kesimpulan. ESTI Hasil Penelitian dan Pembahasan Metode Terdapat 25 artikel yang Sumber data penelitian berasal dari dikelompokan menjadi beberapa topik study literature review dan termasuk stigma terkait COVID-19. Adapun sumber data kualitatif dimana data rinciannya sebagai berikut: 3 artikel yang kualitatif merupakan rekaman atau membahas kejadian stigma dan observasi tertulis dari sebuah penelitian. diskriminasi di beberapa negara terkait Dalam penelitian ini, peneliti menganalisis COVID-19, 15 artikel membahas dampak upaya dalam mencegah dan menangani psikologis yang ditimbulkan dari stigma stigma sosial terkait Covid- 19. terkait COVID-19, dan 7 artikel membahas Populasi adalah semua jurnal hasil pencegahan stigma sosial terkait COVID- penelitian dengan topik upaya dalam 19. mencegah dan menangani stigma sosial TABEL ANALISIS PICOT terkait Covid- 19. Sampel adalah jurnal hasil penelitian dengan upaya dalam mencegah dan menangani stigma sosial kejadian stigma dan diskriminasi terkait Covid- 19. terkait COVID-19 Strategi pencarian artikel penelitian Seiring dengan meningkatnya kasus berbahasa Indonesia dan berbahasa COVID 19 semakin banyak kejadian inggris yang relevan dengan topik diskriminasi dan stigmatisasi yang terjadi penelitian ini dilakukan dengan di masyarakat. Secara eksplisit orang cina menggunakan kata kunci: “Covid-19”, menjadi korban xenophobia dan stigma “stigma”, “coronavirus” “psychology”, sosial, dengan tingkat ancaman yang “mental health”, “reduce stigma”, “Covid besar secara online dan ketika kontak di 19 stigma intervention”, “strategy for covid lingkungan publik (Shuja KA et al., 2020). 19 stigma" ; ke database yaitu GOOGLE SCHOLAR, ELSEVIER, SAGE dengan Jun He et al. (2020) melakukan pembatasan waktu yaitu sejak Januari peneletian mengenai kejadian diskriminasi 2015 hingga Juni 2020. Artikel full– text dan stigmatisasi yang dialami oleh orang ditelaah untuk memilih jurnal hasil Cina. Penelitian tersebut melibatkan 1.904 penelitian yang sesuai dengan topik. Di penduduk Cina yang berada di 70 negara database diperoleh 25 artikel yang relevan dan 17.846 penduduk di 31 provinsi yang dengan topik. berada di daratan cina. Hasil survei Berdasarkan hasil penilaian maka menunjukkan 25,11% dari 1.904 diperoleh 25 jurnal hasil penelitian yang responden yang berada di luar negeri layak digunakan sebagai sampel dalam dilaporkan telah mengalami berbagai penelitian ini untuk dianalisis lebih jauh. bentuk diskriminasi, termasuk di-PHK Telaah Kritis Artikel Review Sistematik tanpa alasan yang tepat, penolakan sewa dan Meta Analisis, meliputi validitas, hasil, perumahan dan pelanggaran yang sering dan relevansinya. Aspek yang dikritisi dilaporkan di publik. meliputi: tahun publikasi, wilayah, desain, sampling, variabel, analisa data, Sedangkan 17.846 responden yang berada di daratan cina hampir 90% responden mengungkapkan bahwa Gejala psikologis yang berkaitan dengan mereka akan melapor kepada pihak COVID-19 telah diamati pada tingkat berwenang setempat jika ada orang dari populasi termasuk panik didorong Hubei muncul di komunitas mereka, kecemasan dan paranoid tentang 50,58% dari responden akan menghindari menghadiri acara komunitas (Zhou X et orang-orang dari Hubei dan 16,94% al.,2020). bahkan akan secara aktif mengeluarkan Krisis pandemi telah secara signifikan orang-orang dari Hubei dari komunitas mengubah lingkungan kerja dan tuntutan mereka. pekerjaan (mis., pekerjaan tekanan tinggi, lingkungan fisik yang tidak Di Indonesia sendiri telah banyak menguntungkan, dan menuntut secara beredar di media online dan elektronik emosional interaksi). Memberikan berita kejadian stigmatisasi berupa perawatan secara emosional sulit bagi diskriminasi terhadap pasien/penderita petugas kesehatan, dengan stres, COVID-19 dan keluarganya. Bahkan ketidakpastian, dan stigmatisasi menjadi perawat sebagai tim medis yang merawat tema dominan bagi petugas kesehatan. pasien COVID-19 juga mendapatkan Mereka sering memiliki kompleks dan stigma dari masyarakat. Bahkan ada pemikiran dan perasaan yang saling sejumlah perawat yang sampai bertentangan tentang menyeimbangkan diintimidasi, diusir dari lingkungan karena peran mereka sebagai penyedia layanan kesehatan dan orang tua, merasa khawatir akan membawa virus penyebab tanggung jawab profesional tetapi juga COVID-19. Selain itu juga terdapat takut akan penyakit baru ini, terkait kejadian penolakan warga terhadap coronavirus pasien, dan bersalah karena pemakaman jenazah penderita COVID-19 berpotensi mengekspos keluarga mereka (Abdillah LA, 2020). terhadap infeksi dengan bekerja selama COVID-19 darurat. Bekerja dengan pasien Akibatnya orang orang akan menunda yang berpotensi sangat menular untuk mendatangi pelayanan kesehatan, menyebabkan banyak stigmatisasi takut untuk berinteraksi dengan orang lain, (Ramaci T et al.,2020). berprasangka buruk, dan bahkan pada beberapa kasus terjadi tindak kekerasan. laporan terkini memperlihatkan bahwa (Bruns DP et al.,2020) petugas kesehatan mengalami stres, kecemasan, depresi dan insomnia yang cukup berat selama pandemi COVID 19. dampak psikologis yang ditimbulkan Spoorthya MS, Pratapab SK & Mahantc S dari stigma terkait COVID-19 (2020) menjelaskan bahwa beberapa cara telah dilakukan oleh pemerintah Cina Penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) untuk menangani masalah psikologis yang berkembang dengan cepat sebagai beban menimpa petugas kesehatan diantaranya yang sangat besar kesehatan. Baik 1) menyiapkan layanan psikologis; 2) kesehatan fisik, mental dan psikososial, pelaksanaan sistem kerja secara sistem kesehatan, dan otoritas bergantian; 3) menyediakan platform bertanggung jawab untuk merespons online dengan dilengkapi saran medis. dengan intervensi yang efektif dan tepat, Layanan psikologis yang disediakan terdiri kebijakan respons cepat, dan kesehatan dari 4 jenis yaitu tim tanggap psikososial, pesan promosi (Hasan TM et al.,2020). tim pendukung layanan psikologis, Dampak yang sangat dirasakan psikiater dan psikolog klinis serta hotline masyarakat luas baik tenaga kesehatan bantuan psikologis. maupun bukan yaitu pada aspek Selain petugas kesehatan, usaha yang psikologis. Dampak psikologis dari menawarkan jasa atau bekerja di penyakit coronavirus selama pandemi lapangan yang tidak mungkin menerapkan (COVID-19) harus diakui semuanya kerja dari rumah seperti pengemudi ojek terkena dampak bukan hanya gejala fisik. online. sehingga untuk meminimalisir penularan banyak hal yang harus sedang berbahagia; dan berpikir diperhatikan oleh pengemudi ojek online berdasarkan data dan fakta. Selain itu tersebut, dan pastinya ini dapat untuk tetap menjaga mental yang mengakibatkan gangguan psikologi sejahtera maka aspek-aspek yang dapat masyarakat berupa kecemasan yang dilakukan berkenaan dengan, pertama berlebihan (Ausrianti R et al.,2020). orang yang bahagia adalah orang yang mengerti makna dalam hidupnya, kedua Khusus di Indonesia sendiri Pemerintah orang yang menjaga dirinya dalam emosi telah mengeluarkan status darurat yang positif, dan yang ketiga adalah orang bencana terhitung mulai tanggal 29 yang terus mengasah diri spiritualnya Februari 2020 hingga 29 Mei 2020 terkait (Buana DR,2020). pandemi virus ini dengan jumlah waktu 91 hari. Langkah-langkah telah dilakukan Tentunya dengan adanya stigma-stigma oleh pemerintah untuk dapat tersebut mulai berpengaruhi kondisi psikis menyelesaikan kasus luar biasa ini, salah masyarakat. Seperti yang diungkapkan satunya adalah dengan mensosialisasikan oleh Direktur program gangguan gerakan Social Distancing. Konsep ini kecemasan di Yale Child Study Center, menjelaskan bahwa untuk dapat Fakultas Psikologi Universitas Yale, mengurangi bahkan memutus mata rantai Amerika Serikat, Eli Lewobitz menjelaskan infeksi Covid-19 seseorang harus bahwa virus Ncov-19 ini belum dipetakkan menjaga jarak aman dengan manusia sehingga adanya isolasi social, dan lainnya minimal 2 meter, dan tidak tindakan pencegahan dapat menimbulkan melakukan kontak langsung dengan orang kecemasan dan depresi (Nurkholis,2019). lain, menghindari pertemuan massal. Tetapi banyak masyarakat yang tidak Pada dasarnya, kekhawatiran ini menyikapi hal ini dengan baik, seperti meningkat dengan semua infeksi, contohnya pemerintah sudah meliburkan termasuk flu dan agen lain, dan para siswa dan mahasiswa untuk tidak perlindungan yang sama di seluruh dunia berkuliah atau bersekolah ataupun adalah wajib dan disarankan untuk memberlakukan bekerja di dalam rumah, perlindungan dan pencegahan difusi lebih namun kondisi ini malahan dimanfaatkan lanjut. Namun , media telah manggaris oleh banyak masyarakat untuk berlibur. bawahi COVID-19 sebagai ancaman Selain itu, walaupun Indonesia sudah eksklusif, yang telah menambah dalam keadaan darurat masih saja akan kepanikan dan stress pada massa yang dilaksanakan tabliqh akbar, dimana akan dapat menyebabkan beberapa masalah berkumpul ribuan orang di satu tempat, kesehatan mental (Shuja KH et al.,2020). yang jelas dapat menjadi mediator terbaik Namun yang membedakan saat bagi penyebaran virus corona dalam skala menangani COVID-19 adalah mudah yang jauh lebih besar. Selain itu masih menular, transparansi informasi, banyak juga masyarakat Indonesia yang kekuarangan pasokan bagi tenaga medis, menganggap enteng virus ini, dengan masalah inkubasi virus tidak jelas, tidak mengindahkan himbauan-himbauan karantina bersakala besar, dan pemerintah. “infodemic” yang unik, yaitu banyaknya Untuk dapat mengatasi bias kognitif ini informasi di media sosial yang langkah-langkah yang dapat dilakukan menyebabkan pengaruh psikologis pada oleh masyarakat Indonesia adalah: tidak banyak orang (Dong & Bouey, 2020). membuat keputusan dalam waktu yang Dampak COVID -19 itu begitu dashyat. mendesak; hindari membuat keputusan Dampaknya yang nyata adalah kehilangan ketika seseorang secara kognitif sedang nyawa atau kematian, penurunan dan melakukan pekerjaan lebih dari satu; pelambatan ekonomi (resesi), terganggu jangan membuat keputusan pada malam aktivitas pendidikan, ekonomi dan sosial, hari jika seseorang adalah orang yang dan yang paling mengkhawatir dampak beraktivitas atau bekerja yang di mulai psikologis dan perubahan perilaku pada pada pagi hari (begitupun sebaliknya); masyarakat” (Agung IM,2020). hati-hati dalam mengambil keputusan saat Stigma-stigma yang muncul inilah yang 1) Menyebarkan fakta (Spreading the dapat memicu pada keadaan facts) psikosomatis pada seseorang. Lin CY (2020) mengatakan Psikosomatis merupakan penyakit fisik bahwa program antistigma yang yang disebabkan oleh faktor psikologis, efektif untuk memecah kesalahan saat ini dunia tengah disibukkan oleh topik persepsi terkait COVID 19 adalah utama yaitu COVID-19. Psikosomatis dengan menambah pengetahuan akan menyerang individu yang merespon publik mengenai COVID 19 dan keadaan lingkungan dengan kecemasan yang berlebihan. Informasi tentang menyebar pesan positif dan COVID-19 menjadi penyebab individu suportif yang mendukung. Program terjangkit psikosomatis karena seperti itu dapat dirancang dengan ketegangan, kecemasan, dan kepanikan penggunaan media sosial, yang dirasa. Untuk meminimalisir tingkat mengingat tingkat akses yang psikosomatis, individu dapat mengganti tinggi di sosial media. Media sosial respon negatif menjadi positif seperti melalui Internet memungkinkan selalu berusaha membersihkan diri dan orang untuk melakukan melakukan resignasi (penyerahan diri komunikasi tanpa batas waktu dan sepenuhnya pada tuhan) (Zulva ruang, dan berbeda platform media TNI.,2020). sosial (mis. Facebook, WhatsApp, Selain itu, untuk mengatasi cemas yang LINE, WeChat, Twitter, Skype) berlebihan menurut penelitian Hafsari AR telah berkembang dengan baik. et al (2020) menyatakan bahwa, terdapat Bruns DP et al. (2020) tiga jenis obat herbal yang dapat menyebutkan bahwa media digunakan sebagai obat stress yaitu merupakan sarana yang sangat Albizia julibrissin, Gingseng dan Peony. baik untuk mempengaruhi opini Sedangkan dari sisi spriritual ada lima hal publik dan telah berkontribusi pada yang dapat dilakukan yaitu agama stigmatisasi pada kejadian wabah sebagai sumber moral, arti hidup, pasrah sebelumnya. Informasi penting dan tenang dan kebahagiaan. Kesimpulan dari penelitian ini tiga macam obat herbal seperti tingkat penularan pada dan pendekatan agama dapat pembawa asimptomatik (OTG) dan memberikan jalan keluar dalam tingkat kekambuhan COVID-19 mengurangi stress. Selain itu, ada metode pada pasien yang pulih harus lain yaitu dengan berdzikir. Zikir dapat disebarluaskan untuk mengurangi dijadikan sebuah metode penanganan ketidakpastian dan mengurangi cemas yang berlebihan terutama ketakutan publik (Li Wen et al., dalam lingkup keluarga dalam 2020). menghadapi pandemi Covid-19. Zikir Saran serupa juga keluarga dapat dilakukan dalam waktu diungkapkan oleh Husain et al, yang singkat selepas shalat (2020). Ia juga menambahkan berjamaah, memulai dengan zikir yang dengan penggunaan sosial media sederhana, dilakukan dengan cara yang tinggi juga harus diikuti konsisten dan presisten (Ulfiah et dengan adanya pemantauan sosial al.,2020). media dan terdapat langkah langkah hukum yang tegas untuk memerangi propaganda, berita pencegahan stigma sosial terkait palsu dan teori konspirasi terkait COVID-19 COVID 19. Berikut adalah beberapa contoh dan kiat tentang tindakan yang mungkin 2) Melibatkan influencer sosial dilakukan untuk melawan sikap (Engaging social influencers) stigmatisasi terkait COVID 19: Melibatkan orang yang memiliki kemampuan untuk 4) Jurnalisme etis (Ethical journalism) menggiring opini publik secara Peran jurnalis sangat cepat sangat berpengaruh pada diharapkan dengan pengurangan stigma. Husain et al. memromosikan konten seputar (2020) mengungkapkan bahwa praktik pencegahan infeksi dasar, melibatkan personel politik, tokoh gejala COVID-19 dan kapan harus olah raga bahkan artis dalam mencari perawatan kesehatan penyampaian informasi yang benar melalu berbagai media (Abdillah serta menyebar pesan positif dan LA, 2020). suportif mengenai COVID 19 dapat menurunkan stigma karena 5) kolaborasi internasional dan multi- informasi bisa diterima oleh sektor global harus segera berbagai jenis elemen masyarakat. dibentuk untuk memerangi stigma Pesan positif dan suportif yang dan diskriminasi terkait COVID-19. disampaikan bisa berupa Li Wen et al. (2020) penegasan terkait jaga jarak 1 – mengungkapkan bahwa upaya 2m. Logie CH & Turan KM (2020) yang bisa dilakukan seperti studi menyampaikan bahwa jangan epidemiologi skala besar terjadi kesalahan persepsi menyelidiki pola stigma pada mengenai jaga jarak. Pelaksanaan populasi dan wilayah yang jaga jarak yang sesuai protokol berbeda yang dipengaruhi oleh menunjukan kesadaran dan wabah COVID-19. Hasil dari studi kewaspadaan terhadap virus covid ini dapat menginformasikan 19 mulai terbentuk. Namun upaya pedoman anti-stigma dan anti- menjaga jarak ini jangan diskriminasi sambil memasukkan berlebihan. jaga jarak bukan kebijakan kelembagaan lokal dan berarti bebas mendiskriminasi program pendidikan publik. orang yang terjangkit COVID 19. Kesimpulan 3) Memperkuat suara (Amplify the NURYANI voices) orang-orang yang pulih dari COVID-19 Saran Logie CH & Turan KM (2020) NURYANI menjelaskan bahwa melibatkan orang orang yang pulih dari Daftar Pustaka COVID-19 bisa dijadikan salah satu cara untuk mengurangi stigma memalui pendekatan kesehatan masyarakat yang secara khusus spesifik dengan cara menceritakan pengalaman ketika terinfeksi COVID-19. Li Wen et al. (2020) juga mengungkapkan tenaga medis, pasien yang pulih dan individu yang dikarantina harus diberi tepuk tangan secara terbuka, seperti melalui liputan media untuk mempromosikan persepsi positif terhadap subpopulasi yang rentan.