Defenisi
Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandi dengan adanya
hambatan kemajuan dalam persalinan.
Distosia di definisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau
abnormal, yang timbul akibat sebagai kondisi yang berhubungan dengan
berbagai macam keadaan.
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan disebabkan
kelainan his, letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
(4) Penatalaksanaan
Inesri primer, perbaiki KU pasien. Rujuk ke RS jika Kala I
aktif lebih dari 12 jam pada multipara atau prmipara. Berikan
sedatif lalu nilai kembali pembukaan serviks setelah 12 jam.
Pecahkan ketuban dan beri infus oksitosin bila tidak ada his.
Inersi sekunder, pastikan tidak ada disproporsi
sefalopelvik, rujuk ke RS bila persalinan kala I aktif lebih dari 12
jam baik multi maupun primipara. Pecahkan ketuban dan berikan
infus oksitosin 5 satuan dalam larutan glukosa 5% secara infus IV
dengan kecepatan 12 tetes per menit. Tetesan dapat dinaikan
perlahan-lahan sampai 50 tetes per menit.
b) Incordinate uterina action
Incoordinate uterina action yaitu kelainan his pada persalinan
berupa perubahan sifat his, yaitu meningkatnya tonus otot uterus, di
dalam dan di luar his, serta tidak ada kordinasi antara kontraksi
bagian atas, tengah, dan bawah, sehingga his tidak efisien
mengadakan pembukaan serviks.
(1) Etiologi :
Pemberian oksitoksin yang berlebihan atau ketuban pecah
lama yang disertai infeksi.
(2) Komplikasi
Hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter
(3) Penatalaksanaan
Dilakukan pengobatan simtomatis karena belum ada obat
untuk memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian – bagian
uterus. Bila terjadi lingkaran konstriksi pada kala I , lakukan
seksio sesar
2. Distosia kelainan letak
a) Posisi oksipitalis posterior persisten
Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin
turun melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang atau miring,
sehingga ubun-ubun kecil dapat berada di kiri melintang, kanan
melintang, kiri depan, kanan depan, kiri belakang atau kanan depan.
Dalam keadaan fleksi bagian kepala yang pertama mencapai dasar
panggul ialah oksiput. Pada kurang dari 10% keadaan, kadang-
kadang ubun-ubun kecil tidak berputar kedepan, sehingga tetap di
belakang.
(1) Etiologi
Adanya usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk
ukuran panggul, otot-otot panggul yang sudah lembek pada
multipara atau kepala janin yang kecil dan bulat, sehingga tidak
ada paksaan pada belakang kepala janin untuk memutar ke
depan.
(2) Kompolikasi
Macet tidak bisa lahir harus di Sc
(3) Mekanisme persalinan
Kepala janin akan lahir dalam keadaan muka dibawah
simfisis pubis. Kelahiran janin dengan ubun-ubun kecil di
belakang menyebabkan regangan besar pada vagina dan
perineum yang diikuti bagian kepala janin yang lain.
(4) Prognosis
Persalinan pada umumnya berlansung lebih lama,
kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar, sedangkan
kematian perinatal lebih tinggi.
(5) Penanganan
Persalinan perlu pengawasan yang seksama dengan
harapan terjadinya persalinan spontan. Ekstraksi cunam pada
persalinan letak belakang kepala akan lebih mudah jika ubun-
ubun kecil berada didepan, maka perlu diusahakan ubun-ubun
diputar kedepan. Jika dalam keadaan janin posisi letak rendah
maka dapat dilakukan ekstraksi vakum.
b) Presentasi puncak kepala
Presentasi puncak kepala adalah kelainan akibat defleksi
ringan kepala janin ketika memasuki ruang panggul sehingga ubun-
ubun besar merupakan bagian terendah.
(1) Penatalaksanaan
Pasien dapat melahirkan spontan pervaginaan
(2) Komplikasi
(a) Pada ibu
Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan
jalan lahir yang lebih luas, selain itu karena partus lama dan
molage hebat.
(2) Prognosis
Pada panggul normal, janin dengan berat badan kurang
dari 4500 gram pada umumnya tidak menimbulkan kesukaran
persalinan. Kesukaran dapat terjadi akibat kepala yang besar,
karena bahu yang lebar sehingga sulit melewati PAP. Jika kepala
janin telah dilahirkan dan bagian-bagian lain belum lahir akibat
besarnya bahu dapat mengakibatkan asfiksia.
(3) Penatalaksanaan
Pada proporsi sefalopelvik karena janin besar, SC perlu
dipertimbangkan. Kesulitan melahirkan bahu tidak selalu dapat
diduga sebelumnya. Episiotomi dilakukan apabila kepala telah
lahir dan bahu sulit untuk dilahirkan. Pada keadaan janin telah
meninggal sebelum bahu dilahirkan, dapat dilakukan klieidotomi
pada satu atau kedua klavikula untuk mengurangi kemungkinan
perlukaan jalan lahir.
b) Hidrosefalus
Hidrosefalus ialah keadaan terjadinya penimbunan cairan
serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar
serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Cairan yang
tertimbun dalam ventrikel antara 500 sampai 1500 ml, akan tetapi
kadang-kadang mencapai 5 liter. Hidrosefalus sering disertai
dengan spina bifida. Hidrosefalus akan selalu menyebabkan
disproporsi sefalopelvik
(1) Diagnosis
Pada palpasi ditemukan kepala jauh lebih besar dari
biasanya serta menonjol di atas simfisis. Kepala janin yang terlalu
besar dan tidak dapat masuk ke dalam panggul, DJJ terdengar
jelas pada tempat yang lebih tinggi. Pemeriksaan dalam teraba
sutura dan ubun-ubun melebar dan tegang. Sedangkan tulang
kepala tipis dan mudah ditekan. Pemeriksaan rontgenologik
menunjukan kepala janin lebih besar, dengan tulang-tulang yang
sangat tipis. Untuk menghindari kesalahan pada pemeriksaan
rontgenologik harus diperhatikan beberapa hal :
(a) Muka janin sangat kecil di bandingkan tengkorak
(b) Kepala bentuk bulat, berbeda dengan kepala biasa yang
berbentuk ovoid
(c)Bayangan tulang kepala sangat tipis
Untuk menghilangkan keragu-raguan pemeriksaan dapat
dibantu dengan pemeriksaan ultrasonik/MRI. Kemungkinan
hidrosefalus dipikirkan apabila;
(a) Kepala janin tidak masuk kedalam panggul, pada persalinan
dengan panggul normal dan his yang kuat.
(b) Kepala janin teraba sebagai benda besar di atas simfisis
(2) Prognosis
Apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahaya
rupture uteri akan mengancam penderita. Rupture uteri
hidrosefalus dapat terjadi sebelum pembukaan serviks menjadi
lengkap, karena tengkorak yang besar ikut meregangkan segmen
bawah uterus.
(3) Penatalaksanaan
Persalinan perlu pengawasan secara seksama, karena
kemugkinan bahaya ruptur uteri selalu mengancam. Pada
hidrosefalus yang nyata, kepala janin harus dikecilkan pada
permulaan persalinan. Pada pembukaan 3 CSF dikeluarkan
dengan cara pungsi kepala. Bila janin dalam letak sungsang,
pengeluaran CSF melalui foramen oksipitalis magnum atau
sutura temporali
c) Prolaps funikuli
Prolaps funikuli ialah keadaan di mana tali pusat berada di
samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir
setelah ketuban pecah.
(1) Etiologi
Keadaan-keadaan yang menyebabkan prolaps funikuli
seperti gangguan adaptasi bagian bawah janin, sehingga PAP
tidak tertutup oleh bagian bawah janin. Janin dengan letak
lintang, letak sungsang terutama presentais bokong kaki, dan
disproporsi sefalopelvik.
(2) Diagnosis
Adanya tali pust menubung baru diketahui dengan
pemeriksaan dalam setelah terjadi pembukaan ostium uteri. Pada
tali pusat terdepan, dapat diraba bagian yang berdenyut di
belakang selaput ketuban, sedangkan prolapsus funikuli dapat
diraba dengan dua jari, tali pusat yang berdenyut menandakan
janin masih hidup. Pemeriksaan dalam dilakukan pada saat
ketuban pecah dan terjadi kelambatan DJJ tanpa sebab yang
jelas.
(3) Penatalaksanaan
Pada janin dengan prolapsus funikuli akan mengakibatkan
hipoksia akibat tali pusat yang terjepit. Pada prolapsus funikuli
dengan tali pusat yang masih berdenyut tetapi pembukaan belum
lengkap maka dapat dilakukan reposisi tali pusat dan
menyelamatkan persalinan dengan sesiosesarea (SC). Reposisi
dilakukan bila wanita ditidurkan dalam posisi trendelemburg. SC
di lakukan dengan keadaan tali pusat tidak mengalami tekanan
dan terjepit oleh bagian terendah janin.Pada keadaan di mana
janin telah meninggal tidak ada alasan untuk menyelesaikan
persalinan dengan segera. Persalinan spontan dapat berlansung
dan tindakan hanya dilakukan apabila diperlukan demi
kepentingan ibu.