Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada
instansi pemerintah. Undang-Undang No.5 Tahun 2014 Pasal 63 ayat
(3) dan ayat (4) tentang Aparatur Sipil Negara menerangkan bahwa
Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan
Pelatihan terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama
satu tahun masa percobaan. Merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, PNS wajib menjalani masa
percobaan yang dilaksanakan untuk membangun moral, kejujuran,
semangat nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang
unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme
serta kompetensi bidang.
Karakter PNS profesional dibentuk dari sikap dan perilaku
disiplin PNS, nilai-nilai dasar profesi PNS, dan pengetahuan tentang
kedudukan dan peran PNS dalam NKRI serta mengusai tugasnya
sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara
profesional sebagai pelayan publik. Untuk merealisasikan hal tersebut,
diperlukan sebuah penyelenggaraan pelatihan yang inovatif dan
terintegrasi.
Peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 12 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Latihan Dasar Golongan III
mengatur penyelenggaraan pelatihan yang memadukan pembelajaran
klasikal dan non-klasikal di tempat pelatihan dan di tempat kerja.
Sehingga, memungkinkan peserta mampu menginternalisasi,
menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi
kebiasaan (habituasi), dan merasakan manfaatnya, sehingga terpatri
dalam dirinya sebagai karakter PNS yang profesional sesuai bidang
tugas.
1
Agenda habituasi memfasilitasi peserta untuk melakukan proses
aktualisasi melalui pembiasaan diri terhadap kompetensi yang telah
diperoleh melalui mata diklat yang telah dipelajari. Aktualisasi tersebut
disesuaikan dengan nilai dasar ANEKA dan mata diklat lain, tugas
pokok dan fungsi serta visi dan misi unit kerja, kegiatan yang sehari-
hari dilakukan di unit kerja, modifikasi agar terjadi peningkatan kualitas
pelayanan dan dapat juga berupa inovasi yang sebelumnya belum
pernah dilakukan.
UPTD Puskesmas Doro II merupakan fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang melayani masyarakat sekitar mulai dari pelayanan
promotif, preventif, kuratif hingga rehabilitatif. Untuk mewujudkan visi
misi UPTD Puskesmas Doro II diperlukan suatu sistem pengelolaan
sumber daya yang efektif, efisien dan bermutu. Dokter sebagai
petugas kesehatan ikut berperan penting dalam meningkatkan
kualitas UPTD Puskesmas Doro II. Selain memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan berkesinambungan terhadap
masyarakat, dokter juga merupakan penanggungjawab pelayanan
puskesmas di bidang Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP). Dengan
kata lain, dokter berperan penting dalam mengendalikan sistem
pelayanan internal puskesmas.
Pelayanan kesehatan membutuhkan pengelolaan yang kompleks
dan kerjasama semua tim internal maupun eksternal puskesmas.
Sumber Daya Manusia (SDM) berhubungan dengan kualitas
pelayanan. Minimnya jumlah SDM UPTD Puskesmas Doro II
menyebabkan belum optimalnya kualitas pelayanan dan penemuan
kasus dilakukan secara pasif saja. Selain itu, cakupan wilayah UPTD
Puskesmas Doro II yang luas dan akses transportasi yang buruk
merupakan salah satu kendala dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Terkait itu, timbul beberapa permasalahan di UPTD Puskesmas
Doro II yaitu rendahnya cakupan penemuan Orang Terduga
Tuberkulosis di Wilayah UPTD Puskesmas Doro II, belum optimalnya
2
pelayanan kesehatan umum di UPTD Puskesmas Doro II, masih
tingginya prevalensi Hipertensi di UPTD Puskesmas Doro II,
peningkatan prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah
UPTD Puskesmas Doro II dan belum optimalnya pelayanan
puskesmas keliling di wilayah UPTD Puskesmas Doro II. Sehingga
harus dilakukan identifikasi, analisa dan kemampuan berpikir kreatif
untuk menciptakan suatu sistem pengelolaan pelayanan kesehatan
yang efektif dan efisien.
Tabel 1.1. Identifikasi Isu dikaitkan dengan Agenda Ketiga Pelatihan Dasar
CPNS.
3
N Sumber Kondisi yang
Identifikasi Isu Kondisi Saat Ini
o Isu Diharapkan
3. Belum optimalnya Pelayanan Sistem pelayanan Tersedianya SDM
pelayanan Publik, pusling yang belum yang kompeten,
Puskesmas Whole Of efektif efisien. sarana prasarana
Keliling (Pusling) Goverment Belum tersedianya yang mendukung
di wilayah UPTD , pemeriksaan penegakan
Puskesmas Doro Manajeme laboratorium dasar diagnosis dan
II. n ASN (kadar Gula darah, sistem pelayanan
asam urat, yang efektif
kolesterol,dan efisien.
Hemoglobin) saat
kegiatan pusling.
4
dipilih isu yang menjadi prioritas utama yang selanjutnya akan
diidentifikasi.
Berikut ini beberapa isu yang ada di UPTD Puskesmas
Doro II, yang akan ditentukan kelayakannya menggunakan
metode APKL (Tabel 1.2).
Kriteria Keterangan
No Identifikasi Isu
A P K L
1. Rendahnya cakupan + + + + Memenuhi syarat
penemuan Orang
Terduga Tuberkulosis di
Wilayah UPTD
Puskesmas Doro II.
5
2. Belum Optimalnya Pelayanan Puskesmas Keliling di Wilayah
UPTD Puskesmas Doro II.
3. Meningkatnya Prevalensi Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Wilayah UPTD Puskesmas Doro II pada Bulan April 2019.
3 Meningkatnya Prevalensi 5 3 4 12 2
Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Wilayah UPTD
Puskesmas Doro II pada
Bulan April 2019.
6
2. Dampak Isu Jika Tidak Terselesaikan
Dampak dari isu terpilih apabila tidak dilaksanakan tersaji
dalam Tabel 1.4.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka selanjutnya akan
dituliskan rumusan masalah dalam rancangan aktualisasi ini.
Setelah melalui tahap analisis dengan metode USG, maka dapat
diidentifikasi isu yang menjadi prioritas, yaitu Rendahnya Cakupan
Penemuan Orang Terduga Tuberkulosis di Wilayah UPTD
Puskesmas Doro II. Berdasarkan latar belakang dan hasil
identifikasi isu yang telah diperoleh, maka rumusan masalah
rancangan aktualisasi ini adalah sebagai berikut: Bagaimana
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan
penemuan Orang Terduga Tuberkulosis di Wilayah UPTD
Puskesmas Doro II dengan mengaktualisasikan nilai-nilai
ANEKA?
4. Tujuan
Tujuan rancangan aktualisasi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan cakupan penemuan Orang Terduga Tuberkulosis
di Wilayah UPTD Puskesmas Doro II
7
2. Terlaksananya 6 (enam) kegiatan aktualiasi pemecahan isu
dengan menerapkan nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi.
3. Tersusunnya Standar Operasional Prosedur (SOP) Triase
Pasien Batuk di Loket Pendaftaran
4. Terlaksananya pemeriksaan terhadap Orang Terduga
Tuberkulosis dalam memberikan pelayanan kesehatan umum
5. Terlaksananya integrasi inovasi Taksi TB (Temukan Riak Atasi
Tuberkulosis) dengan Program Kelompok Peduli TB.
6. Terlaksananya pembinaan tekhnis mengenai SOP Triase
Pasien Batuk dan Integrasi Taksi TB.
7. Terlaksananya monitoring dan evaluasi Penerapan SOP Triase
Pasien Batuk.
8. Terlaksana penyuluhan tentang Penatalaksanaan Tuberkulosis
di Masyarakat.
5. Manfaat
a. Bagi Peserta Pelatihan Dasar CPNS
a. Penulis bisa memahami dan menjalankan perannya dalam
lingkup kegiatan sehari-hari menggunakan nilai-nilai dasar
ASN yang telah didapatkan selama mengkuti inclass
Pendidikan dan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.
b. Memahami, menginternalisasi dan mengaktualisasi
keterkaitan prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan
Whole of Government.
b. Bagi Instansi
a. Terwujudnya visi dan misi UPTD Puskesmas Doro II.
b. Tercapainya target capaian penemuan Orang Terduga
Tuberkulosis di Wilayah UPTD Puskesmas Doro II.
8
c. Bagi Pihak Lain
Masyarakat mendapatkan pelayanan prima sebagai wujud
aktualisasi nilai dasar ANEKA dan membantu meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
10
3. Kesiapsiagaan Bela Negara
Pasal 27 dan Pasal 30 UUD Negara RI 1945
mengamanatkan kepada semua komponen bangsa berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara dan syarat-syarat
tentang pembelan negara. Dalam hal ini setiap PNS sebagai bagian
dari warga masyarakat tertentu memiliki hak dan kewajiban yang
sama untuk melakukan bela negara sebagaimana diamanatkan
dalam UUD Negara RI 1945 tersebut.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai
bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap
bangsa dari segala bentuk ancaman.
Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga
negara yang secara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan
dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki
kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa
memelihara jiwa dan raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja
keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Oleh sebab tiu dalam pelaksanaan
latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan latihan-latihan seperti :
1. Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik;
2. Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental;
3. Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara;
4. Keprotokolan;
5. Kegiatan ketangkasan dan permainan.
11
Ada lima (5) nilai dasar profesi PNS, yaitu akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan antikorupsi. Lima nilai
dasar yang biasa disingkat ANEKA ini merupakan modal awal PNS
dalam menjalankan tugasnya. Sebelum mengimplementasikan nilai
dasar PNS, ada satu tahap yang dilalui yaitu tahap internalisasi.
Internalisasi merupakan proses pemahaman atas nilai yang
terkandung dari masing-masing poin ANEKA yaitu :
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kesadaran adanya tanggung jawab
dan kemauan untuk bertanggung jawab. PNS memiliki tugas pokok
fungsi yang wajib untuk dijalankan. Setiap PNS hendaknya sadar
akan tugasnya. Tidak hanya sekadar sadar. Mereka juga harus
bertanggung jawab atas apa yang telah dilaksanakan. Sebagai abdi
masyarakat, PNS memiliki tanggung jawab yang besar. Maka tidak
salah jika setiap PNS melakukan perencanaan yang matang
sebelum melaksanakan tugasnya. Adanya transparansi juga
penting untuk dilaksanakan. Tanpa transparansi PNS akan
kesulitan dalam menjalankan tugas. Ada 9 (sembilan) nilai-nilai
akuntabilitas antara lain :
a Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
hal tersebut.
b Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua
tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok / institusi.
c Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang
tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan.
d Tanggung jawab
12
Tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Tanggung jawab juga dapat berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai
sesuatu hal, baik menyangkut benda maupun orang.
f Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini akan melahirkan akuntabilitas.
g Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas. Selain itu, adanya harapan dalam
mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan
keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang
dimiliki.
h Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan,
peran dan tanggung jawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu
maupun organisasi.
i Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir (LAN,
2015).
2. Nasionalisme
Nasionalisme merupakan sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri dan pandangan tentang rasa cinta terhadap bangsa dan
negara. Dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap PNS
memiliki orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik,
13
bangsa, dan negara. Nasionalisme merupakan pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. PNS dapat
mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila
agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.
14
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan
kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin,
kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa
selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang
lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari
seluruh umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan
bekerjasama dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan
bangsa apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
15
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh
semangat kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima
dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang
dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan sosial bagi seluruh Indonesia
16
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2) Sikap adil terhadap sesama.
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang
bersifat pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan
atau merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat
bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan
kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
3. Etika Publik
Etika publik yaitu pembelian pelayanan kepada masyarakat
Seorang PNS harus mampu memberi pelayanan yang ramah
selama menjalankan tugasnya. Dalam kondisi apapun, PNS tidak
boleh terlihat sombong, angkuh, galak, apalagi tidak sopan. Nilai-
nilai dasar pada etika publik antara lain :
a. Kebersamaan: dapat diartikan bagaimana individu menciptakan
rasa kebersamaan untuk menjalankan pelayanan kepada
pelanggan.
b. Empati: dapat diartikan bagaimana individu memberikan rasa
empati kepada pelanggan tentang masalah/kesulitan yang
dihadapi.
17
c. Kepedulian: dapat diartikan bagaimana individu peduli terhadap
kesulitan pelnggan dan mencoba mencari solusinya.
d. Kedewasaan: dapat diartikan bagaimana individu berpilaku
dewasa sesuai tugas/tupoksinya.
e. Orientasi organisasi: dapat diartikan bagaimana individu
memperhatikan orientasi dalam berperilaku kepada pelanggan.
f. Respek: dapat diartikan bagaimana individu berperilaku sopan
dan santun saat memberikan pelayanan.
g. Kebajikan: dapat diartikan bagaimana individu berberilaku baik
sesuai dengan norma yang berlaku saat melayani pelanggan.
h. Integritas: dapat diartikan bagaimana kesesuaian perkataan dan
perbuatan individu.
i. Inovatif: dapat diartikan bagaimana individu berinovasi dalam
memberikan pelayanan.
j. Keunggulan: dapat diartikan bagaimana individu memiliki
keunggulan tersendiri ketika memberikan pelayanan.
k. Keluwesan: dapat diartikan bagaimana individu berperilaku
luwes saat melayani.
l. Kearifan: dapat diartikan bagaimana individu bijaksana sesuai
dengan situasi dan kondisi saat melayani.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu yaitu sikap menjaga efektivitas dan efisiensi
mutu. Ada empat indikator dari nilai – nilai dasar komitmen mutu
yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Orientasi mutu: orientasi mutu berkomitmen untuk senantiasa
melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan untuk kualitas
pelayanan sehingga pelanggan menjadi puas dalam pelayanan.
b. Efektif dan efisien: efektif dapat diartikan sejauh mana dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan, atau berhasil mencapai
apapun yang coba dikerjakan. Efektivitas organisasi tidak hanya
diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu,
18
kuantitas, ketepatan waktu, dan alokasi sumber daya, melainkan
juga diukur dari kepuasan dan terpenuhinya kebutuhan
pelanggan. Sedangkan efisien dapat diartikan jumbah sumber
daya yang digunakan untuk mencapai tujuan. Efisiensi
ditentukan oleh berapa banyak bahan baku, uang dan manusia
untuk mencapai tujuan.
c. Inovasi: Inovasi dalam layanan publik harus mencerminkan hasil
pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan memotivasi
setiap individu untuk membangun karakter dan mindset baru
sebagai aparatur penyelenggara pemerintahan, yang diwujudkan
dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda
dengan sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
d. Adaptasi: dapat diartikan bagaimana pegawai mengadaptasi dari
program atau organisasi lain untuk meningkatkan mutu
organisasinya.
e. Pelayanan sepenuh hati: dapat diartikan bagaimana pegawai
memberikan pelayanan sepenuh hati kepada pelanggan.
f. Perbaikan berkelanjutan: dapat diartikan bagaimana
pegawai/organisasi melakukan suatu perbaikan setelah melihat
situasi dan kondisi yang ada di unit kerjanya.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi dikatakan
sebagai kejahatan yang luar biasa karena dampaknya yang luar
biasa yaitu mampu merusak tatanan kehidupan dalam ranah
pribadi, keluarga, masyarakat maupun ranah kehidupan yang lebih
luas lagi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama dengan pakar
telah melakukan identifikasi nilai – nilai dasar anti korupsi. Ada 9
(sembilan) nilai – nilai anti korupsi yang harus diperhatikan, yaitu :
19
a. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri. Seseorang yang dapat berkata
jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain, sehingga dapat membentengi diri dari
perbuatan curang.
b. Peduli
Adanya kepedulian terhadap orang lain menjadikan seseorang
memiliki rasa kasih sayang antar sesama. Pribadi dengan jiwa
sosial yang tinggi tidak akan tergoda untuk memperkaya diri
sendiri dengan cara yang tidak benar.
c. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter pada diri seseorang untuk
tidak mudah bergantung kepada pihak lain. Pribadi yang mandiri
tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat.
d. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Seseorang
yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak
akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan
kekayaan dengan cara yang mudah.
e. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan
menyadari bahwa keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk
melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan sesama manusia.
Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
f. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan
kualitas hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik
yang sebesar-besarnya.
g. Sederhana
20
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang
menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi
kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan.
h. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian
untuk menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan.
i. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa
yang dia terima sesuai dengan jerih payahnya. Adil merupakan
kemampuan seseorang untuk memperlakukan orang lain sesuai
dengan hak dan kewajibannya.
21
umum nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap kegiatan yang dilakukan PNS
pasti terdapat konsekuensi baik berupa penghargaan maupun
sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh melalaikan kewajiban
kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun
2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang kewajiban
selaku PNS sebagai berikut:
1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah;
2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS
dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab;
4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, Pemerintah, dan martabat
PNS;
5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/atau golongan;
6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan;
7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan negara;
8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan
negara atau Pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan,
dan materiil;
9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja;
10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan;
11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara
dengan sebaik-baiknya;
12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;
13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas;
22
14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier; dan
15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang.
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk
menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh
pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional.
Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu.
Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.
Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;
pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola
karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun
dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur
Sipil Negara, 2014).
2. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala
bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
23
pelayanan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
Pelayanan Publik.
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah.
Barang/jasa publik yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat
diproduksi oleh sektor swasta karena adanya free rider problem,
non-rivalry, dan non-excludable, serta cara mengkonsumsinya
dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public
Management (NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service
(NPS).
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk
mewujudkan pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan,
responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien,
aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan.
Fundamen Pelayanan Publik:
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat
konstitusi
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk
mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa
yang akan datang
d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi.
3. Whole of Government
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan
penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya
kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
24
pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
publik. Oleh karena itu WoG dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan dengan melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno &
Sejati, 2016).
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan
publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu (Shergold & lain-lain, 2004).
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil
Indonesia adalah:
a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam
mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih
baik, selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan
dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong
pentingnya WoG.
b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan
kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan.
c. Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta
bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi
disintegrtasi bangsa.
25
BAB III
A. Profil Organisasi
1. Gambaran Umum
Berdasarkan Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28 B,
bahwa setiap orang berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pembangunan kesehatan adalah integral dari pembangunan
nasional. Untuk tercapainya keberhasilan pembangunan nasional
tersebut diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih
dinamis dan proaktif dengan melibatkan semua sektor terkait,
pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014
menyebutkan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional,
khususnya subsistem upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan
adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan/atau masyarakat.
UPTD Puskesmas Doro II berada di Desa Larikan dan berdiri
sejak Mei 2005. Pada mulanya merupakan Puskesmas Pembantu
(Pustu) dari Puskesmas Perawatan Doro I. Perkembangan bidang
kesehatan pada wilayah Kecamatan Doro dan luasnya wilayah
cakupan Puskesmas Doro I menyebabkan perlu ditingkatkan
statusnya dari Pustu menjadi Puskesmas Induk, yaitu UPTD
Puskesmas Doro II. Hal ini berdasarkan Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Pekalongan Nomor : 440 / 11 / 2005,
terhitung sejak 1 April 2005.
Luas wilayah kerja UPTD Puskesmas Doro II Kabupaten
26
Pekalongan adalah 32,85 km2 terdiri daerah dengan dataran tinggi
dan dataran sedang dengan ketinggian sekitar 500–1300 m di atas
permukaan laut. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Doro II
Kabupaten Pekalongan merupakan termasuk dalam wilayah
Pemerintahan Kecamatan Doro yang terdiri 6 desa. Desa–desa
yang termasuk dalam wilayah kerja UPTD Puskesmas Doro II
Kabupaten Pekalongan adalah Desa Pungangan, Desa Sidoharjo,
Desa Rogoselo, Desa Harjosari, Desa Larikan dan Desa
Sawangan.
Desa Pungangan dan Desa Sidoharjo dikategorikan sebagai
desa terpencil karena topografi desa berada di dataran tinggi, jauh
dari ibukota Kecamatan maupun Kabupaten. Transportasi umum
masih terbatas dan jalan desa berupa pengerasan tanah yang
hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda 2. Hal ini menyebabkan
jangkauan pelayanan kesehatan masih terbatas pada beberapa
wilayah dukuh dan desa.
27
c. Nilai
Santun : sopan dalam tutur kata dan perilaku
Empati : melayani dengan sepenuh hati
Handal : memberikan pelayanan dengan profesional
Adil : memberikan pelayanan yang merata dan tidak
membedakan
Teladan : menjadi panutan masyarakat dalam berperilaku sehat.
28
STRUKTUR ORGANISASI UPTD PUSKESMAS DORO II
30
B. Tugas Jabatan Peserta Latsar
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
139/KEP/M.PAN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Dokter dan
Angka Kreditnya menerangkan bahwa dokter adalah Pegawai Negeri
Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki tugas pokok memberikan pelayanan kesehatan pada
sarana pelayanan kesehatan berupa tindakan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, serta membina peran serta masyarakat dalam rangka
kemandirian di bidang kesehatan kepada masyarakat.
Rincian kegiatan penulis sebagai calon Dokter Ahli Pertama
yang tercantum dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: 139/KEP/M.PAN/11/2003 merupakan Tugas Pokok
Jabatan, yaitu:
1. Melakukan pelayanan medik umum rawat jalan tingkat pertama
2. Melakukan tindakan medik sederhana
3. Melakukan pelayanan dan konsultasi KIA/KB
4. Melakukan dan menerima konsultasi pasien dan masyarakat
5. Menerima dan melakukan rujukan
6. Melakukan pengujian kesehatan, otopsi dan visum
7. Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat dan anak sekolah
8. Melakukan pembinaan teknik kepada pelaksana kesehatan
9. Melakukan tugas jaga/P3K
10. Membuat catatan medik rawat jalan
11. Membuat rencana kerja tahunan
12. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
31
3. Menjadi anggota organisasi profesi IDI
4. Menghadiri rapat/seminar/lokarkaya pelatihan/profesi
C. Role Model
32
pontianak, bali, nusa tenggara timur dan lain-lain. Beliau sangat
memiliki integritas yang tinggi dibuktikan dengan minat dan antusias
pasien ketika beliau datang ke suatu daerah.
Dr. Lie banyak mencetuskan program yang inovatif untuk
menyelesaikan beberapa masalah kesehatan dengan cepat dan tepat
sasaran. Prestasi besar yang pernah beliau lakukan adalah
mewujudkan mimpi yang mustahil yaitu membangun rumah sakit
apung yang sangat inovatif dan satu-satunya RS apung di indonesia,
didalamnya terdapat bilik-bilik diperuntukan untuk pasien-pasien rawat
inap ataupun pasien-pasien pasca operasi, beliau membangun RS
Apung ini dengan biaya sendiri dan mandiri. Beliau sangat
menekankan pada kualitas pelayanan kesehatan pasien serta tidak
membedakan Suku, Ras, dan Agama. Semua pasien memiliki Hak
yang sama. Beliau sangat ramah kepada pasien-pasien nya dan
melayani pasien dengan sepenuh hati sehingga beliau dijuluki ”the
smiling doctor”.
Nilai -nilai yang terdapat pada role model :
1. Nasionalisme: Kecintaan dan kepeduliannya terhadap masyarakat
indonesia (sila ke 3), tidak membedakan suku,ras, dan agama (sila
ke 1, sila ke 2), Semua pasien memiliki Hak yang sama (sila ke 2)
2. Komitmen Mutu: Inovatif, sepenuh hati, efektif dan efisien (tepat
sasaran)
3. Anti korupsi: Kemandirian, daerah miskin dan terpencil di
indonesia (kepedulian)
4. Etika Publik: Ramah (kebajikan)
5. Akuntabilitas: Kepemimpinan, Integritas
33
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI
34
c. Mengintegrasikan inovasi Taksi TB (Temukan Riak Atasi
Tuberkulosis) dengan Program Kelompok Peduli TB (Sumber:
Inovasi)
d. Melakukan pembinaan tekhnis mengenai SOP Triase Pasien
Batuk dan Integrasi Taksi TB (Sumber: SKP)
e. Monitoring dan Evaluasi Penerapan SOP Triase Pasien Batuk
(Sumber: SKP)
f. Mengadakan penyuluhan tentang Penatalaksanaan
Tuberkulosis di Masyarakat (Sumber: SKP)
35
Tabel 4.1. Rencana Kegiatan Aktualisasi
36
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
37
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
38
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
memberikan Saya akan menyapa pasien dan juga Misi UPTD pelayanan
pelayanan dengan sopan dan ramah dan Puskesmas Doro II nomor kesehatan umum
kesehatan memperlakukan pasien sesuai 1, yaitu: memberikan memberikan
umum. norma yang berlaku, lalu pelayanan kesehatan penguatan nilai
memastikan dengan teliti yang bermutu sesuai UPTD Puskesmas
(Sumber : SKP) identitas pasien sesuai dg buku prosedur yang bermutu. Doro II yaitu:
RM yang diberikan. Santun, Empati,
Handal, dan Adil.
2. Melakukan 2. Diperoleh 1.Akuntabilitas:
anamnesis keluhan dan Kepercayaan
riwayat penyakit 2.Etika Publik:
Orang Terduga Sopan santun, empati,
TB. kepedulia, respek
3.Komitmen Mutu:
Komunikasi efektif
39
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
40
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
41
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
42
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
43
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
44
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
45
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
46
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
5 Monitoring dan 1. Mencari referensi 1. Referensi 1.Akuntabilitas: sesuai pedoman Melakukan pembinaan Melakukan
Evaluasi metode metode (Integritas) tekhnis mengenai SOP pembinaan tekhnis
Penerapan SOP monitoring dan monitoring dan 2.Komitmen mutu: teliti Triase Pasien Batuk mengenai SOP
Triase Pasien evaluasi program evaluasi program (Orientasi mutu) mendukung Visi dan juga Triase Pasien Batuk
Batuk 3.Anti korupsi: mandiri Misi UPTD Puskesmas memberikan
Doro II nomor 1 dan 3. penguatan nilai
(Sumber: SKP) Saya mencari referensi untuk UPTD Puskesmas
monitoring dan evaluasi Doro II yaitu:
program secara mandiri, Santun, Handal dan
mengacu pada standar Teladan.
akreditasi yang berlaku dengan
cermat dan teliti.
47
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
48
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
49
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
50
Output/ Hasil Kontribusi terhadap Visi Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Nilai – Nilai Dasar
Kegiatan Misi Organisasi Organisasi
51
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di UPTD Puskesmas Doro II pada tanggal 31 Mei 2019 sampai dengan
tanggal 9 Juli 2019. Kegiatan-kegiatan aktualisasi akan di jabarkan dalam timeline kegiatan seperti pada Tabel 4.2.
52
pembinaan
tekhnis mengenai Surat Undangan, Absen
SOP Triase Kegiatan, Notulensi, dan foto
Pasien Batuk kegiatan
(Sumber:SKP)
Monitoring dan
Referensi, persetujuan
Evaluasi
Atasan, lembar monitoring,
5. penerapan SOP X X X X X X O O O O
hasil evaluasi dan foto
Triase Pasien
kegiatan
Batuk
Mengadakan
penyuluhan Hasil persetujuan Atasan,
tentang Surat Undangan, Absen
6. X X X O O O O
Penatalaksanaan Kegiatan, Notulensi, dan foto
Tuberkulosis di kegiatan
Masyarakat
(Sumber: data dielaborasi penulis, 2019) Keterangan: Hari libur XXPelaksanaan Kegiatan O Penyusunan Laporan
53
C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN akan dilaksanakan pada
tanggal 31 Mei 2019 hingga 9 Juli 2019 pada institusi tempat kerja.
Dalam pelaksanaannya dimungkinkan terjadinya kendala-kendala
yang berisiko menghambat kegiatan yang telah direncanakan menjadi
kurang optimal. Oleh karena itu diperlukan antisipasi untuk
menghadapi kendala-kendala tersebut, sehingga dampak yang
menghambat kegiatan tersebut dapat diminimalisir. Antisipasi dalam
menghadapi kendala-kendala selama aktualisasi dijelaskan lebih
lanjut pada tabel 4.3.
54
Kendala yang Antisipasi dan Strategi
No Kegiatan
dihadapi menghadapi kendala
55
BAB V
PENUTUP
56
tuberkulosis yang tidak terkendali, meningkatnya angka kesakitan akibat
Tuberkulosis, penderita Tuberkulosis tidak mendapatkan penatalaksanaan
sesuai standar dan kematian.
Pentingnya penyusunan rancangan aktualisasi dan habituasi ini
diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan-kegiatan tersebut kemungkinan mengalami kendala sehingga
rancangan kegiatan ini tidak dapat direalisasikan secara optimal atau tidak
tercapai aktualisasinya. Oleh sebab itu Penulis berharap agar rancangan
aktualisasi di UPTD Puskesmas Doro II bisa berjalan sebagaimana jadwal
dan tahapan yang telah disusun dengan dukungan segenap pihak.
57
DAFTAR PUSTAKA
58
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
a. Identitas Diri
b. Riwayat Pendidikan
59