Persalinan Normal
1. Pengertian
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42 minggu), lahir spontan
dengan presentabelakang kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa
komplikasi baik pada ibu ataupun pada janin (Wiknjosastro,2000).
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan , disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (FK
UNPAD, 1983).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin)
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara
spontan tanpa bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang
berlansung sekitar 18-24 jam,dengan letak janin belakang kepala
(Varneys,2003).
2. Etiologi
a. Teori Oksitosin
Peranan oksitosin pada persalinan yaitu dikeluarkanya oksitosin
oleh neurohipofise wanita hamil pada saat wanita tersebut mulai
masuk perasalinan. Menurut Chard (1973) peranannya pada persalinan
hanya kecil, perannan utamanya pada fase ekspulsi dan postpartum,
pada postpartum setelah fetus dan plasenta lahir menimbulkan
kontraksi dan retraksi uterus sehingga jumlah peradrahan yang terjadi
berkurang (pada saat ini pembuatan prostaglandin oleh amnion sudah
tidak ada lagi) bahwa oksitosin adalah obat yang dapat menimbulkan
kontraksi uterus pada kehamilan lanjut sudah diketahui secara luas
kadar reseptor untuk oksitosin pada beberapa kehamilan cukup bulan
dan selama persalinan, juga didapat kenaikan kadar oksitosin dalam
cairan amnion selama persalinan. Dapat disimpulkan bahwa oksitosin
berperan penting pada akhir persalinan termasuk lahirnya plasenta,
mempertahankan kontraksi uterus setelah persalinan (mengurangi
jumlah darah yang hilang, dan pada saat ibu menyusui bayinya karena
pada waktu bayi menghisap puting susu ibu terjadi hipersekresi dari
oksitosin dan air susu mengalir keluar).
b. Teori Penarikan (withdrawal progesteron)
Penarikan progesteron merupakan keadaan endokrin penting yang
mendasari proses biomolekuler untuk bermulanya persalinan. Dari
semua penalitian pada manusia kadar progesteron sekurang-kurangnya
pada darah ibu tidak menurunpada waktu sebelum persalinan mulai
berlangsung.
c. Hipotesa Sistem Komunikasi Organ
Menurut Manuaba (1998) dikemukakan teori yang menyatakan
kemungkinan terjadinya persalinan yaitu :
1) Teori keregangan :
a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas-batas tertentu
b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai.
c) Contohnya pada hamil ganda sering terjadi setelah
keregangan tertentu sehingga menimbulkan persalinan.
2) Teori penurunan progesteron :
a) Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggu dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah menaglami penyempitan dan buntu.
b) Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
c) Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
3) Teori oksitosin internal :
a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
b) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi
kontraksi Braxton Hiks.
c) Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas
sehingga persalinan dapat dimulai.
4) Teori prostaglandin :
a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desisua.
b) Pemberian prostaglandin dapat menimbulkan kontaksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
c) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
5) Teori hipotalamus pituitari dan galndula suprarenalis :
a) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan
anensepalus sering terjadi perlambatan persalinan karena tidak
terbentuk hipotalamus.
b) Pemberian kortokosteroid yang menyebabkan
prematuritas janin, induksi (mulai persalinan).
c) Galndula suprarenal merupakan pemicu terjadinya
persalinan.
B. Vakum Ekstraksi
1. Pengertian Vakum Ekstraksi
Ekstraksi vakum adalah suatu tindakan bantuan persalinan di mana
janin dilahirkan dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif (daya
hampa udara) dengan alat vakum (negative-preasure vacuum extractor)
yang dipasang dikepalanya. Hanya sebagai alat ekstraksi tidak baik
sebagai alat rotasi (Farogk, 2009). Pada ekstraksi vakum, keadaan
fisiologis yang diharapkan adalah terbentuknya kaput suksadeneum pada
kepala janin sebagai kompensasi akibat penghisapan/ tekanan negatif.
Kemudian setelah kepala menempel pada mangkuk vakum, tarikan
dilakukan dengan bantuan tenaga dari ibu (bersamaan dengan saat his/
gerakan mengejan) mengandalkan penempelan kaput tersebut pada
mangkuk vakum (Farogk, 2009).
Vakum memberi tenaga tambahan untuk mengeluarkan bayi, dan
biasanya digunakan saat persalinan sudah berlangsung terlalu lama dan ibu
sudah terlalu capek serta tidak kuat meneran lagi. Ekstraksi vakum dapat
dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
a) Janin aterm, letak kepala, atau bokong
b) Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi sefalopelvik)
c) Pembukaan serviks sudah lengkap (pada multigravida, dapat pada
pembukaan minimal 5 - 7)
d) Kepala janin sudah engaged
e) Selaput ketuban sudah pecah, atau jika belum harus dipecahkan\
f) Harus ada kontraksi uterus (his) dan tenaga mengejan ibu (reflex
mengejan baik)
g) Tidak boleh ada mukosa vagina atau jaringan servix yang terjepit
antara ekstraktor vakum dengan kepala janin h. Penurunan kepala janin
minimal Hodge II i. Tekanan vakum sampai mencapai 50 mmHg.
Ekstraksi Vakum
Komplikasi
Ibu Bayi
Trauma Jalan Mengejan Robekan Pada Robekan Dinding Perdarahan Intra Kaput
Lahir Serviks Uteri Vagina Kranial Suksedenum
Pe Permebilitas Resti G3
Kapiler G3 Kesadaran Menekan Otot-Otot
Pertukaran Gas Pernafasan
Suplai
Darah
Stimulasi Syaraf
Nyeri Kontraksi Otot Kontraksi Otot
Suplai Diafragma Abdomen
O2 (Inspirasi Utama) (Ekspirasi Aktif)
Nyeri
Metabolisme
Menekan Menekan Rongga
Anaerob
CRT Lambat Lambung Abdomen
( > 3 Detik )
Pe as.
Laktat Pe Tekanan Intra
Abdomen
G3 Perfusi
Jaringan
Kelelahan
Isi Abdomen
Terdorong Keatas
Intoleransi
Aktivitas
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data subyektif
Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien
dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien dan
menurut keterangan dari pasien.
1. Nama pasien
Dimaksud agar dapat mengenali klien sehingga mengurangi
kekeliruan dengan pasien lain.
2. Umur
Mengetahui umur pasien sehingga dapat mengklarifikasi adanya
faktor resiko kehamilan karena faktor umur sehingga dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan
penatalaksanaan.
3. Agama dan suku bangsa
Mengetahui kepercayaan dan adat istiadat pasien sehingga dapat
mempermudah dalam melaksanakan tindakan.
4. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu
dalam memberi informasi tentang persalinan.
5. Pekerjaan
Mengetahui tingkat ekonomi pasien. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui pola aktifitas pasien karena pada
6. Alamat
Untuk mengetahui pasien tinggal dimana dan untuk menghindari
kekeliruan bila ada dua orang pasien dengan nama yang sama
serta untuk keperluan kunjungan rumah bila perlu.
7. Identitas suami
Untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab bila sewaktu –
waktu dibutuhkan dan dalam pengambilan keputusan didalam
keluarga. Selain itu juga selama proses perawatan.
8. Alasan datang ke rumah sakit
Untuk mengetahui pasien tersebut datang rujukan atau tidak, dan
untuk mengetahui keluhan pasien.
9. Keluhan utama
Pada kasus ibu post partum dengan ekstraksi vakum, keluhan
utama yang dirasakan adalah kram pada perut, nyeri pada payu
dara dan daerah genitalia
10. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pada kasus post partum dengan ekstraksi vakum dikaji hal-
hal yang berkaitan dapat menyebabkan terjadinya partus
macet misalnya perut menggantung dan ketuban pecah dini
b) Riwayat kesehatan lalu
Pada riwayat kesehatan lalu, perlu dikaji mengenai riwayat
kesempitan panggul karena juga merupakan salah satu dari
faktor predisposisi partus macet sehingga perlu tindakan
ekstraksi vakum saat akan melahirkan.
c) Riwayat kesehatan keluaga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien, misalnya:
penyakit keturunan menular, kelainan bawaan dan keturunan
kembar.
11. Riwayat obstetrik
a) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui lamanya perkawinan dan adanya
infertilitas yang membantu dalam pertimbangan pelaksanaan
tindakan.
b) Riwayat kehamilan sekarang
Ditanyakan apakah pasien memerlukan pemeriksaan
antenatal secara teratur. Ini berhubungan dengan pemantauan
kehamilan dan deteksi dini persalinan dengan kelwinwn letak
janin, selain itu untuk mengetahui apakah mendapat
imunisasi TT, obat-obat apa saja yang dikonsumsi ibu selama
hamil.
12. Riwayat kontrasepsi
Ditanyakan metode yang dipakai dan keluhannya karena salah
satu efek samping kontrasepsi adalah haid yang tidak teratur atau
tidak haid sehingga dapat menimbulkan ketidaktepatan dalam
menentukan HPHT.
13. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Bagaimana pola makan dan kebutuhan cairan, tersedianya
nutrisi berkaitan dengan kebutuhan metabolisme tubuh,
karena masalah yang berkaitan dengan pemenuhan nutrisi
dan penyebabnya biasanya saling berkaitan.
b) Eliminasi
Menjelaskan pola dari ekskresi, hal ini penting diketahui pola
eliminasi dalam keadaan sebelum dan selama hamil karena
merupakan proses penting dalam tubuh, dan sampai
melahirkan.
c) Personal hygiene
Untuk mengetahui pola hidup bersih dalam kehidupan sehari-
hari ibu apakah kurang atau tidak karena pada masa selama
hamil sampai melahirkan rentan terhadap penyakit.
d) Pola aktivitas dan istirahat
Untuk mengetahui aktivitas ibu selama hamil dan saat
persalinan, pola istirahat juga karena kurang istirahat atau ibu
merasa kecapaian dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga dapat mempengaruhi persalinan nantinya.
14. Data psikososial
Hal ini penting untuk dikaji karena untuk dapat mendukung
pengidentifikasi masalah untuk menentukan diagnosa, contohnya
apakah pasien merasa cemas dengan keadaan ini.
b. Data obyektif
a) Pemeriksaan umum
Keadaan umum perlu dikaji karena pada keadaan umum ibu
yang lemah dapat dikarenakan oleh infeksi yang merupakan
salah satu komplikasi dari post partum ekstraksi vakum.
Tanda –tanda vital
1) Tekanan darah : untuk menilai apakah pasien mengalami
hipertensi atau sebaliknya pasien mengalami penurunan
tekanan darah.
2) Suhu : untuk menilai apakah terjadi infeksi Bila terjadi
infeksi maka suhu tubuh menjadi meningkat.
3) Nadi: apakah nadi teratur atau tidak, cepat atau lambat,
biasanya bila suhu meningkat dan nadi cepat karena adanya
infeksi.
b) Pemeriksaan fisik
Lebih diutamakan pemeriksaan pada daerah yang dibawah
ini untuk menjaga diagnosa.
1) Kepala: kulit kepala bersih atau tidak.
2) Muka: pucat atau tidak, oedem tidak.
3) Mata: apakah pucat atau tidak, oedem atau tidak,
konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik tidak,
penglihatan baik atau tidak.
4) Hidung: bersih atau tidak, penciuman terganggu atau
tidak, terdapat lender atau tidak, ada polip atau tidak.
5) Telinga bersih atau tidak, pendengaran baik atau tidak,
terdapat cairan atau tidak.
6) Mulut: bibir kering atau tidak, mulut bersih atau tidak,
terdapat stomatitis atau tidak.
7) Gigi: bersih atau tidak, terdapat caries atau tidak, gusi
mudah berdarah atau tidak.
8) Leher: terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau tidak.
9) Ketiak: terdapat pembesaran kelenjar limfe atau tidak.
10) Dada: bentuknya bagaimana, terdapat retraksi dinding
dada tidak, pernafasan teratur atau tidak, bunyi jantung
bagaimana.
11) Payudara: terdapat benjolan atau tidak.
12) Perut: terdapat luka bekas operasi atau tidak, terdapat
pembesaran atau nyeri tekan atau tidak
13) Vulva: apakah jahitan episiotomi sudah menyatu dan
tidak terdapat tanda – tanda infeksi.
14) Anus: terdapat hemoroid atau tidak
15) Ekstremitas atas dan bawah: bentuk simetris atau tidak,
terdapat kelainan anatomi fisiologi tidak, kaki oedem
tidak, varices atau tidak.
c) Pemeriksaan obstetrik
a) Muka: terdapat kloasma gravidarum atau tidak, oedem
atau tidak.
b) Payudara: bentuknya bagaimana, aerola menghitam atau
tidak, papilla menonjol atau tidak, kolostrum sudah
menonjol atau belum.
c) Perut:
Inspeksi: bentuknya bagaimana, terdapat strie atau tidak,
ada linea atau tidak, ada bekas operasi atau tidak.
Palpasi: Mengukur tinggi fundus uteri post partum..
d) Pemeriksaan penunjang
Data penunjang merupakan data yang memperjelas atau
menguatkan data subyektif yang telah ada untuk menegakkan
diagnosa, data penunjang ditetapkan melalui pemeriksaan
yang dilaksanakan sebagai bentuk kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain seperti laboratorium untuk pemeriksaan sel
darah merah, apakah ibu mengalami anemia atau tidak.
kebutuhan »
hipofisis anterior menurunkan
kadar prolaktin,
mengakibatkan tidak adanya
produksi ASI & akibatnya
menurunkan jaringan payu
dara
»
derajat hipoksia jaringan /
asidosis
»
oksigen untuk transportasi
sirkulasi ke jaringan
4. Resiko Setelah dilakukan asuhan » »
infeksi berhubungan keperawatan selam 1 x 24 jam, resiko yang ada sebelumnya kontaminasi
dengan invasif tidak meninjukkan terjadinya » »
bakteri pada jalan infeksi infeksi (mis : peningkatan suhu, pembedahan dapat
lahir KH : nadi, jumlah SDP) mengakibatkan
Bebas dari dari » korioamnionitas sebelum
infeksi preoperatif sesuai protokol intervensi bedah dan dapat
Tidak terjadi » mengubah penyembuhan luka
pembengkakan kehilangan darah »
Tidak terjadi » kulit memasuki insisi.
kemerahan pada robekan parenteral Menurunkan resiko infeksi
post operatif
»
dan penyembuhanb buruk,
meningkat bila kadar Hb
turun dan kehilangan darah
berlebih
»
dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi
5. Intolerans Setelah dilakukan asuhan » »
i aktivitas keperawatan selama 1 x 24 jam aktivitas dengan istirahat yang menghindari pengerahan
berhubungan dengan tidak terjadi intoleransi aktivitas cukup tenaga terus-menerus untuk
kelelahan pada klien » meminimalkan kelelahan /
KH : menghindari mengangkat beban kepekaan uterus
Menyatakan bebrat, aktivitas / kerja »
kesadaran terhadap toleransi » sebelumnya mungkin tidak
aktivitas mungkin seperti pemberian diindikasikan untuk wanita
Klien tidak obat, tanda vital dan pengkajian beresiko
tampak kelelahan berlebihan » »
Klien mampu seperti: membaca, nonton TV untuk tindakan berikutnya
melakukan aktivitas sendiri atau kunjungan dengan teman »
yang dipilih atau keluarga koping dengan penurunan
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA