Perkembangan teknologi dan peradaban dunia yang pesat berbanding lurus
dengan kerumitan masalah yang ditimbulkannya. Masalah yang dihadapi dunia saat ini adalah masalah global yang memerlukan penanganan yang berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Masalah-masalah yang dihadapi dunia saat ini merupakan masalah yang bersifat multi sektoral dan memiliki kaitan satu sama lain. Masalah yang kompleks tersebut tidak lagi dapat diatasi hanya dengan menggunakan satu disiplin atau pendekatan saja. Kita perlu mencari pendekatan baru yang lebih baik untuk mengatasi masalah global yang bersifat multi sektoral. Kenyataan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa pendidikan dilakukan kapan saja, dimana saja, dan merupakan suatu proses yang berpengaruh dalam setiap sistem. Aktivitas pendidikan dilakukan oleh spesialis dalam berbagai bidang pendidikan serta terungkap dalam sistem sosial apapun. Berkembangnya isu pendidikan yang terpisah-pisah menjadikan makin terkotak-kotaknya pendidikan kita saat ini. Untuk mengatasi problem tersebut maka diperlukan sebuah pendekatan, dan pendekatan yang sesuai adalah pendekatan transdisiplin, karena produksi ilmu pengetahuan adalah suatu proses sosial yang mengalami diseminasi secara global maupun lokal melalui berbagai bentuk dan tempat, maka di masa yang akan datang akan terjadi rekonfigurasi ilmu pengetahuan. Dengan demikian , maka dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan di alam semesta ini, tak cukup civitas akademika dipersiapkan dengan satu disiplin saja berdasarkan kognisinya semata, melainkan diperlukan orientasi transdisipliner melalui interpenetrasi antara rasio, emosi, intuisi dan cipta talent. Ini tidak berarti bahwa satu-satunya disiplin tidak perlu diperdalam secara intensif, melainkan kedalaman intensivitas maupun eksentivitas ilmu tersebut mencari berbagai fungsi keterkaitannya dengan aneka dimensi kehidupan, sehingga terwujud ilmu pengetahuan yang terobos menerobos. Permasalahan global terutama didalam memecahkan persoalan pendidikan seperti yang dianjurkan oleh UNESCO memerlukan berbagai disiplin ilmu, kita perlu berperan serta secara aktif mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi masalah global yang dihadapi saat ini. Pendekatan Transdisiplin Pendekatan transdisiplin memiliki perbedaan dengan pendekatan multidisiplin. Pendekatan multidisiplin memperlihatkan disiplin yang tersegmentasi. Pendekatan ini, tidak memiliki konsep integrasi yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang ada. Pendekatan multidisiplin masih memperlihatkan unsur-unsur monodisiplin di dalamnya. Belum memperlihatkan adanya keluasan pemikiran yang terintegrasi yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang bersifat global dan kompleks. Pendekatan transdisiplin dapat dipandang sebagai ruang intelektual atau “intellectual space” yang merupakan wilayah tempat isu-isu yang dibahas saling dikaitkan, dieksplorasi, dan dibuka untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik. Dalam ruang intelektual isu-isu dibahas dan juga dipikir ulang (rethinking) serta dianalisis untuk dapat diimplementasikan. Transdisiplin mempunyai kesamaan makna dengan transektoralitas yang juga memerlukan kajian. Tujuan dari pendekatan trandisiplin adalah untuk membangun pandangan-panclangan yang diperlukan untuk mengeksplorasi makna baru dan sebuah sinergi. Penerapan transdisiplin digunakan untuk mencapai sesuatu di luar dimensi kuantitatif Adanya sinergi dalam konsep transdisiplin dimaksudkan untuk mencapai tingkat harmoni yang lebih tinggi dari integrasi ilmu pengetahuan yang disebut dengan simponi. Ada banyak pendapat mengenai makna transdisiplin. Menurut Julie Thompson Klein: “…transdisiplin adalah pengetahuan praktis yang bersifat reflektif yang mempertimbangkan pluralitas dan kompleksitas kondisi manusia.” Pendekatan transdisiplin yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah global yang bersifat kompleks memiliki beberapa elemen penting yaitu: a. Praksis yang bersifat aktif yang melibatkan aktivitas transformasi, integrasi, dan rekonstutif; b. Bersifat non-inklusif; c. Memerlukan adanya proses refleksi diri; d. Memiliki dimensi kompleksitas (kerumitan); e. Bersifat plural dengan memanfaatkan perspektif pengetahuan yang berbeda; f. Berorientasi ke masa depan atau future oriented. Trandisiplin merupakan pendekatan kolektif yang memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan analisis manusia dalam memahami sistem yang lebih besar dan kompleks. Makna penting yang menandai transdisiplin adalah proses integrasi dari multidisiplin yang digunakan untuk membahas isu atau menghadapi permasalahan. Transdisiplin mempunyai manfaat tidak hanya digunakan untuk menghadapai masalah-masalah kompleks semata, tapi juga untuk melihat adanya problem baru yang muncul akibat dari analisis yang mendalam dari proses interdisiplin. Perbedaan penting antara interdisiplin dan transdisiplin adalah sebagai berikut: dalam pendekatan interdisiplin analisis masalah yang dihadapi dilakukan secara paralel, sedangkan dalam pendekatan transdisiplin, disiplin yang terlibat di dalamnya menawarkan pendekatan yang spesifik dan bahkan asumsi dasar untuk menciptakan dialog untuk memahami isu-isu kompleks yang sedang dihadapi. Transdisiplin dengan kata lain merupakan upaya gabungan untuk memahami masalah global yang sering bersifat kompleks. Dalam memecahkan masalah pendidikan jika kita hanya menggunakan monodisiplin, kita akan berhadapan dengan berbagai kelemahan yang muncul dimana kita hanya memahami disiplin ilmu itu saja tanpa memahami disiplin ilmu lain yang dapat dimanfaatkan untuk melengkapi disiplin ilmu yang kita pahami. Dunia akademik saat ini ditandai dengan keberadaan disiplin ilmu yang saling terpisah. Integrasi oleh karenanya merupakan kata kunci yang diperlukan untuk meningkatkan pemahaman. Transdisipliner adalah konsep yang terintegrasi dan praktek pengetahuan, untuk menangani isu-isu penting berdasarkan prosedur secara integratif. Saat kita bicara disiplin maka terkait dengan dua masalah yaitu ketidakmengertian kita terhadap bahasa yang digunakan oleh disiplin itu, kemungkinan kedua adalah kita mengerti bahasa yang digunakan disiplin itu meskipun istilah yang digunakan dalam disiplin itu berbeda. Implementasi transdisipli diasumsikan sebagai upaya kooperatif para ilmuwan dalam mendudukkan persoalan-persoalan yang menyangkut kehidupan manusia, sehingga melalui dialog tersebut dapat dicapai analisis praksis berdasarkan metode yang dikembangkan masing-masing disiplin ilmu tersebut karena masing-masing disiplin ilmu memiliki keunggulannya sendiri-sendiri dalam mengatasi problem global. Dialog antardisiplin dimaksud diharapkan dapat menyelesaikan persoalan- persoalan kemanusiaan yang lebih produktif dibanding jika hanya diselesaikan melalui solusi satu disiplin ilmu. Contoh studi yang membutuhkan lintas bahasan antar disiplin ilmu ini adalah pembahasan mengenai otak manusia. Masing-masing disiplin ilmu dalam menyikapi masalah ini memiliki sudut pandang dan kajian yang mendukung sudut pandang tersebut secara mandiri yang kesemuanya didasarkan pada kekuatan metode ilmiah masing-masing disiplin. Ternyata benturan antardisiplin pengetahuan telah terjadi dalam memaknai perkembangan dan pertumbuhan otak manusia. Para filosuf, ahli biologi dan psikologi masing-masing memiliki argumentasi ilmiah dalam menterjemahkan masalah ini sampai seorang tokoh yang bernama Changeux melontarkan ide agar para ilmuwan dari masing-masing disiplin ilmu tersebut duduk satu meja untuk membuka dialog bahwa sesungguhnya tidak terdapat benturan ilmu pengetahuan dalam menyelesaikan persoalan-persoalan global. Transdisipliner bukanlah sebuah disiplin ilmu melainkan sebuah pendekatan, sebuah proses untuk memperluas pengetahuan dengan mengintegrasikan dan mentransformasikan perbedaan perspektif. (Massimiliano Lattanzi, 1998). Tujuan dari pendekatan transdisiplin adalah untuk membangun pandangan-pandangan yang diperlukan untuk mengeksplorasi makna baru dan sebuah sinergi. Transdisiplin merupakan pendekatan kolektif yang memanfaatkan pengetahuan dan kemampuan analisis manusia dalam memahami sistem yang lebih besar dan kompleks. Makna penting yang menandai transdisiplin adalah proses integrasi dari multidisiplin yang digunakan untuk membahas isu atau menghadapi permasalahan. Transdisiplin mempunyai manfaat tidak hanya digunakan untuk menghadapi masalah-masalah kompleks semata, tetapi juga untuk melihat adanya problem baru yang muncul akibat dari analisis yang mendalam dari proses interdisiplin.
Implikasi dalam Pembelajaran
Di Indonesia, satu yang paling sulit adalah transformasi kultur. Sebagai contoh tidak mengobrol saat di kelas dan dosen yang hanya berprofesi sebagai pengajar bukan pendidik. Pendidikan selain menjadikan peserta didik lebih berilmu dan terampil, juga harus dapat menciptakan perubahan prilaku dalam diri peserta didik. Pengetahuan merupakan akumulasi dari pengalaman. Pengalaman merupakan akumulasi dari persepsi, sedangkan persepsi adalah cara pandang seseorang terhadap suatu fenomena. Sebagai contoh persepsi yakni stres. Stres merupakan kondisi/keadaan yang dibuat sendiri, bergantung dengan cara pandang masing-masing individu. Ia hadir karena distimulus oleh beban. Oleh karena penyebab stres adalah cara pandang, maka cara menghilangkannya adalah dengan mentrasformasikannya bukan sebagai beban melainkan proses. Proses merupakan sesuatu yang harus dijalani. Contoh lain dari persepsi yakni keimanan. Ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui metode keilmuan. Sedangkan teknologi merupakan wujud (proses, cara/metode, produk) dan bagaimana mencapai wujud tersebut. Pertanyaannya sekarang, bagaimana upaya untuk menjamin agar ketiga unsur teknologi di atas bisa terwujud ?. Cara pertama yakni melihat asas kebermanfaatannya (aksiologi), terkait bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Jadi teknologi itu tak hanya untuk teknologi itu sendiri melainkan teknologi harus mampu menyelesaikan permasalahan manusia (bebas nilai). Teknologi tidak boleh dimanfaatkan oleh segelintir kelompok/negara untuk menghancurkan kelompok/negara lain. Tragedi Bom atom Hiroshima dan Nagasaki harus dijadikan pelajaran yang berharga bagi kita semua. Tragedi ini bukti terjadinya penyelewengan hakikat teknologi itu sendiri. Sarjana merupakan seorang yang memiliki rasa kepedulian kepada orang lain. Itulah wujud kompetensi yang dimiliki oleh sarjana. Oleh karenanya jika sarjana ditanya seseorang, tidak akan pernah jawab "tidak tahu", namun ia akan selalu memberikan jawaban biarpun pada dasarnya bukan jawaban yang saklek (pasti).