Anda di halaman 1dari 56

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KOLOSTOMI PADA Ny. N DENGAN


KANKER KOLOREKTAL DI RUANG RUANG RAWAT
LANTAI 4 BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
CIPTO MANGUNKUSUMO

Karya Ilmiah Akhir

YAYAN PERMANA PUTRA


1306489426

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JUNI 2016

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KOLOSTOMI PADA Ny. N DENGAN


KANKER KOLOREKTAL DI RUANG RUANG RAWAT
LANTAI 4 BEDAH RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
CIPTO MANGUNKUSUMO

Karya Ilmiah Akhir


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

YAYAN PERMANA PUTRA


1306489426

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM PROFESI ILMU KEPERAWATAN
DEPOK
JUNI 2016

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
ii

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
iii

iii

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah maka penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners “Asuhan Keperawatan Kolostomi pada Ny.N
dengan Kanker Kolorektal di Ruang Rawat Lantai 4 Bedah Rumah Sakit Umum Pusat
Cipto Mangunkusumo”. Dalam penyusunan Penelitian ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak, oleh karena itu
perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu Debie Dahlia, S.Kep., MHSM selaku pembimbing dalam penyusunan karya ilmiah
ini yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan.
2. Ibu Fajar Tri Waluyanti, Mkep., Sp.Kep.An., IBCLC selaku koordinator Karya
Ilmiah Akhir Ners yang telah memberi semangat dan arahan sejak pendidikan profesi
Ners dimulai.
3. Pasien yang dirawat ruang rawat lantai 4 Bedah yang telah bersedia menjadi sumber
ilmu bagi saya. Terimakasih atas waktu, pengalaman, dan pembelajaran yang telah
diberikan.
4. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan dan do’a
5. Istri tercinta yang selalu mendampingi dan memberikan semangat

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas mereka yang telah
memberikan bantuan kepada penulis untuk menyusun karya ilmiah akhir ners. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
agar penulis dapat berkarya lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Jakarta, Juni 2016

iv

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
v

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
ABSTRAK

Nama : Yayan Permana Putra


Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Judul Riset : Asuhan Keperawatan Kolostomi Pada Ny. N dengan
Kanker Kolorektal di Ruang Rawat Lantai 4 Bedah Rumah
Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo

Kanker kolorektal merupakan kondisi keganasan pada kolon dan rektum yang dapat
menimbulkan masalah baik secara fisik maupun psikologis. Karya ilmiah ini
bertujuan untuk menggambarkan analisis asuhan keperawatan kolostomi pada
pasien dengan kanker kolorektal. Dalam karya ilmiah ini digunakan metode
intervensi sesuai Nursing Intervention Classification dengan melibatkan satu
pasien dengan kanker kolorektal. Hasil analisis dari studi literatur dan intervensi
yang dilakukan menunjukkan bahwa stoma berdampak pada penurunan kualitas
hidup pasien. Peran perawat dalam mempersiapkan discharge planning yang
maksimal membantu penerimaan pasien terhadap stoma. Peran perawat sebagai
care giver, edukator dan konselor sangat diperlukan dalam mengatasi masalah fisik
dan psikologis pasien dengan kanker kolorektal.

Kata kunci: kolostomi, intervensi keperawatan, kanker kolorektal

vi

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
ABSTRACT

Nama : Yayan Permana Putra


Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Judul Riset : Colostomy care on Ny. N with Colorectal Cancer in the Surgery
Ward of Rumah Sakit Umum Pusat Ciptomangunkusumo

Colorectal cancer is malignant condition in colon and rectum that could cause problems in
both physically and psychologically. This study aimed to describe the analysis of colostomy
nursing care in patients with cancer colorectal. This study used intervention methodes based
on Nursing Intervention Classification which evaluated one patient. The result of analysis
that based on literature review and intervention indicated stoma impact on the quality of life
of patient. The role of the nurse in preparing discharge planning maximum help admission to
the stoma. The role of the nurse as care giver, educators, counselors are needed to overcome
the physical and psychological problems of patients with cancer colorectal.

Keywords: Colostomy, nursing intervention, cancer colorektal

vii

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR.........v
ABSTRAK .................................................................................................................vi
ABSTRACT ...............................................................................................................vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR… ..............................................................................................xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................4
1.5 Manfaat Penulisan ....................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Kanker Kolorektal ......................................................................................6
2.2 Etiologi .................................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi ..................................................................................................... 7
2.4 Manifestasi Klinis ................................................................................... 8
2.5 Tahapan Kanker Kolorektal .................................................................... 9
2.6 Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 11
2.7 Penatalaksanaan ...................................................................................... 13
2.7.1 Penatalaksanaan Medis .................................................................. 13
2.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan Pasien dengan Kolostomi ............. 19

BAB III. LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA


3.1 Pengkajian ............................................................................................... 22
3.2 Analisis Data ........................................................................................... 27
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ................................................................ 28
3.4 Catatan Perkembangan ............................................................................ 30

viii

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Analisis Masalah Keperawatan Kanker Kolorektal ................................. 33
4.2 Analisis Intervensi dalam Mengatasi Masalah Keperawatan .................. 34
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................ 36

BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 38
5.2 Saran ....................................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 40

ix
9

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stadium dan prognosis kanker kolorektal ................................................. 10


Tabel 3.1 Analisis Data ............................................................................................ 27
Tabel 3.2 Catatan Perkembangan ............................................................................ 30

xii
x
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Mikroskopik Lapisan Dinding Kolon ..................................7

xii
xi
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
Universitas Indonesia
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Masyarakat perkotaan dengan aktivitas yang tinggi cenderung memilih untuk


melupakan kegiatan yang dianggap rumit seperti olahraga, makanan sehat dan
rekreasi. Pola hidup demikian berdampak buruk untuk kesehatan dan
menimbulkan berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang sering terjadi
di perkotaan adalah kanker. Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa
prevalensi terjadinya kanker di perkotaan cenderung lebih tinggi daripada di
pedesaan. Prevalensi kanker di kota yaitu 17 dari 10.000 kasus (1,7‰) sementara
di pedesaan hanya 11 dari 10.000 kasus (1,1‰).

Kanker kolorektal merupakan keganasan yang terjadi di daerah kolon dan rektum.
Menurut Syarifuddin (2014) lokasi tumor kolorektal terbanyak pada rektum 39%,
kolon desenden 29%, kolon asenden 28% dan paling sedikit pada kolom
transversum 4%. Prevalensi kanker kolorektal cukup tinggi, kanker kolorektal
menempati urutan kedua kanker yang sering terjadi di Amerika. Faktor resiko
kanker kolorektal berhubungan dengan diet tinggi lemak, asupan buah dan sayur
yang tidak adekuat, konsumsi makanan olahan, obesitas dan gaya hidup pasif
(Black & Hawks, 2014). Kasus kanker diperkirakan meningkat dari 14 juta pada
tahun 2012 menjadi 22 juta dalam dua dekade berikutnya (Kemenkes, 2015).
Angka kejadian dan mortalitas akibat kanker kolorektal selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dan mayoritas diderita oleh masyarakat yang
berasal dari daerah perkotaan. Peningkatan dan tingginya angka kejadian dan
mortalitas akibat kanker kolorektal menunjukkan bahwa kasus kanker jenis ini
perlu mendapatkan perhatian dan intervensi dengan cepat.

Faktor risiko terjadinya kanker kolorektal salah satunya karena konsumsi


makanan kurang serat. Penelitian Syarifuddin (2014) menunjukan bahwa
kebiasaan jarang makan sayur memiliki risiko terjadinya kanker kolorektal.
Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia gemar
mengonsumsi makanan seperti makanan dengan bumbu penyedap (77,3%),
makanan tinggi lemak (40,7%), dan mi instan (1 dari 10 masyarakat

1
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
2

mengonsumsi mi instan ≥ 1 kali per hari). Selain itu kurangnya aktivitas fisik
menjadi salah satu faktor risiko pada masyarakat perkotaan. Sebanyak 26,1%
masyarakat dinilai memiliki perilaku sedentari, yaitu perilaku kurang gerak
seperti duduk di depan komputer, berbaring, atau bekerja di ruangan (Globocan,
2012). Data menunjukkan bahwa kebiasaan dan gaya hidup masyarakat
perkotaan merupakan faktor risiko kanker kolorektal.

Pasien yang terdiagnosis kanker kolorektal akan merasakan perubahan dalam


hidupnya, baik secara fisik, psikologis, maupun fungsional. Secara fisik, pasien
dengan kanker kolorektal rentan mengalami kelelahan, nyeri, dan gangguan tidur
akibat anemia sebagai efek langsung dari keganasan. Sekitar 30% pasien
mengatakan bahwa mereka mengalami penurunan kemampuan kerja (Kar, 2005).
Secara psikologis, pasien akan merasakan ansietas atau cemas (Shah, 2008).
Kecemasan ini diperburuk dengan kemungkinan dilakukannya salah satu
penatalaksanaan medis pada kanker kolorektal, yaitu pembuatan stoma, suatu
lubang yang dibuat melewati dinding abdomen sebagai saluran pengeluaran
feses yang tidak bisa dikeluarkan secara normal melalui saluran anal (American
Cancer Society, 2013; Burch, 2008).

Pasien yang memiliki stoma rentan mengalami perubahan gambaran diri,


gangguan citra tubuh, dan penurunan harga diri. Mckenzie (2006) memaparkan
bahwa pasien dengan stoma memiliki keyakinan bahwa mereka berada di luar
kontrol (50%), hidup mereka diatur oleh stoma (45%), merasa hilang rasa
percaya diri (47%), dan merasa bahwa tidak ada orang yang mampu memahami
mereka (55%). Berbagai perubahan ini menimbulkan adanya penurunan kualitas
hidup pada pasien kanker kolorektal dengan stoma. Kualitas hidup pasien kanker
kolorektal dengan stoma dipengaruhi oleh proses penyakit, operasi, kemoterapi,
efek samping obat, nyeri berkepanjangan, dan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari. Kualitas hidup pasien mengalami perubahan fungsional,
emosional dan kesejahteraan sosial dipengaruhi dengan adanya stoma
(Erdiana, Christantie & Heny, 2007).

Pasien yang baru memiliki stoma biasanya akan memiliki keraguan tentang
kemampuan mereka untuk dapat hidup dengan stoma (Burch, 2008). Dari hasil

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
3

penelitian diketahui bahwa keraguan ini dapat diantisipasi dengan adanya


kehadiran perawat atau kelompok dukungan sosial. Dukungan dan pendidikan
yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit dapat memudahkan pasien
dalam beradaptasi dengan stoma sehingga meminimalisir terjadinya gangguan
secara fisik dan psikologis setelah menjalani operasi (Slater, 2012).

Pendampingan perawat selama pre, intra, dan post kolostomi dibutuhkan dalam
memastikan stabilitas kualitas hidup pasien. Kualitas hidup merupakan derajat
kepuasan hati karena terpenuhinya kebutuhan hidup, sehingga seseorang dapat
bekerja, belajar, beraktivitas seperti atau mendekati normal (Erdiana, Christantie
& Heny, 2007). Perawat berperan dalam membantu menciptakan perubahan
konsep diri yang positif. Membangun hubungan keperawatan yang baik serta
keterlibatan pasien dan keluarga dalam membuat keputusan akan meningkatkan
konsep diri. Perawat menyusun perencanaan dengan melihat kebutuhan unik
pasien kanker kolorektal dengan stoma. Konsep diri yang baik membantu
perawat dalam memberikan perawatan yang spesifik dan diharapkan mampu
meningkatkan kualitas hidup pasien (Potter & Perry, 2009).

Peran perawat dalam dukungan kesehatan serta pencegahan penya kit memiliki
beberapa peran profesional. Perawat sebagai pemberi layanan kesehatan dengan
membantu pasien memperoleh kembali kesehatan dan kehidupan mandiri yang
optimal. Perawat sebagai pembela (advokat), yaitu melindungi hak dan
informasi yang adekuat terhadap tindakan yang akan diberikan, serta membantu
pasien membuat keputusan. Perawat sebagai komunikator, yaitu komunikasi
terhadap pasien, keluarga, perawat, narasumber, masyarakat dan profesional
kesehatan lainnya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien. Perawat
sebagai edukator, yaitu memberikan informasi yang dibutuhkan,
mendemonstrasikan cara perawatan diri yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan pasien. Perawat sebagai konselor, yaitu membantu pasien
mengetahui, mengklarifikasi serta memilih tindakan perawatan yang dibutuhkan
terhadap masalah kesehatan (Potter & Perry, 2009).

Perawat diharapkan melakukan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan,


bersama dengan pasien dan keluarga membangun hubungan perawatan dengan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
4

memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan. Peran perawat yang


efektif diharapkan menjaga kestabilan kualitas hidup pasien dengan kanker
kolorektal. Fenomena ini membuat penulis tertarik untuk membahas lebih dalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien kanker kolorektal dengan stoma.

1.2. Perumusan Masalah

Kanker kolorektal merupakan salah satu penyakit dengan angka kejadian yang
tinggi di Indonesia. Gaya hidup dan perilaku masyarakat perkotaan menjadi salah
satu faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka kejadian kanker kolorektal
di daerah perkotaan. Pasien dengan kanker kolorektal rentan mengalami
perubahan gambaran diri, gangguan citra tubuh, dan penurunan harga diri
(Mckenzie, 2006).

Perawat berperan dalam membantu menciptakan perubahan konsep diri yang


positif. Membangun hubungan keperawatan yang baik serta keterlibatan pasien
dan keluarga dalam membuat keputusan akan meningkatkan konsep diri.
Konsep diri yang baik diharapkan mampu membantu perawatan dala m
meningkatkan kualitas hidup pasien (Potter & Perry, 2009). Karya ilmiah akhir
ini akan membahas lebih lanjut bagaimana penatalaksanaan keperawatan pada
pasien kanker kolorektal dengan stoma.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum


Menganalisis masalah kesehatan pada pasien kanker kolorektal dengan
stoma
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien kanker kolorektal
dengan stoma di ruang rawat lantai 4 bedah RSCM
b. Menganalisis kasus pasien kanker kolorektal dengan stoma dan peran
perawat dalam asuhan keperawatan yang diberikan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
5

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1 Pelayanan Keperawatan

a. Memberikan gambaran kepada perawat mengenai kondisi fisik dan


psikologis pasien dengan kanker kolorektal dengan stoma.
b. Memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan yang dapat
diberikan untuk menjaga stabilitas kualitas hidup pasien dengan kanker
kolorektal dengan stoma.

1.4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan


literatur ilmu yang berkaitan dengan perawatan pada pasien kanker kolorektal
dengan stoma.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kanker Kolorektal


Kanker kolorektal adalah keganasan yang terjadi di daerah kolon dan rektum.
Penyebab terjadinya kanker kolorektal belum diketahui secara pasti, namun
beberapa faktor risiko, seperti genetik, diet, inflamasi usus dan gaya hidup diduga
berperan dalam proses terjadinya kanker kolorektal (Black & Hawk, 2014).
Insidensnya meningkat pada usia 50-59 tahun dan lebih banyak terjadi pada laki-
laki. Persentase distribusi tempat kanker kolorektal terbanyak pada rektum 39%,
kolon desenden 29%, kolon asenden 28% dan 4% di kolon transversum
(Syarifuddin, 2014).

2.2. Etiologi
Workman & Ignatavicius (2006) menyatakan etiologi dari penyebab kanker kolon
dan rektum meliputi faktor genetik, personal, diet, penyakit inflamasi usus.
1. Faktor Genetik
Individu dengan saudara kandung atau keluarga dengan kanker kolorektal
beresiko 3 sampai 4 kali terserang kanker kolorektal. Masalah genetik
autosom yang sering terjadi adalah poliposis adenomatosa keluarga. Selain itu,
mutasi gen herediter kanker kolorektal nonpoliposis adalah penyebab lain dari
genetik yang dapat menyebabkan kanker kolon (Black & Hawk, 2014)
2. Faktor Personal
Sekitar 75% dari kanker kolorektal tidak diketahui faktor predisposisinya.
Usia merupakan faktor resiko yang menyebabkan perkembangan kanker
kolorektal, 38% kasus ini terjadi pada usia 50-59 tahun. Kejadian kanker
kolorektal lebih sering terjadi pada laki-laki, tercatat 51% kasus kanker
kolorektal terjadi pada laki-laki (Syarifuddin, 2014)
3. Faktor Diet
Penurunan waktu pengosongan usus dan makanan tertentu yang mengandung
mutagen kimia dapat menyebabkan resiko terjadinya kanker kolorektal.
Makanan tersebut juga menyebabkan lamanya waktu pengosongan usus dan
akhirnya terekspos zat karsinogen. Diet tinggi lemak, khususnya lemak

6
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
7

hewani seperti daging akan mensekresi asam dan bakteri anaerob yang bersifat
karsinogen di usus. Diet dengan makanan yang tinggi karbohidrat namun
sedikit serat juga dapat meningkatkan masa pengosongan usus (Black &
Hawk, 2014)
4. Penyakit Inflamasi Usus
Penyakit inflamasi usus misalnya ulserasi colitis, beresiko meningkatkan
kanker kolorektal (Black & Hawk, 2014)

2.3. Patofisiologi
Kanker kolorektal merupakan penyakit yang berasal dari lapisan mukosa dinding
usus. Dari dalam ke luar, dinding usus terdiri dari beberapa lapisan, yang meliputi
mukosa, submukosa, propria muskularis (mengandung lapisan otot melingkar dan
halus), dan serosa. Lapisan paling dalam dinding usus, yaitu mukosa yang
sebagian besar terbagi sebagian lapisan membran mukosa epitel kolumnar yang
mampu menyekresikan larutan mukus alkalis untuk melindungi mukosa usus dan
menghasilkan pelumas HCO3 yang dapat menetralkan produk akhir massa fekal.
Ini adalah tempat terjadinya perubahan genetik awal yang mengarah pada
perkembangan sel-sel kanker (Workman & Ignatavicius, 2006).

Gambar 2.1 Anatomi Mikrosopik Lapisan Dinding Kolon


Sumber : Marieb & Hoehn (2007)

Adenokarsinoma adalah tumor yang berasal dari jaringan epitel kolumnar. tumor
kolorektal berkembang melalui beberapa tahapan proses, sebagai akibat dari
perubahan molekular seperti kehilangan kunci gen penekan tumor dan aktivasi
onkogen tertentu yang merubah sel mukosa kolon. Peningkatan proliferasi dari

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
8

mukosa kolon ini membentuk suatu polip yang dapat bertransformasi menjadi
maligna. Di bawah lapisan mukosa ini terletak submukosa yang merupakan
lapisan kekuatan usus. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, limfatik, dan
serabut saraf terminal. Lapisan ini merupakan lapisan penting yang berkaitan
dengan asal usul kanker karena sekali tumor telah menyerang ke lapisan ini dari
dinding usus itu bisa masuk ke aliran darah dan sistem limfatik, yang
memungkinkan terjadinya penyebaran jauh ke seluruh tubuh. Hati merupakan
tempat yang paling sering terkena metastasis dari kanker kolorektal. Selain itu
metastasis ke paru-paru, otak, tulang, dan kelenjar adrenal juga dapat terjadi.
Tumor kolon dapat pula menyebar ke area peritoneal selama pembedahan tumor
Penyebaran ini biasanya terjadi karena potongan sel kanker pecah dari tumor ke
ruang peritoneum. Selain melalui pembuluh limfa dan permbuluh darah,
penyebaran kanker juga dapat terjadi karena infiltrasi langsung ke struktur yang
berdekatan (Marieb & Hoehn, 2007; Workman & Ignatavicius, 2006).

Manusia pada dasarnya memiliki zat karsinogen atau zat pemicu kanker pada
tubuh. Kurangnya asupan antioksidan seperti vitamin E, vitamin C dan beta
karoten yang terdapat pada sayur dan buah mengurangi perlindungan sel terhadap
efek karsinogenik. Kondisi feses yang kurang baik juga dapat memicu terjadinya
kanker kolon. Aktivitas atau olahraga yang kurang teratur dapat mengakibatkan
feses menjadi lama berada di kolon. Toksin pada feses mencetuskan pertumbuhan
sel kanker (Syarifuddin, 2014).

Riwayat polip merupakan faktor pencetus kanker kolon. Polip yang tidak diatasi
atau dilakukan intervensi dapat berubah menjadi maligna. Maligna akan
menyerang dan menghancurkan sel yang normal dan meluas di jaringan
sekitarnya (Smeltzer & Bare, 2002). Massa kolon akan menyebabkan obstruksi
yang mengakibatkan evakuasi feses terhambat. Hal ini mengakibatkan konstipasi,
distensi, nyeri abdomen dan feses berdarah. Apabila massa kanker tidak terdeteksi
maka kemungkinan sel kanker akan melakukan metastasis (Black & Hawk, 2014).

2.4. Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala penyakit ini bervariasi sesuai dengan letak kanker. Pasien
dengan kanker kolon di sebelah kanan umumnya mengalami anemia, terkadang

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
9

diare dan penurunan berat badan. Karsinoma kolon kiri cenderung menyebabkan
perubahan pola BAB, nyeri abdomen, perdarahan rectum dan penurunan berat
badan. Feses biasanya keras atau cair yang berwarna gelap. Mukus dan darah
segar sering terlihat pada feses yang menyebabkan anemia akibat kehilangan
darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau rektum dapat mempengaruhi radiks
syaraf, pembuluh limfe, vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungkai atau
perineum, hemoroid nyeri pinggang bagian bawah, dan keinginan defekasi atau
sering berkemih (American Cancer Society, 2013; Shah, 2008).

2.5. Tahapan Kanker Kolorektal


Stadium pada pasien kanker kolorektal diantaranya (American Cancer Society,
2013):
1. Stadium I, bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan dinding
usus besar (lapisan mukosa).
2. Stadium II, terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di bawah
lapisan mukosa.
3. Stadium III, sel kanker sudah masuk ke sebagian kelenjar limfe yang banyak
terdapat di sekitar usus.
4. Stadium IV, terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh kelenjar
limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese) (Kemenkes, 2015).
a. T (Tumor primer)
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai.
To : Tidak ada tumor primer.
Tis : Tumor in situ, hanya melibatkan mukosa.
T1 : Invasi mukosa muskularis hingga lapisan submukosa.
T2 : Invasi tumor melewati submukosa hingga lapisan otot propia
muskularis.
T3 : Invasi tumor melewati otot propia ke subserosa atau nonperitoneal
perikolik atau ke jaringan perirektal.
T4 : Tumor melewati peritoneum viseral (T4a) atau mengalami invasi ke
organ lain/struktur lain (T4b)

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
10

b. N (Nodus)
Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dibagi.
No : Tidak terjadi metastasis di nodus lymph regional.
N1a : Metastasis di 1 nodus lymph perirektal.
N1b : Metastasis di 2-3 nodus lymph perirektal.
N1c : Metastasis di area lemak dekat nodus limfa.
N2 : Metastasis di 4 atau lebih ke kelenjar perikolik atau nodus lymph
perirektal.
c. M (Metastasis)
Mx : Jarak metastasis tidak dapat dinilai.
Mo : Tidak ada jarak metastasis.
M1 : Terdapat jarak metastasis.

Stadium
Histopatologi
Dukes TNM Derajat
A T1-2N0M0 - Sel kanker pada lapisan mukosa muskularis
hingga submukosa (T1) atau hingga propia
muskularis (T2)
B T3N0M0 IIA Sel kanker melewati lapisan terluar
kolon/rectum namun belum mencapai organ
(T3)
B T4aN0M0 IIB Sel kanker melewati dinding kolon/rectum
tetapi tidak mencapai organ lain(T 4a)
B T4bN0M0 IIC Sel kanker melewati dinding kolon/rectum dan
mencapai organ lain (T 4b)
C T1-2N1M0 IIIA Sel kanker menyerang 1-3 nodus limfa
(N1a/b) hingga area lemak terdekat (N1c)
C T3-4aN1M0 IIIB Sel kanker menyerang bagian terluar lapisan
kolon/rectum hingga peritoneum visceral,
menyebar ke 1-3 nodus limfa
C T4N2M0 IIIC Sel kanker melewati peritoneum visceral atau
mengalami invasi ke organ lain, metastasis ke-
4 atau lebih nodus limfa
- TXNXM1 IV Metastasi tahap lanjut dan penyebaran yang
luas

Tabel 2.1. Stadium dan prognosis kanker kolorektal

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
11

2.6.Pemeriksaan Penunjang

1. Endoskopi.
Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik sigmoidoskopi maupun
kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat
dengan jelas pada endoskopi. Sel tumor dapat di diagnosis dengan mengambil
bagian kecil jaringan dilakukan biopsi. Gambaran histopatologi karsinoma
kolorektal ialah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiasi sel (Black &
Hawk, 2014).
Implikasi keperawatan pada pemeriksaan diagnostik Endoskopi menurut (Paul
& Beverly (2009).
a. Persiapan Pasien
1) Jadwalkan tindakan minimal 2 hari setelah pasien minum barium
2) Pastikan informed concent ditanda tangan sebelum premedikasi
3) Berikan dukungan kepada pasien dan keluarga
4) Puasa makan dan minum selama 6-8 jam sebelum tindakan
5) Lakukan perawatan mulut, lepas gigi palsu dan kacamata
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga
Jangan makan dan minum apapun 6-8 jam sebelum tindakan, pada saat
tindakan akan terasa tidak nyaman tetapi membutuhkan waktu 20-30 menit
sampai selesai. Anastesi lokal akan diberikan dalam tenggorokan dan pasien
akan diberikan obat penenang selama tindakan. Setelah tindakan pasien
diizinkan untuk makan dan minum segera setelah reflex menelan kembali.
Pasien akan merasakan kembung ringan, sendawa atau kembung selama
prosedur. Hubungi dokter jika pasien sulit menelan, nyeri perut, nyeri
punggung, muntah darah atau cairan hitam dan demam.

2. Kolonoskopi
Kolonoskopi merupakan pemeriksaan secara visual dari seluruh lapisan kolon
dengan menggunakan fiberoptik endoskop yang fleksibel. Prosedur di
indikasikan untuk klien dengan riwayat konstipasi, diare, perdarahan rektal,
dan nyeri abdomen bagian bawah (Black & Hawk, 2014).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
12

Implikasi keperawatan pada pemeriksaan diagnostik Kolonoskopi menurut


Paul & Beverly (2009).
a. Persiapan pasien
1) Pastikan pasien menandatangani pernyataan persetujuan tindakan
(informed consent)
2) Berikan diet cair 2 hari sebelum tindakan dan puasa 8 jam sebelum
prosedur kolonoskopi
3) Menginstruksikan pasien untuk minum sitrat tawar atau polietilen glikol
malam sebelum tindakan
4) Sedasi biasanya diberikan sebelum prosedur
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga
1) Sebelum tindakan
Jelaskan batasan diet dan tujuannya, prosedur memakan waktu 30 menit
sampai 1 jam, alat pemeriksaan akan dimasukkan melalui anus hingga
sekum, kemungkinan akan diambil jaringan untuk biopsi. Pada saat
pemeriksaan akan ada rasa tidak nyaman serta mengatur transportasi
karena pasien tidak boleh mengemudi selama 24 jam setelah prosedur.
2) Sesudah tindakan
Pasien mungkin akan merasa sering buang angin setelah prosedur.
Laporkan jika ada nyeri perut, panas dingin, demam perdarahan rektal
atau ada pengeluaran lender melalui anus. Jika polip diangkat maka
hindari angkat berat selama 7 hari dan hindari makanan tinggi serat
selama 1-2 hari.

2. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa digunakan untuk
persiapan tindakan pembedahan. Pada foto kolon dapat dapat terlihat suatu
filling defect pada suatu tempat atau suatu striktura. Computed
Tomography scan untuk melihat gambar potongan melintang dari bagian
tubuh manusia dengan menggunakan x-ray. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) untuk melihat gambar jaringan lunak tubuh secara terperinci.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
13

Implikasi Keperawatan pada tindakan foto kolon menurut Paul & Beverly
(2009).
a. Persiapan pasien
1) Berikan informasi kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
pemeriksaan
2) Kaji riwayat keluhan pasien dan kemampuan mobilisasi
3) 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat
4) 18 jam sebelum pemeriksaan pasien minum tablet dulkolax
5) 4 jam sebelum pemeriksaan pasien diberi dulkolax suppositoria,
kemudian pasien puasa hingga pemeriksaan
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga
Pada saat pemeriksaan alat akan dimasukkan melalui anus untuk
memasukkan kontras. Kemudian 1-2 menit menunggu kontras melapisi
mukosa kolon dengan sempurna. Akan dimasukkan udara kedalam lumen
kolon sehingga seluruh kolon mengembang sempurna.

3. Ultrasonografi
Ultrasonografi digunakan untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam
pankreas, hepar, kantung empedu, limpa dan jaringan retroperitoneal.
Implikasi Keperawatan pada tindakan ultrasonografi menurut Paul & Beverly
(2009).
a. Sebelum Pemeriksaan
1) Berikan informasi kepada pasien mengenai prosedur dan tujuan
pemeriksaan
2) Kaji riwayat keluhan pasien dan riwayat alergi
3) Catat adanya pemeriksaan sebelumnya yang dapat mengganggu hasil
tes, seperti pemberian barium, operasi atau biopsy. Harus ada jarak
minimal 24 jam antara pemeriksaan lain dan ultrasonografi
4) Jelaskan kepada pasien pada saat prosedur dilakukan akan ada rasa tidak
nyaman
5) Memberikan informasi bahwa prosedur memakan waktu 30-60 menit

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
14

b. Pemeriksaan
1) Observasi keadaaan pasien
2) Menganjurkan pasien untuk tetap diam pada saat pemeriksaan
3) Jaga privasi pasien
c. Setelah pemeriksaan
1) Pada saat tindakan sudah selesai, bersihkan gel dari kulit pasien
2) Berikan informasi mengenai laporan hasil pemeriksaan

4. Laboratorium.
Tidak ada petanda yang khas untuk karsinoma kolorektal, walaupun demikian
setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor marker
(petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA (carcinoembryonic antigen).
Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan karsinoma kolorektal
yang sudah lanjut. Berdasarkan penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk
mendeteksi secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer lebih dari
5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III. Pasien dengan buang air
besar lendir berdarah, perlu diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap
shigella dan juga amoeba (Black & Hawk, 2014).

Implikasi Keperawatan pada pemeriksaan laboratorium darah menurut Lynn


(2011).
a. Sebelum prosedur
1) Lakukan pengkajian adanya alergi, terutama pada antimikroba topikal
untuk membersihkan kulit.
2) Lakukan pengkajian pemahaman pasien dan keluarga mengenai alasan
pemeriksaan darah
3) Kaji tingkat kecemasan pasien
4) Jelaskan tentang prosedur dan tata cara pelaksanaan tindakan
pengambilan sampel darah
5) Memberikan waktu kepada pasien untuk bertanya dan mengungkapkan
rasa takut, cemas dan masalah yang diraskan

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
15

b. Pada saat prosedur


1) Mengatur posisi pasien yang nyaman
2) Tentukan pembuluh darah, dan berikan dukungan positif untuk
menenangkan pasien.
c. Setelah prosedur
Monitor nama pasien, nomor rekam medis, adanya perdarahan dan
menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien dan keluarga sesuai
kapasitas, dan lapor ke dokter untuk kolaborasi.

2.7. Penatalaksanaan
2.7.1. Penatalaksanaan Medis .
1. Pembedahan
Pembedahan adalah bedah kolon dengan batas minimal 5 cm di sebelah distal
dan proksimal dari tempat kanker. Pada kanker di sekum dan kolon asendens
biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-
transversal. Untuk kanker di kolon transversal dan di pleksura lienalis
dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada
kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan hemikolektomi kiri
dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk kanker di rektosigmoid
dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis
desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan
proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal (Black & Hawks, 2014).

2. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan
pembuatan kolostomi adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus
sumbatan atau obstruksi usus (Black & Hawk, 2014).

Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua, yaitu sementara dan
permanen. Indikasi dilakukannya kolostomi sementara untuk memberikan
waktu istirahat pada kolon sebelum dilakukan reanastomisis. Indikasi untuk

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
16

kolostomi permanen pada kanker pada kolon yang tidak memungkinkan


tindakan operasi reseksi-anastomosis. Jenis kolostomi sementara adalah loop
kolostomi, merupakan kolostomi yang dibuat dengan mengangkat kolon ke
permukaan abdomen kemudian membuka dinding kolon bagian anterior untuk
jalan keluarnya feses. End stoma merupakan jenis kolostomi yang dibuat
dengan memotong kolon dan mengeluarkan ujung proksimal ke permukaan
abdomen sebagai stoma tunggal. Sedangkan double barrel dimana
segmen proksimal dan distal kolon di keluarkan ke dinding abdomen sebagai
dua stoma yang terpisah, dimana bagian distal sebagai stoma nonfungsi
(Black & Hawk, 2014).

3. Radioterapi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan dosis adekuat. Memberikan radiasi ioniasi pada
neoplasma. Karena pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada sel-sel
kanker yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi buruk, dibandingkan
terhadap sel -sel normal yang berada di dekatnya, maka jaringan normal
mungkin mengalami cidera da1am derajat yang dapat ditoleransi dan dapat
diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker dapat dimatikan (Black & Hawks, 2014).

Terapi radiasi ion menghancurkan kemampuan sel intuk reproduksi dengan


menghancurkan DNA, memperlambat mitosis untuk mengkoreksi DNA,
merangsang apoptosis. Reaksi kimia yang saling berkaitan dan kompleks yang
terjadi pada cairan ekstraseluler menghasilkan radikal bebas. Oksigen radikal
bebas yang tebentuk selama ionisasi beraksi denfan molekul sekitar,
menyebabkan kerusakan sel tumor (Black & Hawks, 2014).

Terapi radiasi dapat diberikan dengan sinar eksternal dan internal. Sinar
eksternal merupakan pengiriman radiasi dari alat penghasil pada jarak tertentu
dari tempat target. Radiasi ini dilakukan dengan rontgen energy tinggi
atau sinar gamma. Keuntungan utama dari radiasi energy tinggi adalah
efek terhadap kulit yang terbatas. Terapi radiasi internal merupakan tindakan
memasukkan isotop radioaktif di dalam dekat tumor atau di dalam sirkulasi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
17

sistemis. Terdapat dua jenis radiasi internal yaitu, sealed source dan unsealed
source. Terapi radiasi sealed source yang mana material radioaktif terletak di
dalam container tertutup. Terapi radiasi sealed source digunakan untuk terapi
intrakavitas dan interstitial. Terapi intrakavitas, radioisotope adalah cesium-
137 atau radium-226 diletakkan pada aplikator yang akan ditempatkan
dalam rongga tubuh selama waktu 24-72 jam. Terapi interstitial , pilihan
radioterapi iridium-192, yodium-125, cesium-137,aurum-198 atau radon-222
ditempatkan di dalam jarum atau butiran biji yang diimplantasikan secara
langsung ke dalam tumor. Terapi radiasi sealed source ini radioisotopnya
tertutup secara menyeluruh oleh materi nonradioaktif sehingga tidak dapat
mengkontaminasi urin, keringat, darah dan vomitus (Black & Hawks, 2014).

Terapi radiasi unsealed source merupakan radiasi internal sistemis dimana


radioisotop diberikan secara intravena, oral atau instilasi lansung kedalam
kavitas tubuh.yodium-131 diberikan secara oral dengan dosis sangat rendah
untuk menangani hipertiroid atau dosis tinggi untuk menangani kanker tiroid.
Klorida strontium 89 diberikan intravena untuk mengurangi nyeri metastasis
tulang (Black & Hawks, 2014).

PERAN PERAWAT SAAT PASIEN DILAKUKAN RADIASI


Perawat memperhatikan kebutuhan klien dalam merencanakan asuhan
keperawatan. Terapi radiasi seringkali membuat khawatir klien dan anggota
keluarga mengenai efek samping radiasi. Efek samping radiasi dapat
menyebabkan reaksi pada kulit, bervariasi mulai dari eritema sedang sampai
terjadi deskuamasi. Kulit yang terkena sinar radiasi lebih sensitif terhadap
panas atau dingin. Perubahan vaskuler pada kulit dapat menimbulkan efek
yang lambat pada kulit (Otto, 2001).

Efek samping kronik merupakan reaksi ionisasi dari proses radiasi. Efek
samping kronik ini dapat terjadi setelah enam bulan. Efek ini disebabkan oleh
kerusakan pada endotel dan vaskularisasi sel. Efek ini mencakup timbulnya
fistula, obstruksi bowel dan perforasi. Kelelahan setelah radioterapi
disebabkan peningkatan metabolisme, produk toxic sebagai hasil dari
kerusakan jaringan. (Otto, 2001).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
18

Implikasi keperawatan pada tindakan radioterapi


a. Persiapan pasien
1) Pastikan informed concent ditanda tangan sebelum radioterapi
2) Berikan dukungan kepada pasien dan keluarga
3) Perbaiki keadaan umum pasien
4) Berikan asupan nutrisi yang adekuat
b. Berikan edukasi kepada pasien dan keluarga
Terapi radiasi tidak dapat dirasakan dan dilihat, sehingga tidak
menunjukkan perkembangan sampai 10-14 hari setelah terapi. Efek
samping radiasi bisa menyebabkan kerusakan kulit dan kelelahan (Black
& Hawk, 2004).

Reaksi kulit bervariasi dari eritema ringan hingga menyerupai penampakan


luka bakar derajat dua. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada
gangguan integritas kulit yang terjadi pasca radiasi (Bulechek, Howard &
Joanne, 2013):

 Instruksikan untuk mengeringkan kulit


 Cuci kulit dengan sabun lembut dan keringkan secara perlahan
 Hindari penggunaan losion, bedak krim, alkohol pada kulit yang diterapi
 Gunakan pakaian yang longgar untuk menghindari gesekan
 Lindungi kulit daari paparan sinar matahari secara langsung

Intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelelahan berhubungan


dengan stres, peningkatan metabolisme, kerusakan jaringan setelah radiasi
(Bulechek, Howard & Joanne, 2013):
 Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
 Jelaskan hubungan terapi radiasi dengan kelelahan
 Batasi aktivitas
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupasn nutrisi

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
19

4. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan intervensi sistemis yang digunakan dalam keadaan
pasien dengan kanker yang tersebar luas, tumor tidak dapat direseksi dan
resisten terhadap radiasi. Sel kanker berkembang seperti sel normal,
memperbaiki diri, regenerasi, namun sel kanker tidak teratur. Kemoterapi
mampu menghambat atau mematikan sel kanker namun perlu dilakukan
berulang. Obat kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU).
Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat
meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil penelitian,
setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi
(Black & Hawks, 2014).

PERAN PERAWAT SAAT PASIEN DILAKUKAN KEMOTERAPI


Pengkajian riwayat medis klien dan identifikasi faktor risiko untuk toksisitas
kemoterapi seperti riwayat gangguan fungsi jantung, paru atau ginjal. Lakukan
pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan berikan informasi efek samping
kemoterapi. Sebagian besar obat antineoplastik tidak hanya merusak sel
kanker tetapi juga sel normal. Efek samping kemoterapi menurut Black &
Hawk (2014), yaitu :
a. Neutropenia
Infeksi dan perdarahan yang disebabkan oleh menurunnya produksi white
blood cell (WBC) dan trombosit karena efek pengobatan. Neutropenia
menyebabkan klien rentan terhadap infeksi, terutama infeksi organisme
endogen opurtunistik. Peran perawat memberikan asuhan keperawatan
manajemen pencegahan infeksi (Bulechek, Howard & Joanne, 2013):.
 Ajarkan klien dan keluarga cara mencuci tangan
 Lakukan perawatan mulut setiap hari
 Menjaga asupan nutrisi dan cairan yang cukup
 Tidak menggunakan alat makan bersamaan dengan orang lain

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
20

b. Trombositopenia
Kemoterapi dapat menyebabkan perdarahan massif, risiko perdarahan
muncul ketika jumlah trombosit kurang dari 20.000/mm3. Kemoterapi akan
dihentikan sampai jumlah trombosit meningkat hingga 100.000/mm3.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk menangani risiko
perdarahan (Bulechek, Howard & Joanne, 2013):
 Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut, gunakan sikat yang
halus
 Gunakan losion untuk mencegah kulit kering
 Hindari terjadinya luka dengan berhati-hati terhadap benda tajam
 Jika terjadi perdarahan instruksikan untuk berikan tekanan disumber
perdarahan selama 10-15 menit.
c. Anemia
Penyebab dari anemia adalah tidak cukupnya produksi sel darah merah
karena efek kemoterapi atau tumor yang menginfiltrasi tulang belakang dan
menekan produksi sel darah merah. Intervensi keperawatan yang dapat
diberikan (Bulechek, Howard & Joanne, 2013) :
 Berikan edukasi tentang efek kelelahan pada kemoterapi
 Instruksikan klien untuk menjaga aktivitas dan istirahat yang vukup
 Kolaborasi dalam pemberian vitamin B12, asam folat dan zat besi untuk
proses eritropoiesis
 Kolaborasi dalam pemberian transfusi sel darah merah.

d. Efek gastrointestinal
Efek dari kemoterapi adalah mual, muntah, anoreksia, perubahan rasa,
turun berat badan, mukositis oral, diare dan konstipasi. Efek
gastrointestinal sangat berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisi. Intervensi
yang dapat diberikan terkait nutrisi (Bulechek, Howard & Joanne, 2013):
 Monitor intake makanan setiap hari
 Timbang dan ukur berat badan, ukur triceps serta amati penurunan berat
badan
 Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan
intake cairan yang adekuat

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
21

 Anjurkan makanan porsi kecil tetapi sering


 Ciptakan suasana makan yang nyaman
 Berikan dorongan hygiene oral
 Pantau nilai laboratorium seperti hemoglobin, total protein, albumin
 Konsultasikan dengan ahli gizi, asupan yang tepat untuk pemenuhan
nutrisi yang adekuat
 Kolaborasi dalam pemberian obat serotonin reseptor antagonis
untuk mengurangi mual, seperti ondansentron.
e. Efek integumen
Alopesia (kebotakan) adalah efek yang paling sering terjadi. Kemungkinan
kehilangan rambut pada tubuh termasuk alis, bulu mata dan pubis. Efek ini
merupakan suatu perubahan yang traumatik terhadap citra tubuh. Oleh
karena itu peran perawat sangat dibutuhkan untuk menjaga citra tubuh yang
positif. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan (Bulechek, Howard &
Joanne, 2013):
 Fasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan harapan
 Berikan edukasi tentang pertumbuhan rambut
 Bantu klien untuk menjaga penampilan
 Anjurkan keluarga untuk selalu mendampingi klien

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
22

2.7.2. Penatalaksanaan Keperawatan Pasien dengan Kolostomi


Asuhan keperawatan diberikan sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien
memiliki kemampuan untuk kembali beraktivitas sehari-hari. Perawat diharapkan
memiliki kemampuan dalam membina hubungan terapeutik, menjadi pendengar
aktif dan membantu pasien mengatasi masalah secara fisik maupun psikologis
(Potter & Perry, 2009).
a. Pengkajian
Kaji perubahan pada sistem pencernaan, peristaltik dan motilitas
gastrointestinal yang ditunjukkan dengan tidak ada nyeri abdomen, distensi,
mual, muntah dan nafsu makan. Monitor pengeluaran kolostomi, kaji stoma
klien merah dan lembab, kaji luka abdomen dan perineum (Black & Hawk,
2014).

Klien pascaoperasi kolostomi memiliki risiko mengalami komplikasi


pascaoperasi. Diasnosis keperawatan yang dapat diangkat adalah risiko cidera,
hasil yang diharapkan tidak adanya manifestasi infeksi, perdarahan, tanda-
tanda disrupsi luka, tromboflebitias dan iskemia stoma. Intervensi
keperawatan yang dapat diberikan menurut Bulechek, Howard & Joanne
(2013) adalah :
 Monitor tanda-tanda vital untuk mengidentifikasi adanya tanda infeksi dan
syok
 Monitor drainase stoma, hindari kontaminasi luka bedah dengan feses,
monitor kembalinya fungsi kolon dengan mengamati jenis dan kuantitas
yang keluar dari stoma.
 Ajarkan klien tekhnik distraksi, napas dalam untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik
 Kolaborasi dalam pemberian diet pascaoperasi kolostomi

Klien juga berisiko mengalami perubahan citra tubuh, klien harus menghadapi
perubahan pada konsep diri. Hasil yang diharapkan setelah dilakukan
intervensi keperawatan adalah klien mampu menyesuaikan dengan perubahan
citra diri. Intervensi keperawatan yang dapat diberikan menurut Bulechek,
Howard & Joanne (2013) adalah :

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
23

 Berikan dukungan emosional saat klien memulai proses penyesuaian


kolostomi
 Berikan edukasi mengenai perawatan kolostomi
 Anjurkan keluarga untuk menemani klien dan menyesuaikan diri terhadap
kolostomi
 Berikan kesempatan klien untuk berpartisipasi dalam perawatan kolostomi

b. Perawatan kolostomi
Perawatan kolostomi yang rutin akan dilakaukan oleh pasien ataupun care
giver baik di rumah sakit atau di rumah ialah mengganti kantong kolostomi
dan membersihkan stoma. Kantong kolostomi yang dapat digunakan ialah
kantong kolostomi one-piece tertutup yang jika terisi harus segera dibuang dan
diganti. Kantong kolostomi one-piece drainable kantong yang dapat
membuang feses dengan membuka lubang yang ada dibawah kantong.
Kantong kolostomi yang dapat dikosongkan, dibersihkan dan digunakan
kembali adalah jenis kantong kolostomi two-piece system atau kantong yang
memiliki lubang drainase di bawahnya. Kantong kolostomi sebaiknya
dikosongkan ketika sudah terisi 1/3 bagian (Black & Hawk, 2014).

Perawatan kulit disekitar stoma dilakukan bersamaan dengan penggantian


kantong kolostomi. Bersihkan kulit sekitar stoma dengan air hangat sekaligus
observasi stoma yang normal akan terlihat merah, lembab, tidak mengkerut
dan tampak seperti membran mukosa oral. Stoma normal memiliki produksi
feses, tidak ada sumbatan serta tidak nyeri (Black & Hawk, 2014).

c. Memberikan pendidikan kesehatan segera setelah pasien stabil pascaoperasi.


Discharge planning tentang perawatan stoma segera setelah pasien stabil
dapat mempercepat penyesuaian psikologis pasien. Pendidikan kesehatan
pascaoperasi kolostomi diharapkan bersifat aplikatif sehingga fokus
pendidikan lebih bersifat teknis. Discharge planning tentang tindak lanjut
kemoterapi dan terapi radiasi yang akan dijalani pasien. Berikan pendidikan
tentang kanker kolorektal, indikasi kemoterapi dan radiasi serta efek samping
terhadap pasien (Black & Hawks, 2014).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
24

d. Individu yang baru memiliki stoma biasanya akan ragu menjalin hubungan
sosial. Membantu pasien menemukan kelompok dukungan sosial, komunitas
pasien dengan stoma sehingga pasien dapat belajar untuk minimalkan
kelemahan dan ketidakmampuan yang dimiliki. Meningkatkan citra diri pasien
dan adaptasi positif pascaoperasi kolostomi (Burch, 2013).

Dukungan sosial sangat mempengaruhi perubahan psikososial pada pasien.


keberadaan orang yang berarti dalam menghadapi diagnosis dan terapi secara
signifikan dapat berpengaruh terhadap pandangan pasien terhadap dirinya.
Seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan keluarga dan teman akan
mampu menggunakan koping yang efektif (Burch, 2013).

Pada kasus kanker stadium IV dibutuhkan perawatan paliatif untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawataan paliatif adalah pendekatan
yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang
menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang mengancam jiwa.
Kualitas perawatan paliatif berfokus pada pilihan pasien, kolaborasi,
pendekatan interdisiplin, menyeluruh dan orientasi pada pasien dan keluarga.
Selama masa pemulihan, dukungan pada pasien dan keluarga merupakan fokus
dalam pelayanan kuratif dan non kuratif atau yang disebut pelayanan suportif.
Pelayanan suportif berfokus pada proses control pasien yan gtelah terdiagnosa
dan menjalani terapi kanker. Pelayanan suportif yang umum diberikan pada
penderita kanker mencakup manajemen nyeri, kanker, manajemen penyakit
terminal, pembedahan rekunstruktif, konseling, dukungan emosional,
pelayanan komplementer, perawatan spiritual (Otto, 2001).

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
25

BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1. Pengkajian
a. Informasi umum
Nama : Ny. N Usia : 36 tahun
Tanggal lahir : 27 September 1979 Jenis kelamin : Perempuan
Suku bangsa : Betawi Tanggal masuk : 23-04-2016
Sumber informasi : Pasien, keluarga, rekam medis

b. Riwayat Keperawatan
- Keluhan utama : Klien masuk rumah sakit pada tanggal 23 April
2016 dan dirawat di ruang rawat bedah lantai 4 RSCM. Klien dirawat
di rumah sakit dengan keluhan sult BAB, BAB kecil-kecil dan keluar
lendir, selera makan berkurang, pegal dan rasa tidak nyaman di area
sakrum dan anus. Setelah dilakukan colostomy pada tanggal 09-05-
2016 klien merasa lemas, dan takut bergerak.

- Riwayat Keluhan: Klien dan keluarga mengatakan BAB kecil-kecil


sudah 6 bulan, BAB terkadang berlendir dan berdarah. Klien sudah
memeriksakan kesehatan di RS Fatmawati namun tidak ada perubahan,
kemudian pasien memeriksakan diri ke RS Pasar rebo pada tanggal 22
Januari 2016, dilakukan pemeriksaan colonoscopy terdapat tumor
sigmoid. Pada tanggal 29 Januari 2016 dilakukan CT scan abdomen
dan rektum terdapat massa rektosigmoid dan kista ovarium kanan.
Pada tanggal 09-05-2016 dilakukan colostomy sementara single barrel
pada kolon desenden. Klien masih bedrest, merasa terganggu dengan
stoma. Diagnosa medis kanker sigmoid T4N1M1.

22
Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
23

c. Aktivitas/Istirahat
Gejala (Subyektif)
Klien adalah seorang guru, aktivitas/hobi klien adalah membaca dan
nonton televisi. Klien merasa bosan karena sudah dirawat selama 17 hari.
Klien beraktivitas ditempat tidur, tidur tidak ada gangguan.
Tanda (Obyektif)
Respon terhadap aktivitas merasa lemah dan nyeri, tonus otot tidak ada
gangguan, tidak ada tremor. Klien tidur dengan posisi semifowler, kekuatan
otot saat ini adalah 5555 5555
5555 5555
d. Sirkulasi
Gejala (Subyektif)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, demam
rematik, flebitis, masalah jantung, edema tungkai dan penyembuhan
lambat. Ekstremitas tidak terasa kebas atau kesemutan.
Tanda (Obyektif)
Tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit, palpasi thrill
jantung simetris, bunyi jantung s1 dan s2 normal, tidak ada distensi vena
jugularis, ekstremitas hangat, tidak pucat, pengisian kapiler < 2 detik,
warna bibir kemerahan, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik. Hasil
laboratorium tanggal 5-05-2016, Hemoglobin 11,7 g/dl, hemotokrit 36,9 %,
trombosit 504.000/ul, leukosit 9.110/ul.

e. Integritas Ego
Gejala (Subyektif)
Klien stres memikirkan proses penyembuhan penyakit, tidak bisa kerja lagi
karena terpasang stoma, takut banyak orang bertanya-tanya tentang
penyakitnya, merasa pasrah, klien tidak mau melihat stoma karena merasa
takut dan belum bisa menerima. Masalah finansial yang dirasakan saat ini
tidak ada, hubungan klien dengan anggota keluarga lain baik. Suami
menunggu klien di malam hari saja karena siang bekerja. Klien beragama
islam, selama dirawat klien melakukan ibadah di atas tempat tidur.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
24

Tanda (Obyektif)
Status emosional yang teramati adalah klien merasa cemas jika tidak ada
yang membantu aktivitas sehari-hari. Klien kooperatif, tidak mudah
tersinggung, tidak menarik diri dari orang lain.

f. Eliminasi
Gejala (Subyektif)
Selama dirawat di rumah sakit, pola BAB tidak teratur. Klien mengatakan
BAB sehari 4-5 kali, cair dan sedikit berlendir, warna kuning, tidak ada
riwayat perdarahan. Pola BAK normal, urin jernih, warna kuning, tidak ada
riwayat penyakit ginjal.
Tanda (Obyektif)
Pemeriksaan rectal toucher teraba massa di anal, perineum biasa, sfingter
anal kuat, feses tidak ada, berdarah dan berlendir. Bising usus 3x/menit,
palpasi abdomen tidak ada nyeri tekan, lunak tidak teraba massa, tidak ada
hemoroid, terpasang kateter urin tanggal 09-05-2016, stoma di abdomen
kiri bawah, keluar lendir melalui anus. Balance cairan -300 ml (intake
1500ml/ output 1800ml), hasil laboratorium tanggal 05-05-2016 kreatinin
0,8 mg/dl dan ureum 19 mg/dl.

g. Makanan / cairan
Gejala (Subyektif)
Diet yang diberikan biasa, frekuensi 3x/hari, selera makan berkurang,
makan terakhir habis setengah porsi, tidak ada alergi makanan, berat badan
sebelum sakit 50 kg, terjadi penurunan berat badan selama 6 bulan.
Tanda (Obyektif)
Berat badan sekarang saat ini 40 kg, tinggi badan 156 cm, IMT 16,4 kg/m2
(kurus), turgor kulit normal, membran mukosa lembab, tidak ada edema
tungkai, kondisi gigi dan gusi tidak ada keluhan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
25

h. Hygiene
Gejala (Subyektif)
Aktivitas sehari-hari seperti mobilitas, makan, berpakaian klien mandiri.
Aktivitas mandi 1x/ hari dan toileting klien dibantu keluarga dan perawat,
bantuan sering dilakukan oleh saudara dan suami.
Tanda (Obyektif)
Klien tampak bersih, cara berpakaian sesuai dan rapi, tidak tercium bau
yang tidak sedap dari mulut dan badan. Toileting dilakukan ditempat tidur,
kebiasaan klien sebelum sakit mandi 2x sehari dan keramas 2 hari sekali.

i. Neurosensori
Gejala (Subyektif)
Klien mengatakan tidak ada riwayat cidera kepala, kejang dan gangguan
penglihatan. Pendengaran , penciuman, pengecapan tidak ada gangguan.
Tanda (Obyektif)
Status mental terorientasi penuh (waktu,tempat dan orang), kesadaran
compos mentis, GCS E4M6V5, kooperatif, memori saat ini dan masa lalu
baik, tidak menggunakan alat bantu seperti kaca mata. Ukuran pupil
4cm/4cm, reflex cahaya +/+, tidak ada paralisis.

j. Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala (Subyektif)
Klien mengatakan nyeri dan terasa pegal dipunggung dan sekitar anus,
skala 4, terasa nyeri apabila bergerak, durasi 15 detik, nyeri hilang dengan
istirahat.
Tanda (Obyektif)
Klien tampak mengerutkan muka, menjaga area yang sakit dengan
menutupi stoma dengan tangan, dan menjaga gerak tubuh.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
26

k. Pernapasan
Gejala (Subyektif)
Klien tidak ada dispnea (-), batuk (-), sputum (-), riwayat bronkhitis (-),
asma (-), tuberkulosis (-), penumonia (-), klien tidak merokok, tidak
terpajan udara berbahaya.
Tanda (Obyektif)
Frekuensi pernapasan 18x/ menit, kedalaman normal, pola teratur, simetris,
tidak ada penggunaan otot asesoris pernapasan, fremitus normal, bunyi
napas vesikuler di lapangan paru, tidak ada sputum. Hasil foto rongen
thorax pada tanggal 08 Maret 2016 terdapat gambaran metastasis tipe
bronchogenic spread dikedua lapangan paru. terdapat gambaran nodul
multiple dikedua paru. Pada tanggal 22 Maret 2016 dilakukan CT Thorax
didapatkan gambaran nodul multipel di kedua paru dan SOL solid
disegmen IVa, Ivb hepar, metastasis paru dan hepar.

l. Keamanan
Gejala (Subyektif)
Alergi (-), tidak ada perubahan sistem imun, riwayat cedera kecelakaan (-),
fraktur/ dislokasi (-), artritis/ sendi tak stabil (-), kerusakan penglihatan (-),
pendengaran baik, tidak menggunakan alat ambulasi.
Tanda (Obyektif)
Suhu tubuh 360 C, integritas kulit baik, tidak ada bekas luka.

m. Interaksi sosial
Gejala (Subyektif)
Status perkawinan klien menikah, lama pernikahan 7 tahun. Saat ini klien
hidup dengan suami dan anaknya. Klien merasa tidak bisa menjadi istri dan
ibu secara optimal selama sakit, tidak ada perubahan bicara.
Tanda (Obyektif)
Bicara jelas, dapat dimengerti, pola bicara normal.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
27

n. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala (Subyektif)
Bahasa dominan adalah bahasa Indonesia, klien melek huruf, tingkat
pendidikan terakhir adalah S1. Klien belum memahami tentang tindak
lanjut dari penyakitnya. Klien direncanakan untuk kemoterapi dan radiasi.
Tidak ada faktor resiko dari keluarga.

3.2. Analisis Data


Tabel 3.1 Analisis Data
Data Masalah Etiologi
DS : Perubahan fungsi kolon Ketidakseimbangan nutrisi
 Klien mengatakan nafsu : kurang dari kebutuhan
makan berkurang
tubuh
 Diet biasa, habis
setengah porsi
 Sulit BAB dan BAB
kecil-kecil sudah 6 bulan
 Berat badan menurun 10
kg
DO :
 BB 40 kg, TB 156 cm,
IMT 16,4 kg/m2
(kurus)
 BAB tidak teratur,
konsistensi padat,
berlendir

DS : Tumor sigmoid Nyeri akut


 skala 4, terasa nyeri
apabila bergerak, durasi
15 detik
 nyeri hilang dengan
istirahat
 Nyeri dan pegal di area
sakrum dan anus

DS : Kerusakan struktur kolon, Gangguan citra tubuh


 Klien mengatakan tidak stoma
mau melihat stoma
 klien merasa stres dengan
proses penyembuhan
penyakit

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
28

 klien mengatakan
aktivitas akan terganggu
dengan adanya stoma
DO :
 Klien tampak menutupi
stoma
 Klien tidak mau
menyentuh stoma
 Tidak mau
membersihkan stoma

3.3. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan perubahan fungsi kolon
Tujuan : memperbaiki dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
- Menunjukkan berat badan meningkat ≥ 45 kg dan tidak terjadi
penurunan BB
- Hasil laboratorium Hemoglobin (12-14 gr/dl), Hemotokrit (37-43%),
Trombosit (150-400 ribu/ul), Albumin (3,4-4,8 gr/dl)
- Menyatakan pentingnya intake yang adekuat
- Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diet berhubungan dengan
penyakit
Intervensi Keperawatan
a. Monitor intake makanan setiap hari
b. Timbang dan ukur berat badan, ukur triceps serta amati penurunan berat
badan
c. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan
intake cairan yang adekuat
d. Anjurkan makanan porsi kecil tetapi sering
e. Ciptakan suasana makan yang nyaman
f. Berikan dorongan hygiene oral
g. Pantau nilai laboratorium seperti hemoglobin, total protein, albumin
h. Konsultasikan dengan ahli gizi, asupan yang tepat untuk pemenuhan
nutrisi yang adekuat

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
29

2. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan tumor sigmoid


Tujuan : mengurangi atau mengontrol rasa nyeri
Kriteria hasil :
- Menyatakan nyeri berkurang
- Mampu tidur/istirahat
- Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi sesuai situasi
Intervensi Keperawatan
a. Kaji karakteristik nyeri, catat lokasi, intensitas, durasi
b. Berikan lingkungan yang nyaman
c. Ajarkan penggunaan tekhnik relaksasi, bimbingan imajinasi, napas
dalam, visualisasi
d. Bantu melakukan latihan rentang gerak dan dorong ambulasi dini,
hindari posisi duduk lama
e. Kaji adanya kekakuan otot abdominal dan nyeri tekan
f. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik sesuai indikasi
3. Diagnosa : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kerusakan struktur
kolon, stoma
Tujuan : mampu beraktivitas dengan percaya diri
Kriteria hasil:
- Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi
- Menerima perubahan kedalam konsep diri tanpa harga diri yang
negatif
- Menunjukkan penerimaan dengan melihat/menyentuh stoma dan
berpartisipasi dalam perawatan diri
Intervensi Keperawatan
a. Jelaskan tentang fungsi stoma dan fasilitasi konseling tentang stoma
b. Dorong klien untuk menyatakan perasaan tentang stoma
c. Ajarkan klien cara untuk merawat stoma
d. Berikan kesempatan klien untuk berpartisipasi dalam perawatan stoma
e. Fasilitasi pasien menemukan komunitas stoma

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
30

3.4 Catatan Perkembangan


Tabel 3.2 Catatan Perkembangan

Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
10 Mei 2016 Ketidakseimbangan 1. Monitoring intake makan terakhir S : Klien mengatakan makan terakhir habis setengah porsi,
09.00 WIB nutrisi : kurang dari 2. Menganjurkan klien untuk makan sedikit kurang nafsu makan, takut makan karena takut BAB
kebutuhan tubuh tapi sering O : klien tampak lemah, aktivitas di tempat tidur
berhubungan dengan 3. Menganjurkan klien untuk makan makanan A : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
perubahan fungsi yang disukai belum teratasi
kolon 4. Menjelaskan kepada keluarga tentang P : Monitoring asupan makan terakhir, ukur berat badan,
pentingnya asupan makan dalam masa anjurkan klien makan porsi kecil tapi serang, berikan dorongan
pengobatan hygiene oral, pantau nilai laboratorium hemoglobin, total
protein, albumin.
10 Mei 2016 Nyeri akut 1. Mengkaji karakteristik nyeri S : Klien mengatakan nyeri berkurang, skala 2, saat bergerak
11.30 WIB berhubungan dengan 2. Memantau tanda-tanda vital nyeri sudah berkurang
tumor sigmoid, luka 3. Menganjurkan klien istirahat ditempat O : posisi semifowler 300, tekanan darah 112/83 mmHg, Nadi
insisi tidur. 116 x/ menit, suhu 360 C, frekuensi napas 16 x/menit, klien
4. Memberikan klien posisi 300 tampak tenang
5. Kolaborasi dalam pemberian obat A : Nyeri akut teratasi sebagian
ketorolac 30 mg/ iv P : Monitoring tanda-tanda vital, monitoring keluhan nyeri,
anjurkan klien untuk beristirahat, elevasi kepala 30 0, evaluasi
teknik relaksasi napas dalam, berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang
10 Mei 2016 Gangguan citra tubuh 1. Mengkaji perasaan dan harapan klien S : Klien mengatakan tidak mau melihat dan menyentuh stoma
13.00 WIB berhubungan dengan 2. Menjelaskan manfaat stoma dan cara karena takut
kerusakan struktur perawatannya O : klien menghindari menyentuh stoma dan menutupi stoma,
3. Memberikan dukungan dan mendorong klien mendengarkan informasi dengan baik
kolon, stoma
klien untuk berpartisipasi dalam perawatan A : gangguan citra tubuh belum teratasi
stoma P : lakukan perawatan stoma dengan melibatkan klien, berikan
4. Mempertahankan pendekatan positif dorongan dalam menjalani masa perawatan, instruksikan
keluarga untuk selalu menemani klien.
11 Mei 2016 Ketidakseimbangan 1. Monitoring intake makan terakhir S : Klien mengatakan makan terakhir habis setengah porsi,
08.30 WIB nutrisi : kurang dari 2. Menganjurkan klien makan sedikit tapi nafsu makan sudah ada
kebutuhan tubuh sering O : Klien tidak tampak lemah, klien makan setengah porsi
berhubungan dengan 3. Monitoring hasil laboratorium ditambah snack roti, hasil laboratorium hemoglobin 12,3 g/dl,
perubahan fungsi hemoglobin, protein total dan albumin Albumin 3,9 g/dl, protein total 7,2 g/dl, klien mobilisasi duduk.
kolon

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
31

Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
4. Menganjurkan kepada keluarga untuk A : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
menemani klien dan menciptakan suasana teratasi sebagian
yang nyaman pada saat makan P : Monitoring asupan makan terakhir, ukur berat badan,
5. Menganjurkan makan makanan pada saat anjurkan klien makan porsi kecil tapi serang, berikan dorongan
masih hangat hygiene oral
11 Mei 2016 Nyeri akut 1. Memantau tanda-tanda vital dan keluhan S : Klien mengatakan nyeri sudah tidak ada, rasanya lebih
11.30 WIB berhubungan dengan nyeri klien rileks, tidak tegang, tidur nyenyak semalam
tumor sigmoid, luka 2. Mengevaluasi penggunaan teknik relaksasi O : Tekanan darah 132/94 mmHg, nadi 98x/menit, frekuensi
insisi napas dalam pernapasan 18x/menit, suhu 360C, klien tampak tenang
3. Memberikan obat ketorolac 30 mg/ iv A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Observasi adanya keluhan nyeri berulang, monitoring TTV
11 Mei 2016 Gangguan citra tubuh 1. Mengkaji perasaan klien S : Klien mengatakan untuk saat ini belum percaya diri dengan
13.00 WIB berhubungan dengan 2. Mempertahankan pendekatan positif adanya stoma
kerusakan struktur 3. Menjelaskan rencana pengobatan dan terapi O : klien tampak masih denial dalam penerimaan stoma, belum
yang akan dilakukan mau menyentuh stoma
kolon, stoma
4. Menemani klien dan memberikan informasi A : gangguan citra tubuh belum teratasi
tentang perawatan stoma P : lakukan perawatan stoma dengan melibatkan klien, berikan
dorongan dalam menjalani masa perawatan, instruksikan
keluarga untuk selalu menemani klien.
12 Mei 2016 Gangguan citra tubuh 1. Mengkaji perasaan klien S : Klien mengatakan sudah aktivitas berjalan kekamar mandi,
16.00 WIB berhubungan dengan 2. Menjelaskan kepada klien cara O : Klien tampak sudah menyentuh stoma, melihat stoma pada
kerusakan struktur membersihkan kantong kolostomi saat kantongnya dibersihkan
kolon, stoma 3. Membersihkan kantong kolostomi A : gangguan citra tubuh teratasi sebagian
P : lakukan perawatan stoma dengan melibatkan klien, berikan
dorongan dalam menjalani masa perawatan, instruksikan
keluarga untuk selalu menemani klien.
12 Mei 2016 Ketidakseimbangan 1. Monitoring asupan makan terakhir S : Klien mengatakan makan sudah nafsu, makan terakhir habis
18.30 WIB nutrisi : kurang dari 2. Menganjurkan klien makan makanan yang satu porsi
kebutuhan tubuh disukai sedikit tapi sering O : makan terakhir habis satu porsi, klien tampak kuat, aktivitas
berhubungan dengan 3. Menganjurkan keluarga untuk menemani sudah berjalan, hygiene masih dibantu keluarga, klien tampak
perubahan fungsi klien makan dan mendorong klien untuk bersih, BB 40 kg, tidak ada penurunan berat badan
makan yang cukup A : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
4. Mengukur berat badan teratasi sebagian
P : Monitoring asupan makan terakhir, anjurkan klien makan
porsi kecil tapi serang, berikan dorongan hygiene oral

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
32

Diagnosa
Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
12 Mei 2016 Nyeri akut 1. Mengkaji tanda-tanda vital klien S : Klien mengatakan sudah tidak terasa nyeri, skala nyeri 0,
19.30 WIB berhubungan dengan 2. Mengkaji karakteristik nyeri hanya masih merasa tidak nyaman dengan adanya stoma
tumor sigmoid, luka O : klien tampak tenang, tekanan darah 122/85 mmHg, nadi
insisi 85x/menit, frekuensi napas 20x/menit, suhu 36,5 0 C, terapi obat
alagesik ketorolac 30 mg /iv diganti ultracet 37,5 mg /oral
A : Nyeri akut teratasi
P : Kaji tanda-tanda vital, kaji adanya keluhan nyeri,
instruksikan minum obat analgesik jika ada nyeri yang
mengganggu

13 Mei 2016 Gangguan citra tubuh 1. Mengobservasi stoma dan area sekitar S : Klien mengatakan membersihkan stoma tidak nyeri dan
10.00 WIB berhubungan dengan stoma tidak rumit, tetapi untuk melepas dan memasang kantong
kerusakan struktur 2. Mendemonstrasikan cara melepas kantong kolostomi harus dibantu.
kolon, stoma kolostomi, membersihkan stoma dan O : Klien tampak percaya diri membersihkan stoma, klien
perawatan kulit tampak tenang dan beraktivitas aktif
3. Melibatkan klien dalam membersihkan A : gangguan citra tubuh teratasi
stoma P : instruksikan keluarga untuk membantu melakukan
perawatan stoma

13 Mei 2016 Ketidakseimbangan 1. Monitoring asupan makan terakhir S : klien mengatakan makan habis satu porsi, sudah nafsu
12.30 WIB nutrisi : kurang dari 2. Menganjurkan klien untuk makan sedikit makan
kebutuhan tubuh tapi sering O : klien tampak kuat, beraktivitas biasa dengan aktif, makan
berhubungan dengan 3. Menganjurkan keluarga untuk memotivasi habis satu porsi, berat badan tidak ada penurunan, klien rencana
perubahan fungsi klien untuk makan rawat jalan.
A : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi sebagian
P : anjurkan klien makan porsi kecil tapi serang pada saat
dirumah

Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
33

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah Keperawatan Kanker Kolorektal

Kasus kelolaan utama yang dibahas dalam karya tulis akhir ini adalah klien dengan
kanker rektosigmoid. Ny. N berusia 36 tahun dirawat di ruang perawatan bedah lantai
4 RSCM dengan keluhan awal mengeluh sulit BAB, BAB kecil-kecil dan keluar lendir
sudah 6 bulan , selera makan kurang dan rasa tidak nyaman di area sakrum dan anus.
Klien sudah memeriksakan kesehatannya ke RS Fatmawati namun tidak ada perbaikan,
kemudian klien memeriksakan kesehatannya ke RS Pasar Rebo dan dilakukan
Colonoscopy terdapat tumor sigmoid. Pemeriksaan CT Scan Abdomen terdapat massa
rektosigmoid dan kista ovarium kanan.

Klien bekerja sebagai guru sekolah dasar namun semenjak sakit klien berhenti bekerja.
Klien merasa kehilangan yang disebabkan penyakitnya, klien stres dan tidak percaya
diri bisa kembali beraktivitas seperti biasa. Klien sangat ingin sembuh dan dapat
menjalankan peran sebagai seorang ibu dan istri dengan optimal. Klien juga berharap
penyakitnya tidak parah dan dapat disembuhkan dengan cepat.

Klien tinggal didaerah kramat jati Jakarta Timur, keluarga menggambarkan wilayah
sekitar tempat tinggal padat penduduk, tidak ada halaman. Tempat tinggal berdekatan
dengan aktivitas lalu lintas jalan raya, rumah kontrakan dan gedung-gedung
perkantoran.terkait dengan konsep kesehatan masyarakat perkotaan dimana salah satu
karakteristik dari perkotaan dilihat dari aspek demografi meliputi komunitas urban
yang terbentuk dari berbagai etnik dan pemisahan sosial ekonomi dan budaya
(Allender, Rector & Warner, 2010).

Masalah utama yang ditemukan pada klien pada saat pertama kali dikaji adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Nutrisi terganggu karena
penyerapan yang tidak optimal di usus, serta klien yang kesulitan BAB selama 6 bulan

33
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
34

menyebabkan tidak nafsu makan dan asupan nutrisi tidak adekuat. Makanan yang
masuk ke dalam kolon airnya akan diserap dan membentuk bahan buangan sisa atau
feses. Tumor yang ada pada sigmoid klien menyebabkan fungsi kolon terganggu dan
berpengaruh terhadap status nutrisi dan cairan tubuh (Black & Hawk, 2014).

Masalah kedua yang timbul adalah nyeri. Nyeri akut muncul karena penekanan tumor
terhadap jaringan sekitar, dan pada saat pascaoperasi nyeri akut terjadi karena
penekanan tumor dan juga adanya luka insisi post operasi. Nyeri menggangu aktivitas
klien dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Klien ingin segera sembuh dan dapat
berkativitas seperti biasa.

Masalah keperawatan yang berikutnya adalah gangguan citra tubuh pada saat
pascaoperasi kolostomi. Klien merasa tidak percaya diri dengan adanya stoma dan
beranggapan orang lain akan merendahkan dirinya. Klien jadi tampak murung dan
tidak mau berinteraksi dengan orang lain, kecuali suami dan saudaranya. Klien merasa
akan ketergantungan dengan orang lain selama sakit.

4.2 Analisis Intervensi dalam Mengatasi Masalah Keperawatan

Penulis mencoba mengatasi masalah keperawatan gangguan citra tubuh dengan


merencanakan discharge palnning sesuai kebutuhan klien. Intervensi ini bertujuan
untuk mempersiapkan fisik dan psikologis klien pada saat pulang dari rumah sakit.
Intervensi keperawatan yang diberikan disesuaikan dengan peran perawat yang
diharapkan bersama dengan pasien dan keluarga membangun hubungan perawatan
dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan (Potter & Perry,
2009).

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis untuk mengatasi masalah gangguan citra
tubuh yaitu dengan mengkaji perasaan dan harapan klien, memfasilitasi klien sebagai
tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang diharapkan. Peran
ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi dan tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan. Tindakan keperawatan yang selanjutnya dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang definisi stoma, bentuk stoma, manfaat

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
35

serta cara perawatan stoma. Peran perawat disini adalah sebagai edukator yang
bertujuan meningkatkan pengetahuan kesehatan klien. Saat sakit, klien akan merasa
kehilangan kemandirian secara fisik, psikologis, dan emosional (Connor, 2003).
Penelitian Danielsen, Burchart, dan Rosenberg (2013) menemukan data bahwa
pendidikan kesehatan berupa pemenuhan kebutuhan psikososial, pengetahuan
perawatan diri, sikap, dan perilaku dapat meningkatkan kemampuan penyesuaian diri
pascaoperasi sehingga kualitas hidup pasien ikut meningkat.

Setelah operasi kolostomi klien merasa ansietas melihat stoma karena khawatir akan
kondisi fisiknya yang tidak bisa sembuh dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Penulis
kemudian memberikan intervensi rasionalisasi dan distraksi untuk membantu klien
menemukan mekanisme koping yang sesuai. Ny. N pada akhirnya mengatakan
menerima dan mau melakukan perawatan stoma dengan dibantu terlebih dahulu.
Dukungan keluarga dan kerabat juga sangat diperlukan dalam membangun gambaran
diri positif. Tercatat bahwa dukungan orang terdekat merupakan salah satu kepuasan
klien yang mempengaruhi kualitas hidup (Priambodo, Kusman & Aan, 2007).

Penulis sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver) memberikan tindakan


keperawatan perawatan stoma dengan melibatkan klien. Peran perawat sebagai care
giver bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
klien dan meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri. Penulis mengajarkan
cara melepas kantong stoma, membersihkan stoma dan perawatan kulit disekitar stoma.
Implementasi ini dilakukan penulis empat hari pascaoperasi. Penelitian menunjukkan
bahwa pasien yang baru memiliki stoma biasanya akan memiliki keraguan tentang
kemampuan mereka untuk dapat hidup dengan stoma (Burch, 2008). Kemampuan
dalam melakukan perawatan stoma menjadi hal vital yang harus disampaikan
selama discharge planning.

Penulis juga menambahkan edukasi tentang persiapan tindakan kemoterapi dan terapi
radiasi yang akan dihadapi klien. Pada saat dikaji pengetahuan klien menyatakan belum
tahu tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Penulis berperan sebagai edukator
memberikan edukasi tentang kanker kolorektal, indikasi kemoterapi dan radiasi serta

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
36

efek samping terhadap pasien. Kemoterapi mampu menghambat atau mematikan sel
kanker namun perlu dilakukan berulang. Obat kemoterapi yang diberikan ialah 5-
flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang dapat
meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi
yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin (Black & Hawks, 2014). Terapi 5-FU dan
levamisol menyebabkan mual, beberapa kali muntah, stomatitis, diare, dermatitis,
kelelahan dan alopecia ringan. Kira-kira setengah dari jumlah pasien
menderita leucopenia (sel darah putih rendah). Efek samping ini dapat mempengaruhi
status nutrisi klien, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
dialami klien akan mempengaruhi proses penyembuhan.

Penulis mendampingi Ny. N saat pre dan pasca operasi kolostomi yang membuat
penulis mampu memberikan asuhan keperawatan secara berkesinambungan selama
pasien dirawat. Penulis telah berusaha berperan dalam meningkatkan kualitas hidup
klien melalui discharge planning dan pendidikan kesehatan tentang stoma. Klien
tampak mau bekerjasama dalam melakukan perawatan stoma dan klien mampu
menerima masalah kesehatannya serta memahami rencana tindak lanjut kemoterapi
dan terapi radiasi yang akan dihadapi.

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah

Hambatan yang ditemukan oleh penulis selama melakukan intervensi keperawatan


adalah kurangnya media dan kerjasama perawat, gizi dan dokter dalam memberikan
discharge planning. Pada saat memberikan edukasi keluarga dan klien tentang stoma
serta perawatan stoma penulis menyediakan media sendiri seperti booklet, leaflet dan
menyediakan alat dan bahan. Penulis menjelasakan pengertian kolostomi, tujuan dan
jenis stoma kemudian menjelaskan indikasi serta jenis stoma yang ada pada klien.
Selain itu penulis juga menginformasikan kepada klien untuk ikut serta dalam
melakukan perawatan stoma. Kemudian penulis menjelaskan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam perawatan stoma. Penulis memperagakan cara melepas kantong
stoma, membersihkan stoma dan mengganti kantong stoma. Setelah peragaan keluarga
klien mencoba untuk melakukan perawatan stoma dengan didampingi oleh perawat.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
37

Evaluasi pembelajaran secara berkelanjutan diharapkan dapat dilakukan secara


berulang. Pertanyaan yang diajukan dilakukan secara bertahap, bisa dimulai dari
pengetahuan, sikap dan terkait perilaku. Setiap evaluasi didokumentasikan bersama tim
kesehatan sebagai panduan kerja memberikan intervensi edukasi.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
38

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada


klien dengan kanker kolorektal di ruang rawat bedah lantai 4 RSCM, maka penulis
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Kanker kolorektal merupakan penyakit keganasan yang terjadi di daerah kolon


hingga rektum yang berhubungan dengan perilaku dan gaya hidup seperti diet
tinggi lemak, asupan buah dan sayur yang tidak adekuat, konsumsi makanan
olahan, obesitas dan gaya hidup pasif.
b. Penatalaksanaan kolostomi pada kanker kolorektal mempengaruhi kesehatan fisik,
mental, emosional, fungsional dan sosial. Sehingga membuat klien merasa kualitas
hidup menjadi menurun.
c. Peran perawat sebagai edukator pada klien dengan kolostomi sangatlah penting
untuk menjaga stabilitas kualitas hidup klien
d. Peran perawat dalam memberikan edukasi berupa discharge planning sangatlah
penting dalam kesiapan klien dan keluarga merawat diri setelah pulang kerumah

5.2 Saran

a. Pelayanan Keperawatan

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang paling sering melakukan kontak dengan pasien
sebaiknya diberikan pembekalan terkait kanker kolorektal dan perawatan stoma.
Meningkatkan edukasi serta kolaborasi dengan disiplin ilmu kesehatan lain serta
melibatkan keluaraga dalam merawat klien dengan toma

38
Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
39

b. Pendidikan Keperawatan

Saran untuk bidang keilmuan agar dapat memperkaya teori mengenai asuhan
keperawatan pada pasien pascaoperasi kolostomi dengan kanker kolorektal sehingga
dapat menjadi literatur ilmu tentang asuhan keperawatan pada klien poscaoperasi
kolostomi.

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
40

DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. (2013). Colorectal cancer. USA: Author.


Black, J.M., dan Hawks, J.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore:
Elsevier.
Bulechek, G.M., Howard, K.B., dan Joanne, M.D. (2013). Nursing Interventions
Classification, 6th Ed. Philadelphia: Elsevier
Burch, J. (2008). Stoma: The past, present, and future. Burch, J. Stoma care.
West Sussex: Wiley-Blackwell Publishing.
Connor, G.O. (2003). Discharge planning in rehabilitation following surgery for a
stoma. British Journal of Nursing.
Danielsen, A.K., Burchart, J., & Rosenberg, J. (2013). Patient education has a
positive effect in patient with a stoma: A systematic review. Colorectal
Disease: The Association of Coloproctology of Great Britain and Ireland.
Erdiana, L., Christantie, E., dan Heny, S.P. (2007). Kualitas Hidup Pasien
Kanker Kolorektal dengan Kolostomi Permanen Pasca Pengobatan.
Universitas Gajah Mada
Kar, A.S. (Desember 2005). Pengaruh anemia pada kanker terhadap kualitas
hidup dan hasil pengobatan. Universitas Sumatera Utara
Kementerian Kesehatan RI. (2015). InfoDATIN: Stop kanker. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Marieb, E.N., & Hoehn, K. (2007). Human anatomy & physiology. (7th ed.). n.p.:
Pearson Education, Inc.
McKenzie. (2006). Psychological impact of colostomy pouch change and
disposal. British Journal of Nursing.

Otto, E.S. (2001). Oncology Nursing, (4th ed). Philadelphia : Mosby.


Paul, P & Beverly, W. (2009). Brunner & Suddarth’s Textbook of Canadian Medical
Surgical Nursing, (2ed ed). Canada : Lippincott Williams & Walkins.

Potter, P.A., dan Perry, A.G. (2009). Fundamentals of Nursing, (7th ed). Singapore:
Elsevier

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016
41

Priambodo, A.P., Kusman, I., dan Aan, N. (2007). Kualitas Hidup Pasien yang
Menjalani Pemasangan Stoma Usus di Wilayah Kota Bandung. Universitas
Padjadjaran.

Shah, D.T. (2008). Colorectal cancer and adjunct therapy. Burch, J. Stoma care.
West Sussex: Wiley-Blackwell Publishing.

Slater, R.C. (2012). Managing quality of life in the older person with a stoma. British
Journal of Community Nursing.
Smeltzer, S.C., & Bare, B. (2003). Brunner & Suddarth’s textbook of medical
surgical nursing. (10th ed.). Philadelphia: Lippincott William Wilkins.
Syarifudin, Erwin. (2014). Hubungan antara diet serat dengan terjadinya karsinoma
kolorektal di Makassar. Universitas Hasanudin
Workman, M.L., & Ignatavicius, D.D. (2006). Medical surgical nursing: Critical
thinking for collaborative care. (5th ed.). St. Louis: Elsevier Saunders.
WHO.(2014). Urban Health. 6 juni 2016. http://www.who.int/topics/urban_health/en/

Universitas Indonesia
Asuhan keperawatan kolostomi pada ..., Yayan Permana Putra Yayan Permana Putra, FIK. UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai