Anda di halaman 1dari 87

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS

DI DUSUN TAWANGSARI RW 01 DAN 02 DESA NGROWO


KECAMATAN BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO

Disusun Oleh
Kelompok II

1. Indah Khofifatul Abidah, S. Kep (201903002)


2. Mirna Dian Kumalasari, S. Kep (201903014)
3. Ayu Kusumah Rokhmatul I., S. Kep (201903026)
4. Mita Prastiwi, S. Kep (201903037)
5. Wiwin Dwi Paramitasari, S. Kep (201903027)
6. Maisaro, S. Kep (201903058)
7. Risqon Nafia, S. Kep (201903099)
8. Aprilia Dyah Hardiyanti, S. Kep (201903080)
9. Dian Putri Amelia, S. Kep (201903097)
10. Lailatul Rochmah, S. Kep (201903116)
11. Melita Dwi Wahyuningsih, S. Kep (201903134)
12. Irfan Arif, S. Kep (201903088)
13. Fajrus Shodiq, S. Kep (201903142)
14. Anggi Andriyanto, S. Kep (201903108)
15. Rizky Arif Prasetya, S. Kep (201903117)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Komunitas Profesi Ners STIKes BINA SEHAT PPNI


Kabupaten Mojokerto di Dusun Tawangsari RW 01 dan 02 Desa Ngrowo
Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto yang dilaksanakan pada :
Tanggal : 02 Maret 2020
Hari : Senin
Tempat : Dusun Tawangsari RW 01 dan 02 Desa Ngrowo
Telah disahkan dan telah disetujui untuk dilakukan kegiatan sesuai jadwal yang
terterah dalam proposal

Mojokerto, 02 Maret 2020


Ketua Kelompok

Rizky Arif Prasetya, S. Kep


(201903117)

Mengetahui

Kepala Dusun Tawangsari Pembimbing Akademik

Jony Winardi Ns. Heri Tri Wibowo,SKM,S.Kep.,M.Kes


NIK.162.601.093

Kepala Desa Ngrowo

Hj. Siti Maidah, SH


KATA PENGANTAR

Puji Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena

atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir asuhan

keperawatan komunitas pada waktunya sebagai salah satu persyaratan guna

memperoleh gelar Perawat Profesional pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina

Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto.

Selesainya penulisan laporan ini adalah berkat bantuan dan dukungan serta

bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dengan setulus hati kepada :

1. Hj. Siti Maidah SH, selaku Kepala Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto atas kesediaannya memberi ijin untuk melakukan
Kegiatan Pengabdian Masyarakat di Dusun Pendowo RW. 01 & 02 Desa
Ngrowo Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.
2. Jony Winardi selaku Kepala Dusun Tawangsari Kecamatan Bangsal Kabupaten
Mojokerto RW. 01 & 02 Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal Kabupaten
Mojokerto atas kesediaannya memberi ijin untuk melakukan Kegiatan
Pengabdian Masyarakat di Dusun Pendowo RW. 01 & 02 Desa Ngrowo
Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.
3. Dr. M. Sajidin, S.Kp.,M.Kes selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan
di Program Studi Profesi Ners Keperawatan di STIKes Bina Sehat PPNI
Mojokerto.
4. Eka Nur Soemah, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku Kaprodi Profesi Ners Keperawatan
STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
5. Ns. Heri Tri Wibowo,SKM,S.Kep.,M.Kes, selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan masukan kepada
kelompok dalam menyelesaikan laporan kegiatan ini.
6. Warga Dusun Pendowo RW. 01 & 02 Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto atas kesediaannya menjadi objek pengkajian data
Keperawatan Komunitas.
7. Teman-teman Kelompok 01 Praktik Keperawatan Komunitas dan semua pihak
yang telah membantu selama penyusunan laporan kegiatan praktik ini.
Kelompok menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
yang diharapkan akan menyempurnakan laporan ini.

Mojokerto, 02 Maret 2020


Ketua Kelompok

Rizky Arif Prasetya


NIM : 201903117
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan komunitas merupakan suatu sistem dari praktek keperawatan
dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk. Komunitas merupakan suatu kelompok
yang didalamnya setiap anggota disatukan oleh persamaan visi dan misi serta
tujuan. Dalam ruang lingkup, komunitas masuk kedalam konteks komunitas
organisasi dimana individu yang bersama-sama melalui suatu hirarki pangkat
dan pembagian kerja berusaha mencapai tujuan tertentu. (Rogers dan rogers
dalam Moss dan Tubs, 2005).
Komunitas merupakan sekelompok individu yang tinggal pada
wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat dan relatif sama,
serta interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan (Wahit, 2007).
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subjek dan objek
pelayanan kesehatan dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu
dilibatkan secara lebih aktif dalam usaha peningkatan status kesehatan dan
mengikuti seluruh kegiatan kesehatan komunitas.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan bekerja dengan individu;
keluarga dan kelompok di tatanan pelayanan kesehatan komunitas dengan
menerapakan konsep kesehatan dan keperawatan komunitas, serta sebagai
salah satu upaya menyiapkan tenaga perawat profesional dan mempunyai
potensi keperawatan secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang harus
dicapai, maka mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKes Bina Sehat
PPNI Kabupaten Mojokerto melaksanakan Program Praktek Komunitas di
Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto
dengan menggunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa mempunyai
satu keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga yang

1
2

tersebar di Dusun Tawangsari. Pendekatan secara kelompok dilakukan


dengan cara pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes). Dengan
pendekatan dari masing-masing komponen diharapkan dapat memberikan
hasil yang lebih nyata kepada masyarakat.Sedangkan pendekatan masyarakat
sendiri dilakukan melalui kerjasama yang baik dengan instansi terkait,
Pokjakes dan seluruh komponen dusun untuk mengikut sertakan warga dalam
upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan. Masyarakat yang dimotori
oleh Pokjakes diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang terjadi di
wilayahnya, membuat keputusan tindakan kesehatan bagi anggota keluarga
atau masyarakatnya, mampu memberikan perawatan, menciptakan
lingkungan yang sehat serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
masyarakat.
Selain itu, selama proses Praktik Profesi Ners di komunitas, mahasiswa
mengidentifikasi populasi dengan resiko tinggi dan sumber yang tersedia
untuk bekerja sama dengan komunitas dalam merancang, melaksanakan dan
mengevaluasi perubahan kemunitas dengan penerapan proses keperawatan
komunitas dan pengorganisasian komunitas. Untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat Dusun Tawangsari RW. 01 & 02 diperlukan kerja sama
antara masyarakat dengan tenaga kesehatan sehingga perlu diadakan Praktik
Keperawatan Komunitas dan Keluarga di Dusun Tawangsari RW. 01 & 02
periode 02 Maret – 11 April 2020. Sebagai langkah awal, maka dilakukan
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) 1 yang bertujuan sebagai perkenalan
antara mahasiswa dengan masyarakat Dusun Tawangsari RW. 01 & 02 dan
menggali masalah kesehatan yang ada di masyarakat Dusun Tawangsari RW.
01 & 02 .Pendekatan keluarga dilakukan dengan cara setiap mahasiswa
mampunyai dua keluarga binaan dengan resiko tinggi sebagai kasus keluarga
yang tersebar di Dusun Tawangsari RW. 01 & 02 Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal Kabupaten Mojokerto.
Sebagai upaya untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan yang ada,
maka dilakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) II yang bertujuan
untuk mencari solusi dari setiap masalah kesehatan yang ada bersama-sama
3

dengan warga dan elemen masyarakat yang ada seperti Kepala Desa, Bidan,
RW, RT warga desa dan mahasiswa Keperawatan Profesi Ners, sehingga
ditetapkan kegiatan yang akan dilakukan, kemudian di implementasikan
bersama-sama dengan warga masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang sudah
dilakukan bertujuan agar meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
sehingga meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kesehatan dan
menurunkan angka kesakitan warga masyarakat. Harapan yang ada,
masyarakat akan mandiri dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
Sebagai evaluasi keberhasilan dari hasil kegiatan-kegiatan keperawatan
komunitas di Dusun Tawangsari RW. 01 & 02 Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal Kabupaten Mojokerto yang telah dilakukan mahasiswa keperawatan
Profesi Ners selama 1 bulan 2 minggu, maka dilakukan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) III yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan keperawatan komunitas yang telah dilakukan oleh mahasiswa
keperawatan Profesi Ners di Dusun Tawangsari RW. 01 & 02 Desa Ngrowo
Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan pengalaman dalam program praktik Profesi
Ners keperawatan komunitas, mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan di
komunitas dengan pendekatan proses keperawatan komunitas dan
pengorganisasian komunitas.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah menyelesaikan program praktik Profesi Ners keperawatan
komunitas, mahasiswa mampu :
1. Melaksanakan Bina Hubungan Saling Percaya ( BHSP ) dengan
masyarakat.
2. Menentukan pengkajian kesehatan di masyarakat tentang masalah
kesehatan masyarakat tingkat dasar.
4

3. Menganalisa masalah yang ada di masyarakat dalam bentuk


Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD ).
4. Menentukan kualitas masalah dan melaksanakan intervensi yang
ditemukan bersama masyarakat.
5. Mengevaluasi hasil kegiatan bersama masyarakat dalam bentuk
Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD ).

1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk Mahasiswa
1. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas secara nyata
kepada masyarakat.
2. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas
3. Meningkatkan kemampuan menganalisa masalah kesehatan
masyarakat
4. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan
hubungan interpersonal.
1.3.2 Untuk Masyarakat
1. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
2. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan
menyadari masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian
masalah kesehatan yang di alami masyarakat.
3. Masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.
1.3.3 Untuk Pendidikan
1. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Profesi Ners
STIKes Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto
2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan
model praktek keperawatan komunitas selanjutnya.
5

1.3.4 Untuk Tenaga Kesehatan


1. Upaya menyiapkan tenaga kesehatan yang profesional, berpotensi
secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.
2. Memberikan suatu model baru dalam keperawatan komunitas
sehingga mampu mengembangkannya.
1 BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Keperawatan Komunitas


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu
tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minta dan interest yang sama. Komjunitas adalah kelompok
dari masyarakat yang tinggal disuatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest [ CITATION
Riy07 \l 1057 ]
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (2010) adalah
sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan
hubungan antar manusia dan keterampilan terorganisasi diterapkan
dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi
kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara
kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat
ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok
yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk,
peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan,
koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan
dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang
merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas,
dengan norma dan nilai yang telah melembaga [ CITATION Sum06 \l
1033 ], Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain
sebagainya. Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat
petani, masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing

6
7

dan sebagainya [CITATION Mub09 \l 1033 ].


Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh
melalui proses keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan
fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri
dalam upaya kesehatan[CITATION Mub09 \l 1033 ].
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah
seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan [ CITATION Wah10 \l 1033 ].
2.2 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
Tujuan dan fungsi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut
[ CITATION Eli07 \l 1033 ]:
1. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut :
a. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok.
8

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan
masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan
dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
2. Fungsi Keperawatan Komunitas
a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan
ilmiah bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam
memecahkan masalah klien.
b. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
c. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan
pemecahan masalah, komunikasi yang efektif dan efisien
serta melibatkan peran serta masyarakat.
d. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga
mendapatkan penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan
[CITATION Mub09 \l 1033 ].

2.3 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut
[ CITATION Eli07 \l 1033 ]:
1. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi,
9

penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya.


Begitu juga dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar
masyarakat, tentunya gambaran penyakit yang paling sering
mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi upaya
penangan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak
akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,
maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok.
2. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau
masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan
menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama
sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di
dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih
cepat.
10

2.4 Pusat Kesehatan Komunitas


1.1 Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat
dilakukan sebagai berikut [CITATION Mub09 \l 1033 ].
1. Sekolah atau Kampus
1.2Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan
dan pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah
dapat memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus
penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit
influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada
peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan
yang lebih spesifik.
2. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan
bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut.
Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawata
menjalankan program yang bertujuan untuk:
a. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
b. Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
c. Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
d. Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
e. Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
[CITATION Mub09 \l 1033 ]
3. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus
yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang
komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah
misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care,
home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki
11

kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan


percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang
kompeten.
4. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat
bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan, penelitian, di
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,
dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas [CITATION Mub09 \l
1033 ].

2.5 Bentuk-Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat


1.3 Bentuk-bentuk pendekatan dan partisipasi masyarakat yaitu
sebagai berikut:
1. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan
posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan
dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan
Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai
wahana kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat
kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti:
a. Kesehatan ibu dan anak
b. KB
c. Imunisasi
d. Peningkatan gizi
e. Penanggulangan diare
f. Sanitasi dasar
g. Penyediaan obat esensial [ CITATION Sut03 \l 1033 ]
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal
ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi
12

masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat


memperolah pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama.
Posyandu dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun
keberadaannya di masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh
karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi posyandu.
Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu
untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan
status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan
untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam menunjang
upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta
kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader,
manajemen dan fungsi posyandu [ CITATION Sut03 \l 1033 ].
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk :
a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan
IMR
c. Mempercepat penerimaan NKKBS
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat
e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada
penduduk berdasarkan letak geografi
f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan
masyarakat.
Menurut Nasru effendi (2000), untuk menjalankan kegiatan
Posyandu dilakukan dengan sistem 5 meja, yaitu:
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS
(Pasangan Usia Subur)
2. Meja II
13

Penimbangan Balita dan ibu hamil


3. Meja III
Pengisian KMS
4. Meja IV
a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan
resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,
Kondom
5. Meja V
a. Pemberian iminisasi
b. Pemeriksaan Kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
1) Kesehatan ibu dan anak :
a. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
b. Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A
pada bulan Februarii dan Agustus)
c. PMT
d. Imunisasi.
e. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau
kesehatan balita melalui pertambahan berat badan
setiap bulan. Keberhasilan program terlihat melalui
grafik pada kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi
sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui
meja IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil.
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
Menurut Nasrul effendi (2000), untuk meja I sampai
14

meja IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V


dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan,
perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang kita temukan
dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat
puskesmas, hanya di beberapa posyandu yang kader
kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader
selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat. Kader
seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu.
Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

2.6 Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


1.4 Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah
praktik yang bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran
yang mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan
didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik [ CITATION
Sum06 \l 1033 ].
1.5 Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu
Model Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini
merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan,
yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal,
maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas
[ CITATION Cah09 \l 1033 ].
1.6 Menurut [ CITATION Sum06 \l 1033 ] teori Neuman
berpijak pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri
dari klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty
Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan
komunitas adalah:
1. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari
15

variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural,


perkembangan dan spiritual
2. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau
pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien
3. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan
kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai
dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.
Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang
menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis,
aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.
Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko,
cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis
pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan
dalam delapan tahapan, yaitu:
1. Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2. Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung
harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya,
dan lain-lain)
3. Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang
mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social
dengan masyarakat
4. Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa
alasan
5. Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan
diukur
6. Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam
kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia
tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain
7. Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi
mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu
dalam penyembuhan sakit medisnya
16

8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis


dan sosial.
2.7 Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan
Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan
menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam
melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan
tindakan kuratif dan rehabilitatif sehinggadiharapkan masyarakat
mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara
kesehatannya [CITATION Mub09 \l 1033 ].
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu
sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan
komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada
model pendekatan totalitas individu dari Neuman [ CITATION
And06 \l 1033 ]untuk melihat masalah pasien, model komunitas
sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan
keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya
menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi
pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.
Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :
1. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila
individu tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat
akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut.
Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah
atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan
tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di
rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti
17

penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu


yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti
ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga
dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi
rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit
menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit
utama masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan
masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan
sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya.
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat
dilakukan dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas
didalam suatu wilayah kerjapuskesmas. Pelayanan ditingkat
masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang
mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan,
pendidikan dan sebagainya.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan
memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi
keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer,
sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan
kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang
diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup kesehatan
komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri
dari tiga tingkat yaitu:
a. Pencegahan Primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada
penghentian penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan
18

primer mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum


dan perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum
mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun
kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan
spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik
misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu
memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
b. Pencegahan Sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk mendeteksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-
kegiatan yang mengurangi faktor resiko
diklasifikasikansebagai pencegahan sekunder misalnya
memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
c. Pencegahan Tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang
yang mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi
sesuai dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan
fisik pada penderita patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan
kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas
dan pengorganisasian masyarakat [CITATION Mub09 \l
1033 ] :
1) Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan
pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap
kesehatan masyarakat dan memberikan prioritas pada
strategi pada pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu pada
19

paradigma keperawatan secar umum dengan empat


komponen dasar yaitu manusia, kesehatan, lingkungan dan
keperawatan.
2) Pengorganisasian Masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat meliputi
peran serta masyarakat (localiti developmen), perencanaan
sosial melalui birokrasi pemerintah (social developmant)
dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu (social action)
[CITATION Mub09 \l 1033 ]
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat
dilakukan melalui tahapan berikut:
a) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah
yang menjadi prioritas, menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan
bekerjasama dengan masyarakat.
b) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan
penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat
dengan pembentukan kelompok kerja kesehatan.
c) Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatanpertemuan teratur dengan
kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat
pelayanan keperawatan langsung pada individu,
keluarga dan masyarakat.
d) Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan
mengembangkan keterampialan yang mengikuti
perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan
pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
e) Tahap koordinasi
20

Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya


memandirikan masyarakat.
f) Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi
dan pemberian umpan balik dan masing-masing
evaluasi untuk perbaikan untuk kegiatan kelompok
kesehatan kerja selanjutnya.
2.8 Proses Pelaksanaan Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang khusus
keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga,
kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit
(mempunyai masalah kesehatan/keperawatan), secara komprehensif
melalui upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif
dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat secara terorganisir
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi serta memecahkan masalah-
masalah yang mereka miliki dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan sesuai dengan hidup sehat sehingga dapat meningkatkan
fungsi kehidupan dan derajat kesehatan seoptimal mungkin dan dapat
diharapkan dapat mandiri dalam memelihara kesehatannya
[ CITATION Cah09 \l 1033 ]. Menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kesehatan.
Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara
konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan
pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko
tinggi [ CITATION Wah10 \l 1033 ].
Perawatan komunitas merupakan Pelaksanaan keperawatan
komunitas dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses
keperawatan komunitas dengan menggunakan pendekatan pemecahan
21

masalah yang dinamis. Fase-fase pada proses keperawatan komunitas


secara langsung melibatkan komunitas sebagai klien yang dimulai
dengan pembuatan kontrak/partner ship dan meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi[ CITATION Eli07 \l
1033 ]. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan
masyarakat, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai
suatu pendekatan dengan menggunakan pengkajian model CAP
(Community As a Partner).
Model community as partner terdapat dua komponen utama
yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda
pengkajian komunitas terdiri dari :
1. Inti komunitas (the community core)
2. Subsistem komunitas (the community subsystems)
3. Persepsi (perception)
Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat
yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan
masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan
kesehatannya.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap mesyarakat untuk dikaji dan
dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh
masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalah pada fisiologis, psikologis, sosial
ekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.
Pengumpulan Data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
a. Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau
komunitas yang terdiri atas usia yang beresiko, pendidikan,
jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan, serta
riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
22

b. Mengkaji 8 subsistem yang mempengaruhi komunitas, antara


lain:
1) Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi,
bagaimana kepadatannya karena dapat menjadi stresor
bagi penduduk
2) Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan
yang dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
3) Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dan
keamanan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa
nyaman atau tidak, apakag sering mengalami stres akibat
keamanan dan keselamatan yang tidak terjamin
4) Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan,
apakah cukup menunjang, sehingga memudahkan
masyarakat mendapatkan pelayanan di berbagai bidang
termasuk kesehatan
5) Pelayanan kesehatan yang tesedia, untuk diteksi dini atau
memantau gangguan yang terjadi
6) Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan
deteksi dini dan merawat atau memantau gangguan yang
terjadi
7) Sistem komunikasi, serta komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan
pengetahuan yang terkait dengan gangguan penyakit
8) Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat
secara keseluruhan, apakah pendapatan yang terima
sesuai dengan Upah Minimum Registrasi (UMR) atau
sebaliknya
9) Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja
dibuka, apakah biayanya dapat dijangkau masyarakat
a) Jenis data
23

Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data


subjektif dan data objektif [CITATION Mub09 \l 1033 ]:
(1)Data subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah
yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok,
dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung
melalui lisan.
(2)Data objektif
Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan,
pengamatan dan pengukuran.
(3)Sumber data
(a) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dari
individu,keluarga, kelompok, masyarakat
berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.
(b) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat
dipercaya, misalnya: kelurahan, catatan riwayat
kesehatan pasien atau medical record.
b) Cara pengumpulan data
a. Wawancara yaitu: kegiatan timbale balik berupa
Tanya jawab
b. Pengamatan yaitu: melakukan observasi dengan panca
indra
c. Pemeriksaan fisik: melakukan pemeriksaan pada
tubuh individu
c) Pengelolaan data
a. Klasifikasi data atau kategorisasi data
b. Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan
telly
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
24

2. Analisa data
Kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan
data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat
diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah
keperawatan.
a. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan
dan masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat
sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan.
b. Prioritas Masalah
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki
kebutuhan Abraham H Maslow:
1) Keadaan yang mengancam kehidupan
2) Keadaan yang mengancam kesehatan
3) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan ialah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun potensial. Diagnosa
keperawatan komunitas akan memeberikan gambaran tentang
masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata dan yang
mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat rekreasi
komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan
dalam tiga komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau
penyebab (E), dan symptom atau manifestasi/data penunjang (S)
[CITATION Mub09 \l 1033 ]
a. Problem : merupakan kesenjangan atau penyimpangan dari
keadaan normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi : penyebab masalah kesehatan atau keperawatan yang
dapat memeberikan arah terhadap intervensi keperawatan.
c. Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah
yang terjadi.
25

Daftar Diagnosa Keperawatan Komunitas:


Rumusan diagnosis
Sasaran Domain Kelas Kode
keperawatan
Komunitas Domain 1: Kelas 1: 00168 Gaya hidup monoton
Promosi kesadaran
Kesehatan kesehatan
Kelas 2: 00257 Sindrom kelemahan
(NANDA)
Manajemen lansia
kesehatan 00231 Risiko sindrom
kelemahan lansia
00215 Defisiensi kesehatan
komunitas
00188 Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
00099 Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
00078 Ketidakefektifan
manajemen kesehatan
diri
00162 Kesiapan
meningkatkan
manajemen kesehatan
diri
00080 Ketidakefektifan
manajemen regimen
terapiutik keluarga
Manajemen 10029684 Krisis kesehatan akut
perawatan
(ICNP)
26

Promosi 10023452 Ketidakmampuan


kesehatan mempertahankan
(ICNP) performa kesehatan
10022234 Penyalahgunaan
alkohol
10022425 Penyalahgunaan obat-
obatan
10028187 Perilaku seksual efektif
10022592 Ketidakmampuan
memanajemen regimen
diet
10022603 Ketidakmampuan
memanajemen regimen
latihan
10000918 Ketidakmampuan
mempertahankan
kesehatan
10022585 Defisit pengetahuan
tentang latihan
10022939 Kurang pengetahun
tentang regimen diet
10029991 Kurang pengetahuan
tentang perilaku
10022140 seksual
Ketidaksiapan
meningkatkan
10001274 keamanan
Masalah perilaku
10032386 seksual
Risiko terjadinya
10032355 penyakit
Risiko cidera
27

10022247 lingkungan
Penyalahgunaan rokok
Manajemen 10029286 Kurang pengetahuan
perawatan tentang penyakit
jangka
panjang
(ICNP)
Manajemen 10029744 Kekerasan pada anak
risiko 10029825 Kekerasan lansia
(ICNP) 10029856 Keamanan lingkungan
yang efektif
10032289 Risiko kekerasan
10032301 Risiko kekerasan anak
10033489 Risiko pengabaian anak
10032340 Risiko kekerasan lansia
10033489 Risiko pengabaian
lansia
10015122 Risiko jatuh
10033436 Risiko pengabaian
28

4. Perencanaan/Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah sesuai dengan diagnosis keprawatan yang sudahditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien. Perencanaan
intervensi yang dapat dilakukan berkaitan dengan diagnosa keperawatan komunitas yang muncul diatas adalah [CITATION
Mub09 \l 1033 ]:
Diagnosa
NOC NIC
Data Keperawatan
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
Data pendukung masalah kesehatan komunitas: Perilaku Hidup Bersih Sehat
Observasi: 00188 Perilaku Prevensi Primer Prevensi Primer
 Banyak Anak-anak sering kesehatan 1632 Perilaku patuh: aktivitas yang 4350 Manajemen Perilaku
mandi disungai cenderung disarankan 4360 Memodifikasi perilaku
 Beberapa keluarga berisiko 1602 Perilaku promkes 5510 Pendidikan Pasien: Pendidikan
diketahui tidak 1606 Partisipasi dalam keputusan perawatan kesehatan
menggunakan air bersih kesehatan 5515 Peningkatan Kesadaran kesehatan
Angket: 1634 Perilaku skrinning kesehatan pribadi
Yang dirasakan dalam 1805 Pengetahuan perilaku kesehatan
melakukan tindakan 1823 Pengetahuan promosi kesehatan
 65% kemampuan 1855 Pengetahuan gaya hidup sehat
penduduk kelurahan
29

menyebutkan tidak tahu Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder


mengenai hal yang harus 1608 Kontrol gejala 4470 Terapi perilaku
dilakukan agar dapat 1625 Perilaku berhenti merokok 4490 Bantuan modifikasi diri
hidup sehat 1902 Kontrol resiko Bantuan pengetahuan merokok
 52% kemampuan 1924 Kontrol resiko proses infeksi
penduduk dalam 1906 Kontrol resiko pengetahuan tembakau
mencegah atau merawat 1908 Deteksi resiko
anggota keluarganya 1910 Keamanan lingkungan rumah
untuk menerapkan PHBS
belum benar Prevensi Tersier Prevensi Tersier
 68% masyarakat tidak 1504 Dukungan sosial 8500 Peningkatan sistem dukungan
melakukan cuci tangan 221108 Penggunaan sumber yang ada di 8700 Pengembangan kesehatan
sebelum makan komunitas masyarakat
 42% warga menyatakan
bahwa tidak ada
perbedaan makan dengan
cuci tangan terlebih
dahulu atau tidak
 59% hambatan
30

pencegahan karena tidak


ada sanksi
 33% dari 800 KK
merokok dalam rumah
 Angka bebas jentik
dirumah tangga 58%,
42% positif jentik
 Penyuluhan belum
dilakukan pada beberapa
sekolah yang dekat
dengan puskesmas
 Masyarakat tidak biasa
berolahraga rutin
31

5. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen
keperawatan harus bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam
hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan anggota masyarakat
[CITATION Mub09 \l 1033 ]. Perawat bertanggung jawab dalam
melaksanakan tindakan yang telah direncanakan yang bersifat
[ CITATION Eff98 \l 1033 ] yaitu:
a. Bantuan untuk mengatasi masalah gangguan penyakit
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup
sehat dan melaksanakan upaya peningkatan kesehatan
c. Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah gangguan
penyakit
d. Advocat komunitas yang sekaligus memfasilitasi terpenuhinya
kebutuhan komunitas
6. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan
antara proses dengan dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan
tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah
ditentukan atau dirumuskan sebelumnya [CITATION Mub09 \l 1033 ] .
Adapun tindakan dalam melakukan evaluasi adalah sebagai berikut :
a. Menilai respon verbal dan nonverbal komunitas setelah dilakukan
intervens
b. Menilai kemajuan oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c. Mencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke rumah sakit
BAB 3
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERWATAN KOMUNITAS DI DUSUN

TAWANGSARI DESA NGROWO KEC BANGSAL KABUPATEN

MOJOKERTO

Kegiatan praktik keperawatan komunitas ini dilakukan pada tanggal 02


Maret 2020 sampai 11 April 2020. Asuhan keperawatan komunitas yang telah
dilaksanakan oleh Mahasiswa Profesi Ners STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto di
Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Kabupaten Mojokerto. Praktik
tersebut dilakukan untuk mengaplikasikan konsep keperawatan dan kesehatan
komunitas dalam tatanan nyata kepada masyarakat sehingga upaya mencetak
tenaga perawat professional sesuai dengan kompetensinya dapat tercapai.
Kegiatan tersebut menggunakan proses keperawatan sebagai modal
pendekatan yang bersifat ilmiah, yaitu pengkajian, perumusan masalah,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Berikut kami uraiakan ikhtisar asuhan
keperawatan komunitas yang telah kami lakukan.
3.1 Tahap Pengkajian
3.1.1 Data Umum
1) Data Demografi
Dusun : Tawangsari
Desa : Ngrowo
Kecamatan : Bangsal
Luas Wilayah : 56,72 ha
Jumlah KK : 331 kk
Agama : Islam
Berdasarkan metode pengkajian Whienshield Survey, data demografi
masyarakat akan disajikan sebagai berikut:
Batas Wilayah Dusun Tawangsari Sebelah Barat :
Dusun Tawangsari RT 01 dan 02.
Batas Wilayah Dusun Tawangsari Sebelah Timur :
Dusun Pendowo RW 04 Dan 05

32
33

Batas Wilayah Dusun Tawangsari Sebelah Utara :


Desa Pekuwon
Batas Wilayah Dusun Tawangsari Sebelah Selatan :
Dusun Sugian, Ds. Karangasem, Kec.Kutorejo
2) Hasil Pengumpulan data
1. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Jenis
Kelamin Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal
No Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Laki-Laki 511 48,8%
2. Perempuan 533 51,1%
Jumlah 1044 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 533 penduduk
(51,1%)
2. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Umur Di
Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Umur Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Balita (0-5 Tahun) 38 3,6%
2. AUS (6-11 Tahun) 99 9,5%
3. Remaja (12-25 Tahun) 259 24,8%
4. Dewasa (26-55 Tahun) 496 47,5%
5. Lansia (56->65 Tahun) 152 14,6%
Jumlah 1044 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah
penduduk berusia 26-55 tahun dengan kategori dewasa sebanyak 496
penduduk (47,5%).
3. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Agama
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama Di
Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
34

No Agama Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Islam 1044 100%
2. Non Islam 0 0
Jumlah 1044 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa seluruh penduduk
memeluk agama Islam sebanyak 1044 (100%).

4. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo
Kecamatan Bangsal
No Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Tidak Sekolah 111 10,6%
2. SD 261 25%
3. SMP 222 21,3%
4. SMA 429 41,1%
5. Perguruan Tinggi 21 2%
Jumlah 1044 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah
penduduk berpendidikan SMA sebanyak 429 (41,1%).

5. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Pekerjaan


Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal
No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Tidak Bekerja 271 26%
35

2. Swasta 396 37,9%


3. Wiraswasta 129 12,3%
4. IRT 185 17,7%
5. PNS/TNI/POLRI 63 6%
Jumlah 1044 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahw hampir setengah
penduduk berkerja sebagai swasta sebanyak 396 (37,9%).

6. Karakteristik Penduduk Berdasarkan Keaktifan Dalam Berolahraga


Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Keaktifan
Dalam Berolahraga Di Dusun Tawangsari Desa
Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Pekerjaan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Ya 694 66,5%
2. Tidak 350 33,5%
Jumlah 1044 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk aktif dalam kegiatan berolahraga sebanyak 694 penduduk
(66,5%).

7. Karakteristik Kesehatan Lingkungan berdasarkan Pemanfaatan


Pekarangan
Tabel 3.7 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan
berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan Di Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Pemanfaatan Pekarangan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Ditanami Pohon/Bunga 178 53,8%
2. Ditanami Toga 24 7,3%
36

3. Lahan Ternak 26 7,9%


4. Dibiarkan 103 31,1%
Jumlah 331 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk memanfaatkan lahan kosong dengan ditanami pohon atau
bunga sebanyak 178 (53,8%).

8. Karakteristik Kesehatan Lingkungan berdasarkan Jenis Vektor


Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan
berdasarkan Jenis Vektor Di Dusun Tawangsari Desa
Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Pemanfaatan Pekarangan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Lalat 52 15,7%
2. Kecoa 59 17,8%
3. Nyamuk 114 34,4%
4. Tikus 86 26%
5. Kucing 20 6%
Jumlah 331 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa jumlah vector
terbanyak ialah nyamuk sebesar 114 KK (34,4%).

9. Karakteristik Kesehatan Lingkungan berdasarkan Pengurasan Tempat


Penampungan Air
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan
berdasarkan Pengurasan Tempat Penampungan Air
Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal
Pengurasan Tempat
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Penampungan Air
1. >3 Hari 221 66,8%
2. <3 Hari 93 28,1%
3. Tidak Pernah 17 5,1%
37

Jumlah 331 100%


Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk menguras tempat penampungan air >3 Hari sebanyak 221
KK (66,8%).

10. Karakteristik Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Jenis Pembuangan


Air Limbah
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan Jenis Pembuangan Air Limbah Di Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
Jenis Pembuangan Air
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Limbah
1. Got/Selokan 251 75,8%
2. Bak Penampungan 30 9,1%
3. Sungai 50 15,1%
4. Di Buang Sembarangan 0 0%
Jumlah 331 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar KK
membuang air limbah di got/selokan sebesar 251 KK (75,8%).
11. Karakteristik Kesehatan Lingkungan Berdasarkan Cara Pembuangan
Sampah
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan Cara Pembuangan Sampah Di Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Cara Pembuangan Sampah Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Dibakar 113 34,1%
2. Ditimbun 12 3,6%
3. Di Sungai 3 0,9%
4. Disembarang Tempat 7 2,1%
5. Dikelola TPA 196 59,2%
Jumlah 331 100%
Sumber: Data Primer, 2020
38

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar KK


membuang sampah dengan cara dikelolah oleh pihak TPA sebesar 196
KK (59,2%).
12. Karakteristik KIA berdasarkan Keaktifan Mengikuti Posyandu Balita
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi KIA berdasarkan Keaktifan
Mengikuti Posyandu Balita Di Dusun Tawangsari Desa
Ngrowo Kecamatan Bangsal
Keaktifan Mengikuti
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Posyandu Balita
1. Ya 32 84,2%
2. Tidak 6 15,7%
Jumlah 38 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
balita aktif mengikuti posyandu balita sebesar 32 balita (84,2%).

13. Karakteristik KIA Berdasarkan Masalah Kesehatan Balita Dalam 6


Bulan Terakhir
Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi KIA Berdasarkan Masalah
Kesehatan Balita Dalam 6 Bulan Terakhir Di Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Masalah Kesehatan Balita Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. ISPA 18 47,3%
2. Diare 10 26,3%
3. DBD 6 15,7%
4. Kejang Demam 4 10,5%
Jumlah 38 100,0%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan
tertinggi pada balita selama 6 bulan terakhir yakni ISPA dengan angka
kejadian sebesar 18 (47,3%).
39

14. Karakteristik KIA Berdasarkan Pemberian Asi Eksklusif


Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi KIA Berdasarkan Pemberian Asi
Ekslutif Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal
No Ibu Hamil Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Ya 33 86,8%
2. Tidak 5 13,2%
Total 38 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masih ada beberapa
dari ibu tidak memberikan asi secara eksklutif sebanyak 5 ibu (13,2%).

15. Karakteristik KIA Berdasarkan Jumlah Ibu Hamil


Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi KIA Berdasarkan Jumlah Ibu
Hamil Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal
No Ibu Hamil Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Ada 9 1,6%
2. Tidak Ada 524 98,6%
Total 533 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sangat sedikit dari
KK yang memiliki ibu hamil sebesar 9 ibu hamil (1,6%).

16. Karakteristik KIA Berdasarkan Penggunaan KB


Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi KIA Berdasarkan Penggunaan
KB Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal
No KB Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Kondom 7 2,1%
40

2. Suntik 204 61,7%


3. Implant 3 0,9%
4. Pil 6 1,8%
5. Tidak KB 111 33,5%
Total 331 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar
responden menggunakan KB Suntik sebesar 204 (61,7%).

17. Karakteristik Remaja Berdasarkan Keaktifan Remaja Dalam Kegiatan


Remaja
Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Keaktifan
Remaja Dalam Kegiatan Remaja Di Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Kegiatan Remaja Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Ya 182 70,2%
2. Tidak 77 297%
Total 259 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
remaja aktif dalam kegiatan remaja sebesar 182 remaja (70,2%).

18. Karakteristik Remaja Berdasarkan Masalah Kesehatan Remaja


Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan Masalah
Kesehatan Remaja Di Dusun Tawangsari Desa
Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Kegiatan Remaja Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Merokok 196 75,7%
2. Alkohol 42 16,2%
3. Pergaulan Bebas 21 8,1%
4. Tidak Ada Masalah 0 0%
41

Total 259 100%


Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan
tertinggi pada remaja yakni remaja merokok sebesar 196 remaja
(75,7%) dan di posisi kedua yakni mengkonsumsi alkohol sebesar 42
(16,2%).

19. Karakteristik Remaja Berdasarkan Pengetahuan Tentang Penyakit


Menular Seksual
Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Remaja Berdasarkan
Pengetahuan Tentang Penyakit Menular Seksual Di
Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
No Kegiatan Remaja Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. Ya 35 13,52%
2. Tidak 224 86,48%
Total 259 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
remaja tidak mengetahui tentang penyakit menular seksual sebesar 224
remaja (86,48%).

20. Karakteristik Lansia berdasarkan Masalah Kesehatan Lansia


Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Jumlah
Lansia Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal

No Lansia Frekuensi (f) Prosentase (%)


1. Hipertensi 40 26,32%
2. Diabetes Mellitus 30 19,74%
3. Asam Urat 25 16,45%
4. Cholesterol 35 23,03%
42

5. Stroke 2 1,31%
6. Tidak ada masalah 20 13,15%
Total 152 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan
tertinggi yakni hipertensi sebesar 40 (26,32 %).

21. Karakteristik Lansia berdasarkan Keaktifan Mengikuti Posyandu


Lansia
Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Keaktifan
Mengikuti Posyandu Lansia Di Dusun Tawangsari Desa
Ngrowo Kecamatan Bangsal
Keaktifan Mengikuti
No Frekuensi (f) Prosentase (%)
Posyandu Lansia
1. Ya 62 40,7 %
2. Tidak 90 59,3 %
Jumlah 152 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
lansia tidak aktif mengikuti posyandu lansia sebesar 90 lansia (59,3%).
22. Masalah Kesehatan Anak Usia Sekolah
Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Masalah Kesehatan Anak Usia
Sekolah Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan
Bangsal
No Masalah Kesehatan AUS Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. ISPA 46 46,46%
2. Diare 21 21,21%
3. Gangguan Kebersihan Gigi 18 18,18%
dan Mulut
4. Tidak Ada Masalah 14 14,14%
Total 99 100%
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa masalah kesehatan
tertingi pada usia anak sekolah yakni ISPA sebesar 46 (46,46%)
43

23. Informasi Kesehatan Yang Didapat Warga


Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Informasi Kesehatan Yang
Didapat Warga Di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo
Kecamatan Bangsal
No Jenis Informasi Kesehatan Frekuensi (f) Prosentase (%)
1. TV 146 44,1%
2. Internet 90 27,2%
3. Koran/Majalah 3 0.9%
4. Penyuluhan 71 21,5%
5. Tidak Ada 21 6,3%
Total 331 100%
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa hampir setengah


warga mendapat informasi kesehatan dari media TV sebesar 146
(44,1%) dan sangat sedikit warga yang mendapat informasi kesehatan
melalui penyuluhan kesehatan sebesar 71 (21,5%).
44

ANALISA DATA
1. Masalah Kesehatan Lansia
No Data Etiologi Masalah
.
1. DS : Ketidaktahuan Kurangnya
Para lansia mengatakan, mereka informasi akan kesadaran Lansia
melakukan pemeriksaan pentingnya posyandu dalammelakukan
kesehatan hanya saat sakit saja. lansia serta kurangnya pemeriksaan
DO : minat mengikuti kesehatan di dusun
Hasil angket menunjukkan posyandu Lansia. Tawangsari desa
lansia sebesar 90 lansia (59,3%). ngrowo.
Tidak melakukan pemeriksaan
secara rutin / tidak mengikuti
posyandu lansia.
2. DS : Pola makan Perilaku kesehatan
 Dari hasil wawancara dengan sembarangan serta cenderung beresiko
warga Dusun Tawangsari kurangnya motivasi dari meningkatnya
Desa Ngrowo kebanyakan keluarga. penyakit Hipertensi
lansia mengatakan memiliki pada Lansia di
penyakit Hipertensi (Darah dusun Tawangsari
Tinggi). desa Ngrowo
 Mayoritas Lansia
mengeluhkan sakit kepala
bagian belakang serta pusing.
DO :
 Hasil angket 26,32%
menunjukkan Lansia
mempunyai riwayat penyakit
Hipertensi (Darah Tinggi)
 Dari hasil Pemeriksaan
tekanan darah pada Lansia,
rata – rata memiliki tekanan
darah diatas 150/90 mmHg.
3. DS : Pola makan yang Perilaku Kesehatan
Para lansia mengatakan bahwa sembarangan, serta cenderung beresiko
mereka mengeluhkan sering gaya hidup yang salah meningkatnya
kesemutan pada daerah bagian penyakit kolestrol
tangan dan kaki pada Lansia di
DO : dusun Tawangsari
 Berdasarkan hasil angket desa Ngrowo
45

23,03% menunjukkan lansia


memiliki penyakit kolestrol
 Hasil pemeriksaan darah ,
lansia memiliki kadar
kolestrol yang tinggi ( > 200
mg/dL )
4. Ds : Kurangnya dukungan Ketidakefektifan
Mayoritas lansia mengeluhkan keluarga pemeliharaan
badannya sering lemas serta kesehatan pada
mempunyai riwayat kencing lansia dengan
manis yang sudah lama. diabetes mellitus di
DO : dusun tawangsari
Hasil penyebaran angket kepada desa ngrowo
lansia menunjukkan 19,74%
memiliki penyakit kencing
manis

5. DS : Kurangnya informasi Resiko peningkatan


Mayoritas Lansia sering tentang kesehatan , angka kejadian
mengeluh nyeri sendi , nyeri serta pola gaya hidup asam urat di dusun
dirasa semakin memberat saat yang salah tawangsari desa
mekakukan aktivitas ngrowo
DO :
 Hasil dari angket
menunjukkan 16,45% para
lansia menderita penyakit
asam urat.
 Dari pemeriksaan asam urat
pada lansia rata-rata diatas
nilai normal :
 perempuan ( > 6,7
mg/dL )
 Laki-laki ( > 7,2 mg/dL )
6. Ds : Kurangnya dukungan Ketidakefektifan
Ada 2 lansia yang mengalami keluarga pemeliharaan
srtoke dan lansia mengatakan kesehatan pada
kurangnya perhatian keluraga lansia dengan
dalam merawat stroke di dusun
DO : tawangsari desa
Hasil penyebaran angket kepada ngrowo
lansia stroke terdapat angka 1,31
% dengan jumlah 2 orang.
46

2. Masalah KIA
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Infeksi virus/bakteri, Resiko terjadinya batuk
 Dari hasil wawancara perilaku hidup yang pilek pada bayi dan balita
dengan warga Dusun tidak sehat,
Tawangsari Desa Ngrowo
mayoritas yang
mempunyai bayi atau
balita mengatakan kondisi
yang paling sering terjadi
pada balita adalah batuk
dan pilek
 Sebagian ibu di warga
Dusun Tawangsari Desa
Ngrowo yang mempunyai
bayi atau balita
mengatakan tidak tau
bagaimana cara perawatan
batuk pilek

DO :
 Berdasarkan hasil tabulasi
angket didapatkan hasil
47,3% balita di dusun
tawang saeri desa ngrowo
mengalami batuk pilek

2 DS : Kurangnya informasi Kurangnya pengetahuan


 Dari hasil wawancara pada diare tentang diare
dengan warga Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo
sebagaian besar balita
pernah mengalami diare

DO :
 Berdasarkan table tabulasi
angket didapatkan hasil
26,3 % bahwa balita di
dusun tawangsari Desa
47

ngerowo mengalami diare


3. DS : Kurangnya Resiko terjadinya wabah
 Dari hasil wawancara pengetahuan demam berdarah
Sebagian warga yang mengenai penyebab
pernah menderita DBD dan cara pencegahan
 Warga tidak pernah penyakit DBD
mendapatkan
penyuluhan tentang
DBD

DO :
Berdasarkan table tabulasi
angket didapatkan hasil 15,7 %
bahwa balita didesa tawangsari
pernah menderita DBD
4. DS : Kurangnya Kurangnya pengetahuan
Dari hasil wawancara dengan pengetahuan tentang kejang demam
warga Dusun Tawangsari Desa mengenai penyebab
Ngrowo mayoritas yang dan cara pencegahan
mempunyai bayi atau balita penyakit kejang
pernah mengalami kejang demam
demam
DO :
Berdasarkan table tabulasi
angket didapatkan hasil 10,5%
bahwa balita di dusun
tawangsari Desa ngerowo
mengalami kejang demam
5. DS : Ketidaktahuan Kurangnya pengetahuan ibu
Dari hasil wawancara beberapa informasi akan tentang pemberian ASI
ibu tidak memberikan ASI pentingnya ASI Eksklusif
Ekslutif pada bayinya karena Eksklutif bagi bayi
kurangnya informasi
DO :
Berdasarkan tabulasi masih ada
beberpa ibu yang tidak
memberikan ASI secara
eksklutif sebanyak 5 ibu
(13,2%).
6. DS : Ketidaktahuan Kurangnya kesadaran Ibu
Para ibu mengatakan hampir informasi akan dalam mengikuti posyandu
seluruhnya sudah aktif pentingnya posyandu balita kesehatan di dusun
mengikuti posyandu balita, balita Tawangsari desa ngrowo.
namun beberapa ibu tidak rutin
membawa anaknya
keposyandu karena kurangnya
48

informasi pentingnya posyandu


balita
DO :
Hasil angket menunjukkan ibu
dengan balita sebanyak 15,7%
Tidak melakukan pemeriksaan
secara rutin / tidak mengikuti
posyandu balita
7 DS : Kurangnya infomasi Kurangnya pengetahuan ibu
Dari hasil wawancara ibu mengenai senam hamil tentang manfaat
hamil tidak pernah melakukan hamil senam hamil
kegiatan senam hamil dan tidak
tau cara dan manfaatnya
DO :
Dari hasil tabulasi didaptkan
data ibu hamil sebesar 9
(1,6%).
49

3. Masalah Kesehatn Remaja

No Data Etiologi Masalah


.
1 Ds : Kurangnya Resiko terjadinya
 dari hasil wawancara pengetahuan akan beberapa dampak
dengan warga dusun bahaya merokok merokok bagi
tawangsari Desa Ngrowo kesehatan remaja
mengatakan sebagian di dusun
remaja laki -laki memiliki tawangsari
kebiasaan merokok
Do :
 berdasarkan tabel tabulasi
amgket di dapatkan hasil
75,7% remaja di Dusun
Tawangsari Desa ngrowo
memiliki kebiasaan
merokok
 berdasarkan observasi
terhadap remaja laki-laki
yang berkumpul pada
malam hari (nongkrong)
sebagian merokok
2. Ds: Kurangnya Kurangnya
 berdasarkan wawancara informasi tentang pengetahuan
dengan remaja dusun penyakit menular remaja dusun
tawangsari desa ngrowo seksual tawangsari desa
bahwa remaja tidak ngrowo tentang
mengetahui tentang penyakit menular
kesehatan reproduksi seksual

Do :
 berdasarkan hasil tabulasi
angket didapatkan 86,48%
remaja belum mengetahui
tentang penyakit menular
seksual
3. Ds : Kurangnya Kurangnya
 dari hasil wawancara informasi mengenai pengetahuan dan
50

dengan warga dusun pergaulan bebas kesadaran remaja


tawangsari Desa Ngrowo dusun tawangsari
mengatakan beberapa tentang pergaulan
remaja hamil diluar nikah bebas
 berdasarkan hasil
wawancara dengan warga
dusun tawangsari desa
ngrowo mayoritas remaja
sudah berpacaran

Do :
Berdasarkan hasil tabulasi
angket didapatkan hasil
8,1% remaja di dusun
tawangsari desa ngrowo
sudah berpacaran
4. Ds : Kurangnya Resiko terjadinya
 Berdasarkan wawancara pengetahuan akan beberapa dampak
dengan warga dusun bahaya alkohol alkohol bagi
tawangsari Desa Ngrowo kesehatan remaja
mengatakan beberapa di dusun
remaja pernah minum tawangsari
minuman ber alkohol

Do :
 berdasarkan hasil tabulasi
angket didapatkan 16,2%
pernah minum minuman
ber alkohol
51

4. Masalah Pada Anak Usia Sekolah


No DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Kurangnya manajamen Perilaku kesehatan
 Dari hasil wawancara dengan lingkungan (kebersihan beresiko
warga dusun Tawangsari lingkungan sekitar). meningkatnya
pada ibu yang mempunyai penyakit ISPA pada
anak usia sekolah anak usia sekolah di
mengatakan bahwa anaknya dusun Tawangsari
mengalami batuk pilek. desa Ngrowo.
 Sebagian ibu di dusun
Tawangsari yang mempunyai
anak usia sekolah
mengatakan tidak tau
bagaimana cara meanggani
atau perawatan batuk pilek
pada anaknya.
DO :
 Berdasarkan tabel tabulasi
didapatkan hasil bahwa
sebagian besar anak usia
sekolah mengalami batuk
pilek sebanyak 46,46%
 Beberapa warga dusun
Tawangsari memberikan
minuman herbal (kecap
manis dan dicampur dengan
jeruk nipis ) kemudian
diminumkan kepada
anaknya.
2. DS : Kurannya infprmasi Kurangnya
 Ibu yang mempunyai anak mengenai kebersihan pengetahuan tentang
usia sekolah mengatakan gigi pada gigi dan mulut. kebersihan gigi dan
anaknya berlubang dan ada mulut pada anak usia
yang berwarna hitam. sekolah di dusun
DO : Tawangsari desa
 Sebagian besar anak usia Ngrowo.
sekolah menggalami gigi
berlubang dan hitam. 18,18%

3. DS : Perilaku hidup tidak Perilaku kesehatan


 Ibu yang mempunyai anak sehat, jajanan yang tidak beresiko
usia sekolah di dusun sehat atau sembarangan. meningkatnya
52

Tawangsari mengatakan penyakit Diare pada


dalam sehari-hari anaknya anak usia sekolah di
sering mengkonsumsi jajanan dusun Tawangsari
yang tidak sehat dan juga desa Ngrowo
jarang melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah
makan atau minum. Sehingga
beberapa anak usia sekolah
mengalami diare
DO :
 Sebagian besar anak usia
sekolah sering mengalalami
diare sebanyak 21,21%
 Mayoritas anak usia sekolah
jarang melakukan cuci
tangan sebelum dan sesudah
mengkonsumsi makanan dan
minuman. Dan suka
mengkonsumsi jajanan tidak
sehat
53

5. Masalah Kesehatan Lingkungan


No DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS : Kurangnya informasi Kurangnya
 Dari hasil wawancara akan pentingnya pengetahuan dan
dengan warga Dusun perilaku hidup bersih kesadaran warga
Tawangsari Desa Ngrowo dan sehat Desa Ngrowo
pembuangan limbah Dusun Tawangsari
rumah tangga seperti air tentang perilaku
cuci piring maupun air hidup bersih dan
bekas mandi mengalir ke sehat
got/selokan
 Dari hasil wawancara
dengan warga Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo
mayoritas warga tidak
melakukan cuci tangan
sebelum makan
 Mayoritas warga
mengatakan tidak ada
perbedaan makan dengan
cuci tangan terlebih
dahulu atau tidak
 Dari hasil wawancara
mayoritas warga memiliki
kebiasan merokok
khususnya remaja

DO :
 Berdasarkan tabel tabulasi
didapatkan hasil bahwa
hampir seluruh penduduk
membuang air limbah di
got/selokan
 Mayoritas warga Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo
memiliki kebiasaan cuci
tangan yang salah yaitu
hanya dengan
menggunakan air saja
 Berdasarkan tabulasi
sebagian besar masyarakat
khususnya remaja
memiliki kebiasan
merokok
54

 Penyuluhan PHBS belum


dilakukan di Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo
2 DS : Kurangnya Resiko terjadinya
 Dari hasil wawancara pengetahuan wabah demam
dengan warga Dusun mengenai penyebab berdarah
Tawangsari Desa Ngrowo dan cara pencegahan
sebagian besar penyakit DBD
kemampuan warga dalam
mengenali secara dini
penyakit DBD kurang
baik
 Mayoritas warga
mengatakan kegiatan PSN
melalui gerakan 3M tidak
secara rutin dilakukan,
hanya kalau terjadi banyak
kasus
 Dari hasil wawancara
dengan warga Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo
mayoritas pembuangan
limbah rumah tangga
langsung mengalir ke
got/selokan didepan dan
samping rumah
 Dari hasil wawancara
sebagian warga
mengatakan sampah
rumah tangga
dikumpulkan dibelakang
rumah kemudian diangkut
oleh petugas kebersihan
dan dikelolah di TPA
tanpa dipilah terlebih
dahulu

DO :
 Mayoritas kemampuan
penduduk dalam
mencegah atau merawat
anggota keluarganya dari
penyakit DBD kurang
baik
 Sebagian besar warga
yang pernah menderita
55

DBD tidak pernah


dilakukan kunjungan
rumah oleh tenaga
Puskesmas
 Warga tidak pernah
mendapatkan penyuluhan
tentang DBD
 Dari hasil observasi ada
got didepan rumah warga
tanpa ada penutup dan
terlihat genangan air
 Pembuangan limbah
rumah tangga di
got/selokan
 Dari hasil observasi
sebagian warga memiliki
tempat penampungan air
yang terbuka (tanpa ada
penutup)
3 DS : Kurangnya informasi Resiko Pencemaran
 Dari hasil wawancara tentang pengelolahan Lingkungan
dengan warga di Dusun sampah rumah tangga
Tawangsari Desa Ngrowo dengan baik dan benar
tidak pernah ada kegiatan
kerja bakti/gotong royong
selama ± 1 tahun ini
 Sebagian besar warga
mengatakan sampah
dibuang dibelakang rumah
dan dikumpulkan oleh
petugas kebersihan untuk
dikelolah di TPA

DO :
 Mayoritas warga Dusun
Tawangsari Desa Ngrowo
mengelolah sampah rumah
tangga dengan cara
dibakar dan dikumpulkan
di TPA
 Hasil observasi mayoritas
warga dalam membuang
sampah tidak dilakukan
pemilahan (semua
dijadikan satu)
56

SKORING

1. Skoring Masalah Lansia

No Masalah Besarnya Kesadaran Sumber Skor Prioritas


Kesehatan Masalah Masyarakat daya
untuk yang
Merubah tersedia
Lansia
1 Kurangnya 5 3 2 10 1
kesadaran Lansia
dalammelakukan
pemeriksaan
kesehatan di dusun
Tawangsari desa
ngrowo
2 Perilaku kesehatan 4 3 2 9 2
cenderung beresiko
meningkatnya
penyakit Hipertensi
pada Lansia di
dusun Tawangsari
desa Ngrowo
3 Perilaku kesehatan 3 3 2 8 3
cenderung beresiko
meningkatnya
penyakit kolestrol
pada Lansia di
dusun Tawangsari
desa Ngrowo
4 Ketidakefektifan 3 2 2 7 4
pemeliharaan
kesehatan pada
57

lansia dengan
diabetes mellitus di
dusun tawangsari
desa ngrowo
5 Resiko peningkatan 2 1 3 6 5
angka kejadian asam
urat di dusun
tawangsari desa
ngrowo
6 Ketidakefektifan 2 1 2 5 6
pemeliharaan
kesehatan pada
lansia dengan stroke
di dusun tawangsari
desa ngrowo

2. Skoring Masalah KIA


No Masalah Besarnya Kesadaran Sumber Skor Prioritas
Kesehatan Masalah Masyarakat daya
58

untuk yang
Merubah tersedia
KIA
1 Resiko terjadinya 5 3 2 10 1
batuk pilek pada
bayi dan balita
2 Kurangnya 4 3 2 9 2
pengetahuan ibu
tentang diare pada
balita

3 Kurangnya 3 3 1 8 3
pengetahuan ibu
tentang kejang
demam pada balita
4 Resiko terjadinya 3 2 2 7 4
wabah demam
berdarah pada balita
5 Kurangnya 2 2 2 6 5
pengetahuan ibu
tentang pemberian
ASI Eksklusif pada
balita
6 Kurangnya 2 2 1 5 6
kesadaran Ibu dalam
mengikuti posyandu
balita kesehatan di
dusun Tawangsari
desa ngrowo.
7 Kurangnya 1 2 1 4 7
pengetahuan ibu
hamil tentang
manfaat senam
hamil

3. Skoring Masalah Remaja

No. Masalah Besarnya Kesadaran Sumber Skor prioritas


59

Kesehatan masalah masyarakat daya yang


untk tersedia
merubah
1. Resiko
terjadinya
bebrapa
dampak
merokok bagi 5 2 3 10 1
kesehatan
remaja di
dusun
tawangsari
2. Kurangnya
pengetahuan
remaja dusun
tawangsari
desa ngrowo 4 3 2 9 2
tentang
penyakit
menular
seksual
3. Kurangnya
pengetahuan
dan kesadaran
remaja dusun
3 3 2 8 3
tawangsari
tentang
pergaulan
bebas
4. Resiko 3 2 2 7 4
terjadinya
beberapa
60

dampak
alkohol bagi
kesehatan
remaja di
dusun
tawangsari

4. Skoring Masalah AUS


No Masalah Besarnya
Kesadaran Sumber Skor Prioritas
Kesehatan Masalah
Masyarakat Daya
untuk yang
Merubah Tersedia
Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah
61

1. Perilaku 5 4 3 12 1
kesehatan
beresiko
meningkatnya
penyakit ISPA
pada anak usia
sekolah di
dusun
Tawangsari
desa Ngrowo.

2. Kurangnya 3 3 4 10 2
pengetahuan
tentang
kebersihan gigi
dan mulut pada
anak usia
sekolah di
dusun
Tawangsari
desa Ngrowo.
3. Perilaku 3 2 3 8 3
kesehatan
beresiko
meningkatnya
penyakit Diare
pada anak usia
sekolah di
dusun
Tawangsari
desa Ngrowo

5. Skoring Masalah Kesehatan Lingkungan

No Masalah Besarnya Kesadaran Sumber Skor Prioritas


Kesehatan Masalah Masyarakat daya
untuk yang
Merubah tersedia
62

Kesehatan Lingkungan
1 Kurangnya 5 3 2 10 1
pengetahuan dan
kesadaran warga
Desa Ngrowo
Dusun Tawangsari
tentang perilaku
hidup bersih dan
sehat
2 Resiko terjadinya 4 3 2 9 2
wabah demam
berdarah
3 Resiko Pencemaran 3 3 1 8 3
Lingkungan

DIAGNOSA KEPERWATAN KOMUNITAS

1. Kurangnya kesadaran Lansia dalammelakukan pemeriksaan kesehatan di


dusun Tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan ketidaktahuan informasi
63

akan pentingnya posyandu lansia serta kurangnya minat mengikuti posyandu


Lansia
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko meningkatnya penyakit Hipertensi
pada Lansia di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan Pola
makan sembarangan serta kurangnya motivasi dari keluarga.
3. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko meningkatnya penyakit kolestrol pada
Lansia di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan Pola makan
yang sembarangan, serta gaya hidup yang salah
4. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia dengan diabetes
mellitus di dusun tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan Kurangnya
dukungan keluarga
5. Resiko peningkatan angka kejadian asam urat di dusun tawangsari desa
ngrowo berhubungan dengan Kurangnya informasi tentang kesehatan , serta
pola gaya hidup yang salah
6. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia dengan stroke di dusun
tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan Kurangnya dukungan keluarga
7. Resiko terjadinya batuk pilek pada bayi dan balita berhubungan dengan
Infeksi virus/bakteri, perilaku hidup yang tidak sehat
8. Kurangnya pengetahuan ibu tentang diare pada balita berhubungan dengan
Kurangnya informasi
9. Resiko terjadinya wabah demam berdarah pada balita berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan mengenai penyebab dan cara pencegahan penyakit
DBD
10. Kurangnya pengetahuan tentang kejang demam berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan mengenai penyebab dan cara pencegahan penyakit
kejang demam
11. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif berhubungan
dengan Ketidaktahuan informasi akan pentingnya ASI Eksklutif bagi bayi
12. Kurangnya kesadaran Ibu dalam mengikuti posyandu balita kesehatan di
dusun Tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan Ketidaktahuan
informasi akan pentingnya posyandu balita
64

13. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil berhubungan dengan
Kurangnya infomasi mengenai manfaat senam hamil
14. Resiko terjadinya beberapa dampak merokok bagi kesehatan remaja di dusun
tawangsari berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan akan bahaya
merokok
15. Kurangnya pengetahuan remaja dusun tawangsari desa ngrowo tentang
penyakit menular seksual berhubungan dengan Kurangnya informasi tentang
penyakit menular seksual
16. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran remaja dusun tawangsari tentang
pergaulan bebas berhubungan dengan Kurangnya informasi mengenai
pergaulan bebas
17. Resiko terjadinya beberapa dampak alkohol bagi kesehatan remaja di dusun
tawangsari berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan akan bahaya
alcohol
18. Perilaku kesehatan beresiko meningkatnya penyakit ISPA pada anak usia
sekolah di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan Kurangnya
manajamen lingkungan (kebersihan lingkungan sekitar).
19. Kurangnya pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut pada anak usia
sekolah di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan Kurannya
infprmasi mengenai kebersihan pada gigi dan mulut.
20. Perilaku kesehatan beresiko meningkatnya penyakit Diare pada anak usia
sekolah di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan Perilaku
hidup tidak sehat, jajanan yang tidak sehat atau sembarangan.
21. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga Desa Ngrowo Dusun
Tawangsari tentang perilaku hidup bersih dan sehat berhubungan dengan
Kurangnya informasi akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
22. Resiko terjadinya wabah demam berdarah berhubungan dengan Kurangnya
pengetahuan mengenai penyebab dan cara pencegahan penyakit DBD
23. Resiko Pencemaran Lingkungan berhubungan dengan Kurangnya informasi
tentang pengelolahan sampah rumah tangga dengan baik dan benar
65

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Pokja Masalah Kesehatan Rencana Kegiatan Waktu Tempat Penanggung


Pelaksanaan Jawab
Pokja Lansia Kurangnya kesadaran Memberikan Minggu, 22 Maret Balai Dusu Kepala Dusun
Lansia dalam motivasi pada lansia 2020
melakukan (Kegiatan gerakan
pemeriksaan kesehatan lansia sehat)
di dusun Tawangsari Posyandu Lansia
desa ngrowo
Perilaku kesehatan Penyuluhan Senin, 09 Maret Salah Satu Rumah Kader Posyandu
cenderung beresiko Hipertensi 2020 Warga Lansia
meningkatnya penyakit
Hipertensi pada Lansia Pelatihan Kader Selasa, 17 Maret Door to Door pada Kepala Dusun
di dusun Tawangsari tentang hipertensi 2020 kader
desa Ngrowo dan cara pengukuran
tekanan darah
Ketidakefektifan Penyuluhan DM Kamis, 19 Maret Salah Satu Rumah Kader Posyandu
pemeliharaan 2020 Warga Lansia
kesehatan pada lansia Penyuluhan pada Senin, 30 Maret Door to Door pada Kepala Dusun
dengan diabetes keluarga dengan 2020 Keluarga dengan
mellitus di dusun lansia DM lansia DM
tawangsari desa Senam Diabetes Minggu, 22 Maret Balai Dusun Kepala Dusun
ngrowo Melitus 2020
Perilaku Kesehatan Penyuluhan Kamis, 03 April Salah Satu Rumah Kader Posyandu
cenderung beresiko Kolesterol 2020 Warga Lansia
meningkatnya penyakit
kolestrol pada Lansia
66

di dusun Tawangsari
desa Ngrowo
berhubungan dengan
Pola makan yang
sembarangan, serta
gaya hidup yang salah
Resiko peningkatan Penyuluhan Asam Kamis, 12 Maret Salah Satu Rumah Kader Posyandu
angka kejadian asam Urat 2020 Warga Lansia
urat di dusun Senam ergonomik Jumat, 13 Maret Depan Basecam Kader Posyandu
tawangsari desa untuk lansia asam 2020 Perempuan Lansia
ngrowo urat
Ketidakefektifan Penyluhan Stroke Kamis, 26 Maret Salah Satu Rumah Kader Posyandu
pemeliharaan 2020 Warga Lansia
kesehatan pada lansia Home care cara Sabtu, 28 Maret Door to Door pada Kepala Dusun
dengan stroke di dusun perawatan pada 2020 Keluarga dengan
tawangsari desa lansia stroke dan lansia stroke
ngrowo berhubungan memotivasi keluarga
dengan Kurangnya
dukungan keluarga

Pokja KIA Resiko terjadinya batuk Penyuluhan ISPA Senin, 30 Maret Rumah Pak Jono Kader KIA
pilek pada bayi dan pada balita 2020
RW 01 RT 03
balita
(basecamp)
Kurangnya Penyuluhan Diare Jumat, 20 Maret Rumah Pak Jono Kader KIA
pengetahuan tentang pada balita
2020 RW 01 RT 03
diare pada balita
(basecamp)
67

Kurangnya Penyuluhan kejang Kamis, 12 Maret Rumah Pak Jono Kader KIA
pengetahuan ibu demam pada ibu 2020
RW 01 RT 03
tentang kejang demam balita
pada balita (basecamp)
Resiko terjadinya Penyuluhan Demam Selasa, 31 maret Rumah Pak Jono Kader KIA
wabah demam berdarah Berdarah 2020
RW 01 RT 03
pada balita
(basecamp)
Kurangnya Penyuluhan ASI Selasa, 17 Maret Rumah Pak Jono Kader KIA
pengetahuan ibu Eksklutif 2020
RW 01 RT 03
tentang pemberian ASI
Eksklusif berhubungan (basecamp)
dengan Ketidaktahuan
informasi akan
pentingnya ASI
Eksklutif bagi bayi
Kurangnya kesadaran Penyuluhan Rabu, 25 Maret Rumah Pak Jono Kader KIA
Ibu dalam mengikuti imunisasi 2020
RW 01 RT 03
posyandu balita
kesehatan di dusun (basecamp)
Tawangsari desa
ngrowo berhubungan
dengan Ketidaktahuan
informasi akan
pentingnya posyandu
balita
Kurangnya Senam Hamil Jumat, 03 April Depan Rumah Pak Kepala Dusun
pengetahuan ibu hamil 2010 Jono RW 01 RT
68

tentang senam hamil 03 (basecamp)


berhubungan dengan
Kurangnya infomasi
mengenai manfaat
senam hamil
Pokja Remaja Resiko terjadinya Penyuluhan Rabu, 18 Maret Rumak Pak Jono Pokja Remaja
bebrapa dampak Merokok 2020 RW 01 RT 03
merokok bagi (basecamp)
kesehatan remaja di
dusun tawangsari
Kurangnya Penyuluhan tentang Kamis, 12 Maret Rumak Pak Jono Pokja Remaja
pengetahuan remaja Penyakit Menular 2020 RW 01 RT 03
dusun tawangsari desa Seksual (basecamp)
ngrowo tentang
penyakit menular
seksual
Kurangnya Penyuluhan dan Rabu, 11 Maret Rumak Pak Jono Pokja Remaja
pengetahuan dan nonton bersama 2020 RW 01 RT 03
kesadaran remaja tentang pergaulan (basecamp)
dusun tawangsari bebas
tentang pergaulan Jalan Sehat Sabtu, 11 April Balai Dusun Kepala Dusun
bebas 2020
Resiko terjadinya Penyuluhan miras Rabu, 25 Maret Rumak Pak Jono Pokja Remaja
beberapa dampak (alkohol) 2020 RW 01 RT 03
alkohol bagi kesehatan (basecamp)
remaja di dusun
tawangsari
69

Pokja AUS Perilaku kesehatan Penyuluhan tentang Selasa, 24 Maret Sekolahan SDN II Kepala Sekolah
beresiko meningkatnya ISPA 2020 Ngrowo
penyakit ISPA pada
anak usia sekolah di
dusun Tawangsari desa
Ngrowo.

Kurangnya -Penyuluhan tentang Kamis, 19 Maret Sekolahan SDN II Kepala Sekolah


pengetahuan tentang kebersihan gigi dan 2020 Ngrowo
kebersihan gigi dan mulut.
mulut pada anak usia -Penyuluhan
sekolah di dusun menggosok gigi
Tawangsari desa dengan benar.
Ngrowo.
Perilaku kesehatan Penyuluhan Tentang Selasa, 17 Maret TPQ Ar-Rahmah Ketua TPQ Ar-
beresiko meningkatnya Diare 2020 Dusun Tawangsari Rahmah.
penyakit Diare pada Penyuluhan tentang Selasa, 10 Maret TPQ Ar-Rahmah Ketua TPQ Ar-
anak usia sekolah di Jajanan Sehat 2020 Dusun Tawangsari Rahmah.
dusun Tawangsari desa
Ngrowo
Pokja Kurangnya Penyuluhan tentang Sabtu, 14 Maret Salah satu rumah Kader Kesling
Kesehatan pengetahuan dan cuci tangan RW 01 2020 warga RW 01
Lingkungan kesadaran warga Desa
Ngrowo Dusun
Tawangsari tentang Penyuluhan tentang Minggu, 15 Maret TPQ ArRahmah Ketua TPQ Ar-
70

perilaku hidup bersih PHBS di TPQ 2020 dusun Tawangsari. Rahmah.


dan sehat 1. Penyuluhan Senin, 16 Maret Salah satu rumah Kader Kesling
tentang PHBS 2020 warga RW 02
di masyarakat
2. Penyuluhan
tentang cuci
tangan RW 02
1. Penyuluhan Kamis, 19 Maret Salah satu rumah Kader Kesling
tentang etika 2020 warga RW 01
merokok
Penyuluhan tentang Jumat, 20 Maret Balai dusun Kader Kesling
jamban sehat 2020 Tawangsari
Penyuluhan tentang Minggu, 22 Maret Sekolahan SDN II Kepala Sekolah
PHBS di Sekolah 2020 Ngrowo. SDN II Ngrowo
Penyuluhan tentang Senin, 23 Maret TPQ ArRahmah Ketua TPQ Ar-
cuci tangan di TPQ 2020 dusun Tawangsari. Rahmah.
Penyuluhan tentang Rabu, 25 Maret Salah satu rumah Kader Kesling
rumah sehat 2020 warga RT 03
Penyuluhan tentang Kamis, 26 Maret Sekolahan SDN II Kepala Sekolah
cuci tangan di 2020 Ngrowo. SDN II Ngrowo
sekolah
Resiko terjadinya Penyuluhan tentang Sabtu, 21 Maret Balai dusun Kader Kesling
wabah demam berdarah DBD 2020 Tawangsari

Kegiatan PSN Sabtu Minggu, 28 Door To Door Kader Kesling


& 29Maret 2020 rumah warga RW
01
71

Kegiatan PSN Senin Selasa 30 & Door To Door Kader Kesling


31 Maret 2020 rumah warga RW
02
Resiko Pencemaran Kerja Bakti Minggu, 15 Maret RW 01 Dusun Kepala Dusun
Lingkungan 2020 Tawangsari
Kerja Bakti Minggu, 22 Maret RW 02 Dusun Kepala Dusun
2020 Tawangsari
Penyuluhan Kamis, 26 Maret Balai dusun Kader Kesling
pemilahan sampah 2020 Tawangsari
Kerja Bakti Minggu, 29 Maret Balai dusun Kepala Dusun
2020 Tawangsari
Tawangsari Bestari Sabtu, 11 April Balai dusun Kepala Dusun
2020 Tawangsari
BAB 4
PEMBAHASAN

Praktik komunitas di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan


Bangsal Kabupaten Mojokerto yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi
Profesi Ners STIKes BINA SEHAT PPNI Angkatan tahun 2020 adalah salah satu
program untuk mengaplikasikan konsep keperawatan komunitas dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas sebagai dasar ilmiah.
Upaya pendidikan untuk mencetak seorang perawat yang professional,
mandiri dan mempunyai kompetensi sesuai dengan yang diinginkan dapat
dilakukan dengan menerapkan konsep tersebut melalui Praktik Klinik
keperawatan komunitas di Dusun Tawangsari Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal
Kabupaten Mojokerto. Praktik Klinik dimulai tanggal 02 Maret 2020 sampai 11
April 2020 dengan melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan permasalahan
yang ditemukan. Berikut ini pembahasan yang akan diuraikan berkisar tentang
praktek keperawatan komunitas, keluarga, gerontik dan kesehatan jiwa
masyarakat.
4.1 Praktik Klinik Keperawatan Komunitas
Praktik klinik keperawatan komunitas di awali dengan persiapan
dari kampus sampai dengan pelaksanaan di lapangan. Pada tahap
persiapan di lakukan pembekalan dari pembimbing Akademik komunitas
tentang peraturan-peraturan bagi mahasiswa praktik dari tugas/kompetensi
yang harus di selesaikan oleh mahasiswa. Kendala yang kami hadapi
berdasarkan pembekalan yang di terima masih belum optimal dapat di
manfaatkan dan di terapkan di lapangan, sehingga terdapat perubahan-
perubahan dan muncul strategi-stategi baru dari mahasiswa untuk dapat
menerapkan konsep keperawatan kesehatan masyarakat.

74
75

4.1.1 Pengkajian
1.6.1 Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data kesehatan
komunitas. Pada pengkajian ini dilakukan pengumpulan data kesehatan
komunitas dengan menggunakan kuesioner dengan materi pertanyaan
berdasarkan konsep Betty Newman dan telah dikonsultasikan ke
pembimbing komunitas akademik serta disesuaikan dengan lembar
pengkajian dari hasil Winshield Survey.
Setelah format pengkajian siap, maka penanggung jawab masing-
masing RT langsung dilakukan pengumpulan data, yaitu dengan melakukan
kerja sama dengan ketua RT serta kader kesehatan di daerah tersebut.
(format pengkajian terlampir).
Dari pengumpulan data didapatkan bahwa rata-rata warga merupakan
kebanyakan warga Dusun Tawangsari RW. 01 & 02, dari warga Tawangsari
sebagian besar pekerja swasta. Mahasiswa tidak menemukan kendala berarti
di masyarakat, karena respon yang diberikan warga Dusun Tawangsari RW.
01 & 02 sangat baik, dibuktikan dengan perhatian dari warga terhadap
keberadaan mahasiswa beserta program-programnya, sehingga keseluruhan
proses pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan baik dan cepat.
Strategi yang digunakan saat pengumpulan data adalah kerja sama
dengan perangkat desa dan kader-kader Dusun Tawangsari RW 01 & 02
yaitu dengan melakukan program kunjungan dari rumah ke rumah ( door to
door ) sehingga kedatangan dari mahasiswa dapat membaur dengan warga
Dusun Tawangsari RW 01 & 02.
Dari pengkajian di dapatkan masalah kesehatan yang di rasakan
masyarakat meliputi :
1. Kurangnya kesadaran Lansia dalam melakukan pemeriksaan kesehatan
di dusun Tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan ketidaktahuan
informasi akan pentingnya posyandu lansia serta kurangnya minat
mengikuti posyandu Lansia
76

2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko meningkatnya penyakit


Hipertensi pada Lansia di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan
dengan Pola makan sembarangan serta kurangnya motivasi dari
keluarga.
3. Perilaku Kesehatan cenderung beresiko meningkatnya penyakit
kolestrol pada Lansia di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan
dengan Pola makan yang sembarangan, serta gaya hidup yang salah
4. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia dengan diabetes
mellitus di dusun tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan
Kurangnya dukungan keluarga
5. Resiko peningkatan angka kejadian asam urat di dusun tawangsari desa
ngrowo berhubungan dengan Kurangnya informasi tentang kesehatan ,
serta pola gaya hidup yang salah
6. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia dengan stroke di
dusun tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan Kurangnya
dukungan keluarga
7. Resiko terjadinya batuk pilek pada bayi dan balita berhubungan dengan
Infeksi virus/bakteri, perilaku hidup yang tidak sehat
8. Kurangnya pengetahuan ibu tentang diare pada balita berhubungan
dengan Kurangnya informasi
9. Resiko terjadinya wabah demam berdarah pada balita berhubungan
dengan Kurangnya pengetahuan mengenai penyebab dan cara
pencegahan penyakit DBD
10. Kurangnya pengetahuan tentang kejang demam berhubungan dengan
Kurangnya pengetahuan mengenai penyebab dan cara pencegahan
penyakit kejang demam
11. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pemberian ASI Eksklusif
berhubungan dengan Ketidaktahuan informasi akan pentingnya ASI
Eksklutif bagi bayi
77

12. Kurangnya kesadaran Ibu dalam mengikuti posyandu balita kesehatan


di dusun Tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan Ketidaktahuan
informasi akan pentingnya posyandu balita
13. Kurangnya pengetahuan ibu hamil tentang senam hamil berhubungan
dengan Kurangnya infomasi mengenai manfaat senam hamil
14. Resiko terjadinya beberapa dampak merokok bagi kesehatan remaja di
dusun tawangsari berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan akan
bahaya merokok
15. Kurangnya pengetahuan remaja dusun tawangsari desa ngrowo tentang
penyakit menular seksual berhubungan dengan Kurangnya informasi
tentang penyakit menular seksual
16. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran remaja dusun tawangsari
tentang pergaulan bebas berhubungan dengan Kurangnya informasi
mengenai pergaulan bebas
17. Resiko terjadinya beberapa dampak alkohol bagi kesehatan remaja di
dusun tawangsari berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan akan
bahaya alcohol
18. Perilaku kesehatan beresiko meningkatnya penyakit ISPA pada anak
usia sekolah di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan
Kurangnya manajamen lingkungan (kebersihan lingkungan sekitar).
19. Kurangnya pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut pada anak
usia sekolah di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan
Kurannya infprmasi mengenai kebersihan pada gigi dan mulut.
20. Perilaku kesehatan beresiko meningkatnya penyakit Diare pada anak
usia sekolah di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan
Perilaku hidup tidak sehat, jajanan yang tidak sehat atau sembarangan.
21. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga Desa Ngrowo Dusun
Tawangsari tentang perilaku hidup bersih dan sehat berhubungan
dengan Kurangnya informasi akan pentingnya perilaku hidup bersih
dan sehat
78

22. Resiko terjadinya wabah demam berdarah berhubungan dengan


Kurangnya pengetahuan mengenai penyebab dan cara pencegahan
penyakit DBD
23. Resiko Pencemaran Lingkungan berhubungan dengan Kurangnya
informasi tentang pengelolahan sampah rumah tangga dengan baik dan
benar
Dari masalah yang di temukan mahasiswa, maka di kembalikan kepada
masyarakat untuk di analisa lebih lanjut. Perumusan masalah antara
masalah mahasiswa dan warga hampir tidak mengalami kesulitan yang
berarti, karena masyarakat telah menyadari pentingnya kesehatan dalam
hidup mereka. Kegiatan berjalan sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan untuk membahas data sampai merumuskan dan menemukan
kesepakatan rencana penyelesaian dari permasalahan yang ada.
4.1.2 Penentuan Prioritas Masalah
Melalui analisa masalah, dapat di rumuskan permasalahan
kesehatan warga, melalui penentuan prioritas masalah atas dasar urgenitas
dari masalah. Berdasarkan diskusi di Pra MMD 2 dan MMD 2 dan di
dahului dengan presentasi data kesehatan masyarakat setempat, maka di
tentukan prioritas masalah kesehatan sebagai berikut :
a. Kurangnya kesadaran Lansia dalam melakukan pemeriksaan
kesehatan di dusun Tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan
ketidaktahuan informasi akan pentingnya posyandu lansia serta
kurangnya minat mengikuti posyandu Lansia
b. Resiko terjadinya batuk pilek pada bayi dan balita berhubungan
dengan Infeksi virus/bakteri, perilaku hidup yang tidak sehat
c. Resiko terjadinya beberapa dampak merokok bagi kesehatan remaja di
dusun tawangsari berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan akan
bahaya merokok
d. Perilaku kesehatan beresiko meningkatnya penyakit ISPA pada anak
usia sekolah di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan
Kurangnya manajamen lingkungan (kebersihan lingkungan sekitar).
79

e. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga Desa Ngrowo Dusun


Tawangsari tentang perilaku hidup bersih dan sehat berhubungan
dengan Kurangnya informasi akan pentingnya perilaku hidup bersih
dan sehat

Penentuan prioritas masalah ini tidak menemukan kesulitan berarti,


hal ini di karenakan warga dan petugas kesehatan setempat ikut
berpartisipasi aktif dalam menentukan masalah kesehatan paling utama
yang di alami oleh warga sekitar. Sehingga kegiatan dapat berjalan dengan
lancar dan kegiatan dapat dikatakan telah berhasil.

4.1.3 Perencanaan
Rencana kegiatan yang berhubungan dengan permasalahan
kesehatan juga telah di bahas dalam kegiatan MMD 2
1. Kurangnya kesadaran Lansia dalam melakukan pemeriksaan
kesehatan di dusun Tawangsari desa ngrowo berhubungan dengan
ketidaktahuan informasi akan pentingnya posyandu lansia serta
kurangnya minat mengikuti posyandu Lansia

KEGIATAN WAKTU TEMPAT


PELAKSANAAN
1. Memberikan motivasi pada Minggu, 22 Maret Balai Dusun
lansia (Kegiatan gerakan 2020
lansia sehat)

2. Posyandu Lansia Minggu, 22 Maret Balai Dusun


2020

2. Resiko terjadinya batuk pilek pada bayi dan balita berhubungan


dengan Infeksi virus/bakteri, perilaku hidup yang tidak sehat
80

KEGIATAN WAKTU TEMPAT


PELAKSANAAN
1. Penyuluhan ISPA pada balita Senin, 30 Maret Rumah Pak
2020 Jono RW 01
RT 03
(basecamp)

3. Resiko terjadinya beberapa dampak merokok bagi kesehatan


remaja di dusun tawangsari berhubungan dengan Kurangnya
pengetahuan akan bahaya merokok

KEGIATAN WAKTU TEMPAT


PELAKSANAAN
1. Penyuluhan Merokok Rabu, 18 Maret Rumah Pak
2020 Jono RW 01
RT 03
(basecamp)

4. Perilaku kesehatan beresiko meningkatnya penyakit ISPA pada anak


usia sekolah di dusun Tawangsari desa Ngrowo berhubungan dengan
Kurangnya manajamen lingkungan (kebersihan lingkungan sekitar).

WAKTU
KEGIATAN TEMPAT
PELAKSANAAN
1. Penyuluhan tentang ISPA Selasa, 24 Maret 2020 Sekolahan SDN II
Ngrowo

5. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran warga Desa Ngrowo Dusun


Tawangsari tentang perilaku hidup bersih dan sehat berhubungan
dengan Kurangnya informasi akan pentingnya perilaku hidup bersih
dan sehat
81

WAKTU
KEGIATAN TEMPAT
PELAKSANAAN
1. Penyuluhan tentang cuci Sabtu, 14 Maret Salah satu
tangan RW 01 2020 rumah
warga RW
01
2. Penyuluhan tentang PHBS Minggu, 15 Maret Balai
2020 Dusun
Tawangsari

4.1.4 Pelaksanaan
1.6.2 Pelaksanaan rencana tindakan di mulai sejak tanggal 2
Maret 2020 – 11 April 2020 dengan metode melibatkan peran serta
seluruh masyarakat secara aktif yang di motori oleh pokjakes untuk
melaksanakan rencana yang telah di susun bersama. Keterlibatan Pokjakes
ini sangat membantu untuk melakukan koordinasi dengan masing-masing
RT. Sebagian besar kegiatan di laksanakan secara bersama antara
mahasiswa, Pokjakes, RT, karang taruna dan kader kesehatan. Hanya pada
kegiatan pemberian materi penyuluhan, di lakukan oleh penanggung jawab
kegiatan dari mahasiswa.
Dari permasalahan yang ada rencana tindakan ( program kerja ) yang telah
di laksanakan adalah :
1. Posyandu balita
2. Posyandu lansia
3. Senam lansia
4. Kerja bakti
5. Pennyuluhan Kesehatan Lingkungan
6. Penyuluhan PHBS
7. Penyuluhan cara cuci tangan yang baik dan benar
8. Penyuluhan hipertensi
9. Penyuluhan bahaya merokok
82

10. Pemberian Bak sampah

4.1.5 Evaluasi
Kegiatan evaluasi di laksanakan pada minggu terakhir yaitu
tanggal 11 April 2020. Penyajian hasil evaluasi di lakukan saat MMD 3
yang di laksanakan pada tanggal 9 April 2020 Evaluasi di lakukan
bersama antara mahasiswa dengan warga pada saat MMD 3. Dari sudut
pandang mahasiswa kegiatan praktik klinik keperawatan komunitas dan
keluarga di katakan berhasil dengan bukti partisipasi dan respon positif
warga, Pokjakes Dusun Tawangsari yang terus semangat dalam
melaksanakan program-programnya demi meningkatkan warga tentang
kesehatan dan status kesehatan warga Dusun Tawangsari
BAB 5
PENUTUP
2 5.1 Kesimpulan
Praktik klinik keperawatan komunitas yang di laksanakan mahasiswa
program studi Profesi Ners STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto kelompok 2
merupakan suatu program profesi untuk mengaplikasikan konsep
keperawatan kesehatan masyarakat dengan menggunakan proses keperawatan
masyarakat sebagai suatu pendekatan ilmiah.
Terdapat kegiatan yang di lakukan dalam praktik klinik keperawatan
komunitas yaitu praktik klinik keperawtan komunitas itu sendiri, pelaksanaan
ketiga praktik klinik tersebut tidak meninggalkan konsep proses keperawatan
yaitu pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi kegiatan yang
terstruktur. Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di Dusun
Tawangsari RW 01 & 02 Desa Ngrowo Kecamatan Bangsal Kabupaten
Mojokerto, ditemukan beberapa masalah kesehatan yang bersumber dari
banyak faktor internal maupun eksternal yang menjadi penyebab munculnya
masalah-masalah kesehatan di dusun tersebut.
Pendekatan dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas adalah
pendekatan proses keperawatan yang meliputi empat tahap yaitu pengkajian,
perencanaan, tindakan dan evaluasi yang dilaksanakan secara integral dan
komprehensif dalam meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal
masalah kesehatannya dan mampu menciptakan berbagai alternatif dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatannya.
Dari ke empat tahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik oleh
mahasiswa bersama dengan pokja kesehatan masyarakat warga Dusun
Tawangsari RW 01 & 02 dalam pelaksanaannya tidak lepas dari hambatan
dan segala kekurangan, akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan baik
tanpa mengganggu aktifitas praktik profesi.
Secara garis besar keberhasilan praktik klinik keperawatan komunitas
yang di lakukan oleh mahasiswa mempunyai tingkat keberhasilan 95 %
dengan tingkat antusiasme warga, peran serta aktif dan bantuan dari berbagai

83
84

pihak. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pengetahuan warga


tentang kesehatannya , keikutsertaan warga untuk meningkatkan status
kesehatan dan memahami tentang beberapa penyakit yang sering di derita
oleh warga.

3 5.2 Saran
Demi kesuksesan dan keberlangsungan praktik klinik keperawatan
komunitas dan perkembangan keperawatan sendiri maka di sarankan :
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa yang akan melaksanakan praktek klinik maupun praktik
profesi komunitas hendaknya mempersiapkan segala keperluan sebelum
praktik berlangsung, misalkan persiapan segala format, undangan,
bahan membuat askep komunitas, pengorganisasian. Selain daripada itu
komitmen dan kekompakan tim harus benar-benar terjaga baik sampai
praktik berakhir.
2. Bagi Institusi
Hasil praktek komunitas ini sebagai salah satu media tolak ukur
keberhasilan metode pengajaran keperawatan komunitas dan dasar guna
perbaikan sistem pembelajaran untuk mempersiapkan calon tenaga
medis terlatih dan profesional.
3. Bagi Masyarakat
Hasil praktik komunitas ini sebagai gambaran dan pelajaran
sehingga diharapkan semua warga dan juga perangkat dusun dan desa
bahu membahu mengambil keputusan menyelesaikan permasalahan
lingkungan warga. Selain hal tersebut diatas diharapkan dapat
melanjutkan program yang telah dilaksanakan selama praktek
komunitas.
85

DAFTAR PUSTAKA

Ananto, Purnomo. 2006 Jakarta : Departemen Kesehatan.


Azrul,Aswar.2000.Keperawatan Kesehatan Komunitas, Jakarta : EGC
Azwar, 2007, (http://Pontianak Post.htm),Seni Bercinta, Diakses 01 Maret 2011.
Departemen Kesehatan RI. 1990. Konsep Perawatan Masyarakat. Jakarta.
Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di
Sekolah.Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Depkes.
Effendy Nasrul. 1992. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Henderson, M.A. 1997. Ilmu Bedah Untuk Perawat. Yogyakarta: Yayasan
Essentia Medika.
Hembing.1998.Manfaat obat toga.Jakarta: EGC
http.ritongafarmasi.blogspot.com.ilmu-kesehatan-masyarakat.13 Mei 2013
http.www.Definisi keperawatan komunitas.com.10 Mei 2012
http.www.definisi mandi cuci kakus.co.id.20 Mei 2012
http.www.Keperawatan Komunitas.com 20 Mei 2012
http:www.keperawatan komunitas.com.Panduan Praktek komunitas.09 Mei 2012.
Iqbal, Wahid. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Pranata, S.T. 2014. Herbal TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Yogyakarta:
Aksara Sukses.
Murwani dkk.2008. Asuhan keperawtan keluarga. Yogjakarta: Mitra Medika
Nugroho, Wahyudi.2000.Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Setiadi. 2008. Konsep dan proses keperawatan keluarga. Yogjakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai