Anda di halaman 1dari 7

PAPER

FILSAFAT PENDIDIKAN

“PROBLEMATIKA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : FITRIANI

NIM : A 241 18 077

DOSEN PENGAMPU :

Gustina, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2020
PROBLEMATIKA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan perubahan dalam hidupnya. Salah satu diantara
sekian banyak perubahan tersebut adalah pendidikan dan pembangunan. Sedangkan pendidikan di
Indonesia setiap tahun mengalami perubahan yang tidak teratur dan tidak seimbang. Begitu pula dengan
pembangunan, pada saat ini pembangunan di Indonesia mengalami ketidak seimbangan. Jumlah sumber
daya alam di Indonesia sangat memadai, akan tetapi sumber daya manusia yang berkualitas kurang
memadai.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap
langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntunan zaman. Perkembangan zaman selalu
memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.
Mengenai masalah pendidikan, perhatian pemerintah kita masoih terasa sangat minim. Gambaran
ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa yang masih
rendah, pengajar kurang professional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan
kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan
ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik ditingkat nasional, provinsi
maupun kabupaten dan kota.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui masalah-masalah pendidikan di Indonesia
2. Mengetahui solusi pemecahan masalah pendidikan di Indonesia
3. Mengkaji problematika pembangunan di Indonesia dari berbagai Aspek filsafat
( positivisme,post positivisme, fenomenologi serta antara ilmu,kebudayaan dan Teknologi)
BAB II : LANDASAN TEORI

Pendidikan di Indonesia merupakan suatu pengaruh untuk bangsa Indonesia yang dapat menjadikan
Indonesia menjadi lebih maju dan berkembang. Sebagai Negara yang masih berkembang, pendidikan di
Indonesia masih sangat rendah dari segi Sumber Daya Manusia (SDM ) dan masih jauh tertinggal dibandingkan
Negara-negara di Asia maupun Negara berkembang lainnya. Faktanya menurut Education All Global
Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan Oleh United National Education, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan diseluruh dunia
dari 120 negara. Data Education Development Index ( EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di perinkat
ke 69 dari 127 negara. Sebenarnya telah disebutkan di dalam tujuan pendidikan Nasional yang tercantum pada
UU No.12 tahun 2012 Bab I pasal I tentang pendidikan tinggi, yang berbunyi sebagai berikut :

“ pendidikan adalah usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan ,akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia harus diatasi. Salah satu upaya dalam meningkatkan
pendidikan adalah meningkatkan kualitas sumber daya baik secara internal maupun eksternal. Merujuk pada
UU No. 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi maka pendidikan adalah Usaha sadar yang harus dapat
menumbuh kembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa dan martabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu konsep belajar berakar dari peserta didik dan konsep
pembelajaran berakar dari pihak pendidik. Mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh prestasi belajar. Prestasi
belajar yang tinggi secara tidak langsung akan meningkatkan mutu pendidikan. Menurut Hamdani
mengemukakan bahwa “ prestasi belajar merupakan hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk symbol, huruf ,maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak pada periode tertentu”. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan tolak ukur mutu pendidikan.
BAB III : PEMBAHASAN

A. Masalah-Masalah Pendidikan Di Indonesia

Masalah-masalah pendidikan di Indonesia sangat banyak dan satu sama lain mempunyai hubungan
yang kompleks. Masalah-masakah pendidikan yang pokok adalah sebagai berikut :

1. Masalah banyaknya anak yang tidak dapat ditampung di sekolah


2. Masalah besarnya Drop-out

Drop out artinya meninggalkan sekolah sebelum menamatkan pelajaran. . Drop-out pada tingkat
sekolah menengah ada tiga kemungkinan bentuknya yaitu :

a. Mengundurkan diri dari sekolah sebelum menamatkan pelajarannya.

b. Gagal dalam mencapai ujian akhir

c. Tak dapat melanjutkan pelajaran bagi siswa yang cerdas karena biaya (drop-out ini merupakan
kerugian paling besar bagi masyarakat dan negara, juga bagi indivisu yang bersangkutan).
Drop-out yang terjadi di sekolah menengah itu terjadi juga pada tingkat perguruan tinggi.

3. Masalah ketidakseimbangan horizontal dan vertical


Yang dimaksud dengan ketidak-seimbangan horizontal adalah ketidakseimbangan jumlah sekolah
dan muridnya antara sekolah umum dan sekolah kejuruan pada masing-masing tingkat pendidikan.
Sedangkan ketidakseimbangan vertikal artinya ketidakseimbangan jumlah antara mutu tingkat
sekolah dengan tingkat diatasnya.
4. Masalah Tenaga Guru
5. Masalah Kurikulum dan Metode Mengajar yang Sama
6. Masalah uang sumbangan pendidikan
7. Masalah Ujian Negara yang Sentralistik
8. Masalah Kemacetan Mekanisme Inspeksi dan Supervisi
9. Masalah Tidak Memenuhinya Syarat-Syarat Prasarana dan Sarana Pendidikan
B. Usaha-Usaha Pemecahan Masalah Pendidikan
1. Masalah Penampungan anak-anak untuk bersekolah
Harus ada progam yang menyeluruh, terperinci untuk mengatasi kebutuhan akan sekolah serta
pendidikan di luar sekolah bagi mereka yang tidak tertampung di sekolah (pendidikan masyarakat).
2. Masalah drop-out
Pemecahan masalah drop-out dilakukan dengan mengintrodusir automatic promotion pada
tingkat Sekolah Dasar dari kelas I-VI. Tetapi pelaksanaan automatic promotion barulah berupa plot
proyek pada beberapa sekolah percobaan IKIP dan belum dalam skala nasional. Pelaksanaan automatic
promotion ini memerlukan beberapa kondisi antara lain : upgrading guru (terutama guru kelas I-VI),
adanya guru-guru khusus untuk menghadapi “slow-learner” maupun anak-anak yang memiliki
kecerdasan istimewa, penyempurnaan alat-alat pelajaran, pembaharuan metode pengorganisasi kelas
dan lain sebagainya.
3. Masalah ketidakseimbangan horizontal dan vertikal serta masalah kurikulum
Masalah tersebut dipecahkan dengan mengintroduksikan ide sekolah komprehensif. Dengan
sekolah komprehensif diharapkan adanya perubahan radikal sekolah-sekolah, perubahan itu meliputi :
tujuan pendidikan, organisasi, metode mengajar, kurikulumnya dan sebagainya.
4. Masalah tenaga guru
Mengenai maalah tenaga guru itu, ada dua hal yang perlu dihadapi yaitu: mengatasi kekurangan
tenaga guru dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi dan meng up-grade tenaga yang sudah ada. Guru
memegang peranan sentral dalam proses pendidikan/pengajaran, maka keadaan tersebut menghambat
perkembangan pendidikan.
5. Masalah uang sumbangan pendidin
Dengan dikeluarkannya surat keputusan Menteri Pendidikan yang mengatur mengenai uang
sumbangan prndidikan, maka diharapkan anarkhi dalam pungutan sumbangan pendidikan dapat
diakhiri.

6. Masalah ujian negara

Masalah tersebut dapat diatasi pemerintah dengan jalan menghapus ujian negara yang sentralistik
dan menggantinya dengan ujian dan ijasah sekolah. Apabila ujian negara diganti dengan ujian sekolah,
maka kondisi yang perlu dipersiapkan adalah : upgrading guru-guru, memperbaiki mekanisme inspeksi
dan supervisi, diciptakannya alat-alat evaluasi yang baru, adanya textbooks yang dapat dijadikan
standar untuk tiap mata pelajaran, adanya silabus yang lengkap dan teacher’s manual untuk tiap mata
pelajaran dan perlunya informasi dan pengertian di pihak masyarakat dan pasaran kerja.

7. Masalah inspeksi dan supervisi

Perlu adanya peningkatan personil, sistem dan organisasi inspeksi dan supervisi yang bersifat
menyeluruh, terperinci dan lengkap. Karena dapat dilihat dari fungsinya yang sangat penting dalam
rangka pengembangan pendidikan sebab : adanya sebagian besar guru yang kurang qualified
memerlukan bimbingan dan pengawasan dan juga rendahnya moral sebagian besar guru sangat
memerlukan adanya pengawasan. Tidak hanya progam yang jelas untuk meningkatkan inspeksi dan
supervisi merupakan suatu problem pendidikan.

8. Masalah prasarana dan sarana prndidikan

Adanya laboratorium, buku-buku, perpustakaan, mebiller dan perbaikan gedung sekolah di


samping itu sangat penting pula adalah perbaikan insentive kepada para guru sedemikian rupa sehingga
menimbulkan gairah yang besar dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, sebab tugas mendidik dan
mengajar memerlukan ketenangan batin dan hal itu akan tercapai bila kecukupan kebutuhan
materialnya.

C. Mengkaji problematika pembangunan di Indonesia dari berbagai Aspek filsafat ( positivisme,post


positivisme, fenomenologi serta antara ilmu,kebudayaan dan Teknologi)

a. Filsafat positivisme

Kajian ilmu pendidikan memiliki memiliki ciri khas yang sendiri yang berbeda dengan ilmu-ilmu sosial
yang dikembangkan dahulu seiring dengan kelahiran filsafat positivisme. Tetapi yang saat ini menjadi salah
kaprah postivisme dalam pendidikan beberapa contoh adalah penentuan kelulusan siswa SMP dan SMA yang
berdasarkan hasil nilai Ujian Akhir Nasional. Salah kaprah berikutnya adalah adalah beberapa sekolah dan
orang tua yang melihat laporan perkembangan peserta didik berdasarkan data nilai yang diperoleh siswa
selama mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Pendidikan pun masih berada dalam kondisi keprihatinan.
Mulai dari kekurangan tenaga pengajar, fasilitas pendidikan hingga sukarnya masyarakat untuk mengikuti
pendidikan karena permasalahan ekonomi dan kebutuhan hidup. Sistem pendidikan nasional yang telah
berlangsung hingga saat ini masih cenderung mengeksploitasi pemikiran peserta didik. Indikator yang
dipergunakanpun cenderung menggunakan indikator kepintaran, sehingga secara nilai di dalam rapor
maupun ijasah tidak serta merta menunjukkan peserta didik akan mampu bersaing maupun bertahan di
tengah gencarnya industrialisasi yang berlangsung saat ini.

Berangkat dari pemikiran itulah, maka permasalahan mengenai relasi(keterkaitan) antara filsafat
positivisme dengan dunia pendidikan dan alasan-alasan mengapa ajaran filsafat positivisme tidak dapat
seluruhnya melandasi dunia pendidikan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dengan tujuan untuk
memberikan kesadaran bahwa sesungguhnya ada kekhasan-kekhasan tersendiri dari dunia pendidikan,
yang justru bertentangan dengan filsafat positivisme itu sendiri.

b. Filsafat post Positivisme


Dalam pendidikan Indonesia post positivisme adalah suatu pergerakan ide yang menggantikan ide-ide
positivisme . post positivisme memiliki cita-cita ingin meningkatkan kondisi eknomi dan sosial, kasadaran
akan peristiwa sejarah dan perkembangan dalam bidang pendidikan. Filsafat post positivism mengarahkan
agar pendidikan tidak hanya dari kejadian atau hal-hal yang dapat dibuktikan secara empiris atau dapat
dilihat melainkan menggabungkan antara yang dilihat dan dirasakan. Contoh pendidikan berkarakter itu akan
berjalan dengan baik dan memberikan dampak yang positif, dilihat bukan hanya dari materi dalam
pembelajaran melainkan ada juga dari guru, keluarga,dan lingkungan serta emosi anak.
c. Fenomenologi

Memperbincangkan fenomenologi tidak bisa ditinggalkan pembicaraan mengenai konsep Lebenswelt


(“dunia kehidupan”). Konsep ini penting artinya, sebagai usaha memperluas konteks ilmu pengetahuan atau
membuka jalur metodologi baru bagi ilmu-ilmu sosial serta untuk menyelamatkan subjek pengetahuan.
konsep yang dapat menjadi dasar bagi (mengatasi) ilmu pengetahuan yang tengah mengalami krisis akibat
pola pikir positivistik dan saintistik, yang pada prinsipnya memandang semesta sebagai sesuatu yang teratur –
mekanis seperti halnya kerja mekanis jam. Akibatnya adalah terjadinya 'matematisasi alam' dimana alam
dipahami sebagai keteraturan (angka-angka). Kontribusi dan tugas fenomenologi dalam hal ini adalah
deskripsi atas sejarah lebenswelt (dunia kehidupan) tersebut untuk menemukan ‘endapan makna’ yang
merekonstruksi kenyataan sehari-hari. Maka meskipun pemahanan terhadap makna dilihat dari sudut
intensionalitas (kesadaran) individu, namun ‘akurasi’ kebenarannya sangat ditentukan oleh aspek
intersubjektif. Dalam arti, sejauh mana ‘endapan makna’ yang detemukan itu benar-benar di rekonstruksi dari
dunia kehidupan sosial, dimana banyak subjek sama-sama terlibat dan menghayati.

d. Ilmu, kebudayaan dan teknologi


Bagi permasalahan pendidikan di Indonesia tidak luput dari ilmu, kebudayaan dan teknologi yang
semakin berkembang. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat ini menuntut dunia pendidikan
untuk selalu menyesuaikan perkembangan teknologi terhadap usaha dalam peningkatan mutu pendidikan,
terutama penyesuaian penggunaan teknologi informasi dan komunikas bagi dunia pendidikan khususnya
dalam proses pembelajaran.
Dari perkembangan yang semakin pesat ini pula tanpa kita sadari bahwa Indonesia kini telah kehilangan
aspek kebudayaannya. Sehingga yang mempengaruhi pendidikan bukan lagi budaya bangsa ini melainkan
budaya luar yang merupakan ekses dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

Purwanti. 2007. Suara Merdeka Perekat Komunitas Jawa Tengah.

http://www.suaramerdeka.com/harian/0705/02/opi03.htm (06 MEl 2020).

Vembrianto. 1981. Kapita Selekta Pendidikan Jilid Pertama. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan

“Paramita” Yogyakarta.

Vembrianto. 1982. Kapita Selekta Pendidikan Jilid Kedua. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan

“Paramita” Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai