LAPORAN PRAKTIKUM
I. Tinjauan Pustaka :
Beberapa sifat penting larutan bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut dalam
larutan dan tidak bergantung pada jenis partikel zat terlarut, disebut sifat koligatif sebab
sifat-sifat tersebut memiliki sumber yang sama, dengan kata lain semua sifat tersebut
bergantung pada banyaknya partikel zat terlarut yang ada. (Chang, 2005).
Proses penurunan titik beku melibatkan transisi dari keadaan tidak teratur ke keadaan
teratur, agar proses itu terjadi energy harus diambil dari sistem, karena larutan lebih tidak
teratur dibandingkan pelarut, maka lebih banyak energy yang harus diambil darinya untuk
menciptakan keteraturan dibandingkan dalam kasus pelarut murni, jadi larutan memiliki
titik beku lebih rendah dibandingkan pelarut. (Chang, 2005).
Penurunan tekanan uap akibat zat terlarut yang tidak menguap juga dapat
menyebabkan penurunan titik beku larutan. Gejala ini terjadi karena zat terlarut tidak
terlarut dalam fasa padat pelarut. Contohnya es murni selalu memisah ketika larutan dalam
air membeku. Agar tidak terjadi pemisahan zat terlarut dan pelarut ketika larutan
membeku, maka diperlukan suhu lebih rendah lagi untuk mengubah seluruh larutan
menjadi fasa padatnya. Seperti halnya titik didih, penurunan titik beku, ∆Tf berbanding
lurus dengan molalitas larutan.
menurut Raoult,
Gram 1000
∆ Tf =m. Kf atau ∆ Tf = × × Kf
Mr P
Ket:
m = molalitas larutan
II. Metode :
2.1. Bahan :
Bahan-bahan yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Aquadest, sebagai pelarut sampel percobaan.
2. Glukosa (C6H12O6), sebagai sampel pengujian penurunan titik beku.
2.2. Peralatan :
Dalam tahap ini es batu dan garam dapur dimasukkan ke dalam penangas.
Selanjutnya, diambil sebanyak 0,1 gram sampel Glukosa dan kemudian ditambahkan
10 ml aquadest, lalu dimasukkan ke Beaker glass dan aduk dengan batang pengaduk
untuk mempercepat pembentukan larutan. Kemudian larutan tersebut dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Selanjutnya, larutan tersebut diletakkan ke dalam penangas.
Amati larutan tersebut hingga membeku dan dicatat suhu setiap 30 detik mulai dari
larutan sudah membeku dan berhenti saat diperoleh titik beku terendah larutan.
Ulangi percobaan untuk massa sampel 0,1 gram, 0,2 gram, 0,3 gram, 0,4 gram, 0,5
gram dan 0,6 gram.
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(ºC)
0 3,4 2,8 1,57 1,26 1,24 0,66 -0,24
30 3,1 2,3 1,35 1,18 1,11 0,45 -0,37
60 2,7 1,7 1,24 0,17 -0,25 -0,12 -0,59
90 2,4 1,3 0,17 -0,15 -0,47 -0,16 -0,74
120 2,1 0,2 -0,14 -0,28 -0,59 -0,28 -0,88
150 1,9 0,7 -0,28 -0,35 -0,74 -0,35 -1,13
180 1,7 -0,17 -0,36 -0,49 -0,85 -0,47 -1,29
210 1,3 -0,26 -0,47 -0,57 -0,99 -0,58 -1,34
240 0,2 -0,32 -0,58 -0,66 -1,11 -0,76 -1,47
270 0,6 -0,38 -0,58 -0,75 -1,11 -0,89 -1,54
300 -0,2 -0,42 -0,58 -0,75 -1,11 -1,10 -1,54
330 -0,2 -0,42 -0,75 -1,10 -1,54
360 -0,2 -0,42 -1,10
3.2. Pembahasan :
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Grafik Hubungan Pengaruh Massa Zat Terlarut dengan Penurunan Titik Beku
Larutan
Penurunan Titik Beku (C)
Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah Glukosa sebanyak 0,1 gram; 0,2
gram; 0,3 gram; 0,4 gram; 0,5 gram; 0,6 gram. Pada percobaan pertama yaitu pada sampel
Glukosa 0,1 gram, larutan tersebut membeku pada suhu -0,42oC sehingga diperoleh
penurunan titik beku sebesar 0,22oC dan diperoleh ralat sebesar 6,72%. Selanjutnya pada
percobaan sampel Glukosa 0,2 gram, larutan membeku pada suhu -0,58oC sehingga
diperoleh penurunan titik beku sebesaar 0,38oC dan diperoleh ralat sebesar 7,83%. Pada
percobaan ketiga yaitu pada sampel Glukosa 0,3 gram, larutan membeku pada suhu
-0,75oC sehingga diperoleh penurunan titik beku sebesar 0,55oC dan diperoleh ralat sebesar
11,06%.
Pada percobaan keempat, yaitu pada sampel 0,4 gram, larutan tersebut membeku pada
suhu -1,11oC sehingga diperoleh penurunan titik beku sebesar 0,91oC dan diperoleh ralat
sebesar 10,35%. Pada percobaan kelima yaitu pada sampel 0,5 gram, larutan membeku
pada suhu -1,1oC dan diperoleh penurunan titik beku sebesar 0,9oC sehingga diperoleh ralat
sebesar 12,68%. Dan terakhir pada sampel 0,6 gram, diperoleh titik beku sebesar -1,54oC
sehingga diperoleh penurunan titik beku sebesar 1,34oC dan dari percobaan tersebut
diperoleh ralat sebesar 8,33%.
Dari hasil yang diperoleh pada percobaan 1-6 membuktikan bahwa semakin banyak
massa sampel zat terlarut yang digunakan, maka semakin besar penurunan titik beku yang
dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori dari rumus yaitu:
∆ Tf =Kf . m. i
M R T 02
Kf =
∆ fus H
di mana : Kf = konstanta penurunan titik beku molal
M = massa molar pelarut
R = konstanta gas ideal
T = suhu pelarut membeku
ΔfusH = entalpi peleburan pelarut
Dalam percobaan ini diperoleh pada persen ralat yang tinggi. Hal itu kemungkinan
disebabkan oleh es batu di dalam penangas sudah mencair sehingga memperlambat proses
pembekuan larutan. Sampel yang digunakan sudah terkontaminasi karena peralatan yang
digunakan kurang bersih. Termometer yang kurang akurat dalam menunjukkan suhu dan
terkadang mati.
IV. Kesimpulan:
1. Penurunan titik beku merupakan salah satu sifat koligatif dimana penurunan titik beku
adalah selisih antara titik beku suatu pelarut dengan titik beku larutan, yang diakibatkan
adanya penambahan zat terlarut dalam pelarut tersebut.
2. Titik beku aquadest lebih tinggi dibandingkan sampel-sampel lain yang memiliki
variasi gram yang berbeda
3. Semakin banyak massa sampel zat terlarut yang digunakan, maka semakin besar pula
penurunan titik beku yang dihasilkan
4. Faktor yang mempengaruhi persen ralat disebabkan oleh es batu di dalam penangas
sudah mencair sehingga memperlambat proses pembekuan larutan, sampel yang
digunakan sudah terkontaminasi karena peralatan yang digunkan kurang bersih,
thermometer yang kurang akurat dalam menunjukkan suhu.