Anda di halaman 1dari 25

PENGOPTIMALAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN

KEPERAWATAN SP2KP DENGAN METODE TIM


DI RUANGRAWAT INAP JANTUNG
RUMAHSAKIT UMUM DAERAH (RSUD)RADEN MATTAHER JAMBI
TAHUN 2018

OLEH:
KELOMPOK VIII
ANGGOTA:
1 DELVI RAHMAT (G1B217013)
2 HEQSA WLAN SARI (G1B217006)
3 JANSON EDWARD JEURICH (G1B217001)
4 NURLIPTA IRMA (G1B217010)
5 PUTRI RENO SARI (G1B217014)
6 RESTY PUSTIKA SARI (G1B217011)
7 RISKI ANGGA SUKDA (G1B217012)
8 SUHA NABELLA (G1B217008)
9 SYAFRIZAL (G1B217022)

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. INDAH MAWARTI, S.Kep.,M.Kep

STASE MANAJEMEN KEPERAWATANPROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
PRE PLANNING
LOKAKARYA MINI I DI RUANG RAWAT INAP JANTUNG
RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

Topik : Pengoptimalan pelaksanaan metode pelayanan asuhan

keperawatan SP2KP dengan metode tim diruang rawat inap

jantung RSUD Raden Mattaher Jambi

Sasaran : Semua perawat yang dinas aktif diruangan rawat inap jantung

RSUD Raden Mattaher Jambi

Hari/Tanggal : Kamis, 15 Maret 2018

Tempat : Ruang rawat inap jantung RSUD Raden Mattaher Jambi

A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat. Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai
penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis,
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan, penyelenggaraan
penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka
peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan(Depkes RI, 2009).
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan
dan pemulihan kesehatan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No:
983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya
kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Siregar, 2004).
Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh
pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan
masyarakat. Adapun unsur yang dikelola dalam manajemen yaitu Man, Methode,
Material, Moneydan Marketing termasuk Mutu. Manajemen keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di rumah sakit, sehingga perawat perlu
memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu
sendiri. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan
yang professional. Salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah
bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan
model asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga tujuan pemberian asuhan
keperawatan untuk memandirikan pasien dapat berfungsi secara optimal (Nursalam,
2011).
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala ruangan tentang pelaksanaan manajemen di
ruang Rawat inap Jantung yang dilakukan kelompok pada tanggal 06 Januari 2018 pukul
11.00 WIB, didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang diterapkan di Ruang
Rawat Inap Bangsal Jantung RSUD Raden Mattaher Jambi adalah SP2KP dengan
Metode Tim. Pelaksanaan metode ini yaitu dengan membagi tim pada shift pagi menjadi
2 tim yaitu tim 1 dan tim 2 yang terdiri dari beberapa perawat pelaksana yang diatur
berdasarkan ketergantungan pasien dan kebutuhan perawat menurut Depkes RI.
Kelebihan dari metode tim ini adalah memungkinkan pelayanan keperawatan secara
menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, memungkinkan komunikasi
antar tim, sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Namun metode tim ini juga memiliki kelemahan yaitu komunikasi antar anggota tim
terbentuk terutama dalam bentuk konfrensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu,
yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk. Keberhasilan suatu asuhan
keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan
keperawatan profesional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka metode sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien(Nursalam,
2011).
Berdasarkan uraian diatas, makamahasiswa Kelompok VIII Program Studi Profesi
Ners Unversitas Jambi Angkatan 2017 mencoba mengoptimalkan penerapan pelaksanaan
metode pelayanan asuhan keperawatan SP2KP dengan metode tim diruang jantung
RSUD Raden Mattaher Jambi. Diharapkan model asuhan keperawatan ini mampu
menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan professional
sehingga mampu memenuhi tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengoptimalan pelaksanaan metode pelayanan asuhan
keperawatan SP2KP dengan metode tim diruang jantung RSUD Raden Mattaher Jambi.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis situasi manajemen Ruang Perawatan jantung RSUD Raden Mattaher.
b. Mengindentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang terkait dengan
manajemen keperawatan berdasarkan analisa situasi nyata di Ruang Perawatan
Jantung RSUD Raden Mattaher.
c. Memvalidasi datah yang telah didapat berdasarkan observasi, wawancara, dan
observasi
d. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama
pihak Rumah Sakit.

C. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

D. Media dan Alat


Penyajian dengan LCD dan Laptop
E. Setting tempat

Keterangan :
LCD
N M P O
M : Moderator

P : Presenter
U U U
N : Notulen F F
U U U
F F
F : Fasilitator U U U

: Observer F
O

U : Undangan

F. Pengorganisasian
1. Penugasan
a. Moderator :
b. Presenter :
c. Notulen :
d. Observer :
e. Fasilitator :
f. Dokumentasi :

2. Uraian Tugas
a. Moderator
1) Membuka acara
2) Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan
3) Membuat kontrak waktu
4) Menjelaskan tujuan kegiatan
5) Memimpin jalannya kegiatan
6) Mengarahkan kegiatan
b. Presenter
1) Menyajikan hasil pendataan
2) Menyajikan uraian masalah yang ingin diatasi

c. Observer
1) Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir
2) Membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan.

d. Fasilitator
1) Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam diskusi
2) Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama pertemuan.

e. Dokumentasi
Mendokumentasikan kegiatan Lokmin.

G. Kegiatan Lokakarya Mini


Wakt
No Kegiatan Kegiatan Peserta
u
Pembukaan: a. Menjawab salam
a. Mengucapkan salam
b. Memperhatikan
b. Perkenalan
5
1 c. Memperkenalkan pembimbing c. Memperhatikan
menit
akademik dan pembimbing klinik
d. Mendengarkan
d. Menjelaskan tujuan
e. Menjelaskan kontrak e. Menyepakati kontrak
Penyajian:

15 a. Menjelaskan tentang hasil kuesioner a. Mendengarkan dan memperhatikan


2
menit dan observasi mahasiswa b. Mendengarkan dan memperhatikan
b. Menjelaskan tentang analisa data.
Pembahasan
a. Mendiskusikan bersama audien a. Berpartisipasi

25 b. Menyamakan persepsi tentang b. Berpartisipasi


3
menit masalah c. Berpartisipasi
c. Menyepakati alternative masalah d. Berpatisipasi
d. Menetapkan bersama penyelesaian
4 5 Penutup a. Bersama-sama menyimpulkan
menit
a. Menyimpulkan hasil diskusi hasil diskusi
b. Membuat kontrak selanjutnya untuk
b. Menyepakati kontrak
Lokmin II
c. Menjawab salam
c. Mengucapkan salam

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. 80% peserta undangan dapat menghadiri pertemuan.
b. Tempat dan media serta alat sesuai dengan rencana.
c. Mahasiswa dapat berperan sesuai tugasnya
d. Pra Planning telah disetujui Pembimbing.
2. Evaluasi proses
a. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan
b. 70% undangan aktif dalam lokakarya mini manajemen keperawatan.
c. 90% undangan tidak meninggalkan ruangan selama lokakarya mini berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a. Perawat mempunyai persepsi
yang sama terhadap permasalahan yang ada
b. Perawat dapat menyepakati pemecahan masalah.

Materi

A. Gambaran Umum Ruang Perawatan Paru RSUD Raden Mattaher


1. Profil Ruangan
a. Identitas
Nama ruangan perawatan : Ruang Rawat inap Jantung
Jumlah tempat tidur : 26 tempat tidur
Ruang Perawatan : Ruang Jantung 1.1, Ruang Jantung 1.2,
RuangJantung3

b. Motto, Visi, Misi RSUD Raden Mattaher Jambi


Motto Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
“Melayani Dengan Nurani, Komitmen Dalam Mutu.”
Visi Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
Menjadi Rumah Sakit Rujukan Dengan Pelayanan Prima Dan Rumah Sakit
Pendidikan Yang Berkualitas.
Misi Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi
1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan pelayanan prima untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat.
2) Menyelenggarakan administrasi dan pengelolaan keuangan yang transparan,
akuntabel dan terintegrasi.
3) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian untuk menghasilkan
sumber daya kesehatan yang berkualitas.
4) Mewujudkan kecukupan sarana dan prasarana kesehatan untuk menjamin
kepastian pelayanan, pendidikan dan penelitian kesehatan.

c. Sekilas Tentang Ruang Jantung


Ruang Rawat inap Jantung RSUD Raden Matther berada pada lantai 2 dari bangunan 2
lantai, pada lantai 1 merupakan Ruang rawat inap Jantung dan Syaraf. Berdasarkan
observasi yang dilakukan mahasiswa pada tanggal 04 – 06 Januari 2018 didapatkan
posisi ruang Rawat inap Jantung RSUD Raden Mattaher Jambi adalah:
1. Batas utara Gedung Rawat Inap Interne dan Bedah
2. Batas selatan Gedung Rawat Inap Kebidanan, Anak, VK
3. Sebelah barat lapangan RSUD Rden Mattaher Jambi
4. Sebelah timur lapangan RSUD Rden Mattaher Jambi

B. Denah
Denah Ruangan Rawat Inap Jantung RSUD Raden Mattaher Provnsi Jambi

Pintu Masuk

Ruang Jantung 3 Depo Apotek


Kelas III Ruang Jantung,
THT, Neuro,
Jantung

Ruang Jantung 2
Kelas III
TANGGA
Ruang Jantung 3 Ruang Jantung 1
Kelas III Kelas I

Ruang Ruag Jantung 2


Perlengkapan Alat Kelas 1

Ners Station

TANGGA

Pintu Keluar Belakang GUDANG

C. Hasil Pengkajian
1. Sumber Daya Manusia (M1-Man)
a. Struktur Organisasi Ruangan
Di Ruang Rawat Inap Jantung metode yang digunakan adalah SP2KP dengan
Metode Moduler (gabungan metode tim& metode primer), sehingga struktur
organisasi terdiri dari kepala ruangan membawahi ketua tim yang berkoordinasi
dengan perawat pelaksana dan juga tenaga non medis. Kepala Ruangan Jantung
adalah Ns. Riama Siahaan S.Kep yang menjabat sebagai kepala ruangan sejak
Mei2017.Masing-masing Ketua TIM membawahi perawat pelaksana yang
jumlahnya tergantung dari jumlah perawat pada tiap shifnya. Adapun Struktur
organisasi di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Raden Mattaher Jambi adalah
sebagai berikut :
Bagan 2.2Struktur Organisasi Ruang Rawat Inap Jantung
RSUD Raden Matteher Jambi
DIREKTUR
Drg Iwan Hendrawan

DIREKTUR PELAYANAN
DAN KEPERAWATAN

KABID PELAYANAN DAN


KEPERAWATAN
H. Muhammad Nasir, Skm., M.Kes
KEPALA
INSTALASI RAWAT INAP
dr.Rahadian. Sp.JP
KASUBID MUTU PELAYANAN KASUBID SD PELAYANAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN
SUPERVISOR
Ns. Hj. Metti Astuti, S.Pd., S.Kep., M.Kep Siti Nurmala, Am. Kep
Ns. Norlianti, S.Kep

KEPALA RUANGAN
Ns. Riama Siahaan, S.Kep

PENANGGUNG JAWAB
PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN PENANGGUNG JAWAB CATH LAB
INVENTARIS
Ns. Herumanisa S.Kep ZULMARNI ZAI Am.K
Lisdahayani S.Kep

PERAWAT PELAKSANA PEKARYA


Amwidar Budi Astuti S.E
Tamrin, Am. Kep
Ismiati, Am.Kep
Lusiana, Am.Kep
Solihati, Am.Kep ADMINISTRASI
Wulandari Purnama Am.Keb
Destiamni, Am.Kep
Estom Samuel, Am.kep
Yeni, Am.Kep
Marlina Husiati, Am.Kep
Deta Kemala. Am. Kep

Bagan 2.3Metode Tim Ruang Rawat Inap Jantung


Kepala Ruangan
Ns. Riama Siahaan, S.Kep

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2 Ketua Tim Sore Ketua Tim


Malam

Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana PerawatPelaksana Perawat Pelaksana

Bagan 3.4Alur Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap


RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi

Rawat Jalan Pasien Kasus Gawat


Darurat

IGD
BPJS
Syarat :
1.Kartu BPJS/yaang
berlaku
2.Surat rujukanPPK/RS
kabupate
n/kota

SEP DAN REKAM MEDIS

SEP

Loket Rekam Medis


Perawatan/Tindakan IGD

Tindakan Penunjang
.Laboratium
Perawatan/Tindakan .Radiologi
Instalasi Rawat Jalan .UTDRS

Di Rujuk Ke
RS Rujukan Nasional Perawatan/
Tindakan
Instalasi Rawat Inap

Instalasi
Farmasi/Apotek IGD

Pasien Pulang
Tabel 3.1Jumlah Tenaga Perawat di Ruang Rawat Inap Jantung
RSUD Raden Mattaher Jambi
1. Keperawatan

No Nama Pendidikan Golongan Jabatan


1. Ns. Riama Siahaan, S.Kep Ners Karu
2. Ns. Herumanisa, S.Kep Ners Pj.Yan
3. Lisdahayati S.Kep S1 Kep Pj.Invent
4. Zulmarni, Am.Kep D3 Kep Pelkep
5. Amwidar SPK Pelkep
6. Tamrin, Am.Kep D3 Kep Pelkep
7. Ismiati, Am.Kep D3 Kep Pelkep
8. Lusiana, Am.Kep D3 Kep Pelkep
9. Solihati, Am.Kep D3 Kep Pelkep
10. Destiamni, Am.Kep D3 Kep Pelkep
11. Estom Samuel, Am.kep D3 Kep Pelkep
12. Yeni,Am.Kep D3 Kep Pelkep
13. Marlina Husiati, Am. Kep D3 Kep Pelkep
14. Deta Kemala, Am.Kep D3 Kep Pelkep
Sumber : Daftar pegawai RSUD Raden Mattaher Jambi Ruang Rawat Inap Jantung

Non-Keperawatan
Tabel 3.2 Pegawai Non-Keperawatan di Ruang Rawat Inap Bangsal
JantungRSUD Raden Mattaher Jambi
No Kualifikasi Jumlah (Orang)
1 Cleaning Service (terpusat) 2
2 Ahli gizi (terpusat) 1
3 Dokter Umum 2
4 Dokter spesialis 5
4 Prakarya 1
5 Tenaga administrasi 1
Jumlah 12 orang

b. Pengaturan Ketenagaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tanggal 06 Maret 2018 kepada
kepala ruangan Rawat Inap Jantung mengenai tingkat ketergantungan pasien, diketahui
bahwa pembagian tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan
yang digunakan di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Raden Mattaher Jambi adalah
perhitungan berdasarkan Depkes RI 2011. Setiap pagi kepala ruangan menghitung
tingkat ketergantungan klien yang kemudian menjadi acuan untuk membagikan jumlah
tenaga perawat untuk setiap pasien.
Pembagian tingkat ketergantungan pasien menurut Depkes RI tahun 2011
berdasarkan 4 kategori yaitu: Minimal (2 jam perawatan), Sedang (3,08 jam
perawatan), Agak berat (4,15 jam perawatan), dan Maksimal (6 jam perawatan).
Berikut ini datamengenai kebutuhan tenaga perawat berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien dalam satu tahun:

Tabel 3.9Data Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Rawat Inap Jantung


Tahun 2018
Agak
Data Minimal Sedang Berat
berat
Rata-rata tingkat ketergantungan
1,92 1,65 6,58 4,2
pasien/tahun

Jumlah Perawat yang dibutuhkan(sementara) = (69,43) : 7 =9,91


= 10 Perawat
1. Jumlah hari dalam 1 tahun= 365 hari
2. Jumlah hari kerja non efektif dalam 1 tahun ( Th 2018);
 Jumlah hari minggu : 52 hari
 Jumlah hari libur nasional : 21 hari
 Jumlah cuti tahunan : 6 hari
 Ketidak hadiran kerja : 2 hari
 Diklat : 5 hari
 Jumlah : 86 hari
 Jumlah hari kerja efektif dlm 1 tahun = 365-86 = 279 hari
52+ 6+21
a. Los day : x 10 = 2,83
279
3. Pekerjaan non keperawatan =(10 + 2,83) x 25% = 3,20
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah (10 + 2,83 + 3,20) = 16,03
= 16 orang). Diluar Karu dan Penanggung jawab
Pengumpulan data dalam hal ketenagaan di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Raden
Mattaher dilakukan melalui observasi dan wawancara secara langsung dengan kepala
ruangan maupun melalui kuesioner. Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan pada
tanggal 9-10 Maret 2018 dengan perawat di ruangan sebagai responden, didapatkan data
bahwa 62,5% perawat merasa puas dengan struktur organisasi yang ada di ruangan,
81,5% perawat mengatakan pembagian tugas di ruangan sudah sesuai dengan
kemampuannya.Hasil wawancara dengan kepala ruangan kinerja perawat diruangan
sudah cukup baik, namun 12,5% masih berlatar pendidikan SPK. Melalui kuesioner
didapati bahwa sebanyak 87,5% perawat merasa membutuhkan kesempatan dan beasiswa
untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi serta mengikuti seminar dan
pelatihan keperawatan. Kepala ruangan juga mengatakan bahwa RS telah memberikan
kesempatan untuk kuliah bagi perawat yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang
DIII, S1, dan Ners.
Berdasarkan hasil observasi, didapatkan data bahwa Ruang Rawat Inap Jantung dipimpin
oleh kepala rungan dan dibantu oleh 2 orang penanggung jawab pelayanan dan
penanggung jawab inventaris dan 10 orang perawat pelaksana, 1 orang petugas
administrasi, 1 orang yng bertugas sebagai pekarya dan 2 orang bertugas sebagai CS.
Dari hasil kuesioner yang disebar kepada perawat di ruang rawat inap paenyakit jantung
tanggal 9-10 Januari 2018 didapatkan hasil bahwa Distribusi frekuensi tenaga perawat
berdasar jenis kelamin diruang rawat inap Jantung RSUD Raden Mattaher Jambi yang
tertinggi adalah perempuan berjumlah 12 orang (85,71%) dan laki-laki 2 orang (14,2%).
Distribusi frekuensi tenaga keperawatan berdasaran pendidikan di ruang rawat inap
Jantung didapatkan hasil terbanyak adalah D3 yaitu sebanyak 10 orang (71,42%), Ners 2
orang (14,28%), S1 Keperawatan 1 orang (7,14%), dan SPK ada 1 orang (7,14,5%).
Distribusi frekuensi tenaga keperawatan berdasarkan status kepegawaian didapatkan PNS
berjumlah 8 orang (57,14%) dan honor berjumlah 6 orang (42,85%) yang dibagi menjadi
tiga sift (waktu/gilir dinas) yakni, sift pagi (08.00-14.00), sift sore (14.00-20.00), dan sift
malam (20.00-08.00). Perawat mendapatkan kesempatan libur 2 hari setelah sif malam.
Saat ini jumlah tenaga perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit jantung berjumlah 14
orang sudah termasuk 1 kepala ruangan dan 4 ketua tim. Sedangkan menurut perhitungan
jumlah kebutuhan tenaga diatas, kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat inap
jantung berdasarkan jumlah tempat tidur pertahun berjumlah 16 orang di luar Karu dan
Penanggung jawab sehingga pada saat ini perawat di ruang rawat inap jantung
kekurangan 6 orang perawat. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada
tanggal 6 Maret 2018, tenaga perawat di ruang bangsal jantung memang sedang
kekurangan tenaga perawat. Berdasarkan kuesioner yang disebar kepada perawat ruang
rawat Inap Jantung diperoleh data sebanyak 84,73% perawat mengatakan jumlah
perawat di ruangan tidak sesuai dengan jumlah pasien. Berdasarkan observasi didapatkan
bahwa perawat pada shift pagi kewalahan dalam melakukan tindakan keperawatan karena
jumlah perawat yang bertugas tidak sesuai dengan jumlah pasien yang ada, ditambah lagi
jika ada asien yang akan diantar ke ruang Cath Lab maka perawat yang tersisa hanya 2
orang saja, begitu pula dengan sift sore dan malam.
Data diagnosis 5 penyakit terbanyak yang didapat pada tahun 2017 sebagai berikut :CHF
sebanyak 205 pasien (36,47%), CAD 169 pasien (30,07%), UAP 83 pasien (14,76),
Pasien
ADHF sebanyak 55 pasien (9,78%), ACS sebanyak 50 pasien (8,89%).

2. Sarana dan Prasarana (M2-Material)


Fasilitas Ruangan
a. Fasilitas Pasien
Tabel 3.7 Daftar fasilitas untuk pasien di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD
Raden Mattaher Provinsi Jambi Tahun 2018

No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal

1 Bed Pasien 26 Baik 1:1


2 Lemari Pasien 26 Baik 1:1
3 Kipas Angin 2 Baik 4/ruangan
4 Tong Sampah 5 Baik 1:1
5 Hand Scrub 5 Baik 1:1
6 Kamar mandi/WC 5 Baik 1:6
Sumber : Data Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Raden Mattaher Tahun 2018

b. Fasilitas Petugas Kesehatan


1) Ruang kepala ruangan menjadi satu dengan ruang perawat.
2) Kamar mandi perawat/ WC ada 1.
3) Nurse station langsung dapat ditemukan di sebelah kanan di lantai dasar ditengah
gedung.
4) Ruang peralatan di sebelah kanan Nurse Station.
c. Alat Kesehatan yang ada di ruang Jantung RSUD Raden Mattaher
Tabel 3.8 Alat Kesehatan di Ruang Rawat Inap Jantung RSUD Raden Mattaher
Tahun 2018
No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal
1. Tensi meter 1 Baik 2/ruangan
2. Stetoskop 2 Baik 2/ruangan
3. Timbangan BB/TB 1 Rusak 1/ruangan
4. Sterilisator Tidak ada Tidak ada 1/ruangan
5. Flow meter 18 Baik 1/tempat tidur
6. Gunting Verban 2 Baik 2/ruangan
7. Bak instrument besar 1 Baik 2/ruangan
8. Bak instrument sedang 1 Baik 2/ruangan
9. Bak instrument kecil 1 Baik 2/ruangan
10. Bengkok 6 Baik 2/ruangan
11. Pispot 2 Baik 1:1/2
12. Urinal 4 Baik 1:1/2
13. Set angka jahitan 1 Baik 1:1/2
14. Thermometer 1 Rusak 5/ruangan
15. Standar infuse 3 Baik 1:1
16. Kursi Roda 2 Baik 4/ruangan
BerdasarkaBerdasarkann observasi tidak terdapat alat sterilisator di ruang rawat inap jantung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab alat kesehatan di ruang jantung ternyata
tidak dibutuhkan dalam ruangan rawat inap jantung, karena untuk menstrerilkan alat ada ruangan
khusus untuk mensterilisasikan alat-alat kesehatan.Selain itu, hasil observasi yang didapatkan
bahwa terdapat beberapa alat kesehatan yang rusak salah satunya thermometer. Dari hasil
observasi tampak penataan ruangan rawat inap Jantung masih belum tertata rapi, diantaranya
bagan organisasi belum ada, papan nurse station belum ada, peletakan leaflet tidak sesuai,
tatanan ruangan masih berantakan. Dari hasil kuesioner kepada perawat sebanyak 78,3% perawat
menjawab peralatan di ruangan lengkap namun 21,7% mejawab perlu penambahan beberapa
peralatan penunjang kesehatan pasien seperti Syringe Pump,EKG, Infused Pump.

d. Consumable (Obat-Obatan dan Bahan Habis Pakai)


Dari hasil observasi pada tanggal 5 Maret 2018, obat-obatan untuk pasien di ruang
sebelah kiri perawatan Jantung disimpan dalam laci-laci kecil tempat obat. Menurut
perawat obat-obatan diletakkan di nurse station agar memudahkan akses untuk
tindakan. Laci-laci obat diberi tulisan sesuai nama pasien. Untuk bahan habis pakai
seperti: alat penampung urine, infus set, kateter, kasa, masker, plester, handscoon,
selang oksigen, selang NGT, tissue alcohol dan bahan medis sekali pakai lainnya
tersedia di ruangan, setelah digunakan sekali dibuang dalam tempat sampah medis
dengan tanda kantong plastik berwarna kuning terletak tepat disebelah kiri akses
keluar masuk nurse station. Namun untuk obat oral tidak memiliki tempat
penyimpanan sehingga disimpan di kantong plasitik
Tempat sampah terdiri atas: tempat sampah medis, non medis, bahan yang terbuat
dari kaca, botol infus, dan safety box tempat spuit bekas. Masing-masing tempat
sampah diberi tanda nama sesuai fungsinya. Namun untuk spesifikasi jenis-jenis
sampah belum diberi tanda. Sehingga masih ditemukan sampah yang tidak sesuai
peletakannya, seperti saat observasi ditemukan sampah medis yang dibuang ke tempat
sampah nonmedis. Safety box dalam keadaan terbuka dan berisi spuit yang memenuhi
lebih dari ¾ box sehingga sudah tidak ideal lagi. Di ruang perawatan jantung masih
terdapat kesalahan dalam pembuangan sampah medis dan non medis yang tampak di
buang di belakang sandaran kursi roda.

e. Administrasi Penunjang
Kelengkapan administrasi penunjang di ruang perawatan jantung terdiri atas:
1) Buku injeksi
2) Lembar dokumentasi
3) Buku TTV
4) Buku timbang terima
5) SOP
6) Buku visite
7) Leaflet

3. Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)


a. Penerapan Model Keperawatan
Berdasarkan observasi dari tanggal 5-6 Maret 2018 dan wawancara langsung
dengan kepala ruangan pada tanggal 9 Maret 2018 di dapatkan bahwa di ruang rawat inap
Jantung RSUD Raden Mattaher Jambi dalam pemberian asuhan keperawatan dan pelayan
keperawatan belum menerapkan model SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional) secara optimal namun sudah menggunakan metode Tim.
Dimana dibentuk 2 tim, yaitu tim 1 dan tim 2 dan ketua tim telah di tunjuk beserta dengan
perawat pelaksananya, sedangkan untuk katim sore dan malam telah ditentukan dari
jadwal dinas yang telah dibuat perbulannya yang telah di tentukan berdasarkan
pendidikan lamanya bekerja di rumah sakit dan kemampuannya menjalankan tugas.
Berdasarkan hasil kuosioner sebanyak 93,8% perawat menyatakan mengerti dan
memahami dengan model asuhan keperawatan yang digunakan saat ini.
Berdasarkan hasil wawancara, kuesioner dan observasi tentang efektifitas dan
efisiensi asuhan keperawatan, didapatkan bahwa tidak terjadi penurunan kepercayaan
pasien. Sebanyak 81,3% perawat menyatakan bahwa model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini tidak terlalu memberikan beban kerja.
Data yang diperoleh dari pengkajian tentang mekanisme pelaksanaan model askep,
didapatkan sebesar 87,5% menyatakan bahwa komunikasi antarprofesi terlaksana dengan
cukup baik, kontinuitas rencana keperawatan antarsif juga terlaksana dengan cukup baik.
Hal ini didukung dengan adanya data dokumentasi.Sebagian perawat mengatakan pernah
mendapat teguran dari ketua tim berupa masukan-masukan mengenai tugas dan hal-hal
terkait tanggungjawab dilahan pekerjaan. Sebanyak 62,5% perawat mengatakan merasa
telah melakukan tugasnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.Adapun data yang
diperoleh dari pengkajian tanggung jawab dan pembagian tugas, didapatkan 56,3%
mengatakan bahwa mendapatkan tugas yang jelas pada semua perawat.
b. Timbang Terima/ operan atau overhand
Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand. Operan adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan singkat, jelas dan lengkap tentang
perkembangan keadaan pasien, tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan atau belum dilakukan dan perkembangan saat itu.Timbang terima
dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada pergantian shift malam ke pagi (07.30), pagi
ke sore (13.30) dan sore ke malam (19.30).Timbang terima selalu di ikuti oleh semua
perawat yang telah dan akan dinas. Kegiatan timbang terima di pimpin langsung oleh
kepala ruang untuk dinas pagi dan dinas sore, untuk dinas malam dilakukan oleh katim
dan perawat pelaksana. Sebanyak 87,5% mengatakan bahwa overan dilaksanakan tepat
pada waktunya. Dalam overan dilakukan klarifikasi dan validasi terhadap hal yang
dioverkan.
Berdasarkan data didapatkan 93,8% perawat mengetahui hal-hal apa saja yang harus
disampaikan dalam pelaporan overan. Namun berdasarkan observasi ditemukan
beberapa hal yang belum disampaikan saat melakukan overan, seperti diagnosa
keperawatan dan intervensi keperawatan yang telah atau akan dilakukan baik intervensi
kolaborasi maupun mandiri. 100% perawat mengatakan pelaporan overan dicatat di
buku. Setelah overan, kepala ruangan mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui
sekaligus melakukan evaluasi.
Seratus persen perawat mengatakan terdapat interaksi antara pasien dan perawat saat
overan berlangsung. Berdasarkan hasil kuesioner 87,5% mengatakan bahwa dibutuhkan
waktu kurang dari 5 menit untuk mengunjungi setiap pasien. Dan seratus persen perawat
mengetahui mengenai persetujuan dan penerimaan overan.
c. Ronde keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu
harus dil-akukan oleh perawat primer atau konselor, kepala ruangan, perawat assosciate
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Hasil wawancara kepada Kepala Ruangan Instalasi Rawat Inap jantung RSUD Raden
Mattaher pada hari Selasa, 6 Maret 2018, menyatakan bahwa ronde keperawatan yang
ada diruangan dilakukan langsung saat overan/timbang terima di hadapan pasien.
Berdasarkan hasil kesioner sebesar 68,8% perawat mengatakan bahwa ronde
keperawatan yang dijalannkan sudah optimal dan juga sebesar 81,3% perawat tau dan
mengerti tentang ronde keperawatan
Namun berdasarkan obsevasi yang dilakukan pada tanggal 5-6 januari 2018 ronde
keperawatan yang dilakukan belum optimal dimana tidak di jadwalkan secara khusus
utuk penentuan waktu ronde, Tidak adanya proposal mengenai kasus apa yang akan di
bahas dalam pelaksanaannya tidak melibatkan perawat lain,konselor atau tim kesehatan
lain untuk melakukan pemeriksaan atau validasi.
d. Sentralisasi Obat
Hasil observasi 5-6 januari 2018 dan wawancara6Maret 2018 yang dilakukan oleh
mahasiswa berkaitan dengan Logistik dan obat-obatan diruang rawat inap jantung RSUD
Raden Mattaher didapatkan informasi bahwa penanggung jawab obat adalah kepala
ruangan yang di delegasikan kepada ketua tim atau perawat primer hal ini di buktikan
bawha sebesar 56,3% peraawat menjawab iya bahwa perawat di beri wewenang dalam
sentralisasi obat. Dan obat-obatan yang di terima segera di beri etiket berupa nama usia
jenis kelamin dan nomer rekam medik hal ini di buktikan dengan 87,5% perawat
menjawab iya tentang pemberian etiket pada obat-obatan pasien, namun sebesar 75%
perawat menjawab sentralisasi obat yang ada di ruang jantung belum dilakukan secara
optimal dan sebesar 56,3% perawat menjawab bahwa belum adanya ruangan khusus
untuk sentralisasi obat.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan
Pemberian obat sesuai dengan prosedur 6 benar (pasien, obat, dosis, cara, waktu,
dokumentasi). Obat-obatan yang diterima dicek dan dicatat dalam buku besar catatan
obat.

e. Penerimaan Pasien Baru


Pada saat penerimaan pasien baru perawat yang bertanggung jawab akan mempersiapkan
kebutuhan pasien seperti ruangan dan tempat tidur yang telah di rapikan, selanjutnya
setelah serah terima dengan pihak igd pasien baru akan di masukkan ke dalam ruangan di
beri tanda pengenal berupa gelang berwarna biru untuk laki-laki dan berwarna merah
muda untuk perempuan yang tertulis di gelang pasien adalah Nama,Usia Dan No.Rm.
Selanjutnya perawat akan memperkenalkan diri sebagai penanggung jawab dan
menjelaskan tentang peraturan rumah sakit seperti waktu kunjungan dan banyaknya
orang yang boleh masuk ruangan serta usia pengunjung. Perawat juga menjelaskan
tentang prosedur penyimpanan obat
f. Discharge Planning
Pada perencanaan pulang perawat mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien.
Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul saat pasien pulang atau
hal-hal yang perlu dilakukan pasien dalam hal perawatan mandiri, antara lain:
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit, kebutuhan psikologis; bantuan yang
diperlukan pasien, pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan,
minum, eliminasi, dan lain-lain; sumber dan sistem yang ada di masyarakat; sumber
finansial; fasilitas saat di rumah; kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah.
Berdasarkan observasi tgl 5-6januari 2018 dan wawancara yang dilakukan pada
tanggal 9 januari 2018 di dapatkan bahwa perawat akan memberitahukan untuk control
ulang dan memberi tahukan cara meminum obat. Namun sebesar 87,5% perawat
menjawab pasien pulang tidak di berikan leaflet atau brosur .

g. Supervisi
Berdasarkan observasi tanggal 5-6 Januari 2018 dan wawancara yang dilakukan pada
tanggal 9 januari 2018 di dapatkan bahwa kepala ruanganmelakukan supervise setiap hari
kepada ketua tim guna memperbaiki kinerja, begitu juga denganketua tim yang akan
melakukan supervisi setiap adamasalah. Supervis biasanya di lakukan saat selesai pre dan
post conference, yang di sampaikan langsung oleh karu maupun katim supervisi yang
dilakukan sudah sesuai dengan standar keperawatan di buktikan 93% perawat menjawab
iya.

h. Dokumentasi

Berdasarkan observasi pada tanggal 5-6 Januari 2018 dan wawancara tanggal 9
Maret 2018 di ruang rawat inap jantung ditemukan bahwa dokumentasi asuhan ke

perawatan pasien dilakukan sesuai dengan ketetapan standar pendokumentasian


berupa pengkajian, diagnosis, perencanaan, intervensi, evaluasi dan catatan
perkembangan. Setiap masing-masing pasien memiliki dokumentasi
lengkap.Dokumentasi dibuat berdasarkan buku panduan untuk penulisan asuhan
keperawatan yang dibuat oleh rumah sakit yaitu buku SAK.Kegiatan Evaluasi
Keperawatan juga ditulis dalam lembar evaluasi berupa SOAP (Subjective – Objective –
Analysis – Planning).

4. Sumber Dana (M4-Money)

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 6 Maret 2018 dengan Kepala Ruangan
Jantung didapatkan hasil mengenai Sumber Dana, Pendanaaan Ruangan Jantung RSUD
Raden Mattaher Provinsi Jambi terdiri atas: BLUD (Badan Layanan Umum Daerah)
RSUD dan APBD (Anggaran Pendanaan Belanja Daerah) yang akan digunakan untuk
satu tahun perencanaan. Selanjutnya, Reward yang dilakukan setiap tahun dalam bentuk
hadiah diberikan pada perawat yang berhak menerimanya sesuai dengan kinerjanya.

5. Kualitas Pelayanan Keperawatan (M5-Mutu)

a. Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Pasien yang masuk ke ruang perawatan jantung dari IGD sudah menggunakan gelang
identitas pasien yang berisi nama, no.RM dan tanggal lahir pasien. Sebelum tindakan
pemberian obat injeksi, perawat menuliskan nama pasien di plastik pembungkus spuit dan
memindahkan label obat ke spuit. Untuk obat-obat oral biasanya sudah dilabeli nama
pasien, nama obat, dosis dan waktu pemberiannya dari pihak farmasi RS. Sebelum
tindakan pengambilan darah untuk cek laboratorium, perawat menuliskan nama pasien di
spuit yang akan digunakan untuk mengambil darah.
Sebelum memberikan obat ataupun pengambilan sampel darah biasanya perawat
menanyakan terlebih dahulu nama pasien untuk mengecek kesesuaian pasien yang akan
diberikan obat, serta menjelaskan secara singkat tujuan tindakan. Namun, hal yang jarang
dilakukan ialah mengecek gelang identitas pasien. Biasanya hal seperti itu tidak
dilakukan karena untuk mempersingkat waktu tindakan dan untuk pasien yang sudah
lama dirawat, perawat merasa sudah mengenal nama pasiennya satu-persatu.
a. Komunikasi efektif
Ruangan memiliki prosedur dalam komunikasi efektif secara lisan berdasarkan surat
keputusan direktur utama tentang sasaran keselamatan pasien No.2 tentang
peningkatan komunikasi.

b. Peningkatan keamanan obat (High alert medications)


Dari hasil wawancara bersama kepala ruangan pada tanggal 6maret 2018, ruang
jantung memiliki kebijakan prosedur untuk mengatur identifikasi, lokasi, pemberian
label, dan penyimpanan obat-obatan yang perlu diwaspadai. Prosedur tersebut sudah
diimplementasikan diruangan.

c. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi


-
d. Pengurangan risiko infeksi
Rumah sakit mengadopsi pedoman hand hygiene terbaru yang baru-baru ini
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (antara lain dari WHO Patient Safety).
Dari hasil observasi di ruang perawatan jantung didapatkan:

1) Setiap ruang perawatan terdapat handrub disamping pintu masuk ruangan beserta
prosedur cuci tangan.

2) Sebagian besar pasien dan keluarga tidak menggunakan masker.

3) Keluarga yang menjaga pasien bisa lebih dari 2 orang dan memenuhi ruang
perawatan

4) Kesadaran untuk cuci tangan pada keluarga dan pengunjung masih kurang ditandai
dengan keluarga tidak mengetahui prosedur cuci tangan yang efektif.

5) Setiap sebelum melakukan tindakan ke pasien, petugas kesehatan melakukan cuci


tangan.

e. Pengurangan risiko pasien jatuh


Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 9 Maret 2018 kepada kepala ruangan
asesment risiko jatuh terdiri atas:
1) Memonitor pasien sejak masuk
2) Mengidentifikasi dengan ketat pasien yang mempunyai risiko jatuh yaitu pasien
dengan tanda/alert warna kuning pada gelang identitas pasien.
3) Memberitahukan keluarga mengenai kemungkinan risiko jatuh dan cara
pencegahannya.
4) Melaporkan peristiwa pasien jatuh ke Instalasi Rawat Inap setiap bulannya.

Anda mungkin juga menyukai