Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) yaitu seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas

baik pria maupun wanita (Padhila, 2013). Dengan semakin meningkatnya

penduduk lansia, dibutuhkan perhatian dari semua pihak dalam mengantisipasi

berbagai permasalahan kesehatan yang timbul. Salah satu program pemerintah

dibidang kesehatan khususnya lansia yaitu adanya POSYANDU (Pos Pelayanan

Terpadu) Lansia. Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar adalah:

pertama, meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.

Kedua, mendekatkan pelayanan dan peningkatan peran serta masyarakat dan

swasta dalam pelayanan kesehatan di samping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat usia lanjut (Padhila, 2013).

Namun pada kenyataanya hanya sedikit lansia yang berkunjung ke

posyandu lansia untuk dipantau kesehatannya, dimana usia lanjut merupakan

salah satu kelompok rawan dipandang dari segi kesehatan karena kepekaan dan

kerentanannya yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan ancaman kematian.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena rendahnya motivasi lansia dalam

mengikuti kegiatan posyandu lansia (Wijayanti, 2014). Hasil penelitian yang

dilakukan Suseno (2012) motivasi lansia adalah salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi frekuensi kunjungan lansia ke posyandu. Motivasi tidak dapat

dipisahkan dengan kebutuhan karena seseorang terdorong melakukan sesuatu bila

merasa ada suatu kebutuhan. Jadi, dapat diartikan bahwa lansia yang memiliki

1
2

motivasi akan terdorong untuk mengikuti kegiatan posyandu. Di sisi lain bagi

lansia yang tidak memiliki motivasi untuk datang ke posyandu dikhawatirkan

kesehatan lansia tidak terpantau.

Berdasarkan badan pusat statistika Indonesia (2017) jumlah lansia di

Indonesia mencapai 8,97% yakni 23,4 juta jiwa dari total jumlah penduduk.

Dimana terdapat 5 provinsi dengan presentase lansia lebih dari 10% yaitu :

Yogyakarta (13,90%), jawa tengah (12,46%), jawa timur (12,16%), Bali

(10,79%), dan Sulawesi barat (10,37%). Berdasarkan badan pusat Jawa Timur

(2017) menyebutkan hanya lima kabupaten/kota dijawa timur yang memiliki

persentas penduduk lansia dibawah 10%. Selain kota Surabaya (8,64%),

kabupaten/kota disekitarnya seperti kabupaten Sidoarjo (7,73%), kota pasuruan

(9,62%) merupakan daerah dengan presentase penduduk tlansia relative rendah

dibandingkan kabupaten/kota lainnya. Berdasarkan survey di posyandu Sakinah di

Sukodono pada tanggal 20 Maret 2019 didapatkan data jumlah semua lansia

adalah 65 orang. Sedangkan lansia yang hadir untuk mengikuti kegiatan posyandu

sebanyak 45 orang dan kehadiran lansia dalam kegiatan posyandu mengalami

penurunan. Hal ini bisa dilihat pada bulan April 2019 menunjukkan jumlah lansia

yang datang sebanyak 42 orang, bulan Mei sebanyak 48 orang, sedangkan bulan

April ke bulan Juni 2019 sebanyak 35 orang, dari hasil tersebut terjadi penurunan

yang signifikan.

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar tingkat primer. Posyandu lansia ini merupakan suatu wadah
3

pelayanan kesehatan usia lanjut dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya

dilakukan oleh masyarakat berdasarkan kebutuhan dan inisiatif masyarakat itu

sendiri (Permenkes, 2015).Pelayanan yang dapat diberikan yaitu pemeriksaan

fisik, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi, pemeriksaan tekanan

darah, pemeriksaan labolatorium sederhana, pemberian makanan tambahan dan

kegiatan olahraga seperti senam. Pemanfaatan posyandu lansia ini bertujuan untuk

meningkatkan derajat kesehatan lansia (Artinawati, 2014).

Saat ini masalah kesehatan semakin meningkat dan beragam, seharusnya

masyarakat khususnya lansia sadar akan pentingnya motivasi dalam mengikuti

kegiatan posyandu lansia. Kurangnya perilaku lansia yang berkunjung ke

Posyandu lansia akan mengakibatkan seorang lansia itu kurang mengetahui

tentang masalah kesehatan, karena pada zaman sekarang umumnya orang yang

berumur lebih dari 60 tahun kesehatannya menurun dan sering sakit-sakitan. Hal

ini disebabkan karena menurunnya lansia terhadap kegiatan Posyandu lansia

(Sulistyani, 2013). Posyandu lansia mempunyai peranan penting dalam upaya

peningkatan kesejahteraan sosial lansia, yaitu sebagai suatu forum komunikasi

antara usia lanjut, sebagai keluarga, dan organisasi sosial yang kegiatanya

mencakup segi promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

rehabilitatif. Posyandu lansia adalah pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang sudah digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Nurhidayah,

2014). Dengan menghadiri posyandu lansia, lansia akan mendapat penyuluhan

tentang cara hidup sehat dengan segala keterbatasan dan masalah kesehatan yang

melekat pada mereka dan dapat mendorong minat dan motivasi mereka untuk

selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia (Ismawati, 2010). Motivasi sangat erat
4

kaitanya dengan seorang lansia karena motivasi akan berfungsi untuk menentukan

arah perbuatan apa yang harus dilakukan dengan baik terutama dalam

meningkatkan kesehatan seorang lansia salah satunya adalah dalam keaktifan

kedatangan ke posyandu (Notoadmodjo, 2014). Ketika lansia tidak mengunjungi

posyandu lansia maka kesehatan lansia tidak dapat terpantau sehingga tidak dapat

dilakukan pencegahan penyakit-penyakit yang sering menyerang kesehatan lansia.

Dengan adanya penurunan motivasi lansia dalam mengunjungi posyandu

maka upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan motivasi lansia harus

dilaksanakan secara berkesinambungan bersama tenaga kesehatan, masyarakat

khususnya para lansia itu sendiri, dan keluarga. Upaya yang dapat dilakukan

adalah upaya pembinaan kesehatan seperti memberikan penyuluhan yang

bertujuan untuk meningkatkan kesehatan misalnya perilaku hidup sehat, upaya

pelayanan kesehatan seperti memberikan pengobatan penyakit yang sedang

diderita lansia, upaya perawatan diri bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan

diri, dan upaya perkembangan lansia bertujuan untuk mendeteksi dini adanya

penyakit dengan menunjukkan buku KMS. Sehingga diharapkan terjadi

peningkatan motivasi lansia untuk berkunjung ke posyandu lansia setelah

dilakukan pendidikan kesehatan (Nurrahmad, 2014). Berdasarkan uraian diatas

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang motivasi lansia dalam

mengikuti kegiatan posyandu lansia Sakinah di Sukodono.

1.2 Rumusan Masalah

Bagimana motivasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia

Sakinah di Sukodono ?
5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui motivasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia

Sakinah di Sukodono.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden di posyandu lansia Sakinah di

Sukodono.

2. Mengidentifikasi motivasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia

Sakinah di Sukodono.

1.4 Manfaat Peneliti

1.4.1 Teori

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu mendorong motivasi lansia

untuk meningkatkan derajat kesehatannya dalam bentuk keikut sertaan dalam

kegiatan posyandu lansia serta dapat mengembangkan kemampuan untuk

berkontribusi dalam pembangunan kesehatan sehingga individu dan keluarga

tumbuh menjadi printis pembangunan.

1.4.2 Praktis

1. Bagi masyarakat khususnya kader lansia dapat memberikan pengetahuan

tentang hal-hal yang berkaitan dengan motivasi lansia yakni dengan

memberikan informasi untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia untuk

meningkatkan tingkat aktivitas sehari-hari pada lansia.

2. Bagi para profesi pelayanan kesehatan, sebagai masukan bagi puskesmas

dalam mengambil kebijakan-kebijakan, menentukan langkah-langkah serta

dalam menyukseskan program kegiatan posyandu lansia Sakinah di Sukodono

Surabaya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia

2.1.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia adalah kelompok manusia berusia 60tahun ke atas. Pada lanjut

usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan

sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakana yang

terjadi. Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makain banyak distorsi

metabolic dan structural yang disebut penyakit degeneratife yang menyebabkan

lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminasi (Darmojo dan Martono,

1994, dalam Padila, 2013)

2.1.2 Peran Pada Lansia

Menua membutuhakan perubahan peran. Sama seperti orang berusia

madya harus belajar memainkan peranan baru demikian juga dengan kaum lansia.

Dalam kebudayaan dewasa ini, dimana efisiensi, kekuatan, kecepatan dan

kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan orang lansia sering

dianggap tidak ada gunanya lagi. Karena mereka tidak dapat bersaing dengan

orang-orang yang lebih muda dalam berbagai bidang tertentu dimana kriteria nilai

sangat diperlukan, dan sikapsosial terhadap mereka tidak menyenangkan.

Lebih jauh lagi, orang lansia diharapkan untuk mengurangi peran aktifnya

dalam urusan masyarakat dan social. Demikian juga dengan dunia usaha dan

profesionalisme. Hal ini mengakibatkan mengurangan jumlah kegiatan yang dapat

6
7

dilakukan oleh lansia, dan karenanya perlu mengubah beberapa peran yang masih

dilakukan.

Karena setiap social yang tidak menyenangkan bagi kaum lansia, pujian

yang mereka hasilkan dihubungkan dengan peran usia tua bukan dengan

keberhasilan mereka. Perasaan tidak berguna dan tidak diperlukan lagi bagi lansia

menumbuhkan perasaan rendah diri dan kemarahan, yaitu suatu perasaan yang

tidak menunjukkan proses penyesuaian sosial seseorang.

1. Peran dalam Keluarga


Kehidupan dalam keluarga pada usia lanjut yang merupakan hal yang

paling serius adalah keharusan untuk melakukan perubahan peran. Mereka

semakin sulit dari tahun ketahun. Semakin radikal perubahan tersebut, maka

semakin besar pula penolakan terhadap perubahan.

Pria atau wanita yang telah terbiasa dengan peran sebagai kepala

keluarga akan menemukan kesulitan untuk hidup bergantung dirumah

anaknya. Seperti juga halnya dengan pria yang memperoleh kedudukan serta

tanggung jawab dalam dunia kerjanya, mereka akan sulit menghadapi fakta

sebagai pembantu istrinya apabila sudah pension. Peran ini dirasakan akan

menghilangkan otoritas dan kejantannya.

2. Peran dalam Sosial Ekonomi

Walaupun mereka sudah mempersiapkan diri untuk pension, tetapi

lansia akan menghadapi masalah yang oleh Erikson disebut krisis identitas

(identity crisis), yang tidak sama dengan krisis identitas yang dihadapi

dimasa dewasanya, pada waktu mereka kadang-kadang diperlakukan sebagai

anak-anak dan kadang-kadang sebagai orang dewasa. Krisis identitas yang

menimpa orang setelah pensiunan adalah sebagai akibat untuk melakukan


8

perubahan peran yang drastis dari seseorang yang sibuk danpenuh optimis,

emnjadi seorang pengangguran yang tidak menentu.

2.1.3 Batasan Umur Lanjut Usia

1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi

1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun.

2. Usia lanjut (elderly) : 60-74 tahun.

3. Usia tua (old) : 75-90 tahun.

4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2. Menurut Departemen Kesehatan RI

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibritas.

2. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai masa presenium.

3. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai masa senium

2.1.4 Proses Menua (Aging Process)

Menjadi Tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

melalui tahap-tahap kehidupannya yaitu Neonatus, Toddler, pra school, school,

remaja, dewasa lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis maupun

psikologis.

Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya kemunduran

fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena berkurangnya bantalan

lemak, rambut memutih, pendengaran menjadi lambat, nafsu makan berkurang,

dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran.


9

Menurut WHO dan Undang-Undang No 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60

tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit akan tetapi

merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang

kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi

rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.

Proses penuaan terdiri atas teori-teori tentang penuaan, biologis pada

proses menua, proses penuaan pada tingkat sel, proses penuaan menurut sistem

tubuh, dan aspek psikologis pada proses penuaan.

2.1.5 Teori-teori Proses Menua

Menurut Maryam, dkk. (2008) (dalam Sunaryo, et.al, 2016) terdapat

beberapa teori penuaan (aging process) yaitu:

1. Teori Biologis

Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari

lahir sampai meninggal dunia, perubahan yang terjadi pada tubuh dapat

dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologi. Proses menua merupakan

terjadinya perubahan struktur dan fungsi tubuh selama fase kehidupan. Teori

biologis lebih menekan pada perubahan struktural sel atau organ tubuh

termasuk pengaruh agen patologis.

2. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging)

Teori psikologi menjelaskan bagaimana seorang merespon perkembangannya.

Perkembangan seseorang akan terus berjalan walaupun seseorang tersebut

telah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki kebutuhan manusia

maslow (maslow’s hierarchy of human needs), yaitu tentang kebutuhan dasar


10

manusia dari tingkat yang paling rendah (kebutuhan biologis/fisiologis/sex,

rasa aman, kasih saying dan harga diri) sampai tingkat paling tinggi

(aktualisasi diri). Teori individualisme jung (jung’s theory of individualisme),

yaitu sifat manusia terbagi menjadi dua, yaitu ekstrover dan introver. Pada

lansia akan cenderung introver, lebih suka menyendiri. Teori delapan tingkat

perkembangan erikson (erikson’s eight stages of life), yaitu tugas

perkembangan terakhir yang harus dicapai seseorang adalah ego integrity vs

disappear. Apabila seseorang mampu mencapai tugas ini maka dia akan

berkembang menjadi orang yang bijaksana (menerima dirinya apa adanya,

merasa hidup penuh arti, menjadi lansia yang bertanggung jawab dan

kehidupannya berhasil).

3. Teori Kultural

Teori kultural dikemukakan oleh Blakemore dan Boneham (1992) yang

menjelaskan bahwa tempat kelahiran seseorang berpengaruh pada budaya

yang dianutnya. Budaya merupakan sikap, perasaan, nilai dan kepercayaan

yang terdapat pada suatu daerah dan dianut oleh kaum orang tua. Budaya yang

dimiliki sejak ia lahir akan selalu dipertahankan sampai tua.

4. Teori Sosial

Teori sosial dikemukakan oleh Lemon (1972) yang meliputi teori aktivitas

(lansia yang aktif dan memiliki banyak kegiatan sosial), teori pembebasan

(perubahan usia seseorang mengakibatkan seseorang menarik diri dari

kehidupan sosialnya) dan teori kesinambungan (adanya kesinambungan pada

siklus kehidupan lansia, lansia tidak diperbolehkan meninggalkan peran dalam

proses penuaan).
11

5. Teori Genetika
Teori genetika dikemukakan oleh Hayflick (1965) bahwa proses penuaan

memiliki komponen genetilk. Dilihat dari pengamatan bahwa anggota

keluarga yang cenderung hidup pada umur yang sama dan mereka mempunyai

umur yang rata-rata sama, tanpa mengikutsertakan meninggal akibat

kecelakaan atau penyakit.

6. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh

Mutasi yang berulang-ulang mengakibatkan sistem imun untuk mengenali

dirinya berkurang sehinggal terjadinya kelainan pada sel, perubahan ini

disebut peristiwa autoimun (Hayflick, 1965).

7. Teori Menua Akibat Metabolisme

Pada zaman dahulu disebut lansia adalah seseorang yang botak, kebingungan,

pendengaran yang menurun atau disebutdengan “budeg” bungkuk, dan beser

atau inkontinensia urin (Martono, 2006).

8. Teori Kejiwaan Sosial

Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan bahwa lansia

adalah orang yang aktif dan memiliki banyak kegitan social. Continuity theory

adalah perubahan yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh tipe personality

yang dimilikinya, dan disengagement theory adalah akibat bertambahnya usia

seseorang mereka mulai menarik diri dari pergaulan.

2.1.6 Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lansia

Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara

degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia,

tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual

(Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).


12

1. Perubahan Fisik

1. Sistem Indra

Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada pendengaran) disebabkan

karena hilangnya kemampuan (daya) pendegaran pada telinga dalam, terutama

terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2. Sistem Intergumen

Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis, kering dan berkerut.

Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan bercerak.

Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera,

timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

3. Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan penghubung (kolagen

dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi. Kolagen sebagai pendukung

utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami

perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago

pada pesendian menjadi lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan

sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan

degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago

pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya

kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi,

sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanut akan

mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot

pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot,
13

peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot

mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi

seperti tondon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

4. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah masa jantung

bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi sehingga perenggangan jantung

berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini

disebabkan oleh penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan

konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5. Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru

tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkonvensasi kenaikan

ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,

kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan

kemampuan perenggangan torak berkurang.

6. Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi

sebagai kemunduran fungsi yang nyata karenakehilangan gigi, indra pengecap

menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati)

makin mengecil dan menurunnya tmpat penyimpanan, dan berkurangnya

aliran darah.

7. Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi

yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi

oleh ginjal.
14

8. Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan atropi yang

progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi

dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

9. Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan

uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki masih dapat memproduksi

spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur

2. Perubahan Kognitif

1. Memory (daya ingat, Ingatan).

2. IQ (Intellegent Quotient).

3. Kemampuan Belajar (Learning).

4. Kemampuan Pemahaman (Comprehension).

5. Pemecahan Masalah (Problem Solving).

6. Pengambilan Keputusan (Decision Making).

7. Kebijaksanaan (Wisdom).

8. Kinerja (Performance).

9. Motivasi.

3. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental :

1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2. Kesehatan umum.

3. Tingkat pendidikan.

4. Keturunan (hereditas).
15

5. Lingkungan.

6. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.

8. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

family.

9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan kensep diri.

4. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia

semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam

berfikir dan bertindak sehari-hari.

5. Perubahan Psikososial

Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami penurunan fungsi

kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,

pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan

perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif)

meliputi hal-halyang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan,

tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek

psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa

perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai

berikut:

1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Constuction personality), biasanya tipe ini

tidak banyak mengalami gejolak, ten)ang dan mantap sampai sangat tua.
16

2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada

kecenderungan mengalami post powe sindrome, apalagi jika pasa masa lansia

tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya

sangat dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga

selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan

hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan merana,apalagi jika

tidak segera bangkit dari kedukaanya.

4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak

keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehinggal

menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personalitiy), pada lansia tipe ini

umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain

atau cenderung membuat susah dirinya.

2.2 Konsep Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Motif atau motivasi berasal dari kata latin “moreve” yang berarti dorongan

dalam diri manusia untuk bertindak dan berperilaku. Pengertian motivasi tidak

terlepas dari kata kebutuhan. Kebutuhan adalah adalah suatu “potensi” dalam diri

manusia yang perlu ditanggapi atau respon (Notoatmodjo, 2007).

Motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah

laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan suatu

sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.


17

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik

yang merangsang perilaku tententu, dan respon instrinsik yang menampakkan

perilaku manusia. Respon instrinsik yang ditopang oleh sumber energy, yang

disebut motif dari sering hal ini dijelaskan sebagai kebutuhan, keinginan, atau

dorongan. (Ester M, 2006)

Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan atau tenaga yang

merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga dapat sebagai

penggerak manusia untuk bertingkah laku didalam perbuatannya itu mempunyai

tujuan tertentu. The Liang Gie, berpendapat bahwa motif atau doronrang batin

adalah suatu dorongan yang menjadi dasar seseorang untuk melakukan sesuatu

(Widagdi B, dkk, 2008)

Di kalangan para ahli mncul berbagai pendapat tentang motivasi.

Meskipun demikian, ada juga semacam kesamaan pendapat yang dapat ditarik

mengenai pengertian motivasi, yaitu: dorongan yang berasal dari dalam diri

seseorang yang menyebabkan seseorang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai suatu tujuan. Yang dapat diamati adalah kegiatan atau

mungkin alasan-alasan tindakan tersebut (Noto Atmodjo, 2010)

2.2.2 Teori Motivasi

1. Teori Kebutuhan

Menurut teori ini seseorang mempunyai motivasi kalau dia sebelum mencapai

tingkat kepuasan tertentu dalam kehidupan, kebutuhan yang telah terpuaskan

tidak lagi menjadi sebuah motivator. (Ester M, 2006:284)


18

2. Teori Hedenismon

Teori ini berhubungan dengan perasaan senang dan gembira pada diri sendiri

seseorang, dalam hal ini seseorang akan melaksanakan suatu hal tertentu atau

pekerjaan tergantung senang dan gembira.

3. Teori Naluri

Motivasi seseorang dalam teori ini berada dalam seseorang itu sendiri,

seseorang akan melaksanakan suatu hal karena memang ada motivasi dari

dalam dirinya sendiri yaitu hati nurani.

4. Teori Kebudayaan

Motivator merupakan unsur penggerak dari seseorang berbuat suatu hal,

dalam teori ini yang paling ditekankan adalah hasil yang dicapai sesorang

yang didasari adanya motivasi itu sendiri yaitu motivasi akan menimbulkan

sesuatu perilaku budaya.

5. Teori Harapan

Menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternative tingkah laku

berdasarkan harapan apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tingkah laku.

Tingkah laku seseorang sampai tingkatan tertentu akan tergantung pada tipe

hasil yang diharapkan. Beberapa hasil berfungsi sebagai imbalan yang

dirasakan langsung oelh orang yang bersangkutan.

6. Teori Penguatan

Teori penguatan yang dikaitkan dengan ahli psikologi B.F Skinner dengan

tem,an-temannya menunjukkan bagaiaman konsekuensi tingkah laku yang

mempengaruhi tindakan di massa yang akan datang


19

2.2.3 Unsur Penggerak Motivasi

Suharno Sugir mengemukakan unsur-unsur penggerak motivasi sebagai

berikut:

1. Prestasi atau Achievement

Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan atau

needs dapat mendorongnya mencapai sasaran

2. Penghargaan atau Recognation

Penghargaan atau Recognationatas prestasi yang telah dicapai oleh seseorang

merupakan motivator yang kuat. Pengakuan atas suatu prestasi akan

memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam

bentuk materi atau hadiah. Penghargaan dalam bentuk piagan atau

medalidapat menjadikan motivator yang lebih kuat dibandingkan dengan

hadiah berupa barang atau uang.

3. Tantangan atau Challenge

Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan motivaton kuat bagi manusia

untuk mengatasinya.

4. Tanggung jawab atau Repomsibility

Adanya rasa ikut memiliki akan menimbulkan motivasi untuk ikut merasakan

tanggung jawab.

5. Pengembangan atau Development

Pengembangan kemampuan seseorang baik dari pengalaman kesempatan

untuk maju dapat merupakan motivator kuat untuk melaksanakan suatu

kegiatan.
20

6. Rasa ikut terlibat atau Involvement

Rasa ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan, hal ini

merupakan motivator yang cukup kuat bagi manusia.

7. Kesempatan atau Opportunity

Kesempatan untuk maju merupakan motivator tersendiri bagi seseorang.

2.2.4 Jenis – Jenis Motivasi

Menutur Elliot et al(2000) dalam Widayatun (2009), motivasi seseorang

dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri, intrinsik dan dari

lingkungan, ekstrinsik

1. Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri-sendiri untuk

bertindak tanpa adanya ransanga dari luar (Elliot, 2000). Motivasi intrinsik

akan mendorng seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan serta memberi

keajegan dalam belajar, kebutuhan, harapan, dan minat dan sebagainya.

2. Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu

yang tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999).

Elliot at al (2000). Mencontohkan dengan nilai, hadiah dan atau penghargaan

yang digunakan untuk merangsang motivasi seseorang untuk keluar dari

ketidakpuasan dan lebih menguntungkan termasuk di dalamnya adalah

hubungan antar manusia (dorongan keluarga), lingkungan serta imbalan dan

sebagainya.

2.2.5 Klasifikasi Motivasi

1. Motivasi Tinggi

Motivasi dikatakan tinggi apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan-

kegiatan sehari-hari memiliki harapan yang positif, mempunyai harapan yang


21

tinggi, dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penderita akan

menyelesaikan pengobatannya tepat pada waktu yang telah ditentukan.

2. Motivasi Sedang

Motivasi dilakukan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan

yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan

yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan

persoalan yang dihadapi.

3. Motivasi Rendah

Motivasi dikatakan rendah apabila di dalam diri manusia memiliki harapan

dan keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi

seseorang dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan

keterampilan baru merupakan mutu kehidupannya maupun mengisi waktu

luangnya agar lebih produktif dan berguna (Irwanto, 2008).

2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dibagi menjadi 2 yaitu :

(Nurrahmad, 2014)

2.2.6.1.1 Faktor Instrinsik

1. Fisik dan proses mental yaitu masa dimulai menurunkan kemampuan fisik

maupun psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.

2. Wawasan atau pendidikan yaitu segala cara yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga

mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan

(Notoadmojo, 2006). Menurut (Azwar, 2006) bahwa pendidikan merupakan


22

kegiatan yang sengaja dilakukan untuk memperoleh hasil berupa

pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang.

3. Kematangan atau usia umur sangat mempengaruhi di dalam bermasyarakat,

kerena hal tersebut merupakan suatu ukuran untuk menilai tanggung jawab

seseorang dalam melakukan kegiatan ataupun aktivitas. Menurut Elizabeth B.

Hurlock (2009). Semua fungsi ingatan, penglihatan, pendengaran, daya

konsentrasi, dan kemampuan fisik secara umum mulai menurun sehingga

memerlukan orang lain untuk memenuhi keperluannya dalam

mempertahankan kunjungan ke posyandu lansia.

4. Kebutuhan yaitu keperluan keluarga sangat memengaruhi pemenuhan

kebutuhan pokok atau sekunder dalam keluarga. Keluarga dengan status

ekonomi baik akan lebih tercukupi bila dibandingkan dengan keluarga yang

status ekonominya rendah.

5. Jenis kelamin yaitu wanita 70% cenderung lebih aktif dalam mengikuti

kegiatan dibandingkan laki-laki yang hanya 30% saja yang ikut serta dalam

suatu kegiatan dikarenakan wanita lebih condong menyukai suatu

perkumpulan dibandingkan laki-laki.

2.2.6.1.2 Faktor Ekstrinsik

1. Lingkungan yaitu dimana keadaan disekitar kita dapat mempengaruhi sikap

dan langkah yang kita ambil serta dapat menjalankan pola piker kita untuk

menentukan suatu tindakan.

2. Fasilitas yaitu melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga yang lebih sering terpapar

oleh media massa (TV, Radio, Majalah) akan memperoleh informasi yang
23

lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi

media massa.

3. Situasi dan kondisi yaitu dimana suatu keadaan yang memaksakan berbuat

sesuatu didalam situasi tertentu untuk mengambil keputusan.

4. Social ekonomi atau pekerjaan yaitu suatu keadaan ekonomi yang dapat

menentukan tingkat social seseorang.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi menurut Purwanto (2010)

antara lain :

1. Kebutuhan
Proses motivasi terjadi karena adanya kebutuhan atau rasa kekurangan

sesuatu. Seseorang yang memiliki kebutuhan akan mempertahankan tingkah

lakunya untuk pemuasan kebutuhan.

2. Sikap

Sikap seeorang terhadap suatu obyak melibatkan emosi (perasaan senang atau

tidak senang). Pengarahan atau penghindaran terhadap obyek suatu serta

elemen kognitif yaitu bagaimana individu membanyangkan atau

mempersepsikan sesuatu.

3. Minat

Adanya minat akan ada perhatian terhadap obyek. Suatu minat yang besar

akan mempengaruhi atau menimbulkan motivasi.

1) Nilai

Nilai merupakan suatu pandangan individu akan sesuatu hal atau suatu

tujuan yang diinginkan atau dianggap penting dalam hidup individu

tersebut.
24

2) Aspirasi

Aspirasi merupakan harapan indiviu akan sesuatu. Aspirasi tertentu akan

mencoba, berusaha mencapai hal yang diharapkan. Dengan adanya

aspirasi, individu akan termotivasi menuju sesuatu yang diharapkannya.

2.2.7 Cara Meningkatkan Motivasi

1. Teknik Verbal
Berbicara untuk membangkitkan semangat, pendekatan pribadi, diskusi, dll

2. Teknik tingkah laku

Dilakukan dengan mencoba, meniru, dan menerapkan.

3. Teknik intensif

Dengam mengambil kaidah yang ada.

4. Supervisi

Kepercayaan terhadap suatu yang logis, namun membawa suatu

keberuntungan.

5. Citra atau image

Dengan imaginasi dan daya khayal yang tinggi maka individu akan

termotivasi melakukan suatu kegiatan.

2.2.8 Pengukuran Motivasi

Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur.

Pada umumnya, yang banyak diukur adalah motivasi sosial dan motivasi biologis.

Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu dengan 1) tes proyektif, 2)

kuesioner, dan 3) perilaku.(Notoadmodjo, 2010)

1. Tes Proyektif

Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam

diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang, maka
25

kita beri stimulus yang harus diinterprestasikan. Salah satu teknik proyektif

yang banyak dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). Dalam test

tersebut klien diberikan gambar dan klien diminta untuk membuat cerita dari

gambar tersebut. Dalam teori Mc Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki

tiga kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk

power (n-power), kebutuhan untuk berafiliasi (n-aff). Dari isi cerita tersebut

kita dapat menelaah motivasi yang mendasari diri klien berdasarkan konsep

kebutuhan diatas. (Notoatmodjo, 2010)

2. Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah

dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-

pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. Sebagi contoh adalah EPPS

(Edward’s Personal Preference Schedule). Kuesioner tersebut terdiri dari 210

nomer dimana pada masing-masing nomor terdiri dari dua pertanyaan. Klien

diminta memilih salah satu dari dua pertanyaan tersebut yang lebih

mencerminkan dirinya. Dari pengisian kuesioner tersebut kita dapat melihat

dari ke-15 jenis kebutuhan yang dalam tes tersebut, kebutuhan mana yang

paling dominan dari dalam diri kita. Contohnya antara lain, kebutuhan untuk

berprestasi, kebutuhan akan keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi dengan

orang lain, kebtuhan untuk membina hubungan dengan lawan jenis, bahakan

kebutuhan untuk bertindak agresif. (Notoatmodjo, 2010)

3. Observasi Perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi

sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya.


26

Misalnya, untuk mengukur keinginan untuk berprestasi, klien diminta untuk

memproduksi origami dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang diobservasi

adalah, apakah klien menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil

keputusan yang berisiko dan mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja.

(Notoatmodjo, 2010)

Pengukuran motivasi menggunakan kuesioner dengan skala Likert yang

berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji validitas dan realibilitas.

1. Pernyataan positif ( Favorable)

a. Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan

kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 4.

b. Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner yang

diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.

c. Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan

kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.

d. Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan

pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 1.

Kriteria motivasi dikategorikan menjadi :

1. Motivasi Tinggi : 76 – 100%

2. Motivasi Sedang : 56 – 75%

3. Motivasi Rendah : <56% (Hidayat, 2009).

2.2.9 Proses Terbentuknya Motivasi

Menurut Winardi (2007) proses motivasi diawali dengan timbulnya

keinginan, adanya kebutuhan dan munculnya berbagai harapan atau expectancy.

Hal ini akan mengakibatkan timbulnya ketegangan-ketegangan (tensi) pada diri


27

individu yang dianggap kurang menyenangkan. Dengan anggapan bahwa perilaku

tertentu dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan yang dirasakan sehingga

orang yang bersangkutan melakukan suatu perilaku. Perilaku tersebut diarahkan

kepada tujuan untuk mengurangi kondisi ketegangan yang dirasakan. Dimulainya

perilaku tersebut menyebabkan timbulnya petunjuk-petunjuk yang memberikan

umpan balik (informasi) kepada orang yang bersangkutan tentang dampak

perilakunya. Hal ini dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut.

Ketidak seimbangan
motivasi internal: Tujuan-tujuan,
kebutuhan, keinginan, Perilaku insentif, atau
dan harapan imbalan-imbalan
(expectancy)

Umpan balik (Feedback):


pengurangan ketidak
seimbangan: pemuasan
kebutuhan, harapan

Gambar 2.1 Proses motivasi dasar

Dari Gambaran diatas dapatlah kita simpulkan bahwa, komponen-

komponen dasar dari motivasi adalah: (1) Kebutuhan, keinginan, dan harapan. (2)

Perilaku. (3)Tujuan-tujuan. (4) Umpan balik (feedback).

2.3 Konsep Posyandu Lansia

2.3.1 Pengertian Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat di mana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan


28

kesehatan bagi lansia yang menyelenggarakannya melalui program Puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Sunaryo, 2015).

Menurut Kemenkes (2014) Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lansia

adalah suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)

untuk melayani penduduk lansia, dimana proses pembentukan dan pelayanan

dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat dan organisasi

masyarakat lainnya dengan memberikan pelayanan kesehatan pada upayan

promotif dan prefentif. Posyandu lansia juga memberikan pelayanan social,

agama, pendidikan, keterampilan, olahaga, dan pelayanan lain yang dibutuhkan

oleh lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan

kesehatan dan kesejahteraan.

Posyandu Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia

dimasyarakat dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh

masyarakat itu sendiri dan dilaksanakan bersama oleh masyarakat, lintas sector,

swasta dan organisasi sosial dengan memperhatikan upaya promotif dan preventif

(Permenkes, 2015).

2.3.2 Strata Kegiatan Posyandu Lansia

Posyandu lansia dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan, penentuan tingkat

perkembangan kelompok usia lanjut didasarkan indikator terendah yang terdiri

dari Pratama, Madya, Purnama, Mandiri (Depkes RI, 2013).

1. Posyandu Pratama adalah posyandu yang masih belum mantap.

Kegiatan yang terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi <
29

8 kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih memerlukan dukungan

dana dari pemerintah.

2. Posyandu Madya adalah posyandu yang telah berkembang dan pada

tingkat ini dapat melaksanakan kegiatan hamper setiap bualn ( paling

sedikit 8 kali setahun), jumlah kader aktif lebih dari tiga akan tetapi

cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50% serta

masih memerlukan dana dari pemerintah.

3. Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah mantap dan

melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali setahun,

dengan beberapa kegiatan tambahan di luar kesehatan dan cakupan

lebih tinggi (> 60%).

4. Posyandu Mandiri adalah posyandu Purnama dengan kegiatan

tambahan yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya

dengan dana sendiri.

2.3.3 Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan Posyandu lansia secara garis besar adalah: Pertama,

meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Kedua,

mendekatkan pelayanan dan peningkatan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan di samping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat usia lanjut.

2.3.4 Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran Posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran tidak

langsung. Sasaran langsung adalah pra usia lanjut (45-59 tahun), usia lanjut (60-
30

69 tahun), dan usia lanjut resiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia

lanjut berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Sasaran tidak

langsung adalah keluarga di mana usia lanjut berada, masyarakat tempat lansia

berada, organisasi sosial, petugas kesehatan, dan masyarakat luas.

2.3.5 Kegiatan Posyandu Lansia

Kegiatan posyandu lansia yaitu upaya-upaya perbaikan dan peningkatan

kesehatan masyarakat Menurut (Permenkes, 2015) yaitu :

1. Promotif

Yaitu upaya peningkatan kesehatan lansia, misalnya penyuluhan perilaku

hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan kesegaran jasmani.

2. Preventif

Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit dengan

menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

3. Kuratif

Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita oleh lansia.

4. Rehabilitatif

Yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia.

2.3.6 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Mekanisme pelayanan posyandu lansia (Permenkes, 2015) yaitu :

1. Meja I : Pendaftaran

2. Meja II : Pencatatan kegiatan sehari-hari, penimbangan berat badan, dan

pengukuran bera badan.

3. Meja III : Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan,

pemeriksaan status mental.


31

4. Meja IV : Pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana)

5. Meja V : Pemberian penyuluhan

2.3.7 Motivasi Pelaksanaan Posyandu Lansia


Terdapat beberapa motivasi yang dihadapi lansia dalam mengikuti

kegiatan posyandu (Sunaryo, 2016). Pertama, pengetahuan lansia yang tinggi

tentang manfaat posyandu. Pengetahuan lansia akan manfaat Posyandu ini dapat

diperoleh dari pengalaman akan mendapatkan Penyuluhan tentang bagaimana cara

hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat

pada mereka. Dengan pengalaman ini pengetahuan lansia menjadi meningkat,

yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi

mereka untuk selalu mengikuti kegiatan Posyandu lansia.

Kedua, jarak rumah dengan lokasi Posyandu yang dekat atau mudah

dijangkau. Jarak Posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau

Posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena

penurunan daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau

lokasi Posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi

lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa muda Untuk menjangkau lokasi

Posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius,

maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti

kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal

dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri Posyandu lansia.

Ketiga, adanya dukungan keluarga untuk mengatur maupun mengingatkan

lansia untuk datang ke posyandu. Dukungan keluarga sangat berperan dalam

mendorong minat atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu

lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia apabila selalu
32

menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke posyandu,

mengingatkan lansia Jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu

mengatasi segala permasalahan bersama lansia.

Keempat, sikap yang sangat baik terhadap petugas posyandu. Penilaian

pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas kesiapan atau

kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang baik

tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang

diadakan di Posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang

adalah suatu cermin kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek. Kesiapan

merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu

apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu

respon.

2.3.8 Bentuk Pelayan Posyandu Lansia

Pelayanan kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan

kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu

Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita

(deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Jenis pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada lanjut usia di posyandu lansia berupa

pemeriksaan kegiatan sehari-sehari meliputi kegiatan dasar.

Pertama, kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian,

naik turun tempat tidur, buanh air besar/kecil dan sebagainya. Kedua,

pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental

emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 menit. Ketiga, pemeriksaan

status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan
33

dicatat pada grafik indeks massa tubuh (IMT). Keempat, pengukuran tekanan

darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi

selama 1 menit. Kelima, pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli,

atau cuprisulfat. Keenam, pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi

awal adanya penyakit gula (diabetes mellitus). Ketujuh, pemeriksaan adanya zat

putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.

Kedelapan, pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan atau

ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. Kesembilan, penyuluhan

kesehatan.

Kegiatan Line yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi ke

tempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan

aspek kesehatan dan gizi Lanjut Usia dan kegiatan olahraga, seperti senam lanjut

usia dan gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran. Untuk kelancaran

pelaksanaan kegiatan di Posyandu lansia, dibutuhkan sarana dan prasarana

penunjang, yaitu tempat kegiatan (gedung, ruangan, atau tempat terbuka), meja

dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteram

pengukuran tinggi badam, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium

sederhana, termometer, Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia.

2.3.9 Upaya-upaya yang dilakukan Di Posyandu Lansia

Upaya-upaya yang dilakukan dalam posyandu lansia Menurut Depkes RI

(2000) antara lain :

1. Upaya meningkatkan / promosi kesehatan

Upaya meningkatkan kesehatan promotif pada dasarnya merupakan upaya

mencegah primer (primary prevention).


34

1. Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi

2. Aturlah makanan hingga seimbang

3. Hindari faktor resiko penyakit degenerative

4. Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat

5. Gerak badan teratur agar terus dilakukan

6. Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan

7. Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodic

2. Peningkatan Ketakwaan

Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, meliputi kegiatan peningkatan

keagamaan (kegiatan doa bersama). Peningkatan ketakwaan berupa pengajian

rutin satu bulan sekali. Kegiatan ini memberikan kesempatan mewujudkan

keinginan lanjut usia yang selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa.

3. Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia

Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi :

1. Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia

Kegiatan pelayanan kesehatan dengan cara membentuk suatu pertemuan yang

diadakan disuatu tempat tertentu atau cara tertentu misalnya pengajian rutin,

arisan pertemuan rutin, mencoba memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat sederhana dan dini. Sederhana karena kita menciptakan sistem

pelayanan yang diperkirakan bisa dilaksanakan diposyandu lansia dengan

kader yang juga direkrut dari kelompok pra usia lanjut. Bersifat dini karena

pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan rutin tiap bulan dan diperuntukkan

bagi seluruh lanjut usia baik yang merasa sehat maupun yang merasa adanya
35

gangguan kesehatan. Selain itu aspek preventif mendapatkan porsi penekanan

dalam pelayanan kesehatan ini.

2. Penyuluhan gizi

3. Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga

4. Olah raga

Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik

terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik

dan benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai jenis kegiatan yang

dapat dilakukan, salah satunya adalah olah raga. Jenis olah raga yang bisa

dilakukan dalam kegiatan posyandu lansia adalah pekerjaan rumah, berjalan-

jalan, jogging atau berlari-lari, berenang, bersepeda, bentuk-bentuk lain seperti

tenis meja dan tenis lapangan 5) Rekreasi

4. Peningkatan Ketrampilan

Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang sangat

diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa mendatangkan rasa gembira

tersebut tidak jarang menjadi obat yang sangat mujarab terutama bagi lansia yang

kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau usia lanjut yang

selalu berusaha terus memperkokoh iman dan takwa. Peningkatan ketrampilan

untuk lansia meliputi :

1. Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan

2. Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan

3. Latihan kesenian bagi lansia


36

5. Upaya pencegahan/prevention

Masing-masing upaya pencegahan dapat ditunjukkan kepada :

1. Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan kepada lanjut usia

yang sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita penyakit.

2. Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention) ditujukan kepada

penderita tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan

sejak awal penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan.

3. Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan kepada penderita

penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan gejala penyakit.


37

2.4 Kerangka Konsep

Motivasi pelaksanaan
Kegiatan posyandu posyandu lansia :
lansia : 1. Pengetahuan lansia
2. Jarak rumah
1. Promotif dengan lokasi
2. Preventif posyandu
3. Dukungan keluarga
3. Kuratif
4. Sikap yang kurang
4. Rehabilitative baik

Cara Meningkatkan Motivasi

1. Teknik verbal
2. Teknik tingkah laku
3. Teknik intensif
4. Supervsi
5. Citra atau image

Mengikuti Posyandu

Tinggi Sedang Rendah

Keterangan :

: Diteliti : Tidak diteliti

Gambar 2.2 Identifikasi motivasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu


lansia Sakinah di Sukodono
38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara untuk memecahkan masalah

berdasarkan keilmuan (Nursalam, 2017). Pada bab ini akan dijelaskan tentang

metode penelitian yang meliputi desain penelitian, kerangka kerja, populasi

sampel dan sampling, variabel penelitian, definisi operasional, pengumpulan dan

pengolahan data, analisa data, etik penelitian dan keterbatasan penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Rancangan penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa factor yang

mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2016). Rancangan penelitian dalam

penelitian ini menggunakan deskriptif. Penelitin ini bertujuan untuk menjelaskan,

memberi suatu nama, situasi, atau fenomena dalam ide baru.

3.2 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagan kerja yang dilakukan saat penelitian

yang memuat subjek penelitian, variable yang diteliti dan variable yang

mempengaruhi penelitian (Hidayat, 2008). Kerangka kerja dalam penelitian ini

digambarkan secara skematis sebagai berikut :


39

Populasi

Semua lansia yang mengikuti kegiatan posyandu Sakinah di Sukodono sebanyak 65 lansia

Sampling

Total sampling
Sampel

Lansia yang mengikuti kegiatan posyandu Sakinah di Sukodono sebanyak 65 lansia

Desain Penelitian

Menggunakan rancangan Deskriptif

Variabel Penelitian

Motivasi lansia

Pengumpulan Data

kuesioner

Pengelolahan Data

Editing,Coding, Scoring, Tabulasi

Analisa Data

Analitik Deskriptif

Kesimpulan Dan Saran

Gambar 3.1 Kerangka kerja penelitian identifikasi motivasi lansia dalam


mengikuti kegiatan posyandu lansia Sakinah di Sukodono

3.3 Populasi, sampel dan sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah

ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2017). Pada penelitian ini populasinya adalah
40

semua lansia yang terdaftar pada posyandu lansia Sakinah di Sukodono yang

berjumlah 65 lansia.

3.3.2 Sampel (besar sampel, kriteria inklusi/ekslusi)

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau yang sebagian

dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010). Yang menjadi

sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang terdaftar pada posyandu

lansia Sakinah di Sukodono yang berjumlah 65 lansia.

3.3.3 Sampling

Suatu proses dalam menyeleksi sampel yang digunakan dalam penelitian

dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili dari keseluruan

populasi yang ada (Hidayat, 2010). Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Total Sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2011). Dengan

demikian, maka peneliti mengambil sampel seluruh lansia Sakinah di Sukodono.

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 lansia.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Identifikasi Variabel

Variable adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda

terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Hidayat, 2010). Variable dalam

penelitian ini yaitu motivasi lansia.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel berdasarkan

karakteristik yang diamati secara operasional sehingga memungkinkan peneliti


41

untuk melakukan observasi sebab setiap variabel dapat diartikan berbeda-beda

orang yang berlainan (Nursalam, 2017).

Tabel 3.1 Definisi Operasional identifikasi motivasi lansia dalam mengikuti


kegiatan posyandu lansia Sakinah di Sukodono

Definisi Skala
Variabel Indikator Alat Ukur Skor
Operasional Data
Variable Dorongan 1. Pengetahuan Kuisioner Ordinal Sangat setuju = 4
penelitian : yang berasal lansia Setuju = 3
motivasi dari dalam diri 2. Jarak rumah Tidak setuju = 2
lansia seseorang 3. Dukungan Sangat tidak setuju
mengikuti yang keluarga =1
posyandu menyebabkan 4. Sikap kader Klasifikasi :
seseorang terhadap Tinggi = 76-100%
tersebut lansia Sedang = 56-75%
melakukan Rendah = <56%
kegiatan-
kegiatan
tertentu guna
mencapai
suatu tujuan

3.6 Pengumpulan dan Pengelolaan Data

3.6.1 Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data untuk mempermudah pekerjaan dan hasil yang lebih baik dan

mudah diolah (Hidayat, 2010). Instrumen yang digunakan pada penelitian ini

adalah Lembar kuisioner motivasi lansia terdiri dari 8 pertanyaan (Nurrahmad,

2014).

3.6.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di posyandu lansia Sakinah jalan Sukodono gang

5 kecamatan semampir, kelurahan ampel, RT/RW : 002/016.


42

3.6.3 Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian

(Nursalam, 2017).

1. Tahap persiapan

Pada langkah ini peneliti melakukan prosedur perijinan untuk melakukan

penelitian di posyandu Sakinah Di sukodono Surabaya. Yang pertama peneliti

meminta surat perizinan untuk penelitian dari Universitas Muhammadiyah

Surabaya, selanjutnya mengajukan surat izin kepada kepala Bankesbangpol

Surabaya dan surat rekomendasi dari DINKES Surabaya untuk pengambilan

data awal di posyandu Sakinah Di sukodono Surabaya dan masyarakat di

Sukodono yang tidak aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu. Setelah itu

peneliti berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berada di tempat pengambilan

data seperti perawat, petugas puskesmas kader posyandu Sakinah di

Sukodono.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pengumpulan data dilakukan di posyandu Sakinah di Sukodono Surabaya.

Peneliti mendatangi satu persatu responden yang mengikuti kegiatan posyandu

Sakinah di Sukodono serta mendatangi satu persatu ke rumah warga

Sukodono yang tidak mengikuti kegiatan posyandu Sakinah di Sukodono yang

diawali dengan memberikan penjelasan maksud dan tujuan penelitian serta

mengajukan permohonan izin (inform consent) kepada responden. Selanjutnya

melakukan wawancara dengan menggunakan instrument berupa lembar

kuisioner dengan kontrak waktu yang telah disepakati bersama responden.


43

3.6.4 Cara Analisa Data

Langkah selanjutnya pada analisa data meliputi pengolahan data yang

harus dilakukan dengan cara :

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali data yang dikumpulkan dan

kebenaran data yang terkumpul. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat, 2010). Setelah

mengambil data peneliti memberikan kuesioner kepada responden, kemudian

setelah responden selesai mengisi kuesioner diambil kembali oleh peneliti

untuk dilakukan pemeriksaan ulang.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode atau angka terhadap data dari

beberapa kategori (Hidayat, 2011). Dalam penelitian telah menjaga

kerahasiaan responden dengan memberi kode numerik pada inisial responden.

Responden juga memberikan kode dari hasil penelitian yang dimasukkan

kedalam tabulasi. Maka dari itu, jawaban telah ada pada lembar kuesioner

masing-masing, yaitu :

Data Umum

1. Coding Usia

49 – 52 :1

53 – 56 :2

57 – 60 :3

61 – 64 :4

65 – 68 :5
44

69 – 72 :6

73 – 76 :7

2. Coding Jenis Kelamin


Laki-laki :1

Perempuan :2

3. Coding Pendidikan

Tidak Sekolah :1

SD :2

SMP :3

SMA :4

Sarjana :5

4. Coding Pekerjaan

Tidak Bekerja :1

Pensiun :2

Pedagang :3

Swasta :4

Data Khusus

1. Coding Motivasi

Tinggi :1

Sedang :2

Rendah :3

3. Scoring

Scoring adalah langkah pemberian skor pada item-item yang akan diberi skor.

Lembar pertanyaan kuesioner terdiri dari motivasi lansia, meliputi :

Sangat setuju = 4
45

Setuju = 3

Tidak setuju = 2

Sangat tidak setuju = 1

Klasifikasi

Tinggi = 76-100%

Sedang = 56-75%

Rendah = <56%

4. Tabulating

Tabulating dilakukan untuk penyusunan dari perhitungan data dari hasil

coding untuk disajikan dalam bentuk table dan dilakukan observasi

(Nursalam, 2011)

3.6.5 Analisa Data

Analisa deskriptif adalah suatu prosedur pengelolaan data dengan

menggambarkan dan meringkas data secara ilmiah dalam bentuk table atau grafik.

Data-data yang disajikan meliputi frekuensi, proporsi, dan rasio, ukuran-ukuran

kecenderungan pusat (rata-rata hitung, median, modus), maupun ukuran-ukuran

variasi (simpangan baku, variansi, rentang, dan kuartil). Salah satu pengamatan

yang dilakukan pada tahap analisis deskriptif adalah pengamatan terhadap table

frekuensi. Table frekuensi terdiri atas kolom-kolom yang memuat frekuensi dan

persentase untuk setiap kategori (Nursaalm, 2016). Analisis data penelitian ini

menggunakan analisis deskriptif.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari program S1

Keperawatan Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya dan


46

atas izin Badan Kesatuan Bangsa dan Politik. Penelitian akan dimulai dengan

melakukan beberapa prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian yang

meliputi :

3.7.1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lembar persetujuan diberikan pada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakuakn jika subjek bersedia

diteliti, maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika subjek menolak

untuk diteliti, maka tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

3.7.2 Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mencantumkan nama subjek pada sumber kuesioner yang diisi oleh subjek lembar

kuesioner tersebut hanya diberi kode

3.7.3 Confidentiality

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diperoleh dari respondenn,

hanya data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian

3.7.4 Beneficience Dan Non Malafecence

Penelitian yang dilakukan memberikan keuntungan atau manfaat dari

penelitian. Proses peneltiian yang dilakukan juga diharapkan tidak menimbulkan

kerugian yang mungkin ditimbulkan

3.7.5 Justice

Selama melakukan penelitian ini peneliti melakukan tindakan yang sama

pada semua responden tanpa harus membeda-bedakan dan berlaku adil kepada

semua responden.
DAFTAR PUSTAKA

Alex Sobur. (2011). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2010). Metodologi Penelitian KesehatanParadigma


Kuantitatif. Surabaya : Healt Books Publishing

Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Pusat pendidikan sumber daya


manusia kesehatan badan pengembangan dan pemberdayaan sumber
daya manusia kesehatan, 10.

Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:


Rieneka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. (2013). Keperawatan gerontik. Edisi I. Yogyakarta: Nuha Medika.

Purwanto, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Penelitian,


(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008)

Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan keperawatan gerontik. Edisi I. Yogyajarta: CV.


Andi offset.

Widayatun. 2009. Perawat dan keperawatan. Jakarta. EGC. Winkel. B. 2009.


Psikologi Pengajaran. Yogyakarta. Media Abadi.

Winardi, J. (2007) Motivasi dan Pemotivasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada

47
Lampiran 1

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada
Yth Saudara
Di tempat
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir/skripsi mahasiswa Program
Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surabaya, maka saya
Nama : Dewi Maslahah
NIM : 20151660093
Akan mengadakan penelitian dengan judul “identifikasi motivasi lansia
dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia sakinah di sukodono”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya motivasi lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Sehubungan dengan hal tersebut diatas
memohon kesediaan pasien untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan
mengisi lembar kuesioner yang saya siapkan. Saya berharap untuk menjawab
pertanyaan dengan sejujur- jujurnya sesuai dengan apa yang anda ketahui. Saya
menjamin kerahasiaan identitas dan pendapat anda sekalian.
Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya
memohon kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden yang telah saya lampirkan.Atas kesediaan dan bantuan saudara saya
ucapkan banyak terima kasih.
Surabaya, 2019
Hormat Saya

Dewi Maslahah
20151660093

48
49

Lampiran 2

LEMBAR FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya

Nama :

No responden :

Menyatakan kesediaan untuk turut berpartisipasi sebagai responden

penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program studi S1 keperawtan

fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya dengan judul

“Identifikasi motivasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia sakinah di

sukodono”

Tanda tangan saya dibawah ini menunjukkan bahwa saya telah bersedia

diberi informasi yang sejelas-jeasnya dan saya memeutuskan untuk berpartisipasi

dalam penelitian ini

Surabaya, 2019

Responden
50
KODE :
Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER

A. DATA UMUM

Data Demografi Responden :

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Status Perkawinan :

□ Kawin

□ Tidak Kawin

□ Janda/Duda

5. Pendidikan Terakhir :

6. Pekerjaan :

7. Jarak rumah atau tempat tinggal dengan posyandu: …. Km

B. DATA KHUSUS

Pernyataan Wawancara

Petunjuk :

1. Mohon dijawab pada kolom yang tersedia dengan cara memberi tanda

centang (√) pada jawaban yang benar.

2. Diisi sendiri oleh responden dan tidak boleh diwakilkan


51

Pengetahuan

No Pernyataan SS S TS STS
1. Manfaat dari posyandu adalah untuk
meningkatkan kesehatan, serta mampu untuk
mandiri produktif dan berperan aktif.
2. Posyandu lansia meliputi jenis kegiatan :
pemeriksaan kesehatan, penyuluhan kesehatan,
dan pemberian makanan tambahan.
3. Posyandu lansia adalah tempat pelayanan
kesehatan warga lanjut usia
4. Sasaran dari posyandu lansia adalah warga
yang berusia 60 tahun keatas
5. Posyandu lansia adalah tempat pelayanan
kesehatan untuk semua umur
6. Jadawal posyandu lansia dilaksanakan
seminggu sekali
7. lansia dapat melakukan pemeriksaan Tekanan
Darah diposyandu.
8. Lansia dapat melakukan penimbangan Berat
Badan dan pengukuran Tinggi Badan
diposyandu.
9. Lansia mendapatkan makanan tambahan yang
diberikan oleh posyandu.
10. Lansia mendapatkan kegiatan latihan
peregangan otot berupa senam.
11. Lansia mendapatkan informasi dari posyandu
terkait perkembangan kesehatan lansia.

Dukungan Keluarga

No Pernyataan SS S TS STS
Bapak/Ibu datang keposyandu lansia karena
12. mendapatkan dukungan (motivasi) dari
keluarga
Bapak/ibu memeriksa kesehatan ke posyandu
13.
lansia karena kemauan keluarga
Keluarga memandang Bapak/Ibu tidak perlu ke
14. posyandu lansia untuk memeriksakan
kesehatan
Keluarga sangat kecewa apabila bapak/Ibu lupa
15.
memeriksakan kesehatan keposyandu lansia
Keluarga mengingatkan jadwal
16. dilaksanakannya posyandu lansia setiap
minggunya.
17. Keluarga memberikan informasi yang
berhubungan tentang kegiatan posyandu.
52

18. Keluarga memberitahukan tempat-tempat


pelaksanaan posyandu lansia.
19. Setelah mengetahui mengenai posyandu lansia
secara serta merta, saya berminat untuk ikut
serta dalam kegiatan posyandu.
20. Keluarga menganjurkan untuk pergi
keposyandu.
21. Keluarga tidak membawa bapak/Ibu untuk
segera berobat bila sakit

Sikap

No Pernyataan SS S TS STS
Saya merasa kurang puas dengan pelayanan
22.
yang diberikan oleh petugas posyandu.
Saya merasa petugas posyandu tidak terlalu
23. memperhatikan lansia yang mengikuti
kegiatan.
Para kader posyandu datang tepat waktu dalam
24.
pelaksanaan kegiatan posyandu
25. Tempat yang digunakan untuk melaksanakan
kegiatan posyandu sudah sesuai dengan
harapan Bapak/Ibu
26. Petugas/kader memberikan saran dalam
meningkatkan kesehatan Bapak/Ibu
27. Petugas/kader melakukan kunjungan kerumah
Bapak/Ibu
28. Informasi kesehatan yang diberikan oleh kader
posyandu sudah sesuai harapan bapak/Ibu

Keterangan : SS = Sangat Setuju


S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju

Anda mungkin juga menyukai