Anda di halaman 1dari 12

PROSES KOMUNIKASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASI

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :


“Perilaku Dan Budaya Organisasi”

Dosen Pengampu:
Rony, M.Pd.I

Disusun oleh:

Imam Syukron
M Nurul Alim

JURUSAN TARBIYAH
PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FITHRAH
Jalan Kedinding Lor No. 30 Surabaya
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengambilan keputusan dalam dunia organisasi sangat penting, karena untuk


memecahkan suatu permasalahan. Apabila suatu organisasi pengambilan keputusan telah
rutin dilakukan, maka biasanya seseorang atau kelompok organisasi tidak lagi berlama-
lama berfikir untuk menetapkan keputusan tersebut. Setiap organisasi pasti menghadapi
permasalahan berbeda-beda dan harus ada pertimbangkan matang-matang sebelum
mengambil keputusan. Karena semua keputusan yang dibuat tentunya didasari pada
pertimbangan yang matang dari berbagai kemungkinan yang ada agar dalam sebuah
organisasi mendapatkan pilihan yang baik. Apabila suatu organisasi salah dalam
pengambilan keputusan, maka berakibat fatal. Oleh karena ada beberapa pertimbangan
dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor salah satunya proses komuikasi dalam organisasi. Maka dari itu makalah ini akan
membahas tentang pengambilan keputusan serta proses komunikasi didalam organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Komunikasi?
2. Apa saja hambatan Proses Komunikasi?
3. Bagaimana Langkah Pengambilan Keputusan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Proses Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi
termasuk juga suatu proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain dimana
seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi dan masyarakat menciptakan dan
menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Komunikasi
berasal dari bahasa latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio atau
communicare yang berarti membuat sama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi
apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan.

Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, dan menunjukkan sikap tertentu seperti tersenyum, mengangkat bahu dan
sebagainya. Komunikasi ini disebut komunikasi nonverbal. Proses komunikasi bertujuan
untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada
umumnya). Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada
penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi. Melalui komunikasi sikap dan
perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain.

1. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam sebuah
proses komunikasi.Dengan kata lain, komunikator merupakan seseorang atau
sekelompok orang yang berinisiatif untuk menjadi sumber dalam sebuah
hubungan.Seorang komunikator tidak hanya berperan dalam menyampaikan pesan
kepada penerima, namun juga memberikan respons dan tanggapan, serta menjawab
pertanyaan dan masukan yang disampaikan oleh penerima, dan publik yang terkena
dampak dari proses komunikasi yang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
2. Pesan
Adalah setiap pemberitahuan, kata, atau komunikasi baik lisan maupun tertulis,
yang dikirimkan dari satu orang ke orang lain.Pesan menjadi inti dari setiap proses
komunikasi yang terjalin pesan terbagi menjadi dua, yakni pesan verbal dan non-verbal.
Pesan verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya menggunakan kata-kata, dan
dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan apa yang didengarnya.Sedangkan,
pesan non-verbal adalah jenis pesan yang penyampaiannya tidak menggunakan kata-
kata secara langsung, dan dapat dipahami isinya oleh penerima berdasarkan gerak-
gerik, tingkah laku, mimik wajah, atau ekspresi muka pengirim pesan.Pada pesan non-
verbal mengandalkan indera penglihatan sebagai penangkap stimuli yang timbul.
3. Penerima
Adalah pihak yang memperoleh pesan atau stimulus yang dikirmkan oleh
sumber. Stimulus yang diterima tersebut dapat terdiri dari beraneka ragam bentuk,
seperti kata-kata, tulisan, gerak-gerik, mimik muka, ekspresi wajah, sentuhan, aroma,
serta perbuatan atau tingkah laku lawan bicara.Selanjutnya, peran penerima adalah
mencerna dan menanggapi stimulus tersebut dengan mendengar, melihat, membau, atau
merasakan.Secara garis besar, penerima dapat terbagi menjadi penerima aktif dan
penerima pasif.Penerima pasif adalah orang yang hanya menerima stimulus yang
datang kepadanya, tanpa memberikan tanggapan serta umpan balik
(feedback).Sedangkan, penerima aktif adalah orang yang tidak saja menerima stimulus
yang datang kepadanya, tetapi juga memberikan tanggapan atau feedback secara aktif
(berkelanjutan) kepada pengirim.
4. Feedback/Umpan Balik
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak
akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer
atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan
pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau
orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan
pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan
tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak
Balikan yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi
balikan terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan
menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya.
Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan
diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.

B. Hambatan Proses Komunikasi


1. Hambatan Teknis
Hambatan teknis keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi.Dari sisi
teknologi, hambatan teknis ini semakin berkurang dengan adanya temuan baru
dibidang kemajuan teknologi komunikasi dan informasi, sehingga saluran komunikasi
dapat diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi.1 Banyak contoh yang kita
alami dalam kehidupan sehari-hari : suara telepon yang krotokan, hambatan pada
beberapa mediatidak mungkin diatasi oleh komunikator, misalnya hambatan yang
dijumpai pada surat kabar, radio dan televisi. Tetapi pada beberapa media2

Komunikator dapat saja mengatasinya dengan mengambil sikap tertentu,


misalnya ketika sedang menelpon terganggu oleh krotokan. Barang kali ia dapat
mengulanginya pada beberapa saat kemudian

1
Al ilmi gina. Jadi Pemimpin, (tangerang: cv.citralab, 2010)
2
Nurudin, sistem komunikasi indonesia, (jakarta: raja grafindo persada, 2003)
2. Hambatan Semantik
Gangguan semantik adalah hambatan dalam proses penyampaian pengertian
atau ide secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian, yang
diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal balik arti
dan pengertian (komunikator dan Komunikan), tetapi seringkali proses penafsirannya
keliru. Tidak adanya hubungan antara simbol (kata) dan apa yang disimbolkan (arti
atau penafsiran), dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda
dari apa yang dimaksudkan sebenarnya. Untuk menghindari salah komunikasi
semacam ini, seorang komunikator harus memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan
karakteristik komunikannya,dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata
yang dipakainya.3faktor semantis menyangkut bahasa yang sering digunakan
komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada
komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus
memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau salah tulis dapat
menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation),
yang pada gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscomunication).
Sering kali salah ucap disebabkan karena si komunikator berbicara terlalu
cepat sehingga ketika pikiran dan persaan belum mantap terformulasikan, kata-kata
sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan mengatakan “kedelai” yang terlontar
“keledai”, “demokrasi” menjadi “demontrasi”, “partisipasi” menjadi “partisisapi” dan
sebagainya.4 Salah komunikasi atau miscomunication ada kalanya disebabkan
pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya konotatif. Dalam komunikasi
bahasa sebaiknya dipergunakan adalah kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa juga
menggunakan kata-kata yang konotatif, seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksud
sebenarnya, sehingga tidak menjadi salah tafsir. Kata-kata yang bersifat denotatif
adalah yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary
meaning), dan diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam
kebudayaan dan bahasanya, kata-kat yang mempunyai pengertian Konotatif adalah
yang mengandung makna emosional atau evaliatif (emotional of evaluatif meaning)
disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman seseorang.

3. Hambatan Manusiawi

3
Uchjana onong, Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: remaja rosdakarya, 1990)
4
Ibid,
Hambatan Manusiawi/hambatan yang berasal dari perbedaan individual manusia.
Terjadi karena adanya faktor, perbedaan umur, emosi dan
Prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau
ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang. Dalam melancarkan komunikasinya
seorang komunikator tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan
yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan “siapa” disini bikan nama yang
disandang melainkan ras apa, bangsa apa, atau suku apa. Dengan mengenal dirinya,
akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup dan norma kehidupannya, kebiasaan
dan bahasanya. Komunikasi akan berjalan lancar jika suatu pesan yang disampaikan
komunikakator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam
penegrtian received atau secara indrawi, dan dalam penegrtian accepted atau secar
rohani. Seorang pemirsa televisi mungkin menerima acara yang disiarkan dengan baik
karena gambar yang tampil pada pesawat televisi amat terang dan suaranya keluar
amat jelas, tetapi ia mungkin tidak dapat menerima ketika seorang pembicara pad
acara itu mengatakan daging babi lezat sekali. Sepemirsa tadi hanya menerimanya
dalam penertian accepted.

C. Pengambilan Keputusan
1. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah fungsi terpenting dalam pergerakan (actuating),
bahwa dikatakan inti dari organisasi adalah kepemimpinan dan inti dari kepemimpinan
adalah pengambilan keputusan. Karena begitu pentingnya pengambilan keputusan,
kemampuan ini harus selalu dikembangkan oleh seorang pemimpin.5 Keputusan dalam
suatu organisasi sangat penting, dan bakat kepemimpinan seseorang dapat dilihat dari
kemampuan dalam pengambilan keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah
keputusan yang ada keseimbangan antara disiplin yang ditegakkan (berbobot) dan sikap
manusiawi terhadap bawahan sehingga dapat terima oleh bahawannya.
Menurut Sondang P Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang
matang dari alternatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.6

5
Didin Kurnia, Manajemn Pendidikan: Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan (Yogyakarta: Ar Ruzz
Media, 2012), hlm. 322
Menurut Mckeachie (1986), pengambilan keputusan adalah pertimbangan
bebrapa tujuan dan pengukuran atas kemungkinan keberhasilan dari beberapa alternatif
yang diketahui. Dalam pengambilan keputusan ada 2 pilihan atau lebih yang harus
dipilih dengan tepat oleh pemimpin dalam organisasi.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
merupakan keputusan dari memilih alternatif-artenatif yang tersedia, sesuai dengan
informasi dan kriteria yang ada dalam rangka untuk menyelesaikan suatu permasalah
yang dihadapi oleh organisasi.7

2. Tahap-tahap pengambilan keputusan


Untuk memudahkan pengambilan keputusan maka perlu tahap-tahap yang bisa
mendorong kepada terciptanya keputusan yang diingikan. Adapun tahap-tahap tersebut
adalah:
a) Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas agar mudah untuk dimengerti.
b) Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan dan menyusunnya secara
prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan
terkendali.
c) Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk
memberi gambaran yang jelas.
d) Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing
dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai.
e) Memastikan kembali bahwa alat uji telah sesuai dengan prinsip dan kaidah
yang belaku.8

3. Langkah Proses Pengambilan Keputusan


Langkah proses pengambilan keputusan ada 5, yaitu identifikasi masalah,
mencari alternatif pemecahan, pelaksanaan alternatif, dan evaluasi. Berikut ini
merupakan penjabaran proses pengambilan keputusan9:
a) Pengambilan keputusan

6
Fitri Harsono, http://fitriharsono.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html,
diakses tanggal 20 November 2019
7
Agung Iranda, Pengambilan Keputusan Pemimpin Organisasi...(Ilmu Sosial Humaniora UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014), hlm. 22
8
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 163
9
http://nikotrileksono.tumblr.com/post/47086072101/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi, diakses tanggal
20 November 2019
Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah proses pemecahan masalah yang
menghalangi atau menghambat tercapainya tujuan. Agar masalah dapat
dipecahkan, terlebih dahulu harus dikenali apa masalahnya.
b) Mencari alternatif pemecahan
Setelah masalh dikenali maka dapat dilakukan pencarian terhadap alternatif-
alrternatif yang mungkin dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam
mencari alternatif hendaknya tidak mamikirkan masalah efisiensi dan efektifitas.
Ynag terpenting adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya alternatif. Setelah
alternatif terkumpul, barulah disusun berurutan dari yang paling diinginkan
sampai yang tidak diinginkan.
c) Memilih alternatif
Setelah alternatif tersusun, barulah dapat dilakukan pilihan alternatif yang dapat
memberikan manfaat, dalam arti dapat memecahkan masalah dengan cara yang
paling efektif dan efisien. Sebelum menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif,
ajukan pertanyaan untuk tiap-tiap alternatif.
d) Pelaksanaan alternatif
Setelah alternatif dipilih, tibalah saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk
tindakan. Pelaksanaan harus sesuai denga rencana, agar tujuan memecahkan
masalh dapat tercapai.
e) Evaluasi
Setelah alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan telah
selesai. Pelaksanaan alternatif harus terus diamati, apakah berjalan sesuai dengan
yang diharapkan. Bila langkah-langkah pelaksanaan telah dilakukan dengan benar
tetapi hasil yang dicapai tidak maksimal, sudah waktunya untuk
mempertimbangkan kembali pemilihan alternatif lainnya. Tidak maksimalnya
hasil yang dicapai mungkin terjadi karena pengaruh negatif potensial benar-benar
terjadi, atau mungkin pengaruh negatif yang tadinya tidak diperkirakan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan
pengambilan keputusan. Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan, yaitu:
a) Faktor dari dalam
Menurut Noorderhaven, faktor-faktor dari dalam diri individu yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah kematangan emosi,
kepribadian, intuisi, umur.10 Sedangkan Cervone dalam penelitiannya
menemukan bahwa suasana hati yang positif dapat meningkatkan kecepatan
dan efisiensi pengambilan keputusan.11
Esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan.
Secara alami, manusia akan diperhadapkan kepada berbagai pilihan dan
secara alami juga ia dilatih mengambil keputusan dari pilihan-pilihan hidup
yang dialaminya. Oleh karena itu sesungguhnya manusia akan terus menerus
menentukan pilihan hidup dari waktu ke waktu sampai akhir kehidupan.
Proses inilah yang disebut dengan pengambilan keputusan.12
b) Faktor dari luar Individu
Menurut Millet dalam bukunya Hasan, faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:13
1) Pria dan wanita
2) Peranan pengambil keputusan
3) Keterbatasan kemampuan
Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan
keputusan yang dapat bersifat institusional ataupun bersifast pribadi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Baradell & Klein menyatakan bahwa
peristiwa-peristiwa hidup yang tidak menyenangkan berhubungan dengan
rendahnya kualitas pengambilan keputusan.14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan

10
Noorderhaven, Neil G, Strategic Decision Making, (Singapore, Addision Wesley, 1995), hal. 46
11
Pervin, L.A., Cervone, D., John, O.P., Personality: Theory and Research. (Hoboken, NJ: Wiley, 1991), hal.
17
12
Sharf, Richard, Applying Career Develovment Theory to Counseling, (California, Brook Cole Publishing
Company, 1992), hal. 303
13
Hasan, I, Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hal. 16
14
Baradell, J.G., dan Klein, K. “Relationship of Life Stress and Body Consciousnessti Hypervigilant Decision
Making”. (Journal of Personality and Social Psychology, 1993), hal. 63
dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan
komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya) yang
menyangkut:
1. Komunikator
2. Pesan
3. Penerima
4. Feedback/Umpan balik

Beberapa hambatan dalam proses Komunikasi:

1. Hambatan Teknik
2. Hambatan Semantik
3. Hambatan Manusiawi

Pengambilan keputusan merupakan keputusan dari memilih alternatif-artenatif


yang tersedia, sesuai dengan informasi dan kriteria yang ada dalam rangka untuk
menyelesaikan suatu permasalah yang dihadapi oleh organisasi.

Faktor yang mempengaruhi proses Pengambilan Keputusan:

1. Faktor dari dalam


2. Faktor dari luar individu

Daftar Pustaka

Al ilmi gina. Jadi Pemimpin, (tangerang: cv.citralab, 2010)


Nurudin, sistem komunikasi indonesia, (jakarta: raja grafindo persada, 2003)
Uchjana onong, Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: remaja rosdakarya, 1990)
Didin Kurnia, Manajemn Pendidikan: Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan
(Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), hlm. 322
Fitri Harsono, http://fitriharsono.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-dalam-
organisasi.html, diakses tanggal 20 November 2019
Agung Iranda, Pengambilan Keputusan Pemimpin Organisasi...(Ilmu Sosial Humaniora
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), hlm. 22
Irham Fahmi, Manajemen: Teori, Kasus dan Solusi, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.
163
http://nikotrileksono.tumblr.com/post/47086072101/pengambilan-keputusan-dalam-
organisasi, diakses tanggal 20 November 2019
Noorderhaven, Neil G, Strategic Decision Making, (Singapore, Addision Wesley, 1995),
hal. 46
Pervin, L.A., Cervone, D., John, O.P., Personality: Theory and Research. (Hoboken, NJ:
Wiley, 1991), hal. 17
Sharf, Richard, Applying Career Develovment Theory to Counseling, (California, Brook
Cole Publishing Company, 1992), hal. 303
Hasan, I, Pokok-pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
2002), hal. 16
Baradell, J.G., dan Klein, K. “Relationship of Life Stress and Body Consciousnessti
Hypervigilant Decision Making”. (Journal of Personality and Social Psychology, 1993),
hal. 63

Anda mungkin juga menyukai