id
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Ahli Madya
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Progam Studi
D III Teknologi Hasil Pertanian
Oleh :
ANNA RIYANTI
H3109009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
KATA PENGANTAR
Penulis
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Only Sufferings Can Teach Man To Respect The Goodness And The
Wonders Of Life “
(Hanya Penderitaan Hidup Yang Dapat Mengajarkan Manusia Untuk
Menghargai Kebaikan Dan Keindahan Hidup)
“ Manusia yang paling lemah ialah orang yang tidak mampu mencari
teman. Namun yang lebih lemah dari itu ialah orang yang mendapatkan
banyak teman tetapi menyia-nyiakannya “
(Ali bin Abu Thalib)
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
DAFTAR ISI
a. Evaluasi Mutu
1. Evaluasi Mutu Bahan Baku ....................... 25
2. Evaluasi Mutu Proses ................................ 26
3. Evaluasi Mutu Produk Akhir .................... 28
b. Desain Pengendalian Mutu
1. Desain Pengendalian Mutu Bahan Baku............................ 30
2. Desain Pengendalian Mutu Proses Produksi...................... 34
3. Desain Pengendalian Mutu Produk Akhir ......................... 39
B. HACCP (Hazard Abalysis Critical Control Points) ............................ 42
1. Deskripsi Produk ............................................................... 42
2. Diagram Alir Proses .......................................................... 43
3. Analisa Resiko Bahaya ...................................................... 50
4. Analisa Bahaya ................................................................. 51
5. Penetapan CCP .................................................................. 59
6. Rencana HACCP .............................................................. 63
BAB V KESIMPILAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 67
B. Saran ............................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69
LAMPIRAN
Lampiran 1: Uji Ph........................................................................................... 73
Lampiran 2: Uji Aktivitas Antioksidan ........................................................... 74
Lampiran 3: Uji Serat Buah ............................................................................ 79
Lampiran 4: Uji Padatan Terlarut ................................................................... 80
Lampiran 5: Uji Kadar Vitamin C ................................................................... 82
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Standar Mutu Selai Buah berdasarkan SNI 3746-2008 ................. 5
Tabel 2.4 Kandungan Gizi Terung Belanda Per 100 gram Buah .................... 15
Tabel 3.1 Metode Analisis Uji Persyaratan Mutu Selai Terung Belanda ....... 22
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Organoleptik Gula Pasir dalam Proses Pembuatan
Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Mutu Proses Pembuatan Selai Terung Belanda ..... 27
Tabel 4.5 Hasil Analisis Kimia Produk Akhir Selai Terung Belanda ............. 29
Tabel 4.8 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Gula Pasir dan Asam Sitrat ... 34
Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji Kimiawi Produk selai terung belanda ............. 39
commit to user
Tabel 4.13 Kategori Bahaya ............................................................................ 51
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Tabel 4.14 Analisa Bahaya Pada Bahan Baku Pembuatan Selai Terung
Belanda.......................................................................................... 55
Tabel 4.15 Analisa Bahaya Pada Proses Pembuatan Selai Terung Belanda ... 56
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
commit to user
x
KONSEP PENGENDALIAN MUTU DAN HACCP 3. Dosen Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
(Hazard Analysis CriticaControl Point) Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Dwi Ishartani, S.
DALAM PROSES PEMBUATAN SELAI TERUNG TP., Msi3
BELANDA
Anna Riyanti1
Rohula Utami, S.TP., M.P2
Dwi Ishartani, S. TP., Msi3
INTISARI
Kata Kunci : Evaluasi Mutu, HACCP, Pengendalian Mutu, Selai terung belanda,
Keterangan :
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Anna Riyanti,
NIM. H3109009
2. Dosen Jurusan/Program Studi D-III Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nama Rohula Utami,
S.TP., M.P2
xi
CONCEPT OF QUALITY CONTROL AND HACCP 3. Lecturer Department / Study Program D-III Agricultural Product Technology
(Hazard Analysis Critical Control Point) Faculty of Agriculture Sebelas Maret University of Surakarta named Dwi
IN THE PROCESS OF MAKING DUTCH EGGPLANT Ishartani, S. TP., Msi3
JAM
Anna Riyanti1
Rohula Utami, S.TP., M.P2
Dwi Ishartani, S. TP., Msi3
ABSTRACT
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Buah tamarillo atau terung belanda (Chypomandra betacea)
merupakan buah bergizi yang cukup banyak dikonsumsi masyarakat, tumbuh
di dataran tinggi dan relatif mahal. Tanaman terung belanda hanya dijadikan
tanaman selingan dan tanaman pagar sehingga hasil produk olahannya tidak
maksimal. Tanaman ini juga masih sangat awam pada kalangan masyarakat,
padahal ditinjau dari kandungan gizinya terung belanda sangat banyak
manfaatnya bagi tubuh.
Terung belanda adalah buah yang bentuknya bulat panjang berasa
kombinasi antara tomat dan jambu biji. Ditinjau dari aspek fungsionalnya
ternyata buah terung belanda mempunyai khasiat yang sangat unggul sebagai
sumber antioksidan alami yaitu untuk meluruhkan zat-zat radikal berbahaya
yang dapat menyebabkan degeneratif, kanker, jantung koroner, katarak dan
cacat pada anak. Banyak sekali ragam antioksidan alami, tetapi jarang yang
memiliki komponen kimia yang lengkap. Buah terung belanda mempunyai
macam-macam antioksidan, baik yang berbentuk vitamin dan yang bukan,
seperti vitamin E, vitamin A, vitamin C, vitamin B6, senyawa karotenoid,
anthosianin dan serat. Di antara antioksidan tersebut, beta karoten
mempunyai peranan yang sangat penting karena paling tahan terhadap
serangan radikal bebas.
Pada saat panen, buah-buahan akan melimpah sehingga keadaan ini
akan membuat harga buah menjadi rendah dan apabila buah tidak terjual
hanya akan busuk. Untuk menghadapi masalah ini maka harus dilakukan
proses pengolahan dan pengawetan terhadap terung belanda segar agar tetap
dapat memberikan nilai gizi namun ekonomis dimasyarakat, dengan
mengelola menjadi aneka produk olahan dan awetan. Produk-produk olahan
dari terung belanda seperti pewarna alami, sirup, jelly, es krim, sari buah,
commit
bubuk sari buah, selai dan lain to user Salah satu pemanfaatan terung
sebagainya.
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
terdapat pada produk selai terung belanda. Hal ini dilakukan dengan tujuan
menjaga selai terung belanda agar menjadi produk makanan yang aman dari
kontaminan yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
HACCP merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencegah
terjadinya masalah kualitas produk makanan baik yang disebabkan oleh
faktor biologi, kimia maupun fisis (food safety problem). Identifikasi sumber
masalah dilakukan sejak datangnya bahan baku, proses produksi dilakukan
sampai dengan produk jadi yang siap didistribusikan. HACCP akan dapat
mengidentifikasi critical control points (CCPs) dalam sistem produksi yang
potensial dapat menurunkan mutu produk. Titik-titik kritis ini harus dikontrol
secara ketat untuk menjamin mutu produk dan menjaga kadar kontaminan
tidak melebihi critical limit (Prasetyono, 2000).
HACCP telah dituangkan dalam Standar Nasional Indonesia untuk
HACCP yaitu SNI 01-4852-1998. Namun demikian diperlukan kajian sistem
HACCP yang sesuai dengan kondisi usaha pengolahan selai terung belanda,
sehingga sistem ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh industri selai terung
belanda skala UKM.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan judul tugas ini, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep pengendalian mutu yang dapat diterapkan pada proses
pembuatan selai terung belanda dari bahan baku, proses produksi dan
produk akhirnya?
2. Bagaimana karakteristik produk akhir selai terung belanda?
3. Bagaimana konsep HACCP yang dapat diterapkan pada pembuatan selai
terung belanda?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Quality Control “Penerapan Quality
Control Pembuatan selai terung belanda” ini adalah :
1. Mengetahui konsep pengendalian mutu yang dapat diterapkan dalam
proses pembuatan selai terung belanda dari bahan baku, proses produksi
dan produk akhir.
2. Mengetahui karakteristik produk akhir selai terung belanda.
3. Mengetahui konsep HACCP yang dapat diterapkan pada pembuatan selai
terung belanda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Selai
Selai merupakan bentuk olahan yang dibuat dari cacahan,sisa saringan
atau gilingan buah, yang dimasak dengan gula hingga campuran pekat
(Susanto, 1993). Selai terbuat dari 45 bagian berat zat penyusun sari buah
dengan 55 bagian berat gula dan campuran ini dikentalkan sampai mencapai
kadar zat padat terlarut tidak kurang dari 65 % untuk semua jenis selai
(Desrosier, 1988).
Selai yang bermutu baik mempunyai ciri-ciri warna yang cemerlang,
distribusi buah merata, tekstur lembut, cita rasa buah alami, tidak mengalami
sineresis dan kristalisasi selama penyimpanan (Cross,1984). Pada pembuatan
selai perlu diperhatikan beberapa faktor seperti pengaruh panas dan gula pada
pemasakan, serta keseimbangan proporsi gula, pektin dan asam. Jumlah gula
yang ditambahkan harus seimbang dengan jumlah pektin. Kondisi optimum
pembentukan gel adalah dengan kadar pektin 0,75-1,5%, kadar gula 65-70 %,
dan asam dengan pH sekitar 3,2 -3,4 (Buckle et al, 1985). Standar Mutu Selai
Buah berdasarkan SNI 3746-2008 dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Standar Mutu Selai Buah berdasarkan SNI 3746-2008
No Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan
1.1 Aroma - Normal
1.2 Warna - Normal
1.3 Rasa - Normal
2. Serat buah - Positif
3. Padatan terlarut %fraksi massa Min. 65
4. Cemaran Logam
4.1 Timah (Sn) Mg/kg Maks 250.0
5. Cemaran Arsen (As) Mg/kg Maks 1.0
Sumber : SNI 3746-2008
Pada pembuatan selai diperlukan beberapa bahan tambahan. Bahan
tambahan merupakan bahan-bahan yang digunakan untuk menyempurnakan
commit
proses dan meningkatkan daya to user
awet. Komposisi bahan baku dan bahan
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
tambahan dalam pengolahan selai harus tepat sehingga diperoleh produk akhir
yang baik. Bahan tambahan yang digunakan untuk pengolahan selai adalah
gula, pektin, asam sitrat, dan bahan pengawet (Suryani dkk, 2004).
1. Gula
Gula adalah suatu istilah umum yang sering diartikan bagi setiap
karbohidrat yang digunakan sebagai pemanis, tetapi dalam industri pangan
biasanya digunakan untuk menyatakan sukrosa yang diperoleh dari bit atau
tebu. Gula berfungsi untuk memberikan rasa manis dan kelembutan yang
mempunyai daya larut tinggi, mempunyai kemampuan menurunkan
aktivitas air (aw) dan mengikat air (Gautara, 1981).
Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting
karena hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi gula, sebagai
bahan penambah rasa, sebagai bahan perubah warna dan sebagai bahan
untuk memperbaiki susunan dalam jaringan (Subagyo, 2007).
Sifat-sifat sukrosa :
- Kenampakan dan kelarutan, semua gula berwarna putih, membentuk
kristal yang larut dalam air.
- Rasa manis, semua gula berasa manis, tetapi rasa manisnya tidak sama.
- Hidrolisis, disakarida mengalami proses hidrolisis menghasilkan
moosakarida. Hidrolisis sukrosa juga dikenal sebagai inversi sukrosa
dan hasilnya berupa campuran glukosa dan fruktosa disebut “gula
invert”. Inversi dapat dilakukan baik dengan memanaskan sukrosa
bersama asam atau dengan menambahkan enzim invertase.
- Pengaruh panas, jika dipanaskan gula akan mengalami karamelisasi.
Sifat mereduksi, semua monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa
berperan sebagai agensia pereduksi oleh karena itu dikenal sebagai gula
reduksi (Gaman and Sherrington, 1994). Syarat atau karakteristik gula
pasir berkualitas dapat dilihat pada Tabel 2.2, sedangkan gambar gula
pasir dapat dilihat pada Gambar 2.1.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
protease, enzim tenin. Karpasida yang ada berkhasiat sebagai anti cacing,
karpalna, suatu asam alkaloid yang terkandung dalam pepaya dapat
digunakan untuk mengurangi gangguan jantung, obat anti amuba, dan obat
peluruh kencing vitamin (Sunarjono, 1998). Analisis komposisi buah
pepaya dan daunnya dapat dilihat pada Tabel 2.3, sedangkan gambar
papaya dapat dilihat pada Gambar 2.2.
asam sitrat, asam fumarat, asam malat, asam suksinat, asam tartarat dan
asam fosfat (Cahyadi, 2005; Satuhu, 1996).
Asam-asam organik dapat ditambahkan dalam bahan pangan dengan
tujuan untuk pengawetan dan memperbaiki rasa, mengatur keasaman (pH),
stabilisasi warna dan mengikat logam. Biasanya bahan pengawet ini
ditambahkan dalam jumlah (dosis) yang cukup besar, yaitu lebih dari 1%
(Nurwantoro, 1997).
Asam sitrat merupakan asam organik yang berbentuk kristal atau
serbuk putih. Asam sitrat ini mudah larut dalam air dan ethanol, tidak
berbau, rasanya sangat asam. Asam sitrat juga terdapat dalam sari buah-
buahan seperti nenas, jeruk, lemon, markisa. Asam ini dipakai untuk
meningkatkan rasa asam (mengatur tingkat keasaman) pada berbagai
pengolahan minuman, produk air susu, selai, jeli, dan lain-lain dan juga
untuk mencegah pemucatan berbagai makanan, misalnya buah-buahan
kaleng dan ikan (Margono, 2000).
commit to user
Gambar 2.3 Skema pembuatan selai secara umum (Fachruddin, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
atas beberapa langkah kegiatan yaitu sanitasi bahan, alat produksi, dan botol
kemasan produk; sterilisasi botol produk; penambahan bahan pengawet;
pengemasan; dan pasteurisasi.
B. Terung Belanda
1. Deskripsi Terung Belanda
Di Indonesia buah tamarillo dikenal sebagai Terung Belanda.
Menurut Kumalaningsih (2006) terung belanda diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnolipsida
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum betacea
Terung Belanda atau yang dikenal Tamarillo dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kategori atas dasar tipe buahnya. Tamarillo merah merupakan
buah yang memiliki kulit merah,daging buah berwarna kuning emas dan
merah gelap di sekitar bijinya serta memiliki rasanya manis dan aroma
yang enak. Jenis tamarillo kuning emas warna kulit kuning emas kemerah-
merahan dan tidak ada warna disekitar biji sedangkan sisa dagingnya
berwarna kuning keemasan. Rasa tamarillo kuning emas lebih manis tetapi
aromanya kurang tajam bila dibandingkan dengan tamariilo merah.
Sedangkan jenis tamarillo kuning mempunyai warna kulit kuning terang
dan daging disekitar biji berwarna kuning emas. Tamarillo kuning
merupakan jenis yang berukuran paling besar dibandingkan merah dan
tamarillo kuning emas (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006).
Terung belanda bersifat non-klimakterik dengan produksi CO2 (10 -
12 ml CO2/kg/jam) pada suhu 200C, pH berkisar antara 3,17 – 3,80, relatif
humidity optimal antara 90-95 %, etilen yang dihasilkan termasuk rendah
yaitu kurang dari 0,1 µL/kg/jam pada suhu 200C dan tingkat
sensitivitasnya terhadap perlakuan etilen tergolong sedang (Kader, 2001).
commitdapat
Gambar tanaman terung belanda to user
dilihat pada Gambar 2.4.
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
C. Pengendalian Mutu
Keamanan pangan merupakan prasyarat bagi pangan dan bergizi baik.
Keamanan pangan tidak menyangkut dengan cita rasa ataupun sifat
fungsional yang bagus akan tetapi produk tersebut aman tidak untuk
dikonsumsi. Produk pangan yang baik yaitu produk yang bebas cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan
membahayakan kesehatan manusia. Mutu, keamanan pangandipengaruhi oleh
setiap tahapan proses yang dilaluinya sejak dari bahan mentah sampai produk
di tangan konsumen. Untuk memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan
perlu dilakukan cara-cara pengendalian pada setiap proses penanganan dan
pengolahan pangan (Hariyadi, 2007).
Pengawasan mutu adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin
bahwa proses yang terjadi akan menghasilkan produk sesuai dengan tujuan
yang diinginkan. Kegiatan pengawasan mutu adalah mengevaluasi kinerja
nyata proses dan membandingkan kinerja nyata proses dengan tujuan. Hal
tersebut meliputi semua kegiatan dalam rangka pengawasan rutin mulai dari
bahan baku, proses produksi hingga produk akhir. Pengawasan mutu
commit to user
bertujuan untuk mencapai sasaran dikembangkannya peraturan di bidang
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
proses sehingga produk yang dihasilkan aman dan sesuai dengan keinginan
masyarakat dan konsumen (Puspitasari, 2004).
Pengendalian mutu produk pangan erat kaitannya dengan sistem
pengolahan yang melibatkan bahan baku, proses, pengolahan, penyimpangan
yang terjadi dan hasil akhir. Sebagai ilustrasi, secara internal (citra mutu
pangan) dapat dinilai atas ciri fisik (penampilan: warna, ukuran,bentuk dan
cacat; kinestika: tekstur, kekentalan dan konsistensi; citarasa: sensasi,
kombinasi bau dan cicip) serta atribut tersembunyi (nilai gizi dan keamanan
mikroba). Sedangkan secara eksternal (citra perusahaan) ditunjukkan oleh
kemampuan untuk mencapai kekonsistenan mutu (syarat dan standar) yang
ditentukan oleh pembeli, baik di dalam maupun di luar negeri. Pengendalian
mutu pangan juga bisa memberikan makna upaya pengembangan mutu produk
pangan yang dihasilkan oleh perusahaan atau produsen untuk memenuhi
kesesuaian mutu yang dibutuhkan konsumen. Untuk ilustrasi sederhana, suatu
kegiatan pengendalian mutu yang dilakukan suatu pasar swalayan, yaitu
melakukan sortasi berulang-ulang terhadap sayur dan buah-buahan yang
diperoleh dari pemasok sebelum siap dijual, misalnya penerimaan
diidentifikasikan oleh kondisi daun hijau segar dan tidak kekuningan atau
coklat, daun tidak berlubang, batang/tangkai daun tidak lecet/luka atau patah,
tidak berbau yang tidak enak, warna cerah dan mengkilap, tidak layu dan tidak
berserangga/berulat; dan untuk buah-buahan dicirikan oleh tingkat
kematangan optimum, ukuran dan bentuk relatif seragam, tidak berlubang,
tidak cacat fisik dan permukaan menarik (Hubeis, 2010).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PELAKSANAAN
B. Tahapan pelaksanaan
1. Pengumpulan Data secara Langsung
a) Wawancara : melaksanakan wawancara secara langsung selama proses
pengolahan mulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir.
b) Observasi : melakukan pengamatan secara langsung mengenai kondisi
dan kegiatan pada pembuatan selai terung belanda, serta menganalisa
karakteristik selai terung belanda meliputi kadar antioksidan, vitamin
C, pH, serat buah dan padatan terlarut.
2. Pengumpulan Data secara Tidak Langsung
a) Studi Pustaka : mencari dan mempelajari pustaka mengenai
permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
kegiatan.
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id
Tabel 3.1 Metode Analisis Uji Persyaratan Mutu Selai Terung Belanda
Jenis Analisis Metode
CCP
Tindakan koreksi
Tindakan verifikasi
Dokumentasi.
commit todan
Gambar 3.1 Langkah Penyusunan user
Implementasi Sistem HACCP
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.2. Decision Tree Untuk Penetapan CCP Pada Bahan Baku
Dalam peyusunan HACCP perlu dessision tree tentang proses produksi.
Tahapan proses dapat mengandung bahaya yang dapat mengakibatkan proses
tersebut termasuk dalam status CCP atau tidak. Dari tahapan proses tersebut
adakah tahapan yang akan mengeliminasi dan mengurangi bahaya yang
ditimbulkan. Dessision tree tentang proses produksi dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengendalian Mutu
a. Evaluasi Mutu
1. Evaluasi Mutu Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan selai terung
belanda harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk
mengevaluasi bahan baku yang digunakan dan dibandingkan dengan
persyaratan yang telah ditetapkan maka dilakukan evaluasi mutu
bahan baku. Pelaksanaan evaluasi bahan baku dilakukan secara fisik.
Sifat fisik dari bahan baku dapat diuji melalui uji organoleptik.
Pengujian ini mengunakan fungsi panca indra yaitu mencicip, melihat,
mencium, merasakan (meraba).
Bahan baku utama pada proses pembuatan selai terung belanda
adalah terung belanda warna merah. Namun terung belanda belum
memiliki persyaratan dalam SNI, sehingga mutu dari terung belanda
tidak dapat dibandingkan dengan persyaratan mutu buah tersebut.
Hasil evaluasi mutu terung belanda yang digunakan dalam proses
pembuatan selai terung belanda dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Organoleptik Buah Terung Belanda Pada
Proses Pembuatan Selai Terung Belanda
No. Uji Organoleptik Hasil Uji
1. Kematangan Matang merata, tidak ada yang busuk
2. Kenampakan Utuh, segar, keras
3. Kebersihan Bersih
4. Aroma Aroma terung belanda
5. Warna Merah tua
Bahan lain dalam pembuatan selai terung belanda adalah gula
pasir. Gula pasir mempunyai berbagai fungsi dalam pembuatan selai
terung belanda, selain sebagai pemanis gula, dan pembentuk rasa, gula
juga berfungsi sebagai pengawet alami. Evaluasi mutu gula pasir yang
commit
digunakan dalam proses to user selai terung belanda dapat dilihat
pembuatan
25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id
b. Pepaya
Pepaya dalam pembuatan selai terung belanda ini digunakan
sebagai pektin alami. Kandungan pektin yang tinggi dari buah pepaya
menjadikan buah ini sebagai subtitusi pektin buatan. Selain harganya
yang terjangkau dan mudah didapat, pepaya juga mempunyai
kekuatan yang tak kalah dalam mengentalkan tekstur selai
dibandingkan pektin sintesis. Pepaya yang digunakan adalah pepaya
mengkal yang mempunyai tekstur keras, kenampakan buah yang
masih banyak getahnya apabila dibuka saat masih segar, berwana
orange. Spesifikasi pepaya yang baik untuk diolah serta pengendalian
mutunya, dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan untuk gambar pepaya
mengkal dapat dilihat pada Gambar 4.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.8 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Gula Pasir dan Asam
Sitrat
(a) (b)
Gambar 4.3. a). Gula pasir, b). Asam sitrat
2. Desain Pengendalian Mutu Proses
Proses produksi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
parameter proses, peralatan, bahan, personil (pekerja) dan kondisi
lingkungan proses. Pengendalian mutu proses harus mencangkup semua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
b. Sortasi
Hal yang perlu diperhatikan dalam proses sortasi buah adalah
spesifikasi buah. Maka pengendalian proses ini yaitu memilih buah
yang sesuai spesifikasi untuk pengolahan selai terung belanda.
c. Pencucian
Pada proses pencucian, kebersihan buah adalah hal yang utama.
Pengendalian mutu proses pencucian yaitu dengan memilih air yang
digunakan untuk mencuci buah.
d. Blanching
Proses blanching, pengendalian mutu yaitu dengan menggunakan
air panas yang benar-benar mendidih. Memperhatikan waktu yang
digunakan yaitu 4 menit karena apabila blanching dilakukan terlalu
lama akan membuat buah jadi terlalu lembek dan akan mempengaruhi
kualitas produk akhir.
e. Pengupasan
Pengupasan bertujuan untuk memisahkan antara kulit, biji, dan
daging buah. Menghilangkan bagian yang tidak dapat dimakan,
kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang menyebabkan mutu turun dan
menghasilkan kualitas yang baik (Pujimulyani, 2009). Proses
pengupasan juga mudah terkontaminasi. Pengendalian mutu pada
proses ini yaitu dengan menggunakan pisau stainless stell anti karat,
tangan pekerja sebelum melakukan pengupasan harus bersih, serta
wadah yang digunakan saat menampung buah yang telah dikupas juga
bersih sehingga meminimalisir terjadinya kontaminasi silang dengan
alat dan pekerja.
f. Pemblenderan
Pengendalian mutu pada proses pemblenderan adalah dengan
mencegah kontaminasi alat dengan cara mencuci blender sebelum
digunakan. Selain itu peoses pemblenderan dilakukan selama 4-5 menit
supaya biji buah tidak ikut hancur sehingga memudahkan pada proses
penyaringan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id
g. Penyaringan
Pengendalian mutu pada proses penyaringan adalah dengan
menggunakan kain saring yang benar-benar bersih (berwarna putih),
kain saring berukuran 12 mesh dan tidak bocor.
h. Pencampuran bahan
Pada proses pencampuran bahan, hal yang perlu diperhatikan
yaitu kenampakan bahan sehingga bahan yang dicampur sudah
homogen. Selain itu menjaga agar bahan tidak terkontaminasi silang.
i. Perebusan (pemasakan)
Pemasakan dilakukan dengan cara yang singkat untuk mencegah
terjadinya hidrolisa gula dan pektin yang menyebabkan kegagalan
pengolahan selai serta merusak warna dan flavor produk. Selama
pemasakan disertai dengan pengadukan yang konstan. Pemasakan ini
merupakan suatu tahapan yang sangat penting dalam pembuatan selai.
Campuran buah direbus/dimasak selama 20 menit sehingga jika
didinginkan akan membentuk gel (Pujimulyani, 2009). Pemasakan
perlu diperhatikan suhu dan waktu pemasakan. Pengendalian mutu
yaitu dengan menggunakan waktu 24 menit dan suhu 100-1050C pada
proses pengolahan selai terung belanda.
j. Pengemasan
Pengendalian mutu pada proses pengemasan yaitu pada proses ini
dilakukan dengan menggunakan kemasan yang steril, dan proses
pengemasan diusahakan secepat mungkin langsung ditutup.
k. Pasteurisasi
Pengendalian mutu pada proses pasteurisasi yaitu pada proses ini
dilakukan dengan waktu yang tidak terlalu lama (30 menit) dan suhu
tidak mengunakan lebih dari 900C dan kurang dari 850C, karena
apabila dilakukan pada suhu tinggi dan waktu lama akan membuat
kandungan vitamin C dan antioksidan yang ada di selai terung belanda
akan hilang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
a. Aktivitas Antioksidan
Berdasarkan Tabel 4.10, hasil uji kimiawi aktivitas
antioksidan pada selai terung belanda adalah 1,33% penangkapan
radikal DPPH/ mg sampel. Karena kandungan antioksidan
merupakan keunggulan dari produk maka tidak terdapat syarat mutu
yang dibandingkan. Pengendalian mutu produk akhir supaya dapat
mempertahankan kualitas aktivitas antioksidan pada selai terung
belanda dilakukan dengan cara menggunakan bahan baku yang
seragam supaya kadar antioksidan dalam buah, memantau tiap
tahapan proses produksi dan dengan mengatur suhu dan waktu
perebusan, karena aktivitas antioksidan dapat rusak karena
pemanasan. Menyimpan produk jadi pada tempat yang bersih
(sterill), tertutup rapat dan pada suhu rendah/dingin.
b. Padatan terlarut
Padatan terlarut diukur menggunakan refraktometer dan
menunjukan jumlah padatan yang terdapat di dalam selai terung
commit to user
belanda. Sumber padatan pada selai berasal dari terung belanda, gula
perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id
dan pepaya. Nilai padatan terlarut pada selai terung belanda adalah
sebesar 71,875 %, sedangkan berdasarkan syarat mutu selai menurut
SNI yang menyatakan bahwa padatan terlarut yang dianjurkan
adalah minimal 65%. Maka selai terung belanda telah memenuhi
syarat mutu SNI 3746:2008 selai buah. Pengendalian mutu padatan
terlarut pada produk akhir selai terung belanda yaitu dengan
memperhatikan proses produksi dan takaran perbandingan gula dan
buah yang digunakan semakin besar gula yang dicampurkan maka
semakin besar pula nilai patatan terlarut.
c. pH
Pada produk selai terung belanda pH 3,9, nilai derajat
keasaman 3-4 mampu mengendalikan dan menjaga kestabilan
pertumbuhan mikroorganisme produk. Kondisi selai dengan pH
terlalu rendah atau terlalu asam dapat menyebabkan keluarnya air
dari gel (sineresis) (Manullang, 1997). Sehingga pH selai yang
dihasilkan masih digolongkan pH yang rendah sedangkan
pembentukan gel hanya mungkin terjadi pada pH kurang dari 3,5.
Semakin rendah nilai pH ketegaran gel yang terbentuk semakin
meningkat. Nilai pH yang terlalu rendah menyebabkan gel semakin
keras. Sedangkan pH yang terlalu tinggi akan menyebabkan gel
pecah. Besar pH selai pada umumnya adalah asam dengan pH sekitar
3,2-3,4 (Buckle et al, 1985). Kemungkinan selai yang dihasilkan
terlalu asam karena kandungan asam pada buah terung belanda
sudah tinggi sehingga seharusnya asam sitrat yang digunakan lebih
sedikit dari takaran.
Pengendalian mutu pH pada produk akhir yaitu dengan
memperhatikan tahapan tiap proses, menambahkan asam sitrat sesuai
dengan takaran, dan cara penyimpanan selai secara tepat, yaitu
menyimpan produk jadi pada tempat yang bersih (sterill), tertutup
rapat dan pada suhu rendah/dingin supaya dapat mempertahankan
commit
mutu dan kualitas produk to user
akhir selai terung belanda.
perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id
d. Serat buah
Salah satu sumber dari serat adalah buah-buahan, sehingga
apabila buah diolah menjadi salah satu produk seperti halnya selai.
Seharusnya serat buah masih terkandung di dalam produk tersebut.
Dari hasil analisa kimia serat buah positif. Sehingga sudah sesuai
dengan syarat mutu selai buah pada SNI 3746:2008. Pengendalian
mutu yang dilakukan yaitu dengan menggunakan buah yang asli
bukan hanya rasa sintesis buah dan memperhatikan tahapan tiap
proses produksi agar serat buah tidak hilang.
e. Vitamin C
Kadar vitamin C pada produk yaitu sebesar 57,105 mg/100gr
sampel. Dari hasil tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa
kandungan vitamin C produk dapat digolongkan tinggi. Karena
vitamin C merupakan keunggulan dari produk maka tidak
dibandingkan dengan syarat mutu selai. Sifat vitamin C adalah
mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan kristal
(murni). Menurut Wills et al (1981) penyimpanan pada suhu rendah
dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolisme,
memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air dan
mencegah kelayuan. Untuk mempertahankan kadar vitamin C pada
produk akhir pengendalian mutu produk akhir dengan
memperhatikan tiap proses produksi dan tempat penyimpanan
produk akhir yang sesuai, untuk mempertahankan kadar vitamin C
pada produk akhir yaitu dengan menyimpan pada suhu yang rendah.
Produk akhir selai terung belanda akan awet dan berumur
simpan panjang selain penanganan proses harus baik ada juga faktor
yang mempengaruhi yaitu cara penyimpananya tepat. Produk harus
disimpan dengan tepat agar dapat bertahan lama dan terhindar dari
bahaya lainnya. Syarat dari penyimpanan selai adalah penyimpanan
pada suhu ruang dalam kondisi kering, bersih dan tertutup rapat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 43
digilib.uns.ac.id
Terung belanda
Sortasi buah
Kulit Terung
Pengupasan Pencucian
Belanda
Biji Terung
Penyaringan dengan kain Pemblenderan
Belanda
saring 12 mesh
Pemanasan / pemasakan
Botol jar
Selai terung belanda
Pasteurisasi
(85-900C) selama 30 menit
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 45
digilib.uns.ac.id
Gambar 4.5 to
commit Proses
user Blanching
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
d. Pengupasan
Pengupasan kulit buah dilakukan pada semua bagian buah, selain
kulit buah pada proses pengupasan ini juga menghilangkan bagian tangkai
buah. Kulit buah dikupas karena merupakan sumber rasa pahit yang sangat
mengganggu flavor selai yang akan dihasilkan. Proses pengupasan
dilakukan dengan menggunakan pisau stainless stell anti karat. Hal ini
dilakukan supaya tidak ada kontaminasi kimia yang bersumber dari pisau
yang digunakan. Gambar terung belanda setelah proses pengupasan dan
proses pengupasan pepaya mengkal dapat dilihat pada Gambar 4.6.
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Terung belanda setelah proses pengupasan, (b). Proses
pengupasan pepaya mengkal
e. Pemblenderan
Setelah dikupas, terung belanda diblender namun pada proses
pemblenderan tidak dilakukan terlalu lama hanya sekitar 4-5 menit dengan
kecepatan sedang pada tombol 2 blender hanya sampai daging buah hancur.
Karena apabila pemblenderan dilakukan terlalu lama akan membuat biji
buah juga hancur dan mempersulit pada proses pemisahan biji buah dan
hancuran buah tersebut. Gambar proses pemblenderan dapat dilihat pada
Gambar 4.7.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id
(a) (b)
Gambar 4.7 (a) Terung belanda sebelum proses pemblenderan (b) Terung
belanda setelah proses pemblenderan
f. Penyaringan
Proses penyaringan ini bertujuan untuk memisahkan hancuran buah
yang telah diblender dengan isi buah. Sehingga selai buah dapat memenuhi
karakteristik selai yang baik, karena adanya isi buah akan mengganggu saat
akan dikonsumsi. Penyaringan dilakukan menggunakan kain saring (12
mesh), karena karakteristik dari terung belanda yang kental dan susah
disaring baik menggunakan saringan yang berlubang kecil ataupun halus.
Sebelumnya kain saring yang akan digunakan direndam dengan air panas,
perendaman bertujuan untuk memastikan bahwa kain saring benar-benar
steril.
g. Pencampuran dan penambahan
Proses pencampuran dan penambahan dimaksud pada terung
belanda, gula, asam sitrat dan pepaya mengkal. Pepaya mengkal yang
dicampurkan sebelumnya dikupas kulitnya dan dicuci terlebih dahulu,
kemudian pepaya dipotong dengan kecil-kecil 3-5 cm persegi. Proses
pengecilan ukuran ini dilakukan agar mempermudah proses pemblenderan
pepaya, selain dipotong pemblenderan pepaya harus dicampur dengan
terung belanda yang sudah halus dan disaring tadi. Hal ini dilakukan karena
karakteristik buah pepaya mengkal yang mempunyai kandungan air yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
sedikit yang membuat buah ini sulit dihancurkan dan pada pembuatan selai
terung belanda tidak menggunakan campuran air.
h. Perebusan / pemasakan
Pemanasan selai dilakukan pada panci di atas kompor yang berapi
sedang dan dilakukan pengadukan konstan selama proses pemanasan ini,
pemanasan dilakukan pada suhu 100-1050C selama 24 menit sampai
terbentuk gelembung-gelembung udara pada selai. Pemanasan harus
diperhatikan, jangan sampai terlalu kental atau kurang kental. Terlalu kental
mengakibatkan sari buah banyak yang menguap sedangkan kurang kental
mengakibatkan pembentukan selai atau selai kurang sempurna. Selain itu
pemanasan yang berlebihan menyebabkan penguapan asam, pemecahan
pektin pada pepaya mengkal, serta kerusakan cita rasa dan warna pada selai
yang dihasilkan. Proses permasakan dilihat pada Gambar 4.8.
(a) (b)
Gambar 4.9 (a). Proses sterilisasi pengemas, (b) Proses pengemasan
j. Pasteurisasi
Proses pasteurisasi merupakan proses pemanasan dengan suhu 85-
0
90 C dengan tujuan untuk menginaktifasi enzim dan membunuh mikroba
pathogen. Pemilihan proses ini didasarkan pada sifat produk yang relatif
asam sehingga mikroba menjadi lebih sensitif terhadap panas. Selain itu,
penggunaan panas yang tidak terlalu tinggi juga dapat mengurangi resiko
rusaknya beberapa zat gizi seperti vitamin C. pasteurisasi dilakukan selama
30 menit. Proses pasteurisasi sedikit memperpanjang umur simpan produk
pangan dengan cara membunuh semua mikroorganisme patogen (penyebab
penyakit) dan sebagian besar mikroorganisme pembusuk, melalui proses
pemanasan. Karena tidak semua mikroorganisme pembusuk mati oleh
proses pasteurisasi, maka untuk memperpanjang umur simpannya produk
yang telah dipasteurisasi biasanya
commit todisimpan
user di refrigerasi (suhu rendah).
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id
Dapat dilihat pada proses pasteurisasi dan selai terung belanda Gambar
4.10.
(a) (b)
Gambar 4.10 (a) Proses pasteurisasi (b) Selai terung belanda
3. Analisa Resiko Bahaya
Analisa resiko bahaya bertujuan untuk mengetahui suatu resiko yang
berhubungan dengan bahaya, proses, tindakan atau kejadian. Analisa
bahaya selai terung belanda dapat dilihat pada Tabel 4.12 dan kategori
bahaya dapat dilihat pada Tabel 4.13. Berdasarkan Tabel 4.12, selai
terong belanda mengandung bahaya B dan bahaya D. Bahaya B yaitu
bahaya yang sensitife terhadap bahaya biologi/fisik/kimia sedangkan
bahaya D kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah
pengolahan. Dari kandungan bahaya yang ada di dalam selai terung
belanda makaproduk ini dikategorikan dalam kategori bahaya II.
Tabel 4.12 Analisa Bahaya Selai Terung Belanda
No Bahan/ingridien Kelompok Bahaya Kategori resiko
A B C D E F 0/I/II/III/IV/V/VI
1. Selai Terung Belanda v v II
Keterangan:
A = makanan untuk konsumen beresiko tinggi
B = mengandung bahan yang sensitife terhadap bahaya biologi/fisik/kimia
C = tidak ada tahap untuk mencegah/menghilangkan bahaya
D = kemungkinan mengalami kontaminasi kembali setelah pengolahan
commit
E = kemungkinan penanganan yang salahto userdistribusi/konsumsi
selama
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
4. Analisis Bahaya
Setelah deskripsi produk dan penyusunan diagram alir dari selai
terung belanda kemudian dilakukan langkah – langkah studi HACCP yaitu
analisis bahaya. Analisa bahaya dilakukan dengan dua tahapan, yaitu
analisa bahaya pada bahan baku dan analisa bahaya pada tahapan proses
selai terung belanda. Analisis bahaya dilakukan dengan cara mendaftarkan
semua bahaya yang mungkin terdapat pada bahan baku dan pada proses
pembuatan. Bahaya-bahaya yang teridentifikasi kemudian ditabulasikan
dalam sebuah tabel disertai sumber bahaya, tingkat resiko dan tindakan
pencegahannya serta melakukan analisis menggunakan pohon keputusan
(CCP Decision Tree). Analisis bahaya pada bahan baku dan proses
pembuatan selai terung belanda dapat dilihat pada Tabel 4.14 dan Tabel
4.15. Tujuan analisis bahaya adalah untuk mengenali bahaya-bahaya apa
saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses pengolahan sejak awal
hingga ke tangan konsumen.
Analisa bahaya merupakan evaluasi secara sistematik pada
makanan spesifik dan bahan baku atau ingredient untuk menentukan
resiko. Resiko keamanan pangan yang perlu diperhatikan yaitu: aspek
keamanan kontaminasi bahan kimia, aspek keamanan kontaminasi fisik,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
cemaran kimia. Kriteria gula pasir menurut Menik (2009) adalah warna
putih/terang, butirannya tidak menggumpal (terpisah), kering, rasanya
manis, tahan terhadap suhu rendah, bebas dari kotoran. Apabila gula yang
digunakan memiliki warna tidak putih dan ada kotoran maka akan
berpengaruh pada warna selai terung belanda yang kurang bagus, dalam
proses ini gula juga berperan unntuk mempercepat proses pencoklatan atau
sering disebut browning. Tindakan pengendalian dapat menggunakan gula
pasir yang berkualitas baik dan tidak mengandung kontaminasi fisik.
Bahan baku selanjutnya adalah asam sitrat. Asam sitrat adalah
bahan yang dimanfaatkan sebagai pengatur pH dalam selai terung belanda.
Asam sitrat dapat menjadi bahaya kimia apabila digunakan dalam bentuk
sintesis dan tidak diijinkan untuk penggunaan pada makanan. Penggunaan
asam sitrat yang berlebihan akan mengakibatkan bahaya dan efek yang
buruk bagi kesehatan manusia. Penggunaan asam sitrat harus mengikuti
peraturan pemerintah dalam aturan SNI 01-0222-1995 yaitu bahan
tambahan makanan yang diijinkan (food grade). Dosis yang tercantum
dalam SNI bahan tambahan makanan pengguaan asam sitrat yaitu dampai
pH 3,2-3,9. Bahaya kimia dapat terjadi apabila penggunaan yang
berlebihan. Hal ini dapat terjadi apabila saat penimbangan kurang teliti,
sehingga tindakan pengendalian yang perlu dilakukan adalah dengan
menggunakan asam sitrat sesuai SNI dan kecermatan serta ketelitian dalam
penimbangan sehingga konsumen tidak dirugikan akibat dosis yang
berlebihan dari kandungan asam sitrat pada selai terung belanda yang
dihasilkan.
Dari analisis bahaya yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa bahan
baku yang tingkat keparahan paling tinggi adalah pada buah terung
belanda dan pepaya sehingga kedua bahan baku tersebut ditetapkan
sebagai CCP (titik kritis yang perlu dikontrol) dan harus senantiasa
mendapatkan pengawasan yang optimal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
Tabel 4.14. Analisa Bahaya Pada Bahan Baku Pembuatan Selai Terung Belanda
No Bahan Bahaya Penyebab Penting tidaknya Tindakan pengendalian
baku bahaya Peluang Kepa Pentin
(T/S/R) raha g/tidak
n (T/S/R)
(T/S/
R)
1. Terung Fisik : - Kesalahan T S T - Perbaikan penanganan
belanda tangkai dan penanganan dan pasca panen buah terung
daun terung penyimpanan belanda yang akan diolah
belanda bahan baku telah terbebas dari hama/
kapang yang menempel
yang dapat menyebabkan
berkembangnya mikroba.
Biologi : - Kapang yang T S T - Pada saat penanaman harus
kapang/ menempel pada menerapkan GMP yang
jamur buah terung benar dan setelah panen
Aspergillus belanda dilakukan perbaikan pada
sp. penerapan kelembaban,
pencucian, dan sortasi buah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
Penting tidaknya
N Tahapan Bahaya Penyebab bahaya Peluang Kepar Penting Tindakan pengendalian
o Proses (T/S/R) ahan /tidak
(T/S/ (T/S/R)
R)
2. Sortasi Fisik : buah - Produksi prapanen yang T S T - Buah terung belanda yang
terung kurang baik berkapang atau busuk tidak
belanda digunakan dalam pembuatan
yang tidak selai terung belanda
baik,
busuk,
kotoran lain
Biologi : T S T
mikroba
berasal dari
pekerja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id
5. Penetapan CCP
CCP merupakan titik dimana terjadi hilangnya kendali dan dapat
menyebabkan resiko kesehatan terhadap manuasia. Penentapan CCP
ditentukan berdasarkan pertanyaan untuk menentukan apakah suatu titik
kendali merupakan CCP atau bukan. Kriteria CCP ditentukan jika dalam
proses produksi jenang mengandung bahaya tanpa adanya proses yang
dapat menghilangkan bahaya tersebut atau ada proses untuk
menghilangkan bahaya tersebut.
Dari hasil analisa pada tabel diatas dapat diartikan bahwa tahapan
yang merupakan CCP adalah pada proses penerimaan bahan baku dan
proses pengemasan. sedangkan tahapan yang lain yaitu proses
pengadonan, pemasakan serta pencetakan, bukan merupakan tahap CCP.
Selain penentuan titik CCP juga dilakukan identifikasi Bahaya dan
Pencegahannya. Tahapan ini memungkinkan meminimalisir terjadinya
bahaya dan cara pencegahannya. Tahapan ini dapat dilihat pada Tabel
4.16 dan Tabel 4.17.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 61
digilib.uns.ac.id
P4
P2 P3 P5
P1 Apakah
Apakah Apakah Apakah
Apakah bahaya
ada proses ini proses
terdapat dapat
tindakan dirancang selanjutny
bahaya meningk
pencegaha khusus a dapat
pada at
n untuk untuk menghilan
tahap/ sampai Keterangan
Tahapan mengenda menghilang gkan/
No Identifikasi Bahaya proses batas (CCP atau
Proses likan kan/mengur menguran
ini? tidak Bukan CCP)
bahaya angi bahaya gi bahaya?
Ya : ke aman?
tersebut? sampai Ya :
P2 Ya : ke
Ya : ke P3 aman? Bukan
Tidak : P5
Tidak : Tidak: ke CCP
Bukan Tidak:
Bukan P4 Tidak :
CCP Bukan
CCP Ya : CCP CCP
CCP
Fisik : kontaminasi
silang dengan alat
Ya Ya Tidak Tidak - Bukan CCP
pemblender dan
6. Pemblenderan
pekerja
Biologi : mikroba
Ya Ya Tidak Tidak - Bukan CCP
berasal dari pekerja
Fisik : biji buah
Penyaringan
yang ikut Ya Tidak - - - CCP
(pemisahan
7. tercampur
biji terung
Biologi : cemaran
belanda) Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP
mikroorganisme
Fisik :
Pencampuran Kontaminasi silang
dengan gula, dar masing-masing Ya Tidak - - - Bukan CCP
pepaya yang bahan yang
8.
telah dicampurkan
dihaluskan, Kimia : kandungan
dan asam sitrat asam sitrat apabila Ya Tidak - - - Bukan CCP
digunakan berlebih
Biologi : cemaran
Ya Ya Tidak Ya Ya Bukan CCP
mikroba
Perebusan Kimia :
9. kontaminasi alat
(pemasakan)
yang bereaksi Ya Tidak - - - Bukan CCP
dengan asam
(korosi)
Kimia : kandungan
Ya Tidak - - - Bukan CCP
kaporit dari air
Sterilisasi
Fisik : kotoran
10. pengemas Ya Tidak - - - Bukan CCP
yang terikut air
(btol jar)
Biologi : cemaran
Ya Tidak - - - Bukan CCP
mikroba
Fisik : debu dari
Ya Tidak - - - Bukan CCP
udara luar
11. Pengemasan
Biologi : bakteri
Ya Tidak - - - Bukan CCP
pathogen
Biologi : bakteri
12. Pasteurisasi Ya Ya Ya - - CCP
pathogen
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
6. Rencana HACCP
Definisi rencana HACCP berdasarkan pedoman BSN 1004-2002
adalah dokumen yang dibuat sesuai dengan prinsip-prinsip HACCP untuk
menjamin pengendalian bahaya yang nyata bagi keamanan pangan pada
bagian rantai pangan yang sedang dipertimbangkan. Rencaba HACCP ini
berisi tentang lembar kerja pengendalian HACCP memuat informasi-
informasi tentang CCP dan lokasinya, batas kritis, prosedur monitoring,
tindakan koreksi, verifikasi, dan rekaman. Tabel rencana Haccp dapat
dilihat pada Tabel 4.18.
commit to user
64
yang mungkin timbul adalah biji buah terung belanda yang lolos pada
proses penyaringan.
Nilai target yang ingin dicapai pada proses ini adalah tidak ada
biji yang lolos/terikut ke proses selanjutnya. Tindakan koreksi yang
dilakukan adalah dengan mengamati setiap proses, menggunakan alat
penyaring yang baik dan mengganti alat penyaring secara berkala.
c. Pasteurisasi
Proses terakhir yang termasuk CCP adalah proses pasteurisasi.
Proses pasteurisasi menjadi proses yang perlu dikontrol karena tidak
semua mikroorganisme pembusuk mati oleh proses pasteurisasi, maka
tindakan pengendalian memperpanjang umur simpannya produk yang
telah dipasteurisasi biasanya disimpan di refrigerasi (suhu rendah).
Tindakan pemantauan pada proses pasteurisasi dilakukan dengan
mengontrol pekerja dan pelaksanaan sanitasi pada pekerja maupun
lingkungan, pemperhatikan suhu dan waktu yang digunakan saat
pasteurisasi. Nilai target yang ingin dicapai dalam proses pasteurisasi
yaitu menekan pertumbuhan mikroba sehingga pertumbuhan bakteri
pathogen lebih lama dan produk aman dan tahan lama. Tindakan
koreksi yang dilakukan adalah dengan pelaksanaan sanitasi pekerja
dan lingkungan, serta menggunakan suhu dan waktu yang sesuai
.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian Konsep Pengendalian Mutu dan HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Points) dalam Proses Pembuatan Selai Terung
Belanda, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembuatan konsep pengendalian mutu produk Proses Pembuatan Selai
Terung Belanda, meliputi penetapan spesifikasi bahan baku buah yang
digunakan, pengendalian setiap tahapan proses produksi, dan
pengendalian penyimpanan produk akhir agar kualitasnya tetap terjaga.
2. Pengendalian bahan baku yaitu dengan mengendalikan penerimaan bahan
baku, bahan baku yang diterima hanya bahan baku yang masuk kriteria,
dan berasal dari suplayer yang memiliki sertifikat bebas pestisida
maupun bebas cemaran fisik lainnya. Sedangkan untuk pengendalian
mutu proses dengan memperhatikan tiap detail proses baik alat, pekerja,
suhu, waktu, dan juga lama proses. Dan untuk pengendalian mutu
produk akhir dengan menyimpan produk pada tempat yang kering
bersuhu ruang. Selain itu juga dilakukan uji kimia serat buah, padatan
terlarut, kadar vitamin C, pH, dan aktivtas antioksidan untuk mengetahui
kandungan produk akhir. .
3. Karakteristik produk akhir pada selai terung belanda dilakukan dengan
uji kimia, berdasarkan uji kimia yang dilakukan hasilnya adalah serat
buah positif, padatan terlarut 71,875 %, aktivitas antioksidan sebesar
1,33% penangkapan radikal DPPH/mg sampel, kadar vitamin C 57,105
mg/100gr sampel, dan pH selai terung belanda 3,9.
4. Pembuatan konsep HACCP dibutuhkan untuk mencegah timbulnya
bahaya pada setiap proses yang dilakukan dan menjaga keamanan
produk yang dihasilkan. Tahapan proses produksi pembuatan selai
terung belanda, yang dianggap CCP meliputi penerimaan bahan baku,
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
commit to user