Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Bahan

2.1.1 CTM

  

Gambar 1. Struktur Bangun CTM

Rumus Struktur :   C6H19ClN2.C4H4O4

Nama kimia : 2-[p-Kloro-α-[2-(dimetilamino)etil]benzil]


Berat Molekul : 390,87

Pemerian :Serbuk hablur, putih, tidak berbau. Larutan mempunyai pH

antara 4 dan 5

Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam

kloroform, sukar larut dalam eter dan dalam benzena.

Susut Pengeringan : Tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu

105oC selama 3 jam

Titik Lebur : Antara 130°C dan 135°C

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, tidak tembus cahaya (Depkes

RI, 1995).

3
2.1.2 Paracetamol

Gambar 2. Struktur Bangun Paracetamol

Nama kimia : N-asetil-para-aminofenol

Nama IUPAC : 4-hidroksiasetanilida

Nama lazim : Asetaminofen

Rumus kimia : C8H9NO2

BM : 151,16

Pemerian : serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida

1N; mudah larut dalam etanol.

Suhu lebur : Antara 168°C dan 172°C..

Sisa Pemijaran : tidak lebih dari 0,1%.

Penyimpanan :dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

(Depkes RI, 1979).

4
2.1.3 Teofilin

Gambar 3. Struktur Bangun Teofilin

Nama kimia : Teofilin monohidrat

Rumus kimia : C7H8N4O2.H2O

BM : 198,18

Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, stabil di

udara.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air

panas,mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan

dalam amonium hidrokida, agak sukar larutdalam

etanol, dalam kloroform, dan dalam eter.

Suhu lebur : Antara 270°C dan 274°C.

Susut Pengeringan : Bentuk hidrat antara 7,5% dan 9,5%, bentuk anhidrat

tidak lebih dari 0,5%; lakukan pengeringan pada suhu

105°C selama 4 jam

Sisa Pemijaran : tidak lebih dari 0,15%.

Penyimpanan :dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979).

5
2.2 UraianUmum

2.2.1 CTM, Teofilin, dan PCT

Parasetamol (PCT) adalah obat analgesik dan antipiretik yang biasa

digunakan untuk pengobatan demam dan sakit kepala. Parasetamol sangat

berguna dalam pengobatan demam setelah asam asetilsalisilat yang telah

digunakan sebelumnya dan di banyak negara telah digunakan sebagai alternatif

dari aspirin dan phenasetin (Aryasa, 2018)

Teofilin (golongan dimethylxanthin), yang secara alami dapat ditemukan

dalam teh hitam, teh hijau dan kakao. Secara in vitro, sebagai antagonis reseptor

adenosin, teofilin ini lebih poten daripada kafein karena mempunyai afinitas yang

lebih tinggi terhadap reseptor adenosin dibandingkan kafein, dan saat ini teofilin

banyak digunakan sebagai obat untuk mengatasi obstruksi saluran nafas

(Miladiyah, 2017)

CTM berkhasiat sebagai pereda gejala alergi yang memiliki efek samping

sedikit dan dapat memberikan efek terapi lebih cepat dengan dosis yang sedikit

dari pada obat antihistamin yang lain, memiliki sifat fisika kimia yakni CTM

mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol 95% dan kloroform, sukar larut

dalam eter dan dalam benzena (FI Edisi III, 1979) (Fickri,2018)

2.2.2 Spektrofotometri

Spektrofotometri adalah instrumen yang memberikan informasi terkait

intensitas sinar yang diserap atau ditransmisikan sebagai fungsi panjang

gelombang. Baik spektrofotometer berkas tunggal atau ganda, digunakan dalam

serapan molekuler. Kebanyakan instrumen komersial untuk spektrofotometer

serapan adalah sistemn berkas ganda. Instrumen unntuk spektrofotometer UV

6
sampai inframerah adalah serupa dalam hal komponen – komponennya (Gandjar,

2018).

Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum

ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan

menghasilkan sinar monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200 –

800 nm (Gandjar, 2018).

Metode fisika – kimia pertama yang digunakan dalam analisis farmasi

didasarkan pada pengukuran intensitas warna dalam larutan berwarna, yang

dikenal dengan kolorimetri. Salah satu contoh analisis kolorimetri yang awal

adalah metode Nessler untuk analisis amonia, yang pertama kali diusulkan pada

tahun 1856. Nessler menemukan bahwa penambahan larutan alkali lHgl dan KI

pada larutan amonia encer dapat menghasilkan warna kuning sampai cokelat

kemerahan, yang mana warna tersebut ditentukan oleh konsentrasi amonia.

Perbandingan antara warna sampel dengan warna standar digunakan untuk

menentukan konsentrasi amonia dalam sampel. Kolorimetri yang sampelnya

menyerap sinar tampak (visible), merupakan salah satu contoh metode analisis

secara spektroskopi. Dengandemikian, teknik kolorimetri yang digunakan pertama

ini adalah teknik yang sekarang kita pahami sebagai spektroskopi serapan di

daerah REM tampak. Kisaran panjang gelombang untuk radiasi UV-vis adalah

200-800 nm untuk spektrometer yang digunakan di udara, bukan vakum. Untuk

radiasi UV, kisaran panjang gelombangnya adalah 200 400 nm, sementara radiasi

sinar tampak mempunyai kisaran panjang gelombang 400 800 mm. Radiasi pada

kisaran paking gelombang ini (200-800 nm mempunyai energi yang cukup untuk

mengeksitasikan elektron valensı dalam beberapa atom dimanfaatkan dalam

7
spektroskopi serapan atom) danmolekul (dimanfaatkan dalam spektroskopi

molekuler). Spektroskopi UV-vis termasuk kedalam kelompok spektroskopi

molekuler, karena melibatkan eksitasi elektron valensi suatumolekul.

Spektrometer yang bersesuaian dengan kisaran ini biasa disebut dengan

spektrometer UV-vis, atau dapat juga disebut dengan spektrofotometer UV-vis,

karena menggunakan REM atau foton. Kebanyakan molekul obat menyerap

radiasi di daerah ultraviolet (Gandjar, 2018).

Bila cahaya uv-vis dikenakan pada senyawa maka sebagian dari cahaya

tersebut akan diserap oleh molekul yang mempunyai tingkatan energi yang

spesifik (Sitorus, 2009).

Fungsi daripada monokromatik adalah untuk menentukan sudut dari

panjang gelombang untuk melewati sel sampel, dan pada instrumen terbaru

disukai menjadi dasar untuk digunakan sebagai gambar ilustrasi. Hal yang

terpenting dari monokromatic adalah luas bidang yang dihasilkan. Salah satu

kelemahan dari kisi difraksi adalah kemungkinan perintah spektral berbeda yang

muncul dari celah keluar dengan pengaturan sudut dan karenanya panjang

gelombang yang diberikan (Denney, 1991).

Dengan demikian bila monokromator kisi diatur pada 600 nm dalam

spektrum orde pertama, sudut yang sama akan membiarkan radiasi 300 nm

menembus dari difraksi orde kedua. Salah satu kelemahan dari kisi difraksi adalah

kemungkinan perintah spektral berbeda yang muncul dari celah keluar dengan

pengaturan sudut dan karenanya panjang gelombang yang diberikan. Dengan

demikian bila monokromator kisi diatur pada 600 nm dalam spektrum orde

pertama, sudut yang sama akan membiarkan radiasi 300 nm menembus dari difra-

8
ksi orde kedua (Denney, 1991).

Pada saat ini, terdapat berbagai metode analitik yang peka, teliti dan tepat

untuk pengukuran langsung obat-obat dalam cuplikan biologiklangsung obat-obat

dalam cuplikan biologik, seperti plasma dan urin.Pada saat ini, terdapat berbagai

metode analitik yang peka, teliti berbagai metode analitik yang peka, teliti dan

tepat untuk pengukuran langsung obat-obat dalam cuplikan biologik, seperti

plasma dan urin. bioavailabilitas antara obat-obat dan produk-produk obat dengan

lebih teliti (Sitorus,2009).

Kurva linier merupakan cara yang paling mudah untuk membandingkan

hasil pengujian pelepasan zat aktif antar lot atau antar formula. Meskipun

demikian, selain kinetik orde nol, bila konsentrasi yang terukur atau yang tersisa

dinyatakan pada sumbu – y dalam bentuk akar kuadrat atau akar pangkat tiga,

maka order reaksi pelepasan zat aktif dapat diukur (Devissaguet, 1982).

2.2.3 Hukum Lambert-Beer

Dua ahli yang mempelajari aspek kuantitatif pada penyerapan radiasi

eletktromagnetik ini adalah Lambert (mempelajari hubungan tebal sel dengan

penurunan sinar dengan konsentrasi), sehingga persamaan matematik yang

didapat secara empiris tentang hubungan antara penurunan intensitas sinar

terhadap tebal media (sel) dan konsentrasi disebut persamaan Lambert- Beer

(Sitorus, 2009).

Pengukuran penyerapan ultraviolet dan radiasi oleh spesies dalam larutan

memberikan salah satu metode analisis kuantitatif yang paling banyak digunakan

yang tersedia di laboratorium analitik. Dasar-dasar pengukuran tersebut adalah

sebagai berikut :

9
− Generasi spesies penyerap yang sesuai dalam larutan dalam jumlah yang

secara kuantitatif terkait dengan jumlah analit yang akan ditentukan

− Pemilihan panjang gelombang yang sesuai untuk memungkinkan

dilakukannya pengukuran yang akurat terhadap hasil pengukuran. Spesies

penyerap.

− Penentuan rasio intensitas radiasi ketika melewati ketebalan tertentu dari

larutan penyerap (biasanya disimpan dalam sel sampel atau kuvet dengan

panjang jalur yang diketahui) dibandingkan dengan intensitas sinar radiasi

yang sama ketika melewati melalui sel referensi yang mengandung pelarut

atau larutan kosong yang sesuai (Sitorus, 2009).

Untuk obat-obat yang tidak terpasarkan yang tidak memenuhi NDA (New

Drug Application) sebagaimana dinyatakan oleh FDA, maka studi bioavailabilitas

in vivo harus dilakukan apabila formulasi obat tersebut dimaksudkan untuk

dipasarkan (Sitorus,2009).

Ahli farmakokinetika dapat menggunakan cara pengukuran kadar ini untuk

menggambarkan perbedaan bioavailabilitas antara obat-obat dan produk-produk

obat dengan lebih teliti diukur dengan cara menggunakan spektroskopi dua cara,

yaitu :

1. Dengan cara manual

2. Dengan cara membandingkan absorbansi sampel dengan absorbansi standar

maka konsentrasi sampel dapat dihitung dengan Aspl/Astd = Cspl/Cstd.

Karena hanya membandingkan dengan satu data, maka ketelitian

perhitungan dengan cara ini mempunyai akurasi yang rendah untuk lebih teliti

10
maka dibandingkan dengan beberapa kali pengukuran sampel kemudian

dihitung rata-rata.

3. Dengan cara kurva standar baku atau persamaan regresi

Pada persamaan lambeer beer tidaklah ideal (biasanya tidak melali titik

(0,0) tetapi pada koreksi intersep sehingga secara umum mengikuti persamaa

linear y= ax + b, dalam hal ini y adalah absorbansi dan x adalah konsentrasi

(Sitorus, 2009).

Batas sensitivitas mata manusia adalah sinar tampak atau terlihat (vissible)

yaitu dengan panjang gelombang (λ) antara 4 x 10-7 m (400 nm) berupa cahaya

violet /ungu/lembayung sampai 8 x 10-7 m (800 nm) atau merah. Panjang

gelombang juga lazim disajikan dalam satuan nm di mana 1 m = 10 -9 nm. Pada

tabel berikut disajikan klasifkasi sinar tampak beserta warna komplementernya

(bila dicampurkan jadi tidak berwarna) (Sitorus, 2009).

Panjang gelombang (nm) Warna Warna komplementer


400-435 Violet/ungu/lembayung Hijau kekuningan
435-480 Biru Kuning
480-490 Biru kehijauan Jingga
490-500 Hijau kebiruan Merah
500-560 Hijau Ungu kebiruan
560-580 Hijau kekuningan Ungu
580-610 Jingga Biru kehijauan
610-680 Merah Hijau kebiruan
680-800 Ungu kemerah-merahan Hijau

Bila sinar UV-Vis dikenakan pada ikatan maka bila energinya cukup akan

menyebabkan transisi elektronik dari bonding ke anti bonding yaitu dari ρ → ρ *

dan dari π → π*. Karena hakikat ikatan adalah sepasang elektron, maka ada tiga

macam jenis ikatan pada senyawa organik yaitu ikatan ρ, ikatan π dan pasangan

elektron bebas (n) dengan urutan kekuatan ikatan ρ ˃ π ˃ n (Sitorus, 2009).

11
Posisi anti bonding adalah jarak antara dua elektron yang dipisahkan

hingga gaya tarik-menarik (coulomb) dari dua elektron yang dipisahkan adalah

nol. Elektron ikatan berada pada orbital molekul (OM) dimana transisi akan

terjadi dari orbital molekul HOMO (Highest Ocupation Molecule Orbital) atau

elektron pada OM terisi yang mempunyai energi tertinggi ke LUMO (Lowest

Unocupation Molecule Orbital) atau OM berenergi terendah yang tidak terhuni

elektron. Bila tidak ada lagi pengaruh cahaya maka elektron akan kembali ke

orbital ikatan, sehingga spektroskopi UV-Vis tidak merusak sampel. Selanjutnya

ikatan yang mengalami transisi disebut sebagai kromofor (Sitorus, 2009).

Panjang gelombang untuk transisi elektronik adalah spesifik yang dikenal

sebagai λmaks yaitu panjang gelombang yang memberikan absorbansi maksimum

dan merupakan dasar dari analisa kualitatif yang dapat ditentukan dengan

membuat kurva salah satu standar antara A lawan λ (Sitorus, 2009).

Tidak semua transisi elektron dapat diamati pada spektroskopi UV-Vis

(200-800 nm). Bila transisi disebabkan sinar dibawah 200 nm (UV Vacum) maka

pada spektrometer UV-Vis tidak teramati. Demikian juga bila Ʃ terlalu kecil juga

tidak akan teramati. Dengan demikiaan transisi akan teramati bila λ maks antara 200-

800 nm dan Ʃ ˃ 10.000 L mol -1 cm-1. Bandingkan tabel berikut ini tentang

beberapa kromofor, transisnya, serta harga λmaks dan Ʃ (Sitorus, 2009).

Berdasarkan tabel diatas maka semua kromofor tidak teramati

padaspektroskopi UV-Vis. Hal ini disebabkan karena tidak memenuhi kriteria

harga λmaks harus (200-800 nm) dan Ʃ ˃ 10.000 L mol-1 cm-1. Gugus kromofor

yang memenuhi dua kriteria tersebut adalah diene terkonjugasi dan alkena yang

12
selanjutnya spektroskopi UV-Vis untuk analisis senyawa dengan senyawa gugus

kromofor diena dan poliena serta enon terkonjugasi (Sitorus, 2009).

Bila konjugasi ikatan rangkap makin panjang maka akan menuju warna

kuning seperti karatenoid atau pro-vitamin A, maka sinar yang digunakan adalah

Vis. Untuk senyawa organik berwarna dan yang dapat dibuat menjadi kompleks

berwarna spektroskopi Vis juga dapat digunakan baik untuk tujuan kualitatif dan

kuantitatif. (Sitorus, 2009).

Setiap melakukan analisis dengan spektroskopi UV-Vis, maka λmaks

terlebih dahulu ditentukan secara eksperimen dengan membuat kurva A lawan

panjang gelombang (λ). Berdasarkan data empiris Woodward-Fieser telah

melakukan perhitungan terhadap angka dasar untuk beberapa diena dan enon serta

tambahan panjang gelombang karena pengaruh substituen. Selanjutnya dalam

pengukuran λmaks maka panjang gelombang yang dicobakan adalah sekitar 50 nm

di atas dan d bawah hasil perhitungan (Sitorus, 2009).

Walaupun memiliki kromofor yang sama, namun λ yang berbeda.

Berdasarkan kaedah Woodward-Fieser ada dua jenis kromofor diena yaitu sebagai

berikut :

1. Diena heteroanular: diena bukan siklis dan diena siklis namun ikatan

rangkap konyugasinya berada pada cincin yang berbeda (Sitorus, 2009).

2. Diena homoanular: diena ikatan rangkap konyugasinya terdapat pada

cincin yang sama (Sitorus, 2009).

Semua farmakope menjelaskan prinsip fisik dan metodologis spektroskopi

NMRdan penerapan kuantitatifnya dalam bab umum. Namun, jumlah aplikasi cf

di setiap farmakope rendah karena perusahaan farmasi tidak menggunakan

13
spektroskopi NMR dalam analisis rutin. Saat ini, contoh-contoh berikut dapat

ditemukan. Untuk identifikasi: buserelin, goserilin, trobamisin (PhEur 6.0),

natrium hidrokortison fosfat (BP 1998), isomer amilnitrit (USP 30) (Holzgrabe,

2008)

Keuntungan menentukan spekstroskopi NMR dibandingkan metode

kromatografi dan elektroforesis adalah karena kenyataan bahwa hampir tidak ada

waktu persiapan ada. Sedangkan dalam HPLC banyak waktu yang harus

dihabiskan untuk keseimbangan kolom atau derivatisasi nalit dalam hal deteksi

UV, luoresensi, atau elektrokimia, spektrometer NMR selalu siap untuk mengukur

dan membutuhkan waktu ksperimental tergantung pada konsentrasi analit dan

hanya pada cara eksperimental saja. Zat tersebut harus dilarutkan dalam pelarut

yang dideuterasi dengan benar. Jumlah pelarut yang dibutuhkan sekitar 0,7 ml

( mrnggunakan kepala probe 5-mm yang umum). Jadi, menghadapi volume

pelarut yang lebih besar dalam HPLC, biaya yang dibutuhkan untuk pelarut yang

dideuterisasi lebih tinggi (Holzgrabe, 2008).

Selain itu, analisis qNMR seringkali lebih akurat dan tepat daripada

metode HPLC standar. Biasanya tidak diperlukan bahan referensi kimia yang

mahal, dan informasi struktural tambahan tentang pengotor, isomer, dan lain-lain

sudah tersedia. Keuntungan lain dari NMR adalah fakta bahwa untuk pengujian

kemurnian suatu obat tidak semua kotoran (digunakan untuk metode 100% dalam

HPLC) perlu diidentifikasi (Holzgrabe, 2008).

Obat atau eksepien harus diidentifikasi, yang sering dilakukan dengan

spekstroskopi IR dan thin-layer kromatografi (TLC) serta metode kimia basah

14
yang digunakan untuk identifikasi karakteristik dari molekul obat atau kounter

ion. Kualitas obat sering dievaluasi dengan metode kromatografi, terutama

kromatografi high-performance (HPLC) dan beberapa tes khusus. Akhirnya,

kandungan obat sebagian besar dinilai dengan titrasi, jarang digunakan HPLC

atau spekstroskopi UV (Holzgrabe, 2008).

Hal-hal berikut ini dapat dikontrol oleh spektroskopi NMR menggunakan

berbagai desain kuantitas :

 Identifikasi obat atau eksepien

 Tingkat pengotor ( terkait zat aktif)

 Isi pelarut residu

 Komposisi isomer :

-. Perbandingan diastrereomer

-. Perbandingan enantiomer dan kelebihan enantiomer

 Pengujian obat tunggal atau komposisi obat ( Holzgrabe, 2008)

15

Anda mungkin juga menyukai