak mengalami penyakit paru, hanya batuk biasa. Ibu klien

21
juga mengatakan kakak klien pernah mengalami sakit yang sama
saat umur 2 tahun dan sekarang sudah sembuh.

3. Data Obyektif
a. Pemeriksaan fisik
TTV
a) Nadi : 122 x/menit
b) Suhu : 37,8 derajat C
c) RR : 60 x/menit

1. B1 (Breathing) : terdapat retraksi dinding dada, irama nafas


cepat, terdengar bunyi ronchi, terdapas nafas cuping hidung .
2. B2 (Blood) : tidak tampak iktus cordis, bunyi jantung S1 S2
reguler tidak ada suara tambahan, terdapat sianosis perifer.
3. B3 (Brain) : mengalami penurunan kesadaran.
4. B4 (Bladder) : volume cairan seimbang.
5. B5 (Bowel) : mengalami penurunan nafsu makan.
6. B6 (Bone) : terjadi kelelahan fisik.

b. Pengukuran
a) Antropometri
b) Lingkar kepala : 38 cm
c) Lingkar lengan atas : 14 cm
d) Lingkar dada : 46 cm
e) BB : 5 kg
f) PB/TB : 72 cm

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

22
Hematologi
Hemoglobin 10.8 g/dl 10,7 - 13,1
Leukosit 14,6 10 ̊ 6/ul 6,0 - 17,5
Hematokrit L 32 10 ̊ 3/ul 35 – 46
Eritrosit 4,9 pg 3,60 – 5,20
Trombosit 489 g/dl 229 - 55

II. Analisa Data


No Tanggal / Waktu Data Fokus Etiologi Problem
1. 10 September DS : Sekresi yang Bersihan
2018 / 09.00 WIB Ibu klien tertahan. jalan napas
mengatakan klien tidak
sesak nafas sejak 3 efektif.
hari sebelum masuk
rumah sakit, klien
juga mengalami
batuk dan pilek ± 1
minggu.
DO :
Klien tampak lemah,
tampak skresi
berwarna putih,
tampak pernafasan
cuping hidung,
tampak retraksi
dinding dada,
auskultasi paru
ronchi, terpasang
oksigen 3 lpm, TTV
nadi : 122 x/menit,
RR : 60 x/menit,
hasil rontgen paru
kesan pneumonia.

23
2. 10 September DS : Nafsu makan Risiko
2018 / 09.00 WIB Ibu klien menurun. defisit
mengatakan Nutrisi.
menurunnya nafsu
makan.
DO :
Klien tampak lemas,
BB menurun 3 kg.
3. 10 September DS : Ibu klien Perubahan Gangguan
2018 / 09.00 mengatakan sesak alveolar kapiler pertukaran
napas sejak 3 hari gas.
sebelumMRS
DO : Adanya
sianosis perifer,
klien terlihat gelisah
RR 60 x/menit.

III. Diagnosa Keperawatan


Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan menurun.
Gangguan pertukuran gas berhubungan dengan perubahan alveolar kapiler.

24
IV. Intervensi
No Diagnosa Intervensi Rasional
Dx Keperawatan, Tujuan
dan Kriteria Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Auskultasi suara 1. Ronchi, wheezes
asuhan keperawatan napas tambahan. terdengar pada saat
3x24 jam diharapkan inspirasi / ekspirasi
bersihan jalan napas sebagi respon dari
bersih, dengan kriteria akumulasi cairan,
hasil : sekresi kental.
2. Mengobservasi 2. Pernapasan dangkal
a. Sesak (-)
frekuensi / dan gerakan dada tidak
b. Batuk (-)
kedalaman simetrsi sering terjadi
c. Pasien dapat
pernafasan dan karena
mengeluarkan
gerakan dada. ketidaknyamanan
sputum.
gerakan dinding dada /
d. Tidak ada
cairan paru.
suara nafas
3. Penghisapan sesuai 3. Merangsang batuk atau

25
tambahan indikasi. pembersihan jalan
(ronkhi -/-) napas secara mekanik
untuk mengeluarkan
sekret yang tertahan.
4. Berikan terapi 4. Fisioterapi dada dapat
fisioterapi dada. membantu
menjatuhkan sekret
yang ada dijalan napas.
5. Kolaborasi dengan 5. Berguna untuk
dokter untuk menurunkan spasme
pemberian obat bronkus dengan
bronkodilator. mobilisasi sekret.
Mukolitik dan
analgesik.
2. Setelah dilakukan 1. Identifikasi faktor 1. Agar dapat mengetahui
asuhan keperawatan yang menybabkan faktor penybabnya.
3x24 jam diharapkan nausea/vomiting
pemenuhan nutrisi misal, sputum yang
klien terpenuhi berlebihan.
2. Auskultasi bising 2. Bisis usus mungkin
dengan kriteria hasil :
usus. Observasi / berkurang jika proses
a. BB klien
palpasi distensi infeksi menjadi berat.
dalam keadaan
abdomen. Distensi abdomen
normal.
dapat timbul sebagai
b. Nafsu makan
hasil tertelannya udara
klien
atau refleks dari toksin
meningkat.
bakteri pada saluran
GI.
3. Berikan makan 3. Hal ini dapat
sedikit dan sering, meningkatkan intake
termasuk makanan meskipun nafsu makan
kering (biskuit)dan berkurang.
/ makanan yang
meanrik klien.

26
4. Pantau balance 4. Umtuk mengetahui
cairan (intake dan kebutuhan cairan
output) pasien.

3. Setelah dilakukan 1. Observasi warna 1. Sianosis kuku


asuhan keperawatan kulit, membran menunjukkan
3x24 jam diharapkan mukosa dan kuku. vasokonstriksi respon
gangguan pertukaran tubuh terhadap
gas dapat teratasi demam / menggigil.
dengan kriteria hasil : 2. Monitor denyut / 2. Takikardi biasanya
a. Tidak nampak irama jantung. timbul sebagai hasil
sianosis dari respons terhadap
b. Tidak terjadi hipoksemia.
hipoksia 3. Observasi kondisi 3. Syok dan edema
c. Keluhan yang memburuk, pulmonar merupakan
dipsnea catat adanya penyebab yang saling
berkurang. hipotensi, sputum menyebabkan kematian
d. Denyut nadi berdarah, sianosis, pada pneumonia.
dalam rentang dispnea berat, dan
normal dan kelemahan.
irama reguler. 4. Berikan terapi 4. Pemberian oksigen
e. Hasil nilai gas oksigen sesuai untuk memelihara
darah dalam kebutuhan. PaO2 di atas 60 mmHg.
batas normal. 5. Monitor Analis 5. Untuk mengetahui
Gas Darah, Pulse kemajuan proses
oximetry. penyakit dan
memfasilitasi
perubahan dalam terapi
oksigen.

27
V. Implementasi
Tanggal / No Implementasi Respon TTD
Waktu dx
10 September 1 Mengukkur TTV Nadi : 116 x/menit, RR : 40
2018 / 08.00 x/menit, Suhu : 37 ̊ C
09.00 1,3 Mengauskultasi Adanya suara napas ronkhi.
suara napas
tambahan.
10.00 1 Memberikan injeksi Obat masuk dengan lancar
Cefotaxim 200 mg melalui iv.
12.00 1,3 Memberikan terapi Klien tampak tenang saat
Nebulizer diberikan terapi. Klien bisa
Combivent 0,5 mg batuk tetapi tidak bisa
dan melakukan mengeluarkan sputum.
fisioterapi dada.
13.00 2 Menganjurkan Nafsu makan klien masih
ibunya untuk menurun.
memberikan
makanan sedikit
kepada klien tetapi
sering.
15.00 Timbang BB/ hari BB klien MRS 5 kg
11 September 1 Mengukur TTV Nadi : 110 x/menit, RR : 30
2018 / 08.00 x/menit, Suhu : 37 ̊ C
09.00 1,3 Mengauskultasi Suara napas ronkhi (+)

28
suara napas.
10.00 1 Memberikan injeksi Obat masuk dengan lancar
Cefotaxim 200 mg melalui iv. Tidak ada reaksi
12.00 1.3 Memberikan terapi alergi.
Nebulizer
Combivent 0,5 mg Klien tampak tenang saat
dan melakukan diberikan terapi. Klien bisa
fisioterapi dada. batuk dan dapat
mengeluarkan sputum
meskipun sedikit.

13.00 2 Menganjurkan Nafsu makan klien mulai


ibunya untuk meningkat.
memberikan
makanan sedikit
kepada klien tetapi
sering.
15.00 2 Timbang BB/ hari BB klien 5,5 kg
12 September 1 Mengukkur TTV Nadi : 108 x/menit, RR : 24
2018 / 08.00 x/menit, Suhu : 37 ̊ C
09.00 1,3 Mengauskultasi Suara napas vesikuler.
suara napas Ronkhi (-)
tambahan.
10.00 1 Memberikan injeksi Obat masuk dengan lancar
Cefotaxim 200 mg melalui iv. Tidak ada reaksi
alergi.
12.00 1,3 Memberikan terapi Klien tampak tenang saat
Nebulizer diberikan terapi. Klien bisa
Combivent 0,5 mg batuk dan mengeluarkan
dan melakukan sputum. Sputum berwarna
fisioterapi dada. putih keabuan.
13.00 2 Menganjurkan Nafsu makan klien mulai

29
ibunya untuk bertambah.
memberikan
makanan sedikit
kepada klien tetapi
sering.
14.00 2 Timbang BB/ hari BB klien 8 kg
15.00 3 Mengobservasi AGD Hemoglobin 10.8
klien

VI. Evaluasi
Tanggal / Evaluasi TTD
Waktu
12 Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi
September yang tertahan.
201/ 09.00 S : Ibu klien mengatakan sesak napas dan batuk
berkurang, anaknya dapat tidur setelah
dilakukan fisioterapi dada.
O : Nafas spontan dan irama nafas teratur,
batuk berkurang dan sudah tidak pilek,
auskultasi paru ronkhi -/- RR : 20 x/menit
Nadi 114 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
12 Risiko defisit nutrisi b.d nafsu makan menurun.
September S : Ibu klien mengatakan nafsu makan
201/ 09.00 bertambah, porsi berambah.
O : BB meningkat menjadi 8 kg

30
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
12 Gangguan pertukaran gas b.d perubahan
September alveolar kapiler.
201/ 09.00 S : ibu klien mengatakan sesak napas
berkurang
O : Tidak nampak sianosisn
A : Masalah teratasi
P : Intervensi berkurang

DAFTAR PUSTAKA

31
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.
Hariadi, s. (2010). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Departemen Ilmu Penyakit Paru
FK Unair RSUD Dr. Soetomo.
Indrasari, D. (2009). 100% sembuh tanpa dokter . Yogyakarta: Pustaka
Grahatama.
Kenneth, L. (2009). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Manurung , S. (2013). Gangguan Ssitem Pernafasan . Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Manurung, N. (2016). Suhan Keperawatan Ssitem Respiratory. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Napas PNEUMONIA. Jakarta:
Pustaka Obor Populer.
Nurarif, A. (2015). NANDA NIC-NOC Jilid 3. Yogyakarta: MediAction .
Sumantri, I. (2009). Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
KTI Asuhan Keperawatan klien yang mengalami Pneumonia Stikes
Muhammadiyah Gombong

32

Anda mungkin juga menyukai