Anda di halaman 1dari 32

A.

Persalinan Normal
1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir spontan
dengan presentabelakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin (Wiknjosastro,2000).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan , disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (FK
UNPAD, 1983).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin)
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara
spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang
berlansung sekitar 18-24 jam,dengan letak janin belakang kepala
(Varneys,2003).

2. Etiologi
a. Teori Oksitosin
Peranan oksitosin pada persalinan yaitu dikeluarkanya oksitosin
oleh neurohipofise wanita hamil pada saat wanita tersebut mulai
masuk perasalinan. Menurut Chard (1973) peranannya pada persalinan
hanya kecil, perannan utamanya pada fase ekspulsi dan postpartum,
pada postpartum setelah fetus dan plasenta lahir menimbulkan
kontraksi dan retraksi uterus sehingga jumlah peradrahan yang terjadi
berkurang (pada saat ini pembuatan prostaglandin oleh amnion sudah
tidak ada lagi) bahwa oksitosin adalah obat yang dapat menimbulkan
kontraksi uterus pada kehamilan lanjut sudah diketahui secara luas
kadar reseptor untuk oksitosin pada beberapa kehamilan cukup bulan
dan selama persalinan, juga didapat kenaikan kadar oksitosin dalam
cairan amnion selama persalinan. Dapat disimpulkan bahwa oksitosin
berperan penting pada akhir persalinan termasuk lahirnya plasenta,
mempertahankan kontraksi uterus setelah persalinan (mengurangi
jumlah darah yang hilang, dan pada saat ibu menyusui bayinya karena
pada waktu bayi menghisap puting susu ibu terjadi hipersekresi dari
oksitosin dan air susu mengalir keluar).
b. Teori Penarikan (withdrawal progesteron)
Penarikan progesteron merupakan keadaan endokrin penting yang
mendasari proses biomolekuler untuk bermulanya persalinan. Dari
semua penalitian pada manusia kadar progesteron sekurang-kurangnya
pada darah ibu tidak menurunpada waktu sebelum persalinan mulai
berlangsung.
c. Hipotesa Sistem Komunikasi Organ
Menurut Manuaba (1998) dikemukakan teori yang menyatakan
kemungkinan terjadinya persalinan yaitu :
1) Teori keregangan :
a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas-batas tertentu
b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai.
c) Contohnya pada hamil ganda sering terjadi setelah
keregangan tertentu sehingga menimbulkan persalinan.
2) Teori penurunan progesteron :
a) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah menaglami penyempitan dan buntu.
b) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
c) Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
3) Teori oksitosin internal :
a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hiks.
c) Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas
sehingga persalinan dapat dimulai.
4) Teori prostaglandin :
a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desisua.
b) Pemberian prostaglandin dapat menimbulkan kontaksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
c) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
5) Teori hipotalamus pituitari dan galndula suprarenalis :
a) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan
anensepalus sering terjadi perlambatan persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus.
b) Pemberian kortokosteroid yang menyebabkan
prematuritas janin, induksi (mulai persalinan).
c) Galndula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan.

3. Faktor esensial persalinan


a. Power
Kontraksi uterus, dinding perut dan daya meneran. Ibu melakukan
kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
b. Passageway
Jalan lahir terdiri panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina) janin harus
dapat menyesuaikan diri dengan jalan lahir tersebut.
c. Passanger
Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak disepanjang jalan
lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni: ukuran kepala
janin, presentasi letak kepala, letak, sikap, dan posisi janin.
d. Psikologikal respon
Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara
keseluruhan merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis
dukungan yang ia akan perlukan.
e. Posisi ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Posisi tegak memberikan sejumlah keuntungan. Mengubah posisi
membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki
sirkulasi (Melzack,1991). Posisi tegak meliputi posisi berdiri,
berjalan, duduk, dan jongkok.

4. Kala dalam persalinan


a. Kala I
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Proses ini berlangsung antara 18-24 jam ,terbagi dalam 2 fase yaitu:
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3cm.
2) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
a) Fase akselerasi: dalam waktu 3 jam pembukaan 3cm tersebut
menjadi 4cm
b) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm
c) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multi gravid
pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase
deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara pada primigravida
dan multigravida, pada yang pertama ostium uteri internum akan
membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan
menipis. Baru kemudian osteum uteri eksternum membuka. Pada
multigrvida osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi
dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika
pembukaan hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus
dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila
ketuban telah pecah sebelum pembukaan mencapai 5 cm, disebut
ketuban pecah dini.
Kala I selesai apabila pembukaan seviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multigravida kira-kira 7 jam.
b. Kala II
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2
sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini janin sudah
masuk ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot
dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak buang air besar.
Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka, labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih
berelaksasi, kepala tidak masuk lagi di luar his, dengan his dan
kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan
suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu melewati
perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala II
berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk
melepas plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.
d. Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-
rata perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang
lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal (Prawirohardjo, 2007).

5. Mekanisme persalinan normal


a. Engagement
Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap ( engaged ) pada pintu atas panggul.
b. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.
Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan
amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin, dan kontraksi
diafragma serta otot- otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
c. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul,
atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu
didekatkan kearah dada janin.
d. Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap
kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis,
dan kepala hampir selalu berputar saat mencapai otot panggul.
e. Ekstensi
Saat kepala janin mancapai perineum, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan
bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi.
f. Restitusi dan putaran
paksi luar
Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga
mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas.
Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan
mirip dengan gerakan kepala.
g. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu
dan badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah
simfisis pubis.

B. Vakum Ekstraksi
1. Pengertian Vakum Ekstraksi
Ekstraksi vakum adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana
janin dilahirkan dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif (daya
hampa udara) dengan alat vakum (negative-preasure vacuum extractor)
yang dipasang dikepalanya. Hanya sebagai alat ekstraksi tidak baik
sebagai alat rotasi (Farogk, 2009). Pada ekstraksi vakum, keadaan
fisiologis yang diharapkan adalah terbentuknya kaput suksadeneum pada
kepala janin sebagai kompensasi akibat penghisapan/ tekanan negatif.
Kemudian setelah kepala menempel pada mangkuk vakum, tarikan
dilakukan dengan bantuan tenaga dari ibu (bersamaan dengan saat his/
gerakan mengejan) mengandalkan penempelan kaput tersebut pada
mangkuk vakum (Farogk, 2009).
Vakum memberi tenaga tambahan untuk mengeluarkan bayi, dan
biasanya digunakan saat persalinan sudah berlangsung terlalu lama dan ibu
sudah terlalu capek serta tidak kuat meneran lagi. Ekstraksi vakum dapat
dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
a) Janin aterm, letak kepala, atau bokong
b) Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi sefalopelvik)
c) Pembukaan serviks sudah lengkap (pada multigravida, dapat pada
pembukaan minimal 5 - 7)
d) Kepala janin sudah engaged
e) Selaput ketuban sudah pecah, atau jika belum harus dipecahkan\
f) Harus ada kontraksi uterus (his) dan tenaga mengejan ibu (reflex
mengejan baik)
g) Tidak boleh ada mukosa vagina atau jaringan servix yang terjepit
antara ekstraktor vakum dengan kepala janin h. Penurunan kepala janin
minimal Hodge II i. Tekanan vakum sampai mencapai 50 mmHg.

2. Alat Vakum Ekstraksi


Alat Ekstraktor Vakum Alat ekstraktor vakum terdiri atas:
a) Cup sejenis mangkuk dari logam yang agak mendatar dengan
berbagai ukuran biaswanya 3, 5, dan 7 cm (diameter 30 samapi
dengan 60 mm) dengan lubang di tengah-tengahnya. Ekstraktor
utama yang ada terdiri dari mangkuk yang terbuat dari karet yang
lembut atau plastik dan bukan dari logam. Dua macam ekstraktor
vakum yang sering digunakan adalah mangkuk polimer silikon dan
mangkuk plastik sekali pakai yang lebih kecil.
b) Pipa atau selang karet yang pada ujung yang satu dihubungkan
dengan mangkuk dan pada ujung yang lain dihubungkan dengan
suatu alat penarik dari logam
c) Rantai dari logam yang berhubungan dengan alat bundar dan datar;
alat tersebut dimasukan ke dalam rongga mangkuk sehingga dapat
menutup lubangnya, selanjutnya rantai dimasukkan ke dalam pipa
karet dan setelah ditarik kuat, dikaitkan kepada alat penarik.
d) Pipa karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan alat
penarik dan dengan ujung yang lain dengan botol penampung
cairan yang terisap (lendir, darah, air ketuban, dan sebagainya).
e) Manometer untuk membuat dan mengatur tekanan negatif dan
pompa tangan atau elektrik untuk mengisap udara, yang
berhubungan dengan botol penampung dan menyelenggarakan
vakum antara mangkuk dan kepala janin.

3. Keuntungan dan Kerugian Vakum Ekstraksi


a) Keuntungan Vakum Ekstraksi
a. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, Hodge III atau
kurang dengan demikian mengurangi frekuensi SC.
b. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, Cup dapat dipasang
pada belakang kepala, samping kepala ataupun dahi
c. Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat
dipaksakan melalui jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup
akan lepas dengan sendirinya.
d. Cup dapat dipasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya
pada pembukaan 8-9 cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini
dilakukan tarikan ringan yang kontinu sehingga kepala menekan pada
servik. Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari ½ jam
untuk menghindari kemungkinan timbulnya perdarahan pada otak.
e. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan
mengadakan fleksi kepala (misalnya pada letak dahi).
f. Tenaga mengenai puncak kepala tidak terlalu kuat, kebutuhan
anestesia berkurang, mudah pemakaiannya, trauma perineum sedikit,
dan memberi kemampuan bagi kepala untuk menentukan jalan keluar
dari panggul ibu.
g. Dapat digunakan untuk membuktikan adanya disproporsi sefalopelvik.
h. Kini telah dikembangkan vakum dari karet yang kurang traumatik dan
lebih mudah penggunaannya.
b) Kerugian Vakum Ekstraksi
a. Traksi hanya dapat dilakukan ketika ada kontraksi rahim.
b. Pemakaian terbatas pada janin yang aterm.
c. Persalinan lebih lama dibandingkan ekstraksi cunam. Karena waktu
yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relatif
lebih lama dibandingkan forceps ( ± 10 menit ). Cara ini tidak dapat
dipakai apabila ada indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat
misalnya pada fetal distress (gawat janin).
d. Membutuhkan perhatian untuk memelihara kevakuman.
e. Alatnya relative mahal dibandingkan forceps biasa.
f. Morbiditas dan mortalitas rendah, tetapi sering terjadi pembentukan
kaput yang bertahan beberapa jam.
g. Kerugian vakum ekstraksi yang terjadi pada ibu
1) Robekan pada serviks uteri
2) Robekan pada perineum
h. Kerugian vakum ekstraksi yang terjadi pada janin
1) Perdarahan dalam otak
Kaput suksedaneum artifisialis, yang biasanya akan
hilang sendiri setelah 24-28 jam, jika dilakukan ekstraksi
vakum pada primipara, sebaiknya lakukanlah episiotomi
terlebih dahulu (Genekologi, 2010).

4. Etiologi Vakum Ekstraksi


a) Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan
karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo, 2011).
b) Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya
menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat
pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2011).
c) Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
1) Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi
dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut Jantung Janin
tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan
adanya hipoksia.
2) Bradikardia yang terjadi di luar saat kontraksi atau tidak
menghilang setelah kontraksi.
3) Takhikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya demam pada
ibu (Prawirohardjo, 2010).

5. Indikasi Vakum Ekstraksi


a) Indikasi Ibu
1) Power ibu menurun: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat
> 100 x/mnt, nafas cepat > 40x/mnt.
2) Decom tingkat I: sesak nafas yang dialami ibu setelah ibu mengejan
3) Tekanan darah naik: ibu pusing, ada kenaikan tekanan sistole dan
diastole (> 130/80)
4) Tidak kuat mengejan: penurunan kepala janin statis, saat ibu
mengejan dua kali kepala tidak mengalami penurunan
5) Adanya kenaikan suhu: suhu naik lebih dari normal, > 37,5
b) Indikasi Janin
1) Gawat janin: denyut jantung janin 160x/mnt.
2) Indikasi waktu kala II memanjang: pada primi peralinan kala II > 2
jam, pada multi > 1 jam (Mansjoer Arif, 2009).

6. Kontraindikasi Vakum Ekstraksi


Pemakaian ekstraksi vakum mempunyai kontraindikasi sebagai
berikut:
a) Kontraindikasi Ekstraksi Vakum Pada Janin
1) Prematuritas karena kepala terlampau lembut dan mudah terjadi
kerusakan intrakranial.
2) Kelainan letak kepala janin
3) Letak muka karena bola mata dapat keluar dari orbita dan mengisi
mangkok.
4) Letak dahi.
5) Kelainan putar paksi.
6) Disproporsi sefalopelvik.
7) Fetal distress
Ekstraksi vakum pada letak bokong dapat dilakukan apabila
telah diyakini benar bahwa tidak ada disproporsi sefalopelvik,
pembukaan sudah lengkap, dan ada indikasi untuk mengakhiri
persalinan, misalnya : keadaan gawat janin.
b) Kontraindikasi Ekstraksi Vakum Pada Ibu
1) Ruptura uteri membakat (imminens).
2) Keadaan ibu dimana ibu tidak boleh mengejan, misalnya pada
penyakit jantung berat, preeklampsia berat, asma berat, dan
sebagainya (Mansjoer Arif, 2009).

7. Patofisiologi Vakum Ekstraksi


Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses persalinan kelahiran yaitu
passenger (penumpang yaitu janin dan placenta), passagway (jalan lahir),
powers (kekuatan) posisi ibu dan psikologi. Ketika dalam proses
persalinan tersebut ibu mengalami tanda-tanda indikasi seperti Power ibu
menurun: frekuensi his semakin menurun, nadi ibu cepat > 100 x/mnt,
nafas cepat > 40x/mnt. Decom tingkat I: sesak nafas yang dialami ibu
setelah ibu mengejan. Tekanan darah naik: ibu pusing, ada kenaikan
tekanan sistole dan diastole (> 130/80). Tidak kuat mengejan: penurunan
kepala janin statis, saat ibu mengejan dua kali kepala tidak mengalami
penrunan. Adanya kenaikan suhu: suhu naik lebih dari normal, > 37,5.
Maka harus dilakukan tindakan vakum ekstraksi. Penumpang, cara
penumpang atau janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin. Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian
tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar
vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisanlapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu lebih berperan
dalam proses persalinan janin. Maka dari itu ukuran dan bentuk panggul
harus ditentukan sebelum persalinan. Kekuatan ibu melakukan kontraksi
involunter dan volunter. Posisi ibu, posisi ibu mempengaruhi adaptasi
anatomi dan fisiologi persalinan, posisi tegak memberi sejumlah
keuntungan yaitu rasa letih hilang, merasa nyaman dan memperbaiki
sirkulasi.
Pada kala II memanjang upaya mengedan ibu menambahi resiko pada
bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke placenta dianjurkan mengedan
secara spontan jika tidak ada kemajuan penurunan kepala maka dilakukan
ektraksi vakum untuk menyelamatkan janin dan ibunya. Dengan tindakan
vakum ekstraksi dapat menimbulkan komplikasi pada ibu seperti robekan
pada servik uteri dan robekan pada dinding vagina. Robekan servik
(trauma jalan lahir) dapat menyebabkan nyeri dan resiko terjadinya infeksi
dan komplikasi pada janin dapat menyebabkan subgaleal hematoma yang
dapat menimbulkan ikterus neonatorum jika fungsi hepar belum matur dan
terjadi nekrosis kulit kepala yang menimbulkan alopenia. Pengeluaran
janin pada persalinan menyebabkan trauma pada uretra dan kandung
kemih dan organ sekitarnya. Kapasitas kandung kemih post partum
meningkat sehingga pengeluaran urin pada awal post partum banyak
sehingga dapat mengakibatkan perubahan pola eliminasi urin.
Mula-mula ekstraktor vakum ditarik oleh tangan kanan pada pegangan
yang berbentuk palang, sambil tangan kiri berusaha supaya mangkok tidak
lepas dari kepala. 3 jari tangan kiri dimasukkan ke dalam vagina: ibu jari
ditempatkan ke pinggir mangkok bagian depan, jari telunjuk dan jari
tengah dikepala anak, ventral dari mangkok. Apabila tangan kanan
mengadakan ekstraksi, bersamaan ibu jari menekan mangkok bagian
depan kepada kepala. Jadi ada kerja sama antara tangan kanan dan tangan
kiri. Penarikan ekstraktor vakum dilakukan bersamaan dengan pegangan 3
jari ini (drei-finger griff). Arah tarikan sesuai dengan sumbu jalan lahir.
Tarikan pada ekstraktor vakum sifatnya berkala, sinkron dengan HIS dan
tenaga meneran. Setelah seluruh kepala lahir, bahu dan badan anak
dilahirkan seperti biasa kemudian ventil dilepas perlahan-lahan supaya
udara masuk ke dalam botol dan tekanan negatif hilang. Mangkok dapat
dilepaskan dari kepala anak. Apabila mangkok sukar lepas karena sangat
erat hubungannya dengan kepala maka pipa karet yang menghubungkan
botol dengan pegangan dilepas terlebih dahulu. Dengan ekstraktor vakum
lahirnya kepala dapat diusahakan perlahan-lahan seperti pada partus
spontan. Karena itu perlukaan jalan lahir ringan. Lamanya tindakan
sebaiknya tidak melebihi 20 menit, maksimum 40 menit. Ekstraksi yang
terlampau lama dianggap berbahaya bagi janin.
Apabila terjadi pelebaran jalan lahir maka lakukan: Masukkan
speculum sim’s/L atas dan bawah pada vagina. Perhatikan apakah terdapat
robekan perpanjangan luka episiotomi atau robekan pada dinding vagina
di tempat lain. Ambil klem ovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan
secara bergantian ke arah samping, searah jarum jam, perhatikan ada
tidaknya robekan porsio. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomi,
lakukan penjahitan. Nyeri jahitan perineum sebagai manifestasi dari luka
bekas jahitan yang dirasakan klien akibat rupture perineum pada kala
pengeluaran, yaitu bagian terdepan dari anak berada di dasar panggul.
Rupture perineum tidak selalu dihindarkan, tetapi dengan pertolongan
yang baik pada waktu lahirnya anak robekan itu dapat dikurangi.
Dalam penjahitan harus dijaga kerapian dan kerapatannya, sehingga
perineum dapat rata kembali sebelum terjadi robekan. Adanya jaringan
lunak yang direkontruksi akan menyebabkan jahitan semakin nyeri. Untuk
itu dibutuhkan teknik perawatan yang benar dan hati-hati untuk mencegah
terjadinya infeksi (Prawirohardjo, 2011).

8. Komplikasi Vakum Ekstraksi


Dengan dipenuhinya syarat-syarat: pembukaan sudah lengkap atau
hampir lengkap, kepala janin sudah sampai Hodge III dengan tidak adanya
disproporsi sefalopelvik, janin dengan persentasi belakang kepala dan
kepala janin tidak lembek seperti pada maserasi atau prematuritas, bahaya
atau timbulnya komplikasi tidak benar. Yang mungkin terjadi ialah:
a) Pada ibu :
1) Robekan bibir cervik atau vagina karena terjepit antara kepala bayi
dan cup
2) Robekan kandung kencing dan rektum, fistula
3) Komplikasi perdarahan karena atonia dan komplikasi infeksi.
b) Pada anak :
1) Cepalohematoma memerlukan pemantauan dan biasanya
menghilang dalam 3-4 minggu. Dapat terjadi juga subgaleal
hematoma.
2) Perdarahan subaponeurotik.
3) Fetal distress.
4) Trauma janin.
5) Infeksi
6) Ekskoriasi kulit kepala
7) Asfiksi / anoksi
8) Paresis / paralisis
9) Fraktura tulang tengkorak
10) Perdarahan intrakranial sangat jarang terjadi dan memerlukan
perawatan neonatus segera. Perdarahan intrakranial pada neonatus
merupakan salah satu komplikasi serius yang saat ini telah banyak
dilaporkan. Perdarahan intrakranial adalah yang mengambil tempat
pada rongga potensial di dalam rongga tulang kepala. Jenis
perdarahan intrakranial pada neonatus yang lahir dengan ekstraksi
vakum yang pernah dilaporkan meliputi: perdarahan epidural
(ekstradural), subdural, dan perdarahan subarakhnoid. Perdarahan
intrakranial pada neonatus mempunyai arti yang penting karena
salah satu faktor penyebab kematian perinatal, atau cacat fisik dan
retardasi mental. Tingginya angka kejadian perdarahan intrakranial
dan gangguan fungsi otak mengurangi kepopuleran ekstraksi
vakum (ventouse) sebagai alat bantu persalinan di negara-negara
seperti: Amerika serikat, Inngeris, Kanada, Australia, dan beberapa
negara asia seperti: India, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
11) Abrasi kulit kepala (biasa dan tidak berbahaya) dan laserasi dapat
terjadi. Bersihkan dan periksa laserasi untuk menentukan apakah
diperlukan jahitan. Nekrosis sangat jarang terjadi.
12) Caput succedaneum artificialis akan hilang dalam beberapa hari.
Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk melahirkan
kepala waktu SC. Untuk ini harus ada pompa listrik sehingga
penurunan tekanan berangsur-angsur dengan teratur. Dengan
pompa listrik tekanan dapat diturunkan sampai -0,75 atm. Dalam
waktu 60 detik.
c) Cara mengatasi komplikasi ekstraksi vakum
1) Infus taransfusi
2) Antibiotik
3) Reposisi trauma
4) Menjahit perlukaan
9) PATHWAY Kontraksi Uterus
Peregangan Kelemahan Hipertensi, Proteinuria, Ketidak Mampuan
Luar Rahim Dinding Rahim Oedema Mengedan Efektif DJJ 100/mnt atau Kurang
Beberapa Detik Sesudah His

Ruptur uteri Toksemia Gravidarum Kelelahan Partus Tak Gawat Janin


Maju Ringan

Ekstraksi Vakum

Komplikasi

Ibu Bayi

Trauma Jalan Mengejan Robekan Pada Robekan Dinding Perdarahan Intra Kaput
Lahir Serviks Uteri Vagina Kranial Suksedenum

Invasive Mikro G3 Sirkulasi Edema Intra Pe TIK Hilang Dalam 24


Perdarahan Proses
Organisme Darah Kranial – 48 Jam
Penggunaan Inflamasi
Energi
Kehilangan Mempengaruhi
Reiko Infeksi Pe Perfusi Darah Kompresi pada Otak
Darah Berlebih Sekresi Medullary
Keotak
Bradikinin Respiratory Center
Penggunaan Kehilangan Sekresi Pe Perfusi Darah Kompresi pada Mempengaruhi
Energi Darah Berlebih Bradikinin Keotak Otak Medullary Respiratory
Center

Pe Evaporasi Kekurangan Hipoksemia Kerusakan Vital


Keringat Volume Cairan Pada Regulasi Stimulasi Syaraf
Pernafasan Frenikus &
Kelemahan Sianosis Interkostalis

Pe Permebilitas Resti G3
Kapiler G3 Kesadaran Menekan Otot-Otot
Pertukaran Gas Pernafasan
Suplai
Darah
Stimulasi Syaraf
Nyeri Kontraksi Otot Kontraksi Otot
Suplai Diafragma Abdomen
O2 (Inspirasi Utama) (Ekspirasi Aktif)
Nyeri

Metabolisme
Menekan Menekan Rongga
Anaerob
CRT Lambat Lambung Abdomen
( > 3 Detik )
Pe as.
Laktat Pe Tekanan Intra
Abdomen
G3 Perfusi
Jaringan
Kelelahan
Isi Abdomen
Terdorong Keatas
Intoleransi
Aktivitas
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien
dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan
menurut keterangan dari pasien.
1. Nama pasien
Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi
kekeliruan dengan pasien lain.
2. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya
faktor resiko kehamilan karena faktor umur sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan
penatalaksanaan.
3. Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan.
4. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu
dalam memberi informasi tentang persalinan.
5. Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui pola aktifitas pasien karena pada
6. Alamat
Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari
kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama
serta untuk keperluan kunjungan rumah bila perlu.
7. Identitas suami
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu –
waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan keputusan didalam
keluarga. Selain itu juga selama proses perawatan.
8. Alasan datang ke rumah sakit
Untuk mengetahui pasien tersebut datang rujukan atau tidak, dan
untuk mengetahui keluhan pasien.
9. Keluhan utama
Pada kasus ibu post partum dengan ekstraksi vakum, keluhan
utama yang dirasakan adalah kram pada perut, nyeri pada payu
dara dan daerah genitalia
10. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pada kasus post partum dengan ekstraksi vakum dikaji hal-
hal yang berkaitan dapat menyebabkan terjadinya partus
macet misalnya perut menggantung dan ketuban pecah dini
b) Riwayat kesehatan lalu
Pada riwayat kesehatan lalu, perlu dikaji mengenai riwayat
kesempitan panggul karena juga merupakan salah satu dari
faktor predisposisi partus macet sehingga perlu tindakan
ekstraksi vakum saat akan melahirkan.
c) Riwayat kesehatan keluaga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, misalnya:
penyakit keturunan menular, kelainan bawaan dan keturunan
kembar.
11. Riwayat obstetrik
a) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya
infertilitas yang membantu dalam pertimbangan pelaksanaan
tindakan.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Ditanyakan apakah pasien memerlukan pemeriksaan
antenatal secara teratur. Ini berhubungan dengan pemantauan
kehamilan dan deteksi dini persalinan dengan kelwinwn letak
janin, selain itu untuk mengetahui apakah mendapat
imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu selama
hamil.
12. Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah
satu efek samping kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau
tidak haid sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam
menentukan HPHT.
13. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya
nutrisi berkaitan dengan kebutuhan metabolisme tubuh,
karena masalah yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi
dan penyebabnya biasanya saling berkaitan.
b) Eliminasi
Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola
eliminasi dalam keadaan sebelum dan selama hamil karena
merupakan proses penting dalam tubuh, dan sampai
melahirkan.
c) Personal hygiene
Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari-
hari ibu apakah kurang atau tidak karena pada masa selama
hamil sampai melahirkan rentan terhadap penyakit.
d) Pola aktivitas dan istirahat
Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil dan saat
persalinan, pola istirahat juga karena kurang istirahat atau ibu
merasa kecapaian dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga dapat mempengaruhi persalinan nantinya.
14. Data psikososial
Hal ini penting untuk dikaji karena untuk dapat mendukung
pengidentifikasi masalah untuk menentukan diagnosa, contohnya
apakah pasien merasa cemas dengan keadaan ini.
b. Data obyektif
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum perlu dikaji karena pada keadaan umum ibu
yang lemah dapat dikarenakan oleh infeksi yang merupakan
salah satu komplikasi dari post partum ekstraksi vakum.
Tanda –tanda vital
1) Tekanan darah : untuk menilai apakah pasien mengalami
hipertensi atau sebaliknya pasien mengalami penurunan
tekanan darah.
2) Suhu : untuk menilai apakah terjadi infeksi Bila terjadi
infeksi maka suhu tubuh menjadi meningkat.
3) Nadi: apakah nadi teratur atau tidak, cepat atau lambat,
biasanya bila suhu meningkat dan nadi cepat karena adanya
infeksi.
b) Pemeriksaan fisik
Lebih diutamakan pemeriksaan pada daerah yang dibawah
ini untuk menjaga diagnosa.
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.
3) Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak,
konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik tidak,
penglihatan baik atau tidak.
4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau
tidak, terdapat lender atau tidak, ada polip atau tidak.
5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak,
terdapat cairan atau tidak.
6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak,
terdapat stomatitis atau tidak.
7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi
mudah berdarah atau tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding
dada tidak, pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung
bagaimana.
11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat
pembesaran atau nyeri tekan atau tidak
13) Vulva: apakah jahitan episiotomi sudah menyatu dan
tidak terdapat tanda – tanda infeksi.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak,
terdapat kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki oedem
tidak, varices atau tidak.
c) Pemeriksaan obstetrik
a) Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem
atau tidak.
b) Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau
tidak, papilla menonjol atau tidak, kolostrum sudah
menonjol atau belum.
c) Perut:
Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie atau tidak,
ada linea atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.
Palpasi: Mengukur tinggi fundus uteri post partum..
d) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau
menguatkan data subyektif yang telah ada untuk menegakkan
diagnosa, data penunjang ditetapkan melalui pemeriksaan
yang dilaksanakan sebagai bentuk kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain seperti laboratorium untuk pemeriksaan sel
darah merah, apakah ibu mengalami anemia atau tidak.

2. Diagnosa Pospartum dengan Ekstraksi Vakum


1. Nyeri berhubungan dengan robekan pada serviks uteri dan dinding
vagina
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan penurunan suplai oksigen
4. Resiko infeksi berhubungan dengan invasif bakteri pada jalan lahir
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri Setelah dilakukan asuhan » »


berhubungan dengan keperawatan selama 2 x 24 jam isyarat verbal dan non verbal individual dan berdasarkan
robekan pada serviks pasien tidak menunjukkan tanda- » pada pengalaman masa lalu
uteri dan dinding tanda nyeri relaksasi, anjurkan klien serta latar belakang
vagina KH : memilih posisi yang nyaman, »
» lebih baik miring kekiri/agak ketidaknyamanan melalui
» tegak control gate dan stimulasi
peningkatan aktivitas » kutan
» berlebihan/ketat. Biarkan »
rasa ketidaknyamanan nyeri lingkungan sejuk dan nyaman kenometrium, menaikkan
» relaksasi dan kenyamanan,
menggunakan analgesik yang meningkatkan rasa sejahtera
dikontrol, pantau cara »
menggunakan mengatur kontrol nyerinya
» sendiri, biasanya sedikit
medikasi
»
penurunan tahanan perifer
saat percabangan vaskuler
dilatasi atau reaksi yang
pertama terhadap block
peridual
2. Kekurang Setelah dilakukan tindakan » »
an volume cairan keperawatan selama 2 x 24 jam » perdarahan meningkatkan
berhubungan dengan tidak terjadi volume cairan. keseumbangan cairan, catat frekuensi jantung,
perdarahan KH: kehilangan perdarahan menurunkan tekanan darah
» » dan mengurangi volume nadi
perbaikan keseimbangan » »
cairan yang dapat dibuktikan observasi ketat sesuai indikasi status cairan kecenderungan
dengan TTV stabil » keseimbangan cairan negatif
 TD: 130/80 »
mmhg gangguan air tubuh
 Nadi: 80x/ menit »
 Suhu: 37 0c »
dengan mereduksi aktivitas
3. Ganggua Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
n perfusi jaringan keperawatan selama 1 x 24 jam » »
berhubungan klien menunjukkan perfusi sesudah kehilangan darah, kaji menentukan beratnya
penurunan suplai jaringan yang adekuat status nutrisi dan BB kehilangan darah. Status yang
oksigen KH: » ada sebelumnya dari
TTV normal : durasi episode hipovolemik kesehatan yang buruk
 TD : 120/80 » meningkatkan luasnya cidera
mmhg mulut, gusi dan lidah, dari kekurangan oksigen
 Nadi : 55-90x/ perhatikan suhu kulit »
menit » dapat dihubungkan dengan
 Suhu : 37 0c perhatikan ada tidaknya laktasi derajat dan durasi hipotensi
 RR : 16 – 24 x/ dan perubahan pada ukuran »
menit payu dara dan pirau organ vital, sirkulasi
Kolaborasi : pada pembuluh darah perifer
» diturunkan mengakibatkan
» sianosis dan suhu kulit dingin

kebutuhan »
hipofisis anterior menurunkan
kadar prolaktin,
mengakibatkan tidak adanya
produksi ASI & akibatnya
menurunkan jaringan payu
dara
»
derajat hipoksia jaringan /
asidosis
»
oksigen untuk transportasi
sirkulasi ke jaringan
4. Resiko Setelah dilakukan asuhan » »
infeksi berhubungan keperawatan selam 1 x 24 jam, resiko yang ada sebelumnya kontaminasi
dengan invasif tidak meninjukkan terjadinya » »
bakteri pada jalan infeksi infeksi (mis : peningkatan suhu, pembedahan dapat
lahir KH : nadi, jumlah SDP) mengakibatkan
 Bebas dari dari » korioamnionitas sebelum
infeksi preoperatif sesuai protokol intervensi bedah dan dapat
 Tidak terjadi » mengubah penyembuhan luka
pembengkakan kehilangan darah »
 Tidak terjadi » kulit memasuki insisi.
kemerahan pada robekan parenteral Menurunkan resiko infeksi
post operatif
»
dan penyembuhanb buruk,
meningkat bila kadar Hb
turun dan kehilangan darah
berlebih
»
dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi
5. Intolerans Setelah dilakukan asuhan » »
i aktivitas keperawatan selama 1 x 24 jam aktivitas dengan istirahat yang menghindari pengerahan
berhubungan dengan tidak terjadi intoleransi aktivitas cukup tenaga terus-menerus untuk
kelelahan pada klien » meminimalkan kelelahan /
KH : menghindari mengangkat beban kepekaan uterus
 Menyatakan bebrat, aktivitas / kerja »
kesadaran terhadap toleransi » sebelumnya mungkin tidak
aktivitas mungkin seperti pemberian diindikasikan untuk wanita
 Klien tidak obat, tanda vital dan pengkajian beresiko
tampak kelelahan berlebihan » »
 Klien mampu seperti: membaca, nonton TV untuk tindakan berikutnya
melakukan aktivitas sendiri atau kunjungan dengan teman »
yang dipilih atau keluarga koping dengan penurunan
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA

Azzawi Al Farogk. 2009. Teknik Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. EGC:


Jakarta.
Bagian Obstetri dan Genokologi.2010. Ilmu Fantom Bedah Obstetri. FKUI :
Semarang.
Danfort. 2002. Obstetric Dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika.
Doenges. Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta : EGC
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta. EGC
Gede manuaba, ida bagus. 1998. Ilmu Bidanan, Penyakit Kandungan, dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Hanafi. Wiknjosastro. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.
Mansjoer. Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta. EGC.
Mansjoer, arif., 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK
UI press.pp78-88.
Pusat pendiddikan tenaga kesehatan, 1993. Asuhan Kebidanan pada ibu hamil
dalam kontek keluarga, Departemen Kesehatan Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta. Bina Pustaka FKUI.
Prawirohardjo S. 2011. Fisiologi dan Mekanisme Persalinan Normal. Dalam: Ilmu
Kebidanan edisi 3.Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai