PENDAHULUAN
Diagram arus bolak-balik (garis hijau) dan arus searah (garis merah)
Arus bolak-balik (AC/alternating current) adalah arus listrik dimana besarnya dan
arahnya arus berubah-ubah secara bolak-balik. Berbeda dengan arus searah dimana arah arus
yang mengalir tidak berubah-ubah dengan waktu. Bentuk gelombang dari listrik arus bolak-
balik biasanya berbentuk gelombang sinusoida, karena ini yang memungkinkan pengaliran
energi yang paling efisien. Namun dalam aplikasi-aplikasi spesifik yang lain, bentuk
gelombang lain pun dapat digunakan, misalnya bentuk gelombang segitiga (triangular wave)
atau bentuk gelombang segi empat (square wave).
Secara umum, listrik bolak-balik berarti penyaluran listrik dari sumbernya (misalnya
PLN) ke kantor-kantor atau rumah-rumah penduduk. Namun ada pula contoh lain seperti
sinyal-sinyal radio atau audio yang disalurkan melalui kabel, yang juga merupakan listrik arus
bolak-balik. Di dalam aplikasi-aplikasi ini, tujuan utama yang paling penting adalah
pengambilan informasi yang termodulasi atau terkode di dalam sinyal arus bolak-balik tersebut.
Sumber arus bolak-balik adalah generator arus bolak-balik. Prinsip dasar generator arus
bolak-balik adalah sebuah kumparan berputar dengan kecepatan sudut ω yang berada didalam
medan megnetik. Generator ini menghasilkan gaya listrik induksi yang berbentuk sinusoida,
dapat dinyatakan secara matematik.
1
(a) Tegangan bolak-balik dan (b) arus bolak-balik.
t
V =Vm sin ωt = Vm sin 2πft = Vmsin 2μ T
t
I =Im sin ωt = Im sin 2πft = Imsin 2μ T
Dengan :
Jika digambarkan diagram phasor-nya maka arus mengarah ke sumbu ‘X’ positif
(kanan) dan tegangan mengarah ke sumbu ‘Y’ positif (atas) seperti yang diilustrasikan oleh
gambar.
Hambatan aliran electron ketika melewati induktor pada rangkaian AC disebut sebagai
“Tahanan Induktif”, tahanan dihitung dalam satuan Ohm (Ω) sama hal-nya seperti resistansi.
3
Simbol reaktansi induktif adalah “XL”, pada rangkaian AC sederhana induktif dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut.
X L =2. π . f . L
Keterangan :
XL = Reaktansi Induktif (Ohm)
π = 3,14
f = Frekuensi (Hz)
L = Induktansi (H)
Contoh soal :
Tentukan reaktansi induktif jika diketahui frekuensi rangkian AC 50 Hz dan Induktansi
induktor 1 H
Dik : f = 50 Hz ; L = 1 H
Dit : XL ?
Jawab
X L =2. π . f . L
X L =2. 3,14 . 50 .1
X L =314 Ω
Reaktansi Induktif berbanding lurus terhadap frekuensi, jika frekuensi meningkat maka
reaktansi induktif juga akan meningkat satau membesar dan juga sebaliknya.
Karakteristik disipasi daya induktor pada rangkaian AC diperlihatkan oleh kurva hijau
diatas. Tidak seperti pada resistor dimana resistor selalu ter-disipasi daya dan kelebihan energi-
nya dilepaskan dalam bentuk panas, induktor pada rangkaian AC tidak ter-disipasi daya dengan
kata lain disipasi daya induktor pada rangkaian AC sama dengan 0 (nol). Mengapa demikian ?
kareana pada saat disipasi daya induktor positif, daya ini diserap oleh induktor, tetapi ketika
daya disipasi induktor bernilai negative, daya disalurkan ke rangkaian. Karena disipasi daya
yang diserap dan disalurkan sama besar maka disipasi daya pada induktor sama dengan 0 (nol).
Ini berlaku hanya pada induktor ideal (R induktor = 0Ω)
4
Ketika arus dan tegangan melewati kapasitor pada rangkaian AC, phasa arus
mendahului 90° phasa tegangan. Jika digambarkan diagram phasor-nya maka arus (I) ke arah
sumbu 'X' positif (kanan) dan tegangan ke arah sumbu 'Y' negatif (bawah).
Keterangan :
XC = Tahanan Kapasitif (Ohm)
π = 3,14
f = Frekuensi (Hz)
C = Kapasistansi (F)
5
Karakteristik disipasi daya kapasitor pada rangkaian AC sama seperti pada
karakteristik daya induktor yaitu sama dengan ‘0’ (Nol), karena daya yang diserap dan
disalurkan oleh kapasitor sama besar dan ini hanya berlaku untuk kapasitor ideal.
Contoh Soal :
Tentukan reaktansi kapasitif jika diketahui frekuensi rangkayan AC 50 Hz dan kapasitansi
kapasitor 10 µF.
Dik : f = 50 Hz ; C = 10 µF
Dik : XC ?
1
X c=
2πf C
1
X c=
2 . 3,14 .50 . 10 x 10−6
1
X c=
0,00314
X c =318Ω
6
satuanya adalah VA (Volt Ampera), Daya Aktif satuannya Watt, dan Daya Reaktif satuanya
VAR (Volt Ampere Reaktif).
a. Rumus Daya Listrik 1 Phase
S=V . I
P=V . I . cos φ
Q=V . I . sin φ
Keterangan :
S = Daya Semu (VA)
P = Daya Aktif (Watt)
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus Listrik (A)
cos φ = Faktor Daya
sin φ=¿ Faktor Reaktif
S= √ 3 . V . I
P= √3 . V . I . cos φ
Q= √ 3 . V . I . sin φ
Keterangan :
S = Daya Semu (VA)
P = Daya Aktif (Watt)
Q = Daya Reaktif (VAR)
V = Tegangan (V)
I = Arus Listrik (A)
√3 = 1,73
7
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Arus AC (bolak-balik) adalah arus listrik yang nilainya berubah-berubah terhadap
satuan waktu. Sedangkan arus DC (searah) adalah arus listrik yang nilainya tetap terhadap
satuan waktu. Perbedaan listrik arus AC dan DC dapat dilihat melalui bentuk gelombang dan
metode penggunaannya. Listrik arus AC lebih berbahaya dari pada arus DC. Namun, pendapat
ini tidak berlaku jika nilai tegangan aliran listrik yang terjadi kecil.
3.2. SARAN
Penyusun mengharapkan setelah para pembaca selesai membaca makalah ini, Penyusun
sangat mengharapkan sebuah saran yang mendukung dan membangun agar makalah ini bisa
lebih baik lagi.