Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH HIV/AIDS

ASKEP PALIATIF CARE PADA PASIEN HIV

Dosen Pembimbing : Ns. Mira Susanti. M.Kep

Kelompok 4

Ayuni Ditya Cahyati

Irma Salismi

Melenia Gusnita

Nadya Aida Fardila

Trisya Ayudia Putri

Taufik Muslim

Resti Okvi Wahyuni

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Paliatif Pada
PasienHIV/AIDS.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien HIV/AIDS ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca.

Padang, April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
D. Patofisiologi
E. Patogenesis
F. Masa inkubasi AIDS
G. Epidemiologi
H. Cara penularan
I. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostig AIDS
J. Asuhan keperawatan Teoritis pada pasien HIV/AIDS
BAB IV ASKEP KASUS
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Daftar pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit AIDS (Acquired Immuno deficiency Syndrome) merupakan suatu
syndrome /kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang
menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem
kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit penyakit
lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. Penyakit
AIDS dewasa ini telah terjangkit dihampir setiap negara didunia (pandemi),
termasuk diantaranya Indonesia.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu
singkat terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak
negara. Dikatakan pula bahwa epidemi yang terjadi tidak saja mengenai
penyakit(AIDS), virus (HIV)tetapi juga reaksi/dampak negatif berbagai bidang
seperti kesehatan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini
merupakan tantangan yang harus dihadapi baik oleh negara maju maupun negara
berkembang. Sampai saat ini obat dan vaksinyang diharapkan dapat membantu
memecahkan masalah penanggulangan HIV/AIDS belum ditemukan. Salah satu
alternatif dalam upaya menanggulangi problematik  jumlah penderita yang terus
meningkat adalah upaya pencegahan yang dilakukan semua pihak yang
mengharuskan kita untuk tidak terlibat dalam lingkungan transmisi yang
memungkinkan dapat terserang HIV.

B. Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami apa itu HIV/AIDS
2. Agar mahasiswa dapat memahami askep paliatif pada pasien HIV/AIDS
3. Agar mahasiswa dapat memahami apa saja diagnosa pada HIV/AIDS
4. Agar mahasiswa dapat memahami intervensi pada HIV/AIDS

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Acquired Immunodeficiency Syndrome(AIDS) adalah Syndrome akibat
defisiensi immunitas selluler tanpa penyebab lain yang diketahui, ditandai dengan
infeksi oportunistik keganasan berakibat fatal. Munculnya Syndrome ini erat
hubungannya dengan berkurangnya zat kekebalan tubuh yang  prosesnya tidaklah
terjadi seketika melainkan sekitar 5-10 tahun setelah seseorang terinfeksi HIV.
Berdasarkan hal tersebut maka penderita AIDS dimasyarakat digolongkan
kedalam 2 kategori yaitu :
1. Penderita yang mengidap HIV dan telah menunjukkan gejalak linis
(penderita AIDS positif).
2. Penderita yang mengidap HIV, tetapibelum menunjukkan gejalaklinis
(penderita AIDS negatif)
Menurut Suensen(1989) terdapt 5-10 juta HIV positif yang dalam waktu 57
tahun mendatang diperkirakan 10-30% diantaranya menjadi penderita AIDS. Pada
tingkat pandemi HIV tanpa gejala jauh lebih banyakdari pada pendrita AIDS itu
sendiri. Tetapi infeksi HIV itu dapat berkembanglebih lanjut dan Menyebabkan
kelainan imunologis yang luas dan gejala klinik yang bervariasi. AIDS merupakan
penyakit yang sangat berbahaya karena mempunyai case fatality rate 100% dalam
5 tahun setelah diagnosa AIDS ditegakkan, maka semua penderita akan
meninggal.
B. Etiologi
Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut
Human Immuno deficiency Virus (HIV). Virus ini pertama kali diisolasi oleh
Montagnier dan kawan-kawan di Prancis pada tahun 1983 dengan nama
Lymphadenopathy Associated Virus (LAV), sedangkan Gallo di Amerika Serikat
pada tahun 1984 mengisolasi (HIV) III. Kemudian atas kesepakatan internasional
pada tahun 1986 nama firus dirubah menjadi HIV.

5
Muman Immuno deficiency Virus adalah sejenis Retrovirus RNA.
Dalambentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat
berkembang atau melukai sampai ia masuk kesel target. Sel targetvirus ini
terutama sel LymfositT, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang
disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti
retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif.
Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious
yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup  penderita tersebut.
Secara mortologis HIV terdiri atas 2 bagian besar yaitu bagian inti (core) dan
Bagian selubung (envelop).Bagian inti berbentuk silindris tersusun atas dua
untaian RNA (Ribonucleic Acid).Enzim reverce transcriptase dan beberapa  jenis
prosein. Bagian selubung terdiri atas lipiddan glikoprotein (gp 41 dan gp120). Gp
120 Berhubungan dengan reseptor Lymfosit(T4) yang rentan. Karena bagian luar
virus (lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, maka HIV termasuk virus sensitif
terhadap Pengaruh lingkungan seperti air mendidih, sinar matahari dan mudah
dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton, alkohol, jodium
hipoklorit dan sebagainya, tetapi telatif resisten terhadap radiasi dan sinar
utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan mudah mati
diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia
jaringan otak.
C. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda gejala-gejala (symptom) secara klinis pada seseorang  penderita
AIDS adalah diidentifikasi sulit karena symptomasi yang ditujukan pada
umumnya adalah bermula dari gejala-gejala umum yang lazim didapati pada
berbagai  penderita penyakit lain, namun secara umum dapat kiranya
dikemukakan sebagai berikut :
a. Rasa lelah dan lesu
b. Berat badan menurun secara drastis
c. Demam yang sering dan berkeringat diwaktu malam
d. Mencret dan kurang nafsu makan
e. Bercak-bercak putih di lidah dan di dalam mulut

6
f. Pembengkakan leher dan lipatan paha
g. Radang paru-paru
h. Kanker kulit
Manifestasi klinik utama dari penderita AIDS pada umumnya ada 2 hal antara
Lain tumor dan infeksi oportunistik :
1. Manifestasi tumor diantaranya:
a) Sarkoma kaposi: kanker padasemua bagian kuli tdan organ tubuh.
Frekuensi kejadiannya 36-50% biasanya terjadi pada kelompok
homoseksual,dan jarang terjadi  pada heteroseksual serta jarang menjadi
sebab kematian primer.
b) Lomfoma ganas: Terjadi setelah sarkoma kaposi dan menyerang syaraf,
dan bertahan kurang lebih 1 tahun.
2. Manifestasi Oportunistik diantaranya:
a. Manifestasi pada paru-paru
a)Pneumonia pneumocystis (PCP) Pada umumnya 85% infeksi
oportunistik pada AIDS merupakan infeksi paru-paru PCP dengan
gejala sesak nafas, batuk kering, sakit  bernafas dalam dan demam.
b)Cytomegalo Virus (CMV) Pada manusia virus ini 50% hidup sebagai
komensial pada paru paru tetapi dapat menyebabkan pneumocystis.
CMV merupakan  penyebab kematian pada 30% penderita AIDS.
c)Mycobacterium Avilum Menimbulkan pneumonidifus, timbul pada
stadium akhir dan sulit disembuhkan
d)Mycobacterium Tuberculosis Biasanya timbul lebih dini, penyakitcepat
menjadi miliar dan cepat menyebar ke organ lain diluar paru.  b.
Manifestasi pada Gastrointestinal Tidak ada nafsu makan, diare khronis,
berat badan turun lebih 10%  per bulan.
3. Manifestasi Neurologis Sekitar 10% kasus AIDS nenunjukkan manifestasi
Neurologis, yang  biasanya timbul pada fase akhir penyakit. Kelainan
syaraf yang umum adalah ensefalitis, meningitis, demensia, mielopati dan
neuropari perifer.
D. Patofisiologi

7
Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS
diperkirakan antara 10 minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang
yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun  pertama, dan
mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus
lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIV menyerang sel
target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke
dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus
dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus
berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel
virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya
dan menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang
disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau
penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel
limfosit. Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau
limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur
sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit
T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan
organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T  penolong,
sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap
infeksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong
melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki
limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan  pertama
setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama  bulan-
bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena  banyak
partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan
virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6  bulan,
jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang  berlainan
pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang
lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+

8
yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko
tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS,  jumlah limfosit
CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka
penderita menjadi rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit
yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang
berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang
dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan
berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang  bersamaan,
penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan  berkurangnya kemampuan
sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus
diserang.
Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6
bulan sebelum titer antibodi terhadap HIV positif. Fase ini disebut “periode
jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang
selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya
terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian
baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan
gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIV sampai menjadi AIDS membutuhkan
waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui
HIV positif. (Heri : 2012)
E. Patogenesis
Dasar utama patogenesis HIV adalah kurangnya jenis limposit T
helper/induser yang mengandung marker CD4 (selT 4). Limfosit T 4 merupakan
pusat dan sel utama yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
menginduksi fungsi-fungsi imunologik. Menurun atau hilangnya sistem imunitas
seluler, terjadi karena HIV secara selektif menginfeksi sel yang berperan
membentuk zat antibodi pada sistem kekebalan tersebut, yaitu sel lymfosit T4.
Setelah HIV mengikat diri pada molekul CD4, virus masuk kedalam target dan ia
melepas bungkusnya kemudian dengan enzym reverse transcryptae ia merubah
bentuk RNA agar dapat bergabung dengan DNA sel target. Selanjutnya sel yang

9
berkembang biak akan mengundangbahan genetik virus. Infeksi HIV dengan
demikian menjadi irreversibel dan berlangsung seumur hidup.
Pada awal infeksi, HIV tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di
infeksinya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi (penggandaan), sehingga
ada kesempatan untuk berkembang dalam tubuh penderita tersebut, yang lambat
laun akan menghabiskan atau merusak sampai jumlah tertentu dari sel lymfosit
T4. setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun kemudian, barulah pada
penderita akan terlihat gejala klinis sebagai dampak dari infeksi HIV tersebut.
Masa antara terinfeksinya HIV dengan timbulnya gejala-gejala penyakit (masa
inkubasi) adalah 6 bulan sampai lebih dari 10 tahun, rata-rata 21 bulan pada anak-
anak dan 60 bulan pada orang dewasa.
Infeksi oleh virus HIV menyebabkan fungsi kekebalan tubuh rusak yang
mengakibatkan daya tahan tubuh berkurang atau hilang, akibatnya mudah terkena
penyakit-penyakit lain seperti penyakit infeksi yang disebabkan oleh  bakteri,
protozoa, dan jamur dan juga mudah terkena penyakit kanker seperti sarkoma
kaposi. HIV mungkin juga secara langsung menginfeksi sel-sel syaraf,
menyebabkan kerusakan neurologis.
F. Masa Inkubasi AIDS
Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus
HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang dibutuhkan
rata-rata cukup lama dan dapat mencapai kurang lebih 12 tahun dan semasa
inkubasi penderita tidak menunjukkan gejala-gejala sakit. Selama masa inkubasi
ini penderita disebut penderita HIV.Pada fase ini terdapat masa dimana virus HIV
tidak dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium kurang lebih 3 bulan
sejak tertular virus HIV yang dikenal dengan “masa wndow periode”. Selama
masa inkubasi penderita HIV sudah berpotensi untuk menularkan virus HIV
kepada orang lain dengan berbagai cara sesuai pola transmisi virus HIV.
Mengingat masa inkubasi yangrelatif lama, dan penderita HIV tidak menunjukkan
gejala-gejala sakit, maka sangat besar kemungkinan penularan terjadi pada fase
inkubasi ini.
G. Epidemiologi AIDS

10
Sindroma AIDS pertama kali dilaporkan oleh Gottlieb dari Amerika pada
tahun 1981. Sejak saat itu jumlah negara yang melaporkan kasus-kasus AIDS
meningkat dengan cepat. Dewasa ini penyakit HIV/AIDS telah merupakan
pandemi, menyerang jutaan penduduk dunia, pria, wanita, bahkan anak-anak.
WHO memperkirakan bahwa sekitas 15 juta orang diantaranya 14 juta remaja dan
dewasa terinfeksi HIV. Setiap hari 5000 orang ketularan virus HIV. Menurut
etimasi WHO pada tahun 2000 sekitar 30-40 juta orang terinfeksi virus HIV, 12-
18 juta orang akan menunjukkan gejala-gejala AIDS dan setiap tahun sebanyak
1,8 juta orang akan meninggal karenaAIDS. Pada saat ini laju infeksi (infection
rate) pada wanita jauh lebih cepat dari pada pria. Dari seluruh infeksi, 90% akan
terjadi dinegara berkembang, terutama Asia.
H. Cara Penularan
Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu
penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan,
tempat keluar kumandan tempat masuk kuman (port’d entrée). Virus HIV sampai
saat ini terbukti hanya menyerang sel Lymfosit Tdansel otak sebagai organ
sasarannya.Virus HIV sangat lemah dan mudah mati diluar tubuh. Sebagai
vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada
orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkan
diantaranyas emen, cairan vagina atau servik dan darah  penderita.
Banyak carayang diduga menjadicara penularan virus HIV, namun hingga kini
cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui:
1. Transmisi Seksual Penularan melalui hubungan seksual baik Homoseksual
maupun Heteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering
terjadi. Penularan ini berhubungan dengan semen dan cairan vagina atau
servik. Infeksi dapat ditularkan dari setiap pengidap infeksi HIV kepada
pasangan seksnya. Resiko penularan HIV tergantung pada pemilihan
pasangan seks,  jumlah pasangan seks dan jenis hubungan seks. Pada
penelitian Darrow(1985) ditemukan resiko seropositive untuk zat anti
terhadap HIV cenderung naik pada hubungan seksual yang dilakukan pada
pasangan tidak tetap. Orang yang sering berhubungan seksual dengan

11
berganti pasangan merupakan kelompok manusia yang berisiko tinggi
terinfeksi virus HIV.
a) Homoseksual Didunia barat, Amerika Serikat dan Eropa tingkat
promiskuitas homoseksual menderita AIDS, berumur antara 20-40 tahun
dari semua golongan rusial. Cara hubungan seksual anogenetal
merupakan perilaku seksual dengan resiko tinggi bagi penularan HIV,
khususnya bagi mitra seksual yang pasif menerima ejakulasi semen dari
seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan dengan mukosa rektum
yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami pertukaran pada saat
berhubungan secara anogenital.  
b) Heteroseksual DiAfrika dan Asia Tenggara cara penularan utama melalui
hubungan heteroseksual pada promiskuitas dan penderita terbanyak
adalah kelompok umur seksual aktif baik pria maupun wanita yang
mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti
2. Transmisi Non Seksual
a. Transmisi Parenral
1) Jarum suntik Yaitu akibat penggunaan jarum suntikdan alat tusuk lainnya
(alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan
Narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara
bersama-sama. Disamping dapat juga terjadi melaui jarum suntik yang
dipakai oleh petugas kesehatan tanpa disterilkan terlebih dahulu. Resiko
tertular cara transmisi parental ini kurangdari 1%.
2) Darah/produk darah Transmisi melalui transfusi atau produkdarahterjadi di
negaranegara barat sebelum tahun 1985. Sesudah tahun 1985 transmisi
melalui jalur ini di negara barat sangat jarang, karenadarah donor telah
diperiksa sebelum ditransfusikan. Resiko tertular infeksi/HIV lewat
trasfusi darah adalah lebih dari 90%.  
b. Transmisi Transplasental Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif
ke anak mempunyai resiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu
hamil, melahirkan dan sewaktu menyusui. Penularan melalui air susu ibu
termasuk penularan dengan resiko rendah.

12
I. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostig AIDS
Human Immunodefeciency Virus dapat di isolasi dari cairan-cairan yang
berperan dalam penularan AIDS seperti darah, semen dan cairan serviks atau
vagina. Diagnosa adanya infeksi dengan HIV ditegakkan di laboratoruim dengan
ditemukannya antibodi yang khusus terhadap virus tersebut. Pemeriksaan untuk
menemukan adanya antibodi tersebut menggunakan metode Elisa (Enzyme
Linked Imunosorbent Assay). Bila hasil test Elisa positif maka dilakukan
pengulangan dan bila tetap positif setelah pengulangan maka harus
dikonfirmasikan dengan test yang lebih spesifik yaitu metode Western Blot. Dasar
dalam menegakkan diagnosa AIDS adalah:
1) Adanya HIVsebagaietiologi(melalui pemeriksaan laboratorium).
2) Adanya tanda-tanda Immunodeficiency.
3) Adanya gejala infeksi oportunistik.
Dalam prakteknya yang dipakai sebagai petunjuk adalah infeksi oportunistik
atau sarkoma kaposi pada usia muda kemudian dilakukan uji serologis untuk
mendeteksi zat anti HIV (Elisa, Western Blot).

ASKEP TEORITIS PALIATIF CARE

A. Asuhan Keperawatan Paliatif :


Asuhan Keperawatan Paliatif Asuhan keperawatan paliatif merupakan
suatu proses atau rangkaian kegiatan praktek keperawatan yang langsung
diberikan kepada pasien paliatif dengan menggunakan pendekatan ;
Metodologi proses keperawatan Dilandasi etika profesi Tanggung jawab
perawat yang mencakup seluruh proses kehidupan Pendekatan yang holistik
mencakup pelayanan biopsikhososiospiritual yang komprehensif Bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien .
B. Prinsip Asuhan Keperawatan Paliatif pada pasien HIV/AIDS :

Prinsip Asuhan Keperawatan Paliatif pada pasien HIV/AIDS Melakukan


pengkajian secara cermat , mendengarkan keluhan dengan sungguh - sungguh
Menetapkan diagnosis / masalah keperawatan dengan tepat sebelum bertindak

13
Melaksanakan tindakan / asuhan pemberian obat , perawatan luka dll secara
tepat dan akurat Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat
C. Karakteristik perawatan paliatif
Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan
keluarganya, termasuk konseling kedukaan bila diperlukan.
1) Meningkatkan kwalitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi
perjalanan penyakit.
2) Merupakan komponen esensial dari perawatan konprehensif kontinyu
ODHA
3) Perawaatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak
dapat disembuhkan Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, sosial
4) Pendekatan multi-disipliner : medis, non-medis, keluarga
D. Manfaat perawatan paliatif
1) Meningkatkan kualitas hidup ODHA dan keluarganya
2) Mengurangi penderitaan pasien
3) Mengurangi frekwensi kunjungan ke rumah sakit  Meningkatkan
kepatuhan pengobatan
E. Jenis perawatan paliatif
1) Pengobatan medikamentosa terutama penatalaksanaan nyeri dan gejala-
gejala lain
2) Perawatan psikososial berupa : psikologis sosial spiritual
kedukaan/berkabung
F. Tempat pelayanan
1) Perawatan dirumah ( Home - based care ) Umumnya pilihan pasien Perlu
pelatihan bagi anggota keluarga yang akan memberikan pengobatan
paliatif
2) Perawatan di rumah sakit ( Hospital care ) Terutama di daerah insidensi <
1%
3) Hospice care
1. Pengkajian Keperawatan:
Pengkajian Keperawatan

14
a. Pengkajian fsik . Perawat melakukan pengkajian kondisi fisik pasien
secara keseluruhan dari ujung rambut sampai ke ujung kaki .
b. Pengkajian psikhososio spiritual kultural : Fungsi sosial Kondisi mental
/ emosional Hubungan interpersonal Kegiatan yang dilakukan Konfik
dalam keluarga Peran sistem budaya Spiritual & aspek religius Sumber
keuangan Komunikasi Kepribadian /personality Adat istiadat / pembuat
keputusan Aspek religius / kepercayaan Pertahanan / koping Sistem
nilai Hubungan antar anggota keluarga juga stresor
2. Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan yang sering muncul


pada perawatan paliatif pasien HIV/AIDS, adalah : Gangguan body image
Gangguan hubungan seksual Gangguan pelaksanaan fungsi peran dalam
keluarga Gangguan komunikasi Kurang pengetahuan / informasi
Gangguan pola tidur Gangguan interaksi sosial Koping pasien / keluarga
yang tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan:
Intervensi Keperawatan PERAWATAN PALIATIF INTERVENSI
Umum Penilaian holistik terhadap kebutuhan fsik, emosi,sosial, dan
spiritual dan keluarganya. Sistem rujukan untuk menghubungkan klien
yang dapat membantu mengatasi masalah yang telah teridentfkasi. Fisik
Penilaian , pencegahan , dan pengobatan rasa sakit Penilaian,pencegahan
dan pengobatan gejala lain Pengajaran kemampuan perawatan diri untuk
mengelola gejala efek samping di rumah dan mengetahui tanda-tanda
bahaya Pemperhatikan kebutuhan fsik dalam masa ahir kehidupan
Perwatan oleh pengasuh kelompok dukungan konsultasi Dukungan dalam
berdukacita , konsultasi untuk membantu keluarga dala kesedihan dan
perencana masa depan

4. Implementasi:

15
Implementasi Langkah-langkah strategis dalam pengembangan
implementasi perawatan paliatif berdasarkan Evidence Based Nursing Practice
meliputi : Menentukan target group , Mengembangkan   quality indicators ,
Mengidentifikasi hambatan dan fasilitas secara nasional serta cara
pemenuhannya , Menentukan strategi dan   rodmap   untuk implementasi
perawatan paliatif . 

a) Hambatan Makro Perawatan Paliatif :

Hambatan Makro Perawatan Paliatif Hambatan makro yang dihadapi


dalam pelaksanaan perawatan paliatif meliputi : Pembiayaan perawatan
paliatif , Fragmentasi pelayanan dan pergantian pemberi pelayanan kesehatan ,
Problem komunikasi dan peroses pelayanan kesehatan , Dinamika kelompok
pemberi pelayanan kesehatan .

b) Hambatan Mikro Perawatan Paliatif :

Hambatan Mikro Perawatan Paliatif Hambatan mikro yang sering


dijumpai adalah : Knowledge , attitude and skills , Individual professional:
attitude, behavioral routine . Sebagaimana diketahui bahwa salah satu
karakteristik dari perawatan paliatif adalah durasi perawatan yang panjang dan
bersifat rutin . Karakteristik ini membutuhkan attitude yang khusus dari
pemberi pelayanan kesehatan termasuk perawat .

16
BAB IV

KASUS HIV/AIDS

A. Pengkajian
A. Identitas pasien.
1. Nama :Tn. ABC
2. Umur : 37 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Suku/bangsa : Banten/Indonesia.
5. Agama : Kristen Katholik
6. Status perkawinan : Belum kawin
7. Pendidikan/pekerjaan : SMA Makasar
8. Bahasa yang digunakan : Indonesia
9. Alamat : Jl. Garuda
B. Alasan masuk rumah sakit
1. Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin
dan kadang demam serta tubuh terasa lemah.
2. Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut
penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila
bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam.
C. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek.
b. Riwayat kesehatan sekarang :
sejak 12 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara
suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan oleh
saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat
ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencret-
mencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras
dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-2016, memeriksakan diri ke UGD
RSUD nabire.

17
c. Riwayat kesehatan keluarga :
Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan
dalam keluarga klien.

B. Pengkajian Kasus Kelolaan


A. ktivitas hidup sehari – hari
Aktivitas sehari- Pre-masuk rumah Di rumah sakit
hari sakit

A.       Makan dan


minum
Pola makan tidak teratur, Pola makan 3 kali/hari
1.      Nutrisi tetapi tidak ada napsu bubur, namun tidak ada
makan, terutama jika napsu makan, nyeri saat
sudah memakai obat. menelan, makan hanya
1/2 porsi.
Minum air putih dengan
2.      Minum jumlah tidak tentu Minum air putih 2-3
kadang minuman keras. gelas dan teh hangat 2-3
gelas.

B.        Eliminasi Mencret 5 X/hari,, Mencret dengan


seperti lendir, tidak frekuensi 5-7 X/hari,
bercampur darah dan encer, tidak ada isi tanpa
berbau. BAK 2 X hari diikuti sakit perut dan
dan tidak ada kelainan. BAK 2 X/hari serta tidak
ada kelainan.

C. Istirahat dan Pasien tidak bisa Pasien istirahat di tempat


tidur istirahat dan tidur tidur saja. Pasien tidak
karena terus keluar bisa istirahat dan tidur
memcret serta perasaan karena terus keluar
tidak menentu akibat mencret serta perasaan

18
tidak dapat putaw sejak tidak menentu akibat
20 hari. tidak dapat putaw sejak
20 hari.

D. Aktivitas Pasien sebagai guide Pasien mengatakan tidak


freelance sejak sebulan bisa melakukan
tidak bekerja. aktivitasnya karena
lemah, merasa tidak
berdaya dan cepat lelah.
Pasien partial care.

E. Kebersihan diri Jarang dilakukan. Mandi dibantu petugas,


dan menggosok gigi
dilakukan di tempat tidur.
Hambatan dalam
melakukan kebersihan
diri adalah lemah .

F. Rekreasi Tidak ada, hanya dengan Hanya ingin bercerita


memakai putaw. dengan petugas.

B. Psikososial.

a. Psikologis :
pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa
ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di
Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya
dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin
diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud
melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat
merasa tidak berguna lagi.
b. Sosial :

19
sejak 12 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan
ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang
sekarang entah dimana.
c. Spiritual :
Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi
Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya.

C. Pemeriksaan Fisik
TTV

Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat

Kesadaran : Compos Mentis

TD : 110/70 mmHg

N : 120 x/ mnt

R : 22 x/ mnt

SB : 37,8oC

BB : 40 kg

Head to toe :

 Kepala:
Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau,
Rambut ikal, nampak kurang bersih.
 Mata (penglihatan).
Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya
mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.
 Hidung (penciuman).
Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe,
peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal.
 Telinga (pendengaran).

20
Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat
bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran
dan fungsi pendengaran normal.
 Mulut dan gigi.
Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang
gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada
peradangan pada faring.
 Leher.
Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena
jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk.
 Thoraks.
Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru
normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur.
 Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri
tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit.
 Repoduksi
Penis normal, lesi tidak ada.
 Ekstremitas
Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah.
Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda
bekas suntikan.
 Integumen.
Kulit keriput, pucat, akral hangat
D. Pemeriksaan Penunjang
A.    Laboratorium :

Tanggal 10-1 2016

Hb : 8,7

Leukosit : 8,8

21
Trombosit : 208

PCV : 0,25

Terapi : tanggal 14-1-2016

-          Diet TKTP

-          RL 14 X/mnt

-          Cotimoxazol : 2 X II tab

-          Corosorb : 3 X 1 tab

-          Valium : 3 X 1 tab

E. Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
 Pasien mengatakan lemah, cepat  Keadaan umum :
lelah, bila melaukan aktivitas, Pasien tampak lemah, kurus,
terbatas. dan pucat
 Pasien mengatakan kadang Kesadaran : Compos
demam. Mentis
 Pasien mengatakan tidak ada TD : 110/70
nafsu makan, saat menelan sakit, mmHg
mengatakan tidak bisa N : 120 x/ mnt
menghabiskan porsi yang R : 22 x/ mnt
disiapkan SB : 37,8oC
 Pasien mengatakan diare sejak 1  BB : 40 kg Turgor masih
bulan yang lalu, mengatakan baik, inkontinensia alvi,
menceret 5-7 kali/hari, kadang BAB encer, membran
demam dan keringat pada malam mukosa kering, bising usus
hari, minum 2-3 gelas/hari meningkat 20 X/menit
 Klien merasa diasingkan oleh  Lemah, 4 hari tidak makan,
keluarga dan teman-temannya, mulut kotor, lemah,

22
klien tidak punya uang lagi, klien holitosis, lidah ada bercak-
merasa frustasi karena tidak bercak keputihan, Hb
punya teman dan merasa 8,7g/dl, pucat, konjungtiva
terisolasi. Minta dipanggilkan anemis
Pastur Jelantik dari Gereja
Katedral.

F. Analisa Data
Data Penyebab Masalah
Ds :
Pasien mengatakan
kadang demam
Do :
Keadaan umum : Pasien
tampak lemah, kurus,
dan pucat
Immunocompromised Resiko Infeksi
Kesadaran : Compos
Mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 120 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 38,oC

Ds : Diare intake cairan Resiko tinggi terhadap


Pasien mengatakan kekurangan volume
diare sejak 1 bulan yang cairan
lalu, mengatakan
menceret 5-7 kali/hari,
kadang demam dan
keringat pada malam

23
hari, minum 2-3
gelas/hari.
Do :
Turgor masih baik,
inkontinensia alvi, BAB
encer, membran mukosa
kering, bising usus
meningkat 20 X/menit
Ds :
Pasien mengatakan
tidak ada nafsu makan,
saat menelan sakit,
mengatakan tidak bisa
menghabiskan porsi
yang disiapkan. Intake yang tidak Perubahan nutrisi
Do : adekuat kurang dari kebutuhan
Lemah, 4 hari tidak tubuh
makan, mulut kotor,
lemah, holitosis, lidah
ada bercak-bercak
keputihan, Hb 8,7g/dl,
pucat, konjungtiva
anemis
Ds : Harga diri rendah Resiko bunuh diri
Klien merasa
diasingkan oleh
keluarga dan teman-
temannya, klien tidak
punya uang lagi, klien
merasa frustasi karena
tidak punya teman dan

24
merasa terisolasi. Minta
dipanggilkan Pastur.
Do :
Mencoba melakukan
percobaan bunuh diri
tanggal 14-1-2016,
dengan berusaha
menceburkan diri dari
lantai II.

G. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas


1) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang
berlebihan, diare berat
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak
adekuat
3) Resiko infeksi b/d immunocompromised
4) Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah

25
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN HIV/AIDS
(DIAGNOSA, INTERVENSI,)

No Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
. Tujuan Intervensi Rasional
1 Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan dan  Monitor tanda-tanda  Volume cairan deplesi
b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat, elektrolit dipertahankan dehidrasi. merupakan komplikasi dan
ditandai dengan : dengan kriteria intake dapat dikoreksi.
Ds : seimbang output, turgor
Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, normal, membran mukosa  Monitor intake dan ouput  Melihat kebutuhan cairan
mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam lembab, kadar urine normal, yang masuk dan keluar.
dan keringat pada malam hari, minum 2-3 tidak diare setelh 3 hari  Anjurkan untuk minum
gelas/hari. perawatan. peroral  Sebagai kompensasi akibat
Do : peningkatan output.
Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer,
membran mukosa kering, bising usus meningkat 20  Atur pemberian infus dan  Memenuhi kebutuhan intake
X/menit eletrolit : RL 20 tetes/menit. yang peroral yang tidak
terpenuhi.
 Kolaborasi pemberian

26
antidiare antimikroba  Mencegah kehilangan cairan
tubuh lewat diare (BAB).

2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Setelah satu 4 hari perawatan  Monitor kemampuan  Mengetahui jenis makanan
intake yang tidak adekuat ditandai dengan : pasien mempunyai intake mengunyah dan menelan. yang lebih cocok
Ds : kalori dan protein yang
Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat adekuat untuk memenuhi  Monitor intake dan ouput.  Untuk membandingkan
menelan sakit, mengatakan tidak bisa kebutuhan metaboliknya kebutuhan dengan suplai
menghabiskan porsi yang disiapkan. dengan kriteria pasien makan,  Rencanakan diet dengan sehingga diharapkan tidak
Do : serum albumin dan protein pasien dan orang penting terjadi kurang nutrisi
Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, dalam batas normal, lainnya.Anjurkan oral
holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb menghabiskan porsi yang hygiene sebelum makan.  Untuk mengurangi kotoran
8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis disiapkan, tidak nyeri saat dalam mulut yang dapat
menelan, mulut bersih.  Anjurkan untuk beri menurunkan nafsu makan.
makanan ringan sedikit tapi
sering.Timbang TB/BB
 Untuk mengatasi penurunan
keluhan makan
3 Resiko infeksi b/d immunocompromised ditandai Pasien akan bebas infeksi  Monitor tanda-tanda infeksi  Untuk pengobatan dini
dengan : oportunistik dan baru.
Ds : komplikasinya dengan

27
Pasien mengatakan kadang demam kriteria tak ada tanda-tanda  gunakan teknik aseptik pada  Mencegah pasien terpapar
Do : infeksi baru, lab tidak ada setiap tindakan invasif. Cuci oleh kuman patogen yang
Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan infeksi oportunis, tanda vital tangan sebelum meberikan diperoleh di rumah sakit.
pucat dalam batas normal, tidak ada tindakan.
Kesadaran : Compos Mentis luka atau eksudat.  Mencegah bertambahnya
TD : 110/70 mmHg  Anjurkan pasien metoda infeksi
N : 120 x/ mnt mencegah terpapar terhadap
R : 22 x/ mnt lingkungan yang patogen.  Mempertahankan kadar
SB : 37,8oC darah yang terapeutik.
 Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order
4 Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah ditandai Setelah 4 hari klien tidak  .     Waspada pada setiap  Karena tanda tersebut
dengan : membahayakan dirinya ancaman bunuh diri sebagai tanda permintaan
Ds : sendiri secara fisik. tolong
Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan teman-  Jauhkan semua benda
temannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa berbahaya dari lingkungan  Untuk mencegah
frustasi karena tidak punya teman dan merasa klien penggunaan benda
terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur. tersebut untuk tindakan
Do :  Observasi secara ketat bunuh diri
Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal
14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri dari  Untuk mencegah jika
lantai II.  Observasi jika klien minum ditemukan gejala
28
obat perilaku bunuh diri

 Obat mengandung
 Komunikasikan kepedulian antidepresan dapat
perawat kepada klien. mengurangi perilaku
bunuh diri klien.
 Waspada jika tiba-tiba
menjadi tenang dan tampak  Untuk meningkatkan
tentram harga diri klien

 Dukung perilaku positif  Karena hal tersebut


klien. merupakan suatu cara
mengelabui petugas.

 Meningkatkan harga diri


klien

29
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Acquired Immune Defiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang
dapat disebabkan oleh Human Immuno Deficiency Virus (HIV). Virus dapat ditemukan
dalam cairan tubuh terutama pada darah, cairan vagina, cairan sperma, cairan Air Susu Ibu.
Virus tersebut merusak system kekebalan tubuh manusia dengan mengakibatkan turunnya
atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi.

B. Saran
Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi bila ada
keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.

30

Anda mungkin juga menyukai