Anda di halaman 1dari 8

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 2. Data dan perhitungan korelasi antara panjang malai dan bobot

NO X Y X1-X (X1-X2) Y1-Y (Y1-Y2) (X1-X)(Y1-Y)

1. 28,1 3,23 2,54 6,45 -0,18 0,03 -0,45

2. 22,6 3,35 -2,96 8,76 -0,06 -0,004 0,17

3. 24,8 4,67 -0,76 0,57 1,53 2,34 -1,16

4. 26 2,45 0,44 0,19 -0,96 -0,92 -0,42

5. 26,3 3,36 0,74 0,54 -0,05 -0,002 -0,001

∑ 127,8 17,06 0 16,51 0,28 1,444 -1,86

X 25,56 3,41 0 3,30 0,056 0,288 -0,37

 Ragam X : Sx2 = ∑ (Xi – X )2 / n-1 = 16,51/5-1 = 4,1275


 Ragam Y : = Si2 = ∑ (Yi - Y)/n-1 =1,444/5-1 = 0,361
 Kovarian antara X dan Y : Sxy = ∑ ( Xi – X)(Yi-Y)/n-1
= -1,86/5-1
=-0,465
 Koefisien korelasi : r = Sxy/Sx2Sy2
= -0,465/(4,12)(0,36) = -0,465/1,217
= -0,382

Koefisien determinasi = r2 = 0,145


Standard error koefisien korelasi = Sr 1-r2/n-2
= I - 0,145/5-2 = 0,855/3
= 0,285

T = r/Sr = -0,382/0,285

= - 1,340

T = 2,77

KESIMPULAN = Koefisien korelasi antara panjang malai dan bobot adalah – 0,382,
Koefisien korelasi tidak berbeda nyata. Karena t hitung ( - 1,340 ) lebih kecil dari t tabel
(2,77)

Tabel 1.
Panjang malai dan jumlah biji ( per malai)

NO X Y X1-X (X1-X)2 Y1-Y (Y1-Y)2 (X1-X)(Y1-


Y)
1. 28,1 151 2,54 6,46 -18,6 -37,2 -47,24

2. 22,6 156 -2,96 -5,92 -13,6 -27,2 40,25

3. 24,8 210 -0,76 -1,52 40,4 1,63 -30,70

4. 26 152 0,44 0,02 -17,6 -35,2 -7,74

5. 26,3 179 0,74 0,5 9,4 88,36 6,95

∑ 127,8 848 0 -0,28 0 -9,61 -38,48

X 25,56 169,6 0 -0,056 0 -1,922 -7,67

o Ragam X :Sx2 = ∑ (XI – X)2 /n-1 = -0,28/4 = 0,07


o Ragam Y ; ∑ (Yi – Y)2 = 9,61/4 = -38,48/4
= -9,62
o Kovarian antara X dan Y : SxY = ∑ (Xi – X)(Yi-Y)/n-i = -38,48/4 = -9.62

Koefisien korelasi : r = Sxy/Sx2Sy2 = -9,62/(0,07)(2,40) = 0,409

Koefisien determinasi : r2 = 0,167

Standard error koefisien korelasi : SR = 1-r2/n-2

= 1 - 0,167/ 5-2 = 0,833/3

= 0,526

T = r/SR = 0,409/0,526 = 0,777

T tabel : 2,77

KESIMPULAN : Koefisien korelasi antara panjang malai dan jumlah biji adalah 0,409,
Koefisien korelasi tidak berbeda nyata. Kwrena t hitung (0,777) lebih kecil dari t tabel
( 2,77)

Tabel 3. Jumlah biji per malai dan bobot biji per malai

NO X Y X1-X (X1-X)2 Y1-Y (Y1-Y)2 (X1-X)(Y1-


Y)
1. 151 3,23 -18,6 -345,96 -0,17 -0,0289 3,162

2. 156 3,35 -13,6 -184,9 -0,5 -0,25 6,8

3. 210 4,67 40,4 1,63 1,27 1,61 51,308

4. 152 2,45 -17,6 -309,76 -0,95 -0,9025 16,72

5. 179 3,36 9,4 88,36 -0,04 -0,0016 -0,376

∑ 848 0 77,614

X 169,6 0 15,5228

Ragam X = 640,300

Ragam Y = 0,64

Kovarian X = 17,874

Koefisien korel = 0,89

Koefisien determinan = 0,783

Standar er = 0,27

Metode st = 3,29

KESIMPULAN : Koefisien korelasi antara jumlah biji per malai dan bobot biji per
malai adalah 0,27. Koefisien korelasi tidak berbeda nyata karena t hitung (0,27) lebih
kecil dari t tabel (2,77)

B. Pembahasan

Menurut Nurussadad (2011), korelasi adalah nilai yang menunjukan kekuatan dan arah

hubungan linear antara peubah acak. Nilai korelasi antara peubah x dan y didapat melalui

rumus. Nilai korelasi positif menunjukan bahwa antara dua peubah tersebut memiliki

hubungan linear positif demikian sebaliknya. Semakin dekat nilai korelasi dengan -1 atau +1

semakin kuat korelasi antara kedua peubah tersebut. Sebaliknya jika nilai korelasinya

mendekati 0, maka makin lemah korelasi antara dua peubah tersebut.


Berdasarkan sifat-sifat yang berhubungan,menurut Sudjana (1983) korelasi dibedakan

menjadi 3, yaitu:

1. Korelasi sederhana (Bivariate Correlation)

Korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua

variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi

sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel.

2. Korelasi parsial

Korelasi parsial digunakan untuk menganalisis atau mengetahui hubungan antara

variabel independen dan dependen, dimana salah satu variabelnya dibuat

tetap/dikendalikan atau dikontrol. Jadi korelasi parsial merupakan angka yang

menunjukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih setelah satu

variabel yang diduga dapat mempengaruhi hubungan variabel tersebut

dikontrol/dikendalikan untuk dibuat tetap keberadaannya.

3. Korelasi multipel atau korelasi ganda

Korelasi multiple atau korelasi ganda/jamak adalah hubungan antara dua atau lebih

variabel bebas secara bersama-sama dengan satu variabel terikat.

Sifat tanaman padi baik morfologi, anatomi dan fisiologi memiliki korelasi dengan

pengamatan yang dilakukan dipraktikum yaitu panjang malai, jumlah bulir dan bobot bulir.

Secara fisiologi pada tanaman padi berpengaruh terhadap panjang malai, jumlah bulir dan

bobot. Proses fisiologi yang terjadi pada padi seperti fotosintesis berpengaruh terhadap sifat

yang diamati yaitu panjang malai, jumlah bulir dan bobot bulir. Semakin banyak tanaman

melakukan fotosintesis secara teori semakin banyak pula fotosintat yang dihasilkan. Dengan

fotosintat yang banyak pertumbuhan berupa pemanjangan malai, jumlah bulir yang terbentuk

dan bobot dari bulir juga akan bertambah.

Korelasi memiliki manfaat dibidang pemuliaan. Dengan mengetahui korelasi sifat-sifat


pada tanaman akan memudahkan dalam usaha pemuliaan tanaman, khususnya pelaksanaan

seleksi. Selain itu dengan mengetahui koefisien korelasi kita bisa mengetahui tingkat

kemiripan antara anakan dengan induknya. Menurut Soermartono et al. (1992) manfaat

korelasi antar sifat selain untuk memprediksi correlated respons, juga penting dalam

penerapan seleksi tak langsung (indirect selection).

Praktikum acara 2 dilakukan dengan menentukan korelasi sifat-sifat kuantitatif

tanaman. Sifat-sifat tersebut yaitu panjang malai, jumlah bulur gabah dan bobot gabah. Sifat

pertama yang ditentukan korelasinya adalah panjang malai dengan jumlah bulir. Nilai

koefiseian korelasi dari sifat panjang malai dengan jumlah bulir padi adalah 0,409 dan t

hitungnya adalah 0,526. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa t hitunng < t tabel (0,777),

yang berarti bahwa koefisien korelasi tidak berbeda nyata. Hal tersebut menunjukan bahwa

semakin bertambahnya sifat panjang malai tidak berpengaruh terhadap jumlah bulir.

Sifat kedua adalah panjang malai dengan bobot bulir padi. Koefisiean korelasi dari dua

sifat tersebut adalah -0,382 dan t hitungnya adalah 2,77 . Maka koefisien korelasi antara sifat-

sifat tersebut tidak berbeda nyata. karena t hitung lebih kecil dari t tabel. Hal tersebut

menunjukan bahwa semakin bertambahnya panjang malai tidak berpengaruh terhadap bobot

padi. Sehingga koefisien korelasi tersebut merupakan korelasi negatif.

Sifat yang terakhir adalah sifat jumlah bulir padi dengan bobot bulir padi. Koefisien

korelasi yang diperoleh adalah 0,27. Sedangkan t hitung yang diperoleh adalah 2,77. Dari

hasil t tabel dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi berbeda nyata. Artinya ada

hubungan antara sifat jumlah bulir padi dengan bobot padi. Semakin bertambah jumlah padi

semakin bertambah pula bobot padi. Berarti antara sifat jumlah padi dengan bobot padi

bersifat positif.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum acara 2 yaitu:


1. Dapat diketahuinya derajad hubungan antara dua sifat pada tanaman padi, yaitu

derajad hubungan sifat panjang malai dengan jumlah bulir padi dengan nilai 0,4991,

derajad hubungan sifat panjang malai dengan nilai 0,2491, dan derajad hubungan

sifat jumlah padi dengan bobot bulir padi adalah 0,9855.

2. Bentuk hubungan yang ada diantara dua sifat yang bersangkutan dapat diketahui. Sifat

panjang malai dengan jumlah bulir bentuk hubungannya negatif, demikian dengan

panjang malai dengan bobot bulir bentuk hubungannya negatif sedangkan jumlah

bulir dengan bobot bulir bersifat positif.

B. Saran

Saran untuk praktikum ini adalah praktikum harus dilakukan dengan serius,

teliti dalam melakukan perhitungan. Karena apabila terjadi kesalahan pada

perhitungan akan berpengaruh terhadap hasil, dimana hasil tersebut berhubungan

dengan ada atau tidaknya korelasi antara dua sifat pada padi.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Djarwanto dan Subagyo P. 1981. Statistik Induktif. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta

Gumilar, Ivan. 1999. Modul Praktikum Metode Riset Untuk Bisnis dan Manajemen.
Utamalab : Bandung.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi


Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Nugrahaeni, N. 2001. Korelasi dan Keheritabilitas Beberapa Sifat Kuantitatif Kacang Tanah
di Lingkungan Cekaman Air dan Cekaman Lingkungan. Jurnal Penelitian Pertanian
Tanaman Pangan 14(1):32-38.

Nurussadad, Abdul Aziz, dkk. 2011. Pengaruh Pemilihan Arah Acuan 0 o dan Arah Rotasi
pada Analisis Korelasi dan Segresi Linear-Sirkular (Studi Kasus : Peta Kawasan Rawan
Bencana Letusan Gunung Api Merapi). 16 (1):27-34.

Soemartono, Nasrullah dan H. Kartika. 1992. Genetika Kuantitatif Dan


Bioteknologi  Tanaman. PAU  Bioteknologi  Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.

Sudjana. 1983. Teknik Analisis Regresi Dan Korelasi. Tarsito : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai