merekomendasikan tes pada janin jika kehamilan melampaui batas waktu. Tes-tes
ini memberikan informasi tentang kesehatan janin dan tentang risiko membiarkan
kehamilan berlanjut. Tes-tes ini dimulai pada atau di luar usia kehamilan 41 minggu.
volume cairan ketuban. Pengujian dapat mencakup mengamati denyut jantung janin
menggunakan monitor janin disebut tes non-stres atau mengamati aktivitas bayi
Tes non-stres
110 dan 160 denyut per menit dan harus meningkat di atas garis
dasar paling sedikit 15 kali per menit selama 15 detik beberapa kali
selama tes. Tes ini dianggap meyakinkan (disebut "reaktif") jika dua
selama 40 menit.
Profil biofisik
komponen dinilai secara individual, 2 poin jika normal dan 0 poin jika
Waktu optimal untuk melahirkan bayi pada wanita yang mengalami postterm
antenatal, dan kondisi serviks yaitu bagian bawah uterus, yang membuka ke dalam
vagina. Biasanya, serviks mulai dilatasi atau membuka dan menipis menjelang akhir
pada wanita yang serviksnya tidak membuka atau menipis (Norwitz, 2020).
jika tidak dimulai secara spontan pada usia kehamilan 41 hingga 42 minggu. Untuk
dengan obat yang diberikan langsung ke serviks atau di vagina, yang menyebabkan
serviks melunak dan dilatasi. Kadang-kadang obat diberikan secara oral. Perubahan
serviks juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode mekanis seperti Foley
memerlukan obat intravena seperti oksitosin yang akan merangsang uterus untuk
berkontraksi, dimana kontraksi uterus lebih lanjut akan membuat serviks menjadi
menipis dan dilatasi. Jika induksi persalinan tidak sepenuhnya membuat serviks
menipis dan dilatasi, atau jika komplikasi berkembang yang mengharuskan bayi
dilahirkan dengan cepat, biasanya sesar dapat dilakukan. Beberapa pasien mungkin
(didefinisikan sebagai perkiraan berat janin lebih dari atau sama dengan 4.500 gram,
atau mereka memiliki riwayat persalinan sesar sebelumnya, atau untuk alasan
(Briscoe, 2005)
saat ini pengelolaanya masih belum memuaskan dan masih banyak perbedaan
pendapat. Perlu ditetapkan terlebih dahulu bahwa pada setiap kehamilan postterm
dengan komplikasi spesifik seperti diabetes mellitus, kelainan faktor Rhesus atau
risiko terhadap janin, kehamilan jangan dibiarkan berlangsung lewat bulan. Demikian
pula pada kehamilan dengan faktor risiko lain seperti primitua, infertilitas, riwayat
obstetrik yang jelek. Tidak ada ketentuan atau aturan yang pas dan perlu
dengan tepat, sehingga janin bisa saja belum matur sebagaimana yang
diperkirakan.
o Sebagian besar janin tetap dalam keadaan baik dan rumbuh terus sesuai
o Pada postterm sering terjadi disproporsi kepala panggul dan distosia bahu
o Janin postterm lebih peka terhadap obat penenang dan narkose, sehingga
perlu penetapan jenis narkose yang sesuai bila dilakukan bedah sesar
(risiko bedah sesar 0,7 % pada genap bulan dan 1,3 % pada postterm).
pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil risiko terhadap janin.
janin, baik secara biofisik maupun biokimia sampai persalinan berlangsung dengan
gerak janin atau kontraksi utems. Bila didapat hasil reaktif, maka nilai
kadar Estriol.
- Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin
keadaan janin masih baik. Sebaliknya, air ketuban sedikit dan mengandung
telah matang.
Pada umumnya penatalaksanaan sudah dimulai sejak umur kehamilan
Bila serviks telah matang (dengan nilai Bishop > 5) dilakukan induksi
persaiinan dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan
Bila serviks belum matang, periu dinilai keadaan janin lebih lanjut apabila
dua kali.
indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi variabel pada NST, maka
- Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes pada kontraksi
(CST) harus dilakukan. Bila hasil CST positif, terjadi deselerasi lambat
kemudian.
- Keadaan serviks (skor Bishop) harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien
2. 6 Komplikasi
Angka kematian perinatal pada usia kehamilan 42 minggu dua kali lebih
tinggi daripada saat aterm. Menurut beberapa data juga menunjukkan bahwa tingkat
kematian janin dan neonatal meningkat tajam setelah usia kehamilan 40 minggu.
2012).
kehamilan postterm dan meningkatnya risiko pada janin. Penurunan fungsi plasenta
dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. Perubahan
penimbunan kalsium pada plasenta. Hal ini dapat menyebabkan gas/at ianin
post term juga merupakan faktor risiko independen untuk tingkat pH tali pusat
rendah (asidemia neonatal), skor Apgar 5 menit yang rendah, ensefalopati neonatal,
dan kematian bayi di tahun pertama kehidupan. Meskipun beberapa kematian bayi
ini jelas disebabkan oleh komplikasi peripartum seperti sindrom aspirasi mekonium,
ditandai adanya takipnea, sianosis, dan penurunan compliance paru pada bayi baru
lahir yang terpapar oleh mekonium di uterus. Hal ini terlihat pada tingkat yang lebih
tinggi pada pada neonatus postterm. Intervensi konvensional seperti amnio-infusion
atau pengispan mekonium nasofaring dan orofaring secara rutin pada perineum
pada saat persalinan hanya memberikan kontribusi yang sangat sedikit (Galal et al.,
2012).
Bayi postterm lebih besar daripada bayi cukup bulan dan memiliki insiden
makrosomia janin yang lebih tinggi (2,5-10% pada postterm dibandingkan 0,8-1%
pada aterm). Makrosomia janin, didefinisikan sebagai perkiraan berat janin ≥ 4,5 kg,
dikaitkan dengan persalinan yang lama, disproporsi panggul, dan distosia bahu.
Distosia bahu dikaitkan dengan risiko cedera ortopedi (seperti Fraktur humerus dan
klavikula) serta cedera neurologis seperti cedera pleksus brakialis dan serebral palsi.
Namun, tidak ada bukti bahwa induksi persalinan sebagai tindakan pencegahan
dalam kasus ini berhubungan dengan penurunan tingkat komplikasi (Galal et al.,
2012).
berlebihan akibat kulit yang kering, keriput seperti kertas (hilangnya lemak
subkutan), tubuh kurus (kurang gizi), rambut dan kuku panjang, oligohidramnion dan
sering lewatnya mekonium. Kehamilan-kehamilan ini berada pada tingkat risiko yang
tinggi terhadap kompresi tali pusat dari oligohidramnion, aspirasi mekonium, dan
neonatus dengan tanda postmaturitas pada kehamilan postterm (Galal et al., 2012;
Prawirohardjo, 2008).
beberapa risiko seperti lahir mati, mekonium, dan asidemia neonatal telah
digambarkan lebih sering terjadi pada usia kehamilan 41 dan bahkan 40 minggu
diterbitkan pada 2010 menunjukkan peningkatan risiko lahir mati (baik lahir mati
setelah usia kehamilan 39 minggu juga menunjukkan bahwa risiko kelahiran mati
yang tidak dapat dijelaskan naik empat kali lipat setelah 39 minggu menjadi
Morbiditas neonatal termasuk cedera saat lahir tampaknya muncul pada sekitar 38
minggu dan meningkat secara terus menerus sesudahnya (Galal et al., 2012).
Risiko terhadap ibu terkait dengan ukuran janin postterm yang lebih besar
termasuk vagina, labia, dan rektum saat kelahiran vagina, dan peningkatan tingkat
kelahiran sesar dengan keterkaitannya, risiko perdarahan, infeksi, dan cedera pada
komplikasi meningkat saat kehamilan 40 dan 41 minggu dan adanya risiko induksi
persalinan, maka lebih baik untuk melakukan persalinan spontan pada usia
coitus, stimulasi putting dan akupunktur (Caughey, 2016; Galal et al., 2012).
memulai persalinan tanpa masuk rumah sakit dengan cara melakukan pemisahan
membran dari dinding serviks dan segmen uterus bagian bawah.menggunakan jari
untuk membuat serviks menjadi lunak dan mempersiapkan uterus untuk kontraksi
dan akan membuat serviks menjadi dilatasi (Caughey, 2016; J Midwifery Womens
mungkin disebabkan oleh stimulasi fisik dari segmen uterus yang lebih rendah,
pelepasan oksitosin secara endogen sebagai hasil dari orgasme, aktivitas uterus
yang diduga dipicu oleh orgasme, atau dari aksi langsung prostaglandin dalam
semen dimana cairan semen manusia adalah sumber biologis yang diduga
berkontraksi. Meskipun ada beberapa data yang saling bertentangan, tetapi diduga
koitus tanpa kondom menghasilkan onset persalinan yang lebih awal, penurunan
tingkat kehamilan postterm, dan intervensi yang lebih sedikit dengan induksi
persalinan, dan mengurangi jumlah wanita yang tidak mengalami proses persalinan
setelah 72 jam dan mengurangi tingkat perdarahan postpartum (Galal et al., 2012).
dan digunakan secara rutin untuk induksi persalinan di beberapa masyarakat. Selain
itu, tampaknya tidak ada risiko ibu atau janin yang signifikan terkait dengan
akupunktur. Sebuah tinjauan tentang masalah ini menyimpulkan bahwa lebih sedikit
Daftar Pustaka
Briscode, D., Nguyen, H., Mencer, M., Gautam, N., & Kalb, DB. 2005. Management of
https://emedicine.medscape.com/article/261369-overview#a3
Galal, M., Symonds, I., Murray, H., Petraglia, F., & Smith, R. 2012. Postterm
Reproductive Health.
Huizen, J. 2018. What to know about membrane stripping. Medical News Today.
https://www.medicalnewstoday.com/articles/322701
https://www.medscape.com/viewarticle/703499
Norwitz, ER. 2020. Patient education: Postterm pregnancy (beyond the basics).
UpToDate.
Sarwono Prawirohardjo.