Anda di halaman 1dari 5

Nama: Yasmin Fatmasari

NIM: 180070200011127
RESUME WEBINAR:

Maternal Health during COVID-19 Pandemic and New Normal

(13 Juni 2020)

Pada webinar ini dibahas 3 materi terkait pelayanan kehamilan dan persalinan
selama masa pandemi COVID-19 serta persiapan untuk penyesuaian untuk era New
Normal saat ini. Berikut resume dari masing-masing materi yang dipaparkan:

1. Materi 1: Persalinan di Era New Normal

Pelaksanaan persalinan di masa pandemi COVID-19 perlu perisapan khusus


oleh pihak pasien (Ibu hamil, yang akan bersalin, ataupun paska bersalin) maupun
pihak provider/penyedia layanan kesehatan (baik di FKTP ataupun FKTL). Sebelum
melakukan persiapan, tentunya kita perlu memahami dulu istilah-istilah terkait
COVID-19 ini, seperti ODP, PDP, OTG, dsb.

Beberapa hal yang perlu dipahami oleh ibu yang akan bersalin anatara lain
perubahan alur pelayanan di fasilitas kesehatan, protokol kesehatan khusus yang
perlu dipatuhi (seperti harus cek suhu, pendamping hanya boleh 1 orang, dan
pembatan pengunjung selama dirawat), usahakan untuk selalu membuat janji untuk
ANC, dan selalu update mengenai perkembangan COVID-19 terutama di lingkungan
sekitarnya. Apabila nanti saat sudah akan lahiran maka usahakan ke fasilitas
kesehatan khusus ibu dan anak/praktek dokter obgyn atau bidan untuk menghindari
kontak dengan pasien lain di rumah sakit umum yang lebih beragam penyakitnya.
Pastikan fasilitas kesehatan tersebut memiliki fasilitas ambulan yang stand by untuk
persiapan apabila perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lanjut, serta apabila
pasien yang akan melahirkan merupakan ODP, PDP, atau sudah terkonfirmasi maka
persalinan harus dilakukan di fasilitas kesehatan rujukan COVID, tanpa menunggu
dirujuk.

Pihak provider kesehatan tingkat pertama (FKTP) dalam pelaksanaan


pelayanan harus melaukan screening pasien yang masuk, membedakan ruang
perawatan pasien KIA dengan pasien umum, jika memang ada pasien dengan
kecurigaan ke arah COVID maka segera rujuk ke RS rujukan COVID atau RS
PONEK, semua pasien hamil dilakukan rapid test, menggunakan APD minmal level 2
saat menolong persalinan (meliputi masker, apron, goolge, sarung tangan, dan
sekat). Jika akan melakukan rujukan maka hal-hal yang perlu disiapakan antara lain:
menerapkan prinsip BAKSOKU, menyiapkan ambulan khusus untuk airborne
disease, petugas menggunakan full APD, pasien harus menggunakan masker
bedah, hika terjadi depresi nafas maka segera rujuk ke fasilitas kesehatan tersier,
dan perlu diperhatikan apabila menggunakan bagging maka penularan virus menjadi
secara aerosol.

Di FKTL juga perlu mempersiapkan kebijakan regulasi terkait pelaksanaan


pelayanan selama pandemi termasuk di dalamnya pembedaan alur pelayanan
pasien COVID dan non-COVID. Selain regulasi, faskes juga diharapkan
mempersiapkan sarana ruangn isolasi, termasuk ruang perinatologi, nifas, dan
kamar bersalin isolasi. Ketersediaan APD, alat transport pasien yang efisien,
edukasi, serta sumber daya manusia multidisiplin juga perlu dipersiapkan.

Rekomendasi prinsip saat persalinan meliputi penanganan multidisiplin,


jumlah staff minimal yang masuk ke ruang tindakan hanya 1 orang pendamping
pasien, bagi pasien PDP atau terkonfirmasi pertimbangkan terminasi jika kehamilan
aterm atau dengan gejala yang masih ringan sebelum gejala memburuk, serta telah
dikonfirmasi bahwa transmisi vertikal ibu ke anak tidak terjadi. Pemilihan cara
persalinan (pervaginam atau SC) pada ibu hamil berstatus ODP/PDP atau
terkonfirmasi tergantung dari kondisi klinis, usia, ketersediaan APD dan fasilitas,
serta resiko penularan pada petugas kesehatan. Pada persalinan pervaginam
dipertimbangkan untuk percepatan kala 2 (bisa dibantu dengan forceps dsb),
petugas menggunakan APD minimal tingkat 2, selalu menggunakan sekat, serta
idealnya dilakukan pada kamar bersalin isolasi. Untuk persalinan SC harus
diperhatikan kondisi kamar operasinya (harus bertekanan negatif atau dengan
diusahakan dengan exhaust, menghindari anestesi umum, petugas menggunakan
APD minimal level 3, dan sebaiknya dijadwalkan terakhir. Perlu ditekankan bahwa
terinfeksi COVID-19 bukan indikasi dilakukannya SC, namun dianjurkan apabila
fasilitas kesehatan memadai untuk mencegah penularan yang lebih luas.

2. Materi 2: Nifas dan Menyusui di Masa Pandemi COVID-19 dan Penyesuaian


untuk Era New Normal

COVID-19 berkembang menjadi sebuah pandemi karena tingkat


penularannya dari manusia-kemanusia yang tinggi, walaupun tingkat resiko
kematiannya rendah. Sehingga pada fase nifas dan menyusui perlu diperhatikan
hal-hal khusus untuk mencegah penularannya, terutama pada ibu berstatus PDP
atau terkonfirmasi ke bayinya, karena kontak antara ibu dan bayi sangatlah erat.

Seorang ibu berstatus PDP atau terkonfirmasi apabila memutuskan untuk


menyusui bayinya, maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, antara lain:

 Sebelumnya telah diedukasi oleh petugas kesehatan mengenai


keuntungan dan kerugian susu formula
 Dipastikan apakah ibu (dengan kondisinya saat ini) mampu merawat
bayinya dengan baik
 Dukungan keluarga
 Pasien menerima edukasi terkait COVID-19 dan penularannya serta
diharapkan memaminya dengan baik
 Memberi jarak anatara ibu dan bayi walaupun di 1 ruangan
 Ketika di dekat bayi atau kontak dengan bayi, ibu harus menggunakan
masker untuk mencegah penularan ke bayi
 Harus selalu cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sebelum dan sesudah kontak dengan bayi dan peralatannya
 Secara rutin mencuci semua peralatan yang digunakan dan
menempel pada bayi

Jika kondisi ibu kurang bagus, maka disarankan untuk ASI perah atau
menggunakan donor ASI saja. POGI merekomendasikan pilihan pemberian ASI
terbaik pada ibu berstatus PDP atau terkonfirmasi ialah ASI perah, pertimbangkan
untuk meminta bantuan pada seseorang lain yang sehat untuk memberikan ASI
perah tersebut pada bayinya, dengan memberikan edukasi sebelumnya pada ibu
mengenai resiko kontak, penularan, dsb. Perlu di[erhatikan pula untuk menggunakan
pompa ASI untuk mendapatkan ASI Perah, pompa ASI harus dijaga kebersihannya
(rajin dicuci). Semua bayi yang lahir dari ibu PDP atau terkonfrimasi harus
diperiksakan COVID juga.

Di rumah sakit, bayi dari ibu PDP atau terkonfirmasi dirawat di perina isolasi
di dala, inkubator ruang tertutup, berjarak dengan pasien lainnya, dan ketika ibu ingin
mnegunjungi bayinya diharuskan menggunakan APD yang telah disediakan pihak
rumah sakit. Catatan penting paska persalinan oleh IDAI antara lain tidak
diperkenankan IMD, tidak diperbolehkan rawat gabung ibu dan anak, dan
pemasangan AKDR tetap dapat dilakukan. Tidak ada restriksi untuk ibu bisa pulang
(tetap seperti keadaan normal 2-3 hari rawat inap setelah melahirkan). Sebelum ibu
dan bayinya pulang, selalu edukasi lagi untuk menerapkan hidup yang bersih dan
sehat, menghindari penularan (tidak bepergian apabila tidak mendesak, terutama
apabila berada pada zona merah).

Ibu nifas dan bayi baru lahir dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan paska
bersalin sebanyak 4 kali, yaitu saat 6 jam – 2 hari setelah persalinan, 3-7 hari paska
persalinan, 8-28 hari paska persalinan, dan 29-42 hari paska persalinan, serta
mendapatkan pelayanan KB sesuai jadwal yang telah disepakati dengan petugas
kesehatan.

3. Materi 3: Pemeriksaan Kehamilan oleh Bidan selama Masa Pandemi dan Era
New Normal

Pada masa pandemi dan era New NormalI profesi bidan diharapkan tetap
melakukan pelayanan pemeriksaan kehamilan pada pasien dengan kondisi
kehamilan normal tanpa penyulit, apabila terdapat penyulit harus berkolaborasi
dengan dokter spesialis obgyn. Organisasi bidan Indonesia memiliki sistem
pelaporan rutin selama masa pandemi ini terkait jumlah bidan yang praktek (baik di
faskes oemerintah, swasta, praktek mandiri, maupun delima) dan didapatkan hasil
laporan yang menunjukkan semakin hari semakin banyak bidan yang “libur” praktek
sementara selama masa pandemi ini. “Libur” praktek bida ini dipengaruhi beberapa
alasan, antara lain ketersediaan APD yang tidak memadai di tempat prakteknya,
sulitnya merujuk ke fasilitas kesehatan akibat regulasi penanganan pasien COVID,
serta fasilitas dan sarana yang kurang memadai untuk melakukan proses persalinan
ideal yang direkomendasikan pada pasien PDP/terkonfirmasi.

Prinsip pelayanan kebidanan selama pandemi antara lain: edukasi pasien


dan keluarga mengenai pentingnya tetap melakukan kunjungan dan periapan apa
saja yang perlu dilakukan untuk proses persalinan dan paska persalinan nantinya,
selalu utamakan keselamatan pasien dan tenaga kesehatan terkait resiko terpapar
vrius, semua faskes harus siap memberikan pelayanan dengan APD dan fasilitas
yang sesuai rekomendasi, serta pemahaman terkait penyesuaian akses pelayanan
kebidanan terkait pembatasan jam pelayanan. Selama era New Normal nanti
diharapkan pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil tetap berjalan secara
optimal dengan penyesuain praktiknya untuk menjaga keamanan pasien maupun
pihak provider (tenaga kesehatan). Pelayanan-pelayanan tertentu yang sekiranya
bisa diberikan atau dibimbing oleh tenaga kesehatan melalui telpon atau
secaraonline, sebaiknya mulai dipertimbangkan, seperti misalnya konsultasi seputar
kesehatan ibu hamil, fgizi ibu hamil, konseling KB, pemberian IMD, dsb.
Seorang bidan juga harus memahami mapping/zonasi populasi pasien di
daerah kerjanya serta berperan dalam edukasi pada masyarakat seputar pengaruh
kondisi pandemi saat ini pada pelayanan yang dapat diberikan serta pemberdayaan
masyarakat agar tetap disiplin menjaga kesehatan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai