690 1844 1 PB PDF
690 1844 1 PB PDF
Naswiani Samniah
Naswianisamniah@yahoo.com
Abstrak
Pembelajaran membaca mempunyai peran penting dalam mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia. Semua pendidik berharap agar para siswa mempunyai kemampuan membaca yang memadai.
Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mendapatkan berbagai informasi. Kemampuan
membaca harus diimbangi oleh pemahaman terhadap isi bacaan. Pemahaman didefinisikan sebagai proses
berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan
belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan proses, perbuatan dan cara memahami.
Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan memahami isi bacaan siswa
kelas VI MTS Swasta Labibia? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh
informasi dan mendeskripsikan Kemampuan Memahami Isi Bacaan siswa kelas VII MTS Swasta Labibia.
Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah deskriptif kuantitatif . selanjutnya, populasi penelitian
ini adalah keseluruhan siswa kelas VII MTS Swasta Labibia yang terdaftar pada tahun pelajaran
2015/2016 sebanyak 46 orang yang tersebar pada 2 kelas. Penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemampuan Memahami Isi Bacaan siswa kelas VII MTS
Swasta Labibia tergolong pada kategori mampu secara individu karena terdapat 27 orang siswa atau
(58,69) memperoleh skor diatas KKM yaitu 14-20 atau dengan persentase (70%-100%). Dan sebanyak 19
orang siswa atau (41,30%), dengan memperoleh skor 0-13 atau dengan persentase (0%-65%) berada pada
kategori tidak mampu..
Pendahuluan
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (Depdiknas, 2003:5). Adapun tujuan
pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ini dimaksudkan agar siswa lebih mahir dalam menggunakan
keterampilan berbahasa secara baik, sehingga ketika siswa sudah menamatkan jenjang pendidikan di
sekolah lebih terampil menggunakan keterampilan berbahasa baik secara lisan maupun tertulis.
Membaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang hendaknya ditindaklanjuti, karena
membaca adalah salah satu kemampuan berbahasa. Membaca menduduki posisi serta peran yang sangat
penting dalam konteks kehidupan umat manusia terlebih pada era informasi dan komunikasi sekarang ini.
Membaca juga merupakan jembatan bagi siapa saja dan di mana saja yang berkeinginan maju dan sukses,
baik di lingkungan sekolah maupun dunia pekerjaan. Mengingat pentingnya membaca dalam kehidupan,
maka membaca wajar diajarkan di sekolah-sekolah dengan berpijak pada tujuan pembelajaran membaca.
Nurhadi (1987:56) mengemukakan bahwa pengalaman selama ini menunjukan bahwa pengajaran
membaca lanjut di sekolah-sekolah menengah cenderung diabaikan. Faktor yang melatarbelakangi adalah
anggapan yang salah tentang membaca itu sendiri. Kebanyakan kita sepakat bahwa pengajaran membaca
telah berakhir ketika seorang anak didik telah dapat membaca dan menulis, yaitu ketika selesainya
pengajaran membaca dan menulis permulaan, sekitar kelas tiga sekolah dasar. Pada jenjang yang lebih
tinggi, pengajaran membaca lanjut tidak mendapat perhatian. Akibatnya, kebiasaan buruk terus
berkembang sampai anak menjadi dewasa.
Memahami isi bacaan adalah salah satu cara yang diitempuh oleh seorang siswa untuk
menemukan kalimat utama pada tiap-tiap paragraf. Pemahaman bacaan juga berbeda-beda antara orang
yang satu dengan yang lainnya, tergantung bagaimana orang tersebut dapat memahami dan menjelaskan
arti pada masing-masing kata dan kalimat.
Berdasarkan paparan di atas maka penelitian masalah kemampuan memahami isi bacaan siswa
MTS Swasta Labibia kiranya perlu dilakukan, guna mengetahui sejauh mana kemampuan tingkat
pemahaman siswa dalam memahami isi suatu bacaan.
Landasan Teori
Pembelajaran Membaca
Hakikat Membaca
Menurut Soedarso (2010:4) membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan
sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Membaca sebagai kegiatan yang meliputi pengenalan
lambang-lambang tertulis atau lamabang-lambang bunyi. Bahasa berperan sebagai stimulus untuk
mengingat makna yang dibangun pada pengalaman yang lalu dan menyusun makna-makna baru itu
dengan jalan memanipulasi konsep-konsep yang dimiliki pembaca.
Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang
tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak
terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah,
karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk
menginterpretasikan kata-kata tersebut. ( Harjasujana dalam Sunendar, 2008: 32-35).
Tujuan Membaca
Nurhadi (1989:11) berpendapat bahwa tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1. Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku.
2. Menangkap ide pokok/gagasan utama buku secara cepat (waktu terbatas).
3. Mendapatkan informasi tentang sesuatu (misalnya, kebudayaan suku indian).
4. Mengenali makna kata-kata (istilah) sulit.
5. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia.
6. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar.
7. Ingin memperoleh nikmatan dari karya fiksi.
8. Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan.
Aspek-Aspek Membaca
Menurut Broughton, (dalam Tarigan 1979: 12-13) terdapat dua aspek penting dalam membaca
yaitu:
a) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada
urutan yang lebih rendah (lower order).
Aspek ini mencakup:
1) pengenalan bentuk huruf;
2) pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat dan
lain-lain);
3) pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan
bahan tertulis atau “to barck at print”);
4) kecepatan membaca ketaraf lambat.
b) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada
pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup:
1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal);
2) Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan
kebudayaan , dan reaksi pembaca);
3) Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk);
4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.
Jenis-Jenis Membaca
Tarigan (1979:23-38) Membaca sebagai suatu aktivitas yang kompleks, mempunyai
tujuan yang kompleks dan masalah yang bermacam-macam.
a. Membaca teliti yaitu membaca yang penekannya diarahkan pada keterampilan memahami dan
menguasai isi bacaan,
b. Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekannya diarahkan pada keterampilan memahami
dan menguasai isi bacaan,
c. Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide
yang tedapat pada bacaan.
d. Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tegang hati, mendalam,
evaluatif, serta analitis, bukan hanya mencari kesalahan.
e. Membaca telaah bahasa.
Alasan yang umum untuk tidak membaca adalah berkurangnya waktu. Memang tidak perlu
mengingkari bahwa terdapat banyak tuntutan terhadap waktu kita, tetapi kalau kita sesungguhnya
berminat pada kemajuan pribadi, kita pun akan mengatur hari kita sehingga kita mempunyai
paling sedikit waktu yang singkat yang digunkan untuk membaca dengan baik. Tidak perlu lebih
dari lima belas atau tiga puluh menit, tetapi kesetiaan kita terhadapnya akan memudahkan kita
berbuat lebih banyak lagi membaca dari pada yang mungkin kita pikirkan.
Menyediakan waktu untuk membaca sangat erat kaitannya dengan salah satu aspek yang paling
penting dari membaca kritis, yaitu mengetahui apa yang baik dan bermanfaat untuk dibaca. Para
pembaca yang telah dewasa membeda-bedakan minat mereka dalam beraneka bidang dan
kemampuan khusus mereka dalam satu atau dua bidang tertentu.
e. Tahap V
Bahan bacaan tidak dibatasi seluruh dunia buku terbuka bagi para siswa
Kemampuan Membaca
Menurut Suyoto ( dalam Suhendar dan Supinah, 1992:45) yang dimaksud dengan
kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan.
Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efektif dan
efisien. Membaca pemahaman dan efektif bukan berarti asal membaca pemahaman saja, sehingga
karena cepatnya begitu selesai baca tak ada yang diingat dan dipahami.
Membaca Pemahaman
Pengertian pemahaman menurut Sudijono (1996:76) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan dan
hafalan.
Tarigan (1979:58) berpendapat bahwa, “ Membaca pemahaman ialah sejenis membaca yang
bertujuan untuk memhami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis,
dan pola-pola fiksi”. Sedangkan Menurut Suhendar dan Supinah (1992:72) berpendapat bahwa,
“Membaca pemahaman ialah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang
lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca
sampai selesai”.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, karena dilakukan secara langsung di MTS Swasta
Labibia sebagai tempat penelitian untuk mengumpulkan data sesuai dengan masalah dalam penelitian.
Tabel I
Jumlah Populasi Penelitian
No Kelas Total
1 VIIᴬ 22
2 VIIᴮ 24
Jumlah 46
Sumber: Kepala Tata Usaha MTS Swasta Labibia
Instrumen Penelitian
Penelitian ini meggunakan instrumen berupa teks bacaan dan tes objektif. Beberapa hal yang
menyangkut dengan instrumen tersebut dapat dilihat pada uraian berikut:
Materi Bacaan
Teks bacaan yang berjudul “ Hutan Lambusango, Paru-Paru Dunia yang Terancam TBC”
oleh Hendrawan Gunawan, S.H. Teks bacaan tersebut diambil dari
http://hegarmacho.wordpress.com/2008/03/31. teks ini diambil dengan pertimbangan bahwa
bacaan ini cocok digunakan di kelas VII SMP dengan berdasarkan perhitungan grafik Fry.
Dalam melakukan tes ini, peneliti terlebih dahulu menjelaskan tentang hal-hal yang
berkenaan dengan pemahaman membaca. Setelah itu, para siswa mengerjakan soal-soal dengan
memperhatikan petunjuk soal-soal yang telah diberikan.
Kalimat terakhir berbunyi seperti yang tergambar pada peta sebaran kuasa pertambangan yang ada
di hutan lambusango. Kalimat terakhir ini (kalimat ke-7) tidak seluruhnya terpakai dalam hitungan
seratus. Kata ke seratus jatuh pada kata Hutan. Kata tersebut merupakan kata ke-11 dari 13 kata yag
terdapat pada kalimat terakhir tersebut. Dengan demikian, rata-rata jumlah kalimat pada wacana diatas
adalah 6 + 11/12 kalimat. Jika dihitung ke dalam sistem persepuluhan (desimal) akan menghasilkan angka
6,9 kalimat.
Perhitungan jumlah suku kata dari kata pertama sampai kata keseratus adalah sebagai berikut:
1. Hutan lambusango yang terdapat di pulau Buton, memiliki icon yang sangat
2 4 1 3 1 3 2 4 1 2
bombatis dan menarik bagi banyak orang di mana saja berada.
3 1 3 2 2 2 1 2 2 3
3. Biodiversity yang sangat tinggi dan sebagai sumber air bagi banyak desa-desa
5 1 2 2 1 4 2 2 2 2 4
yang hulunya berada di hutan ini.
1 3 3 1 2 2
4. Paru-paru dunia atau biasa disingkat PPD merupakan simbol dari keberadaan
4 3 3 3 3 3 4 2 2 5
hutan lambusango.
1 4
5. Hutan yang menyimpan kekayaan sumberdaya alam baik flora dan fauna ini
2 1 3 4 4 2 2 2 1 3 2
ternyata juga terpendam potensi sumberdaya tambang yang sangat besar
3 2 3 3 4 2 1 2 2
jumlahnya.
3
Berdasarkan perhitungan kalimat pada wacana tersebut, maka ditemukan jumlah suku kata untuk
seluruh kata yang termasuk ke dalam hitungan 100 yaitu 244 suku kata. Jumlah suku kata untuk seratus
kata dikalikan dengan angka 0,6 menghasilkan 146. Pertemuan antara vertical (jimlah suku kata) dan
baris horizontal (jumlah kalimat) pada wacana (instrument penelitian ini) jatuh di wilayah 7. Dengan
demikian, instrumen terebut cocok digunakan untuk peringkat kelas (7-1), 7, (7+1) atau 6,7, dan 8 atau
kelas VI SD, kelas I, dan II SLTP/MTS.
Antara validitas dan reliabilitas sebenarnya mempunyai hubungan yaitu untuk memenuhi syarat
apakah alat ukur (instrumen berkualitas atau tidak). Berdasarkan pendapat tersebut, maka tingkat
reliabilitas tes digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan rumus “ Kuder Richardson” atau terkenal
dengan rumus K – R 20 yaitu:
𝑛 𝑠²∑𝑝𝑞
𝑟11 = {(𝑛−1)}{ 𝑠²
}
Keterangan :
𝑟11 : reliabilitas tes yang dicari
N : banyaknya butir soal
S : simpangan baku (Standar Deviasi)
∑pq : jumlah perkalian antara p dan q
p : proporsisi siswa yang menjawab benar ( mendapat skor 1)
q : proporsisi siswa yang menjawab salah (mendapat skor 0)
( Ruseffendi dalam Jihad dan Haris, 2008: 181)
Langkah- langkah untuk menghitung koefisien keterpercayaan dengan rumus K – R 20 adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis jawaban benar atau salah perbutir soal persiswa. Bila jawaban benar diberi skor 1 dan
bila jawaban salah diberi skor 0, dalam sebuah tabel analisis butir soal;
2. Menghitung jawaban benar persiswa (secara horizontal). Dari data ini dapat ditemukan besarnya
nilai rata-rata (X) dan simpang baku (S);
3. Menghitung jawaban benar perbutir soal (secara vertikal), dari data ini dapat dihitung proporsi
jawaban benar (P) dan jawaban salah (q). Besarnya P = jumlah jawaban benar dibagi jumlah siswa,
sedangkan q = 1 – P. Setelah itu dihitung berapa jumlah P x q (Pq). Untuk lebih jelasnya data uji
coba tes dengan menggunakan rumus K– R 20 dapat dilihat pada penjelasan berikut ini:
Daya Pembeda
Keseluruhan data akan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif yakni persentase dan
tabulasi untuk melihat gejala-gejala responden, melalui aspek pemahaman siswa.
Rumus menentukan tingkat pemahaman
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
PI= 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 (𝑠𝑜𝑎𝑙 )
x 100%
Keterangan:
PI= pemahaman isi bacaan (mampu)
Skor ideal = jumlah skor soal (maksimal)
Rumus yang digunakan untuk mempresentasekan kemampuan individual
adalah:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Rumus yang digunakan untuk menentukan presentase kemampuan secara klasikal adalah:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑐𝑎𝑝𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 70%
𝑥 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛
Untuk menginterprestasikan persentase hasil memahami isi bacaan digunakan kriteria seperti pada tabel
3.
5
1 2 3 4
1 14 20 70% Mampu
2 17 20 85% Mampu
3 13 20 65% Tidak Mampu
4 11 20 55% Tidak Mampu
5 12 20 60% Tidak Mampu
6 18 20 90% Mampu
7 14 20 70% Mampu
8 17 20 85% Mampu
9 16 20 80% Mampu
10 14 20 70% Mampu
11 11 20 55% Tidak Mampu
12 17 20 85% Mampu
13 18 20 90% Mampu
14 12 20 60% Tidak Mampu
15 14 20 70% Mampu
16 17 20 85% Mampu
17 10 20 50% Tidak Mampu
18 13 20 65% Tidak Mampu
19 12 20 60% Tidak Mampu
20 16 20 80% Mampu
21 10 20 50% Tidak Mampu
22 14 20 70% Mampu
23 13 20 65% Tidak Mampu
24 17 20 85% Mampu
25 14 20 70% Mampu
3.280%
71%
Berdasarkan hasil penelitian pada pemahaman isi bacaan menunjukkan bahwa pemahaman tertinggi
sebesar 95% dan yang terendah 50%. Hal ini bila dideskripsikan adalah sebagai berikut:.
Dari 46 siswa terdapat 3 orang siswa (6,52%) yang mencapai persentase pemahaman 50%, 4 siswa
(8,69%) yang mencapai persentase pemahaman 55%, 5 Siswa (10,86%) yang mencapai persentase
pemahaman 60%, 7 siswa (15,21%) yang mencapai persentase pemahaman 65%, 8 siswa (17,39%) yang
mencapai persentase pemahaman 70%, 2 siswa (4,34%) yang mencapai persentase pemahaman 75%, 4
siswa (8,69%) yang mencapai persentase pemahaman 80%, 9 siswa (19,56%) yang mencapai persentase
pemahaman 85%, 3 siswa (6,52%) yang mencapai persentase pemahaman 90%, dan 1 siswa ( 2,17%)
yang mencapai persentase pemahaman 95%.
Untuk lebih jelasnya mengenai pemahaman isi bacaan siswa kelas VII MTs.swasta Labibia di
sajikan dalam tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5
Tingkat Pemahaman Pada Siswa Kelas VII MTs.Swasta Labibia Tahun Pelajaran
2015/2016.
No Tingkat Pemahaman Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Mampu (70%-100%) 27 58,69%
2 Tidak Mampu (0%-65%) 19 41,30%
Jumlah 46 100,00%
Pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa dari 46 siswa terdapat 27 siswa (58,69%) memiliki
tingkat pemahaman isi bacaan berada pada kategori mampu, dan 19 siswa (41,30%) berada pada kategori
tidak mampu. Untuk mendapatkan rata-rata pemahaman isi bacaan siswa Kelas VII MTs.Swasta Labibia
berdasarkan hasil data diatas dapat dihitung dengan menggunakan rumus rata-rata 3.280:46 = 71%.
Analisis Kemampuan Memahami Isi Bacaan “Hutan Lambusango, Paru-Paru Dunia Yang
Terancam TBC”
Analisis data kemampuan memahami isi bacaan siswa Kelas VII MTS Swasta Labibia menunjukan
bahwa dari 46 responden, terdapat 27 responden (58,69%) yang dikatakan mampu secara individu.
Sedangkan yang dikategorikan tidak mampu secara individu adalah 19 responden (41,30%). Deskripsi
data tersebut akan lebih jelasnya diuraikan dalam tabel berikut:
Tabel 6
Analisis Kemampuan Memahami Isi Bacaan Berdasarkan Teks Bacaan
No Skor Skor Yang % Kemampuan Frekuensi Kategori
Ideal Dicapai
1 20 19 95% 1 Mampu
2 20 18 90% 3 Mampu
3 20 17 85% 9 Mampu
4 20 16 80% 4 Mampu
5 20 15 75% 2 Mampu
6 20 14 70% 8 Mampu
7 20 13 65% 7 Tidak Mampu
8 20 12 60% 5 Tidak Mampu
9 20 11 55% 4 Tidak Mampu
10 20 10 50% 3 Tidak Mampu
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dikatakan bahwa dari 46 responden yang dijadikan sampel
penelitian, terdapat 1 responden atau 2,17% berada pada kategori mampu karena mencapai persentase
kemampuan 95, 3 responden atau 6,53%% berada pada kategori mampu karena mencapai persentase
kemampuan 90 %, 9 responden atau 19,56%% berada pada kategori mampu karena mencapai persentase
85%, 4 responden atau 8,69% berada pada kategori mampu karena 80%, 2 responden atau 4,34%%
berada pada kategori mampu karena mencapai persentase kemampuan 75 %, 8 responden atau 17.39%
berada pada katergori mampu karena mencapai mencapai presentase kemampuan 70%, 7 responden atau
15,21% berada pada kategori tidak mampu karena mencapai presentase kemampuannya 65%, 5
responden atau 810,86% berada pada kategori tidak mampu karena memcapai persentase kemampuan
60%, 4 responden atau 8,69% berada pada kategori tidak mampu karena mencapai persentase
kemampuan 55% dan 3 responden atau 6,52 berada pada kategori tidak mampu karena mencapai
presentase kemampuan 50%.
Berdasarkan penjelasan tersebut, diperoleh kemampuan siswa Kelas VII MTS Swasta Labibia
secara individu mampu dalam memahami isi bacaan.
Perolehan Tingkat Kemampuan Memahami Isi Bacaan Siswa Kelas VII MTS Swasta
Labibia
Kategori Kemampuan Rentang Skor Frekuensi Persentase (%)
Mampu 70%-100% 27 58,69%
Tidak Mampu 0%-65% 19 41,30%
Berdasarkan tabel 7 di atas diperoleh informasi bahwa diantara 46 siswa dijadikan sampel dalam
penelitian ini terdapat 27 siswa atau sebesar 58,69% mampu dalam memahami isi bacaan dan sebanyak
19 siswa aatau 41,30% tidak mampu dalam memahami isi bacaan. Dengan demikian, bila dicari
kemampuan klasikal dari memahami isi bacaan siswa kelas VII MTS Swasta Labibia adalah:
Pemahaman yang dimaksud adalah proses berpikir dan belajar. Dikatakan demikian karena
untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan berpikir. Pemahaman merupakan
proses, perbuatan dan cara memahami.
Kemampuan memahami isi bacaan bertujuan untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh
mengenai isi dan kandungan yang ada dalam isi bacaan. Dalam kegiatan memahami isi bacaan
pembaca dituntut menerapkan intelektual dan menggabungkannya dengan pengalaman dan diolah
secara kritis.
Dari hasil penelitian ini menunjukan kemampuan memahami isi bacaan siswa kelas VII MTS
Swasta Labibia tergolong pada kategori mampu karena terdapat 27 siswa atau (58,69%) memperoleh
skor memahami isi bacaan diatas KKM yaitu 14-19 atau dengan persentase (70%-95%) dan
sebanyak 19 siswa atau (41,30%) berada pada kategori tidak mampu dengan pencapaian skor 10-65
atau persentase (50%-65%).
Rendahnya memahami isi bacaan siswa Kelas VII MTS Swasta Labibia tersebut dipengaruhi
oleh kurangnya minat baca siswa terhadap isi bacaan, sehingga siswa kesulitan dalam memahami isi
bacaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa memahami isi bacaan berkisar antara 14-
19 atau (70%-95%) dan yang tergolong tidak mampu yakni berkisar antara 10-65 atau (50%-65%),
walaupun memahami isi bacaan siswa masi rendah namun kenyataannya masi tergolong pada
kategori mampu yakni dengan rata-rata 71%.
Berdasarkan hasil analisis data yang dijelaskan diatas, menunjukan bahwa memahami isi
bacaan siswa Kelas VII MTS Swasta Labibia berada pada kategori mampu secara individu, hal ini
dapat dilihat bahwa sebagian besar (58,69%) siswa memperoleh nilai yaitu 70%-95% diatas 65%,
sedangkan dari segi tidak mampu hanya (41,30%) siswa memperoleh nilai yaitu 50%-65.
Kemampuan memahami isi bacaan pada siswa Kelas VII MST Swasta Labibia berada pada
kategori mampu secara individu. Dikatakan demikian karena siswa memperoleh nilai rata-rata sebesar
71% telah mencapai standar mampu yaitu (70%-84% ). Namun bukan berarti seorang guru harus
kurang berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan siswanya, seorang guru Bahasa Indonesia
MTS Swasta Labibia masi memiliki tanggung jawab yang besar untuk lebih meningkatkan
kemampuan siswa-siswanya dalam memahami isi bacaan. Selain itu, upaya lain untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan, yaitu pihak sekolah harus ikut berperan langsung
dengan menyediakan berbagai macam buku yang berkaitan dengan memahami isi bacaan. Dengan
demikian, solusi pemecahan masalah untuk lebih meningkatkan kemampuan memahami isi bacaan
dapat terselesaikan.
Daftar Pustaka
Harjasujana, A.S., dan Yeti Mulyati. 1996/1997. Membaca 2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP
Setara D-III: Jakarta.
Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan YA3 Malang.
Nurhadi. 1989. Bagaiman Meningkatkan Kemampuan Membaca. Malang: Sinar Baru Algensindo
Sudijono, Anes. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tarigan, H.G. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.