Anda di halaman 1dari 66

“Pengawasan Penegakan

Kode E�k dan Kode Perilaku


Aparatur Sipil Negara”

Bidang
Pengkajian dan
Pengembangan Sistem
Pengawasan Penegakan
Kode Etik dan Kode Perilaku
Pegawai Aparatur Sipil Negara

Nuraida Mokhsen, Septiana Dwiputrianti,


Ari Fitriana Dewi, Rifki Juniarto

Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)


Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem
ISBN 978-602-53106-3-8
“Pengawasan Penegakan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Aparatur Sipil
Negara”

-- Jakarta: Komisi Aparatur Sipil Negara, April, 2019


Edisi Kedua, vi, 78 halaman

Hak Penerbitan pada Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).


Jl Letjen M.T. Haryono No.Kav. 52-53, RT.3/RW.4, Cikoko, Pancoran, Jakarta
Selatan. 13630

Dewan Redaksi
Pembina : Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara
Penanggung Jawab : Wakil Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara
Ketua Dewan Redaksi : Prof. Prijono Tjiptoherijanto
Anggota Redaksi : Waluyo
I Made Suwandi
Tasdik Kinanto
Abdul Hakim
Irwansyah
Sumardi
Tim Penyusun : Nuraida Mokhsen
Septiana Dwiputrianti
Ari Fitriana Dewi
Rifki Juniarto

Hak cipta dilindungi undang - undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau


seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun, baik secara elektronik maupun
mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem
penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis penerbit.

UNDANG - UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
hak cipta atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

i | Pengkajian dan Pengembangan Sistem


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii


DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ v
KATA SAMBUTAN…………………………………………………………...............……........ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... vii

Bab I Pendahuluan ................................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Pengkajian.................................................................................................... 3
1.3. Manfaat Pengkajian ................................................................................................ 3
1.4. Tahapan Pengkajian................................................................................................. 4

Bab II Landasan Teori dan Kerangka Hukum ....................................................... 5


2.1. Manajemen ASN ...................................................................................................... 5
2.2. Kode Etik dan Kode Perilaku.................................................................................... 6
2.3. Dasar hukum Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN................... 9

Bab III Hasil dan Analisis Kajian ....................................................................... 17


3.1. Hasil Analisis Data Pelanggaran PNS yang Berstatus Narapidana......................... 17
3.2. Faktor Penyebab Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN .......... 20
3.3. Strategi Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN ............................ 25

Bab IV Penutup ......................................................................................................... 31


4.1. Rekomendasi ............................................................................................................ 31
4.2. Penutup .................................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 34


LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 35

Komisi Aparatur Sipil Negara | ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Penggolongan Kasus Pidana Berdasarkan Data Narapidana Aktif

sebagai PNS................................................................................................ 17

Gambar 3.2. Analisis Data Narapidana Aktif Sebagai PNS Berdasarkan


Penggolongan Usia .................................................................................... 19

Gambar 3.3. Penyebab PPK Tidak Memberhentikan ASN yang Terbukti Melanggar .. 25

Gambar 3.4. Strategi Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN... 26

iii | Pengkajian dan Pengembangan Sistem


DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Data Narapidana Masa Tahanan 2014-2017 Berstatus Aktif Sebagai
ASN............................................................................................................. 2

Grafik 3.1. Data Penerapan Peraturan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN.. 21

Grafik 3.2 Internalisasi Peraturan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN........ 22

Komisi Aparatur Sipil Negara | iv


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Narasumber Focus Group Disscusion Pengawasan Penegakan Kode


Etik dan Kode Perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara

Lampiran 2 Kegiatan Focus Group Disscusion Pengawasan Penegakan Kode Etik


dan Kode Perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara

Lampiran 3 Kuesioner Pengawasan Penegakan Kode Etik dan Kode Perilaku


Pegawai Aparatur Sipil Negara

Lampiran 4 Data Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku ASN di Kementerian

Lampiran 5 Data Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku ASN diProvinsi

Lampiran 6 Data Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku ASN di LPNK dan
Pemerintah Kabupaten/Kota

Lampiran 7 Grafik data Kementerian dan Pemerintah Provinsi yang memiliki


peraturan kode etik dan kode perilaku

Lampiran 8 Grafik data LPNK dan Kabupaten/Kota yang memiliki peraturan kode
etik dan kode perilaku

Lampiran 9 Buku Saku Kode Etik dan Kode Perilaku Panitia Seleksi Jabatan
Pimpinan Tinggi

Lampiran 10 Salinan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Miliki Negara Tentang
Kode Etik Aparatur Kementerian Badan Usaha Milik Negara

Lampiran 11 Salinan Peraturan Bupati Wajo tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
di Lingkup Pemerintah Kabupaten Wajo

Lampiran 12 Policy Brief Pentingnya Kode Etik dan Kode Perilaku untuk
Membangun Profesionalitas ASN

v | Pengkajian dan Pengembangan Sistem


KATA SAMBUTAN

Syukur Alhamdulillah, kegiatan pengkajian “Pengawasan Penegakan Kode


Etik dan Kode Perilaku Aparatur Sipil Negara (ASN)” telah dapat kami selesaikan
dengan baik. Kegiatan pengkajian ini dilakukan sesuai tugas dan fungsi Komisi
Aparatur Sipil Negara (KASN) dalam pengawasan penerapan nilai dasar, kode etik
dan kode perilaku Pegawai ASN yang diamanatkan Undang – Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Penerapan kode etik dan kode perilaku
Pegawai ASN memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan
organisasi.

Kegiatan pengkajian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang


menyebabkan terjadinya pelanggaran kode etik dan kode perilaku di lingkungan
Pegawai ASN. Dari hasil pengkajian ini dapat diperoleh masukan-masukan untuk
memformulasikan kebijakan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan KASN
dalam penerapan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN.

Terima kasih kami sampaikan kepada semua instansi dan pihak lain yang telah
membantu dalam penyelesaian kebijakan ini. Kami menyadari masih terdapat
kekurangan dalam menyusun hasil pengkajian ini, sehingga kritik dan saran dalam
penyempurnaannya sangat diperlukan. Akhir kata, kami berhadap hasil pengkajian
ini dapat memberikan manfaat dalam mewujudkan pegawai ASN yang profesional.

Jakarta, April 2019


Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara

Sofian Effendi

Komisi Aparatur Sipil Negara | vi


KATA PENGANTAR

Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem Komisi Aparatur Sipil Negara,


telah melakukan pengkajian terkait pengawasan pelaksanaan kode etik dan kode
perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN). Pengkajian ini dilakukan dalam
rangka menyusun strategi yang efektif bagi KASN dalam melakukan pengawasan
terhadap kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.

Kajian dilaksanakan melalui studi literatur, Survey, Diskusi Terbatas, Focus


Group Discussion dan Workshop. Hasil dari pengkajian kode etik dan kode perilaku
Pegawai ASN ini dibuat dalam sebuah laporan. Kajian ini menjelaskan tentang
permasalahan penerapan kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN di instansi
pemerintah serta strategi yang perlu dibangun dalam upaya meminimalkan
terjadinya pelanggaran kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.

Kajian ini menyediakan masukan untuk peningkatan kualitas pengawasan KASN


terhadap pelaksanaan nilai dasar ASN, kode etik dan kode perilaku pegawai ASN.
Pengawasan yang efektif dari KASN diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan
pegawai ASN terhadap nilai dasar, kode etik dan kode perilaku pegawai ASN
sehingga tercipta ASN yang professional dalam melaksanakan tugasnya dan pada
gilirannya masyarakat akan mendapat pelayanan yang lebih baik dari pemerintah.
Diharapkan kajian ini menjadi masukan untuk seluruh stakeholders dalam
melakukan perbaikan kebijakan yang terkait dengan peningkatan profesionalitas
pegawai ASN.

Jakarta, April 2019


Komisioner Bidang Pengkajian dan
Pengembangan Sistem

Nuraida Mokhsen

vii | Pengkajian dan Pengembangan Sistem


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN), ASN merupakan profesi bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K) yang bekerja pada
instansi pemerintah. Sebagai profesional, ASN diharuskan untuk tidak hanya
memiliki kompetensi namun juga melaksanakan tugas sesuai dengan nilai
dasar, kode etik, dan kode perilaku instansi.

Keadaan saat ini, dari 519 instansi pemerintah yang disurvei, baru 23%
yang sudah memiliki peraturan kode etik dan kode perilaku. Ketiadaan
peraturan internal mengenai kode etik dan kode perilaku berarti ketiadaan
acuan etika dan perilaku yang dapat dipedomani oleh pegawai ASN. Hal
tersebut pada akhirnya menyebabkan pelanggaran kode etik dan kode
perilaku masih marak dilakukan.

Meskipun tidak terdapat data akurat mengenai penjatuhan hukuman


atas pelanggaran kode etik dan kode perilaku, data yang setidaknya dapat
menujukkan tingginya pelanggaran kode etik dan kode perilaku adalah
berbagai kasus hukum yang dilakukan oleh PNS. Berdasarkan catatan
Kementerian Hukum dan HAM, pada tahun 2014-2017 terdapat 1879
pegawai ASN yang menjadi nara pidana dengan berbagai jenis pelanggar
hukum. Jumlah tersebut mungkin dapat lebih besar jika terdapat basis data
yang berisi rekapitulasi dari masing-masing instansi terkait pegawai yang
terlibat pelanggaran hukum.

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 1


Grafik 1.1 Data Narapidana Masa Tahanan 2014-2017
yang Berstatus Aktif sebagai PNS

Sumber: SDP Kementerian Hukum dan HAM, 2017

Jika diklafikasi berdasarkan jenis pelanggaran, kasus korupsi


menempati posisi tertinggi dengan 1087 kasus. Dalam rilis lain, Badan
Kepegawaian Negara (BKN) mencatat 2.674 pegawai ASN pernah terlibat
korupsi . Dari total tersebut, baru 11,9% atau setara dengan 317 pegawai yang
diberhentikan, sementara 85,1% atau 2674 pegawai lain masih berstatus aktif
sebagai pegawai. Persentase ini menunjukkan lemahnya komitmen untuk
menegakkan kode etik dan kode perilaku melalui hukuman berat bagi para
pelanggar.

Sifat kode etik yang terlalu abstrak menjadi kritik utama dalam
penerapan kode etik. Hal ini juga yang menjadi hambatan dalam
penerapannya di instansi pemerintah. Salah satu instansi pemerintah
mengakui bahwa memastikan kode etik benar-benar diterapkan, terutama
sebagai pertimbangan dalam melakukan pengambilan keputusan adalah hal
yang sangat sulit. Selain itu, hambatan krusial yang juga dialami instansi
pemerintah adalah anggapan bahwa tidak terdapat pengaruh langsung antara

2 | Komisi Aparatur Sipil Negara


penerapan kode etik dengan output instansi. Misalnya instansi pemerintah
yang memiliki fungsi utama dalam bidang infrastruktur, indikator kinerjanya
adalah kualitas infrastruktur yang dibangun, sementara pembangunan etik
dan perilaku SDM tidak dianggap sebagai aspek yang penting, sehingga
seringkali terabaikan

Berbagai pertimbangan di atas membuat Komisi Aparatur Sipil Negara


(KASN) sebagai instansi yang berwenang untuk mengawasi pelaksanaan
kode etik dan kode perilaku merasa perlu melakukan pengkajian pengawasan
penegakan kode etik dan kode perilaku sebagai refleksi atas kondisi di
lapangan dan identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam penerapan
kode etik dan kode perilaku. Pengkajian ini pada akhirnya diharapkan dapat
menjadi masukan penting bagi perbaikan strategi penerapan kode etik dan
kode perilaku di seluruh instansi pemerintah di Indonesia.

1.2. Tujuan Pengkajian


Tujuan pelaksanaan pengkajian kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN,
yaitu:
a. Memberikan pemahaman kepada stakeholders (ASN, instansi
pemerintah, dan pengambil kebijakan) mengenai konsep dan
penerapan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN;
b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi penerapan kode
etik dan kode perilaku;
c. Memberikan masukan untuk perbaikan strategi penerapan dan
pengawasan kode etik dan kode perilaku.

1.3. Manfaat Pengkajian


Kajian pengawasan penegakan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN
diharapkan memberi signifikansi pada beberapa pihak diantaranya:
a. Bagi KASN, hasil kajian diharapkan menyediakan masukan bagi
peningkatan kualitas pengawasan KASN terhadap pelaksanaan nilai
dasar ASN, kode etik dan kode perilaku pegawai ASN.

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 3


b. Bagi instansi pemerintah, kajian ini dapat digunakan sebagai bahan
untuk memahami kode etik dan kode perilaku, serta lesson-learned
strategi yang mungkin dapat dikembangkan untuk penerapan kode
etik dan kode perilaku yang lebih efektif.
c. Bagi instansi yang berwenang dalam mengatur kebijakan
manajemen SDM, kajian ini diharapkan dapat menunjukkan kondisi
terkini penerapan kode etik dan kode perilaku dan menunjukkan
urgensi pembaruan peraturan kode etik dan kode perilaku.

1.4. Tahapan Pengkajian


Metode pengumpulan data yang digunakan untuk melaksanakan pengkajian
pengawasan penegakan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN adalah
sebagai berikut:
a. Survey untuk memperoleh data dan informasi guna melakukan
analisis kebijakan;
b. Diskusi Terbatas untuk membahas temuan yang terjadi pada
wilayah pengkajian;
c. Focus Group Discussion untuk mendapatkan masukan dari
narasumber dan pihak terkait masalah yang terjadi;
d. Workshop untuk membahas usulan strategi pencegahan dan
pengawasan yang efektif mengenai pelanggaran kode etik dan kode
perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN).

4 | Komisi Aparatur Sipil Negara


BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA HUKUM

Bagian ini akan menjelaskan beberapa konsep dan peraturan-perundang-


undangan yang relevan dalam kajian pengawasan kode etik dan kode perilaku
pegawai ASN. Beberapa literatur yang relevan diantaranya adalah teori
manajemen ASN, konsep kode etik, dan konsep kode perilaku. Adapun
landasan hukum yang terkait dengan penegakan kode etik dan kode perilaku
pegawai ASN yang juga akan dipaparkan, yaitu UU Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara; PP 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil dan PP 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.

2.1. Manajemen ASN


Pegawai ASN memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat
yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil dan
bermoral tinggi. Undang-undang No. 5 Tahun 2014 atau UU ASN merupakan
salah satu upaya untuk melaksanakan perubahan mendasar dalam
manajemen SDM Pegawai ASN. UU ASN mengubah pendekatan manajemen
ASN yang dulunya pendekatan personnel administration yang hanya berupa
pencatatan dan pengelolaan data pegawai menjadi human resource
management (HRM) yang menganggap pegawai sebagai sumber daya
manusia dan aset negara yang harus dikelola, dihargai, dan dikembangkan
dengan baik. UU ASN juga mengubah sistem pengembangan karir yang
awalnya closed career system yang sangat berorientasi pada senioritas dan
kepangkatan kepada open career system yang mengedepankan kompetensi
ASN dalam promosi dan pengisian jabatan.
Open career system yang diusung melalui UU ASN dapat mendukung
kepatuhan pada kode etik dan kode perilaku. Salah satu aspek krusial yang
berubah adalah proses rekrutmen, pemilihan individu-individu yang akan

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 5


direkrut harus memiliki kualifikasi yang relevan untuk mengisi posisi dalam
suatu organisasi. Melalui rekrutmen yang baik, instansi pemerintah dapat
memastikan pegawai ASN yang bergabung dalam organisasi adalah pegawai
yang dapat memegang teguh kode etik serta melaksanakannya dalam
perilaku sehari-hari.

2.2. Kode Etik dan Kode Perilaku


a. Kode Etik
Kode etik merupakan bentuk aturan tertulis yang dibuat dengan
kesepakatan bersama berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada
dan berfungsi sebagai alat untuk menangani berbagai macam
tindakan yang dinilai menyimpang.1 Kode etik biasanya dibuat oleh
suatu organisasi atau kelompok sebagai suatu tindakan dan
pandangan secara umum sesuai dengan budaya organisasi jika terjadi
hal-hal di luar keadaan normal atau di luar bidang pekerjaan.
Prinsip-prinsip yang dimuat dalam kode etik cenderung luas dan
tidak spesifik karena disusun untuk menyediakan pijakan bagi
seseorang dalam membuat pertimbangan secara mandiri dan
menentukan tindakan apa yang tepat dalam menghadapi sebuah
situasi. Sebagai contoh, kode etik ASN mengatur bahwa seluruh
pegawai ASN harus bersikap adil. Dalam membuat keputusan ketika
dihadapkan dengan suatu masalah, pegawai harus menganalisis
apakah keputusan yang akan diambil tidak bertentangan dengan
prinsip keadilan.
Kritik utama terhadap kode etik adalah bahwa kode etik terlalu
abstrak sehingga sulit untuk ditegakkan. Meskipun terdapat beberapa
pembenaran untuk kritik ini, namun biasanya masalah terletak pada
pelembagaan dan kemampuan untuk menegakkan perilaku pegawai.

1
Englin Siso, Joorie Ruru, Verry Londa “Pengaruh Etika Jabatan Terhadap Kinerja Aparatur
Sipil Negara di Sekertariat Kota Manado” hal. 2

6 | Komisi Aparatur Sipil Negara


Pada intinya, meskipun sebuah institusi telah memiliki kode etik
namun tanpa implementasi kelembagaan yang efektif maka hal itu
tidak akan memberikan dampak apapun2.
b. Kode Perilaku
Kode perilaku adalah aturan yang mengatur perilaku mana yang
dapat diterima atau tidak dapat diterima, yang diwajibkan maupun
dilarang. Kewajiban dan larangan tersebut dimaksudkan untuk
mendorong terbentuknya perilaku tertentu. Aturan yang dimuat
dalam kode perilaku sudah sangat spesifik dan pelaksanaannya tidak
memerlukan banyak penafsiran. Misalnya, dalam kaitannya dengan
konflik kepentingan, di dalam kode etik sudah dijelaskan kegiatan apa
saja yang tidak diperbolehkan. Kode perilaku membantu instansi
dalam membangun lingkungan kerja yang sehat dan bereputasi.
Kode Perilaku dirancang untuk mengantisipasi dan mencegah
terjadinya perilaku tertentu; misalnya konflik kepentingan,
penyuapan, pelecehan dan tindakan tidak pantas lainnya.
Rasionalitas adanya kode perilaku adalah bahwa diperlukan suatu hal
untuk melindungi profesionalitas pegawai dan melindungi reputasi
pemerintah. Dengan demikian, kode perilaku membatasi perilaku
pegawai dalam bertindak dan berperilaku3.

c. Kode etik dan kode perilaku


Kode etik dan kode etik merupakan dua aturan yang berbeda yang
secara bersama-sama digunakan untuk mendorong pegawai memiliki
bentuk perilaku tertentu. Kode etik berisi prinsip-prinsip moral yang
perlu dipertimbangkan ketika pegawai akan membuat keputusan.
Sementara itu kode perilaku menyediakan acuan tentang bagaimana

2
Gilman, Stuart. C. “Ethics Codes And Codes Of Conduct As Tools For Promoting An
Ethical And Professional Public Service: Comparative Successes And Lessons”hal. 15
3
Ibid., hal. 15

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 7


karyawan berperilaku di tempat kerja maupun di masyarakat, apa
yang harus dilakukan, yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan. Kode etik dan kode perilaku berperan penting dalam
mewujudkan tujuan organisasi. Kode etik dan kode perilaku kadang-
kadang diatur secara terpisah. Namun banyak pula organisasi yang
menggabungkan keduanya dalam satu bentuk pengaturan tentang
Etika umum.
Kode etik dan perilaku adalah instrumen yang diadopsi oleh
organisasi untuk mengatur fungsi inti internal dan eksternal terhadap
pelanggaran pelayanan publik4. Kode etik dan kode perilaku pada
dasarnya adalah prinsip-prinsip panduan yang dirancang untuk
mempertahankan nilai-nilai yang mendasari kepercayaan, kebenaran
dan integritas dalam pelaksanaan pelayanan publik. Perubahan
realistis dalam pencapaian integritasas dan profesional pegawai
negeri sipil dapat dicapai dengan menerapkan kode etik dan kode
perilaku5.
Kode etik dan kode perilaku merupakan kombinasi dari kerangka
hukum yang memberikan kewajiban hukum dan sanksi yang sesuai,
juga merupakan kerangka kerja etis yang menggambarkan nilai-nilai
inti yang harus dicita-citakan oleh organisasi6. Selain itu, kode etik
dan kode perilaku menyoroti nilai-nilai wajib yang diharapkan dari
pegawai negeri dan menjelaskan kewajiban hukum pegawai negeri
tersebut.

4Yusuph, Mashala. L. 2017. Code of Ethics and Conducts in Public Service: The Litmus Test for Public
Administrators Ethical Decision Making in Resolving Ethical Dilemmas: A Comparative Study of Tanzania
and South Africa. hal 80
5Bruce Maxwell & Marina Schwimmer. 2016. Professional ethics education for future teachers: A narrative review

of the scholarly writings. Hal 354-371


6
Yusuph, Mashala. L. 2017. Code of Ethics and Conducts in Public Service: The Litmus Test for Public
Administrators Ethical Decision Making in Resolving Ethical Dilemmas: A Comparative Study of Tanzania
and South Africa. hal 80

8 | Komisi Aparatur Sipil Negara


2.3. Dasar hukum penerapan kode etik dan kode perilaku
Dasar hukum penerapan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN
ialah UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; PP 53 Tahun
2010 dan PP 42 Tahun 2004.
a. Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014
UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara utamanya
mengatur tentang manajemen ASN. Salah satu perombakan yang
signifikan adalah penetapan ASN sebagai profesi. Pada Pasal 3 UU
ASN, dijelaskan bahwa profesi ASN berlandaskan pada prinsip:
a. Nilai dasar,
b. Kode etik dan kode perilaku,
c. Komite, integritas moral, dan tanggung jawab pada
pelayanan publik,
d. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas,
e. Kualifikasi akademik,
f. Jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas,
dan
g. Profesionalitas jabatan.

Pasal 5 UU ASN menyebutkan bahwa kode etik dan kode perilaku


bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. UU ASN juga
menjelaskan bahwa pengaturan perilaku untuk memastikan pegawai ASN
melakukan hal-hal berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan
berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 9


e. Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada
pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status,
kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapatkan atau mencari
keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN;
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
disiplin pegawai ASN;
Kode etik dan kode perilaku menurut UU ASN akan diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundang-undangan. Hingga saat ini, peraturan
perundang-undangan yang dimaksud belum ditetapkan. Dengan demikian
penerapan kode etik dan kode perilaku masih mengacu pada PP 42 Tahun
2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
serta PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Kedua dasar
hukum tersebut membahas lebih detail mengenai hal-hal yang diperbolehkan
(do) dan hal-hal yang dilarang (don’t) beserta sanksi yang diberikan atas
pelanggaran kode etik dan kode perilaku. Namun demikian, kedua dasar
hukum tersebut dibuat sebelum hadirnya UU ASN sehingga beberapa
konteksnya sudah tidak sesuai lagi dengan manajemen ASN yang terkini.

10 | Komisi Aparatur Sipil Negara


b. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004
Menurut Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2004, Kode Etik PNS merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan
perbuatan Pegawai Negeri Sipil di dalam melaksanakan tugasnya dan
pergaulan hidup sehari-hari. Tujuan penerapan kode etik,
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 PP No. 42 Tahun 2004, sebagai
berikut:
1. Membina karakter/watak, memelihara rasa persatuan dan
kesatuan secara kekeluargaan guna mewujudkan kerja sama dan
semangat pengabdian kepada masyarakat serta meningkatkan
kemempuan, dan keteladanan Pegawai Negeri Sipil;
2. Mendorong etos kerja Pegawai Negeri sipil untuk mewujudkan
Pegawai Negeri Sipil yang bermutu tinggi dan sadar akan
tanggung jawabnya sebagai unsur aparatur Negara, dan abdi
masyarakat;
3. Menumbuhkan dan meningkatkan semangat, kesadaran, dan
wawasan kebangsaan Pegawai Negeri Sipil sehingga dapat
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia
Dalam Pasal 6, disebutkan bahwa Nilai-nilai Dasar yang harus
dijunjung tinggi oleh Pegawai Negeri Sipil yang meliputi: a.
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. kesetiaan dan ketaatan
kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c. semangat
nasionalisme; d. mengutamakan kepentingan Negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan; e. ketaatan terhadap hukum dan
peraturan perundang-undangan; f. penghormatan terhadap hak asasi
manusia; g. tidak diskriminatif; h. profesionalisme, netralitas, dan
bermoral tinggi; i. semangat jiwa korps. Dalam pelaksanaan tugas
kedinasan dan kehidupan sehari-hari, setiap PNS wajib bersikap dan
berpedoman pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan
Pemerintahan, dalam berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 11


terhadap diri sendiri dan sesama PNS yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah ini.
Pasal 13 PP 42 Tahun 2004 mengamanatkan PPK masing-masing
instansi untuk membuat kode etik. Selain itu, instansi juga diminta untuk
membuat kode etik profesi. Kode etik instansi dan kode etik profesi dibentuk
berdasarkan karakteristik instansi masing-masing dan tidak boleh
bertentangan dengan kode etik dalam PP 42 Tahun 2004.
PP 42 Tahun 2004 juga menjelaskan beberapa hal terkait penegakan
kode etik. Pada pasal 15 disebutkan bahwa setiap pelanggaran etika yang
dilakukan oleh ASN akan dikenakan sanksi moral. Sanksi moral dibuat secara
tertulis dan dinyatakan oleh PPK. Dalam Pasal 16, dijelaskan lebih lanjut
bahwa PNS yang melakukan pelanggaran kode etik juga dapat dikenakan
tindakan administratif sesuai dengan peraturan perundang-undangan
berdasarkan rekomendasi majelis kode etik.

c. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010


Disiplin pegawai ASN merupakan salah satu aspek yang terkandung
di dalam kode etik dan kode perilaku pegawai ASN. Peraturan mengenai
disiplin dalam PP 53 tahun 2010 menjadi acuan bagi ASN dalam melakukan
pekerjaan sekaligus pemberian hukuman bagi ASN. Dalam PP 53 Tahun 2010
terdapat pasal yang menjelaskan tentang hal yang harus dilakukan (do) dan
hal yang dilarang sebagai seorang PNS (don’t). Tabel 1 berikut menguraikan
beberapa hal yang harus dilakukan dan dilarang beserta dasar hukumnya.
Tabel 1. Hal yang diharuskan dan dilarang dalam PP 53 Tahun 2010
Diharuskan Dasar Dasar
No Dilarang (Don’t)
(Do) Hukum Hukum
1 Mengucapkan Pasal 3 ayat 1
sumpah/janji
PNS;

2 Mengucapkan Pasal 3 ayat 2


sumpah/janji
jabatan;

12 | Komisi Aparatur Sipil Negara


Diharuskan Dasar Dasar
No Dilarang (Don’t)
(Do) Hukum Hukum
3 Setia dan taat Pasal 3 ayat 3 Tanpa izin Pemerintah Pasal 4
sepenuhnya menjadi pegawai atau ayat 3
kepada bekerja untuk negara lain
Pancasila, dan/atau lembaga atau
Undang-Undang organisasi internasional;
Dasar Negara
Republik Bekerja pada perusahaan Pasal 4
Indonesia Tahun asing, konsultan asing, ayat 4
1945, Negara atau lembaga swadaya
Kesatuan masyarakat asing;
Republik
Indonesia, dan
Pemerintah;

4 Menaati segala Pasal 3 ayat 4


ketentuan
peraturan
perundang -
undangan;

5 Melaksanakan Pasal 3 ayat 5 menghalangi berjalannya Pasal 4


tugas kedinasan tugas kedinasan; ayat 11
yang
dipercayakan
kepada PNS
dengan penuh
pengabdian,
kesadaran, dan
tanggung jawab;

6 Menjunjung Pasal 3 ayat 6 melakukan suatu tindakan Pasal 4


tinggi atau tidak melakukan ayat 10
kehormatan suatu tindakan yang dapat
negara, menghalangi atau
Pemerintah, dan mempersulit salah satu
martabat PNS; pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan
kerugian bagi yang
dilayani;

7 Mengutamakan Pasal 3 ayat 7 Menjadi perantara untuk Pasal 4


kepentingan mendapatkan keuntungan ayat 2
negara daripada pribadi dan/atau orang
kepentingan lain dengan menggunakan
sendiri, kewenangan orang lain;

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 13


Diharuskan Dasar Dasar
No Dilarang (Don’t)
(Do) Hukum Hukum
seseorang, Melakukan kegiatan Pasal 4
dan/atau bersama dengan atasan, ayat 6
golongan; teman sejawat, bawahan,
atau orang lain di dalam
maupun di luar lingkungan
kerjanya dengan tujuan
untuk keuntungan pribadi,
golongan, atau pihak lain,
yang secara langsung atau
tidak langsung merugikan
negara;

8 Memegang Pasal 3 ayat 8


rahasia jabatan
yang menurut
sifatnya atau
menurut
perintah harus
dirahasiakan;

9 Bekerja dengan Pasal 3 ayat 9


jujur, tertib,
cermat, dan
bersemangat
untuk
kepentingan
negara;

10 Melaporkan Pasal 3 ayat


Menyalahgunakan Pasal 4
dengan segera 10
wewenang; ayat 1
kepada
atasannya
apabila
mengetahui ada
hal yang dapat
membahayakan
atau merugikan
negara atau
Pemerintah
terutama di
bidang
keamanan,
keuangan, dan
materiil;

11 Masuk kerja dan Pasal 3 ayat 11


menaati

14 | Komisi Aparatur Sipil Negara


Diharuskan Dasar Dasar
No Dilarang (Don’t)
(Do) Hukum Hukum
ketentuan jam
kerja;

12 Mencapai Pasal 3 ayat 12


sasaran kerja
pegawai yang
ditetapkan;

13 Menggunakan Pasal 3 ayat 13 Memiliki, menjual, Pasal 4


dan memelihara membeli, menggadaikan, ayat 5
barang-barang menyewakan, atau
milik negara meminjamkan barang-
dengan sebaik- barang baik bergerak atau
baiknya; tidak bergerak, dokumen
atau surat berharga milik
negara secara tidak sah;

14 Memberikan Pasal 3 Menerima hadiah atau Pasal 4


pelayanan suatu pemberian apa saja ayat 8
sebaik-baiknya ayat 14 dari siapapun juga yang
kepada berhubungan dengan
masyarakat; jabatan dan/atau
pekerjaannya;

15 Membimbing Pasal 3 Bertindak sewen ang- Pasal 4


bawahan dalam wenang terhadap ayat 9
melaksanakan bawahannya;
tugas;

16 Memberikan Pasal 3 ayat 16 Memberi atau Pasal 4


kesempatan menyanggupi akan ayat 7
kepada bawahan memberi sesuatu kepada
untuk siapapun baik secara
mengembangkan langsung atau tidak
karier; langsung dan dengan dalih
apapun untuk diangkat
dalam jabatan;

17 Dan menaati Pasal 3 ayat 17 Menghalangi berjalannya Pasal 4


peraturan tugas kedinasan; ayat 11
kedinasan yang
ditetapkan oleh
pejabat yang
berwenang.
Sumber: PP Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 15


PP Nomor 53 Tahun 2010 digunakan bersama-sama dengan PP
Nomor 42 Tahun 2004 mengatur tindakan sanksi administratif7 dan PP 42
Tahun 2004 mengatur sanksi moral. Namun diakui bahwa sering terjadi
kerancuan dalam menentukan kapan harus memberi sanksi administratif
dan kapan menerapkan sanksi moral. Sementara itu PP yang terkait
pelaksanaan kode etik dan kode perilaku sebagaimana diamanatkan dalam
UU ASN belum diterbitkan.

7
PP Nomor 42 Tahun 2004, “Jiwa Korps PNS” Pasal 16

16 | Komisi Aparatur Sipil Negara


BAB III
HASIL DAN ANALISIS KAJIAN

3.1. Kondisi penerapan kode etik dan kode perilaku saat ini

Hasil kajian menunjukkan bahwa penegakan kode etik dan kode


perilaku di kalangan pegawai ASN masih lemah. Walaupun data terkait
jumlah pegawai ASN yang dikenakan sanksi moral atas pelanggaran terhadap
kode etik dan kode perilaku sulit didapat, namun lemahnya penegakan kode
etik dan kode perilaku ASN tercermin dari jumlah pegawai ASN yang terbukti
melakukan pelanggaran hukum.

Berdasarkan data SDP Kementerian Hukum dan HAM, narapidana


yang berstatus PNS pada masa tahanan 2014-2017 sebanyak 1879 pegawai.
Ilustrasi berikut menggambarkan persentase pegawai yang menjadi
narapidana kasus hukum berdasarkan jenis kasus yang dilakukan.

Gambar 3.1 Penggolongan Kasus Pidana Berdasarkan


Data Narapidana Aktif sebagai PNS

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 17


Gambar 3.1 menunjukkan bahwa jenis kasus terbanyak yang
dilakukan adalah korupsi. Terdapat 1.082 atau 58% PNS yang terlibat dalam
kasus korupsi. Fakta yang ditemukan BKN lebih mencengangkan karena
berdasarkan penelusuran data, ditemukan 2.674 PNS terlibat kasus korupsi
yang kasusnya telah inkracht. Maraknya kasus korupsi yang terjadi di
instansi publik dapat diakibatkan karena adanya pelanggaran terhadap kode
etik dan kode perilaku profesi ASN. Analoginya, pelanggaran etika belum
tentu merupakan pelanggaran hukum, namun pelanggaran hukum sudah
pasti melanggar etika8.

Kondisi banyaknya PNS yang terlibat korupsi diperparah dengan


penegakan yang belum kuat. Meskipun dalam PP 53 Tahun 2010 Pasal 10
ayat 5 secara jelas disebutkan bahwa PNS yang terbukti mengutamakan
kepentingan sendiri akan dijatuhi hukuman berat, namun aturan tersebut
belum implementasinya secara tegas. Dari 2.674 PNS yang menjadi
narapidana kasus korupsi, baru 317 yang diberhentikan sebagai PNS. Angka
tersebut sama dengan 11% dari total PNS yang terlibat, sementara 88%
diantaranya masih berstatus aktif sebagai PNS.

Belum ditindak tegasnya ASN yang melakukan korupsi dapat


menyebabkan korupsi semakin mengakar. Pegawai tidak merasa takut untuk
melibatkan diri dalam kegiatan korupsi karena hukuman yang diberikan
tidak memberikan efek jera. Apabila hal ini berlangsung terus menerus,
korupsi akan menjadi kebiasaan, bahkan lebih parah lagi akan menjadi
budaya.

Kasus narkotika menempati urutan kedua dalam persentase


banyaknya PNS yang terlibat. Dari keseluruhan pegawai, terdapat 382 atau
setara dengan 18% pegawai yang menjadi narapidana dalam kasus narkotika.
Walaupun jumlah pelanggaran terkait narkoba sudah cukup banyak,
penegakannya pun belum secara tegas dilakukan. PNS yang terjerat kasus

8M. Natsir D & TB Massa D. 2016. Etika Publik Pejabat Negara dalam Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih.
Jurnal Kajian Ilmu Politik dan Masalah Pembangunan, Vol.12 No. 1 (2016), hal 1758

18 | Komisi Aparatur Sipil Negara


narkoba tidak otomatis diberhentikan sebagai PNS, yang bersangkutan masih
bisa dipekerjakan apabila statusnya hanya pengguna dan mendapat
hukuman di bawah dua tahun (jpnn.com, 2016).

Tim Pengkajian juga melakukan klasifikasi berdasarkan kelompok


umur sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 3.2. Terdapat 9% dari total
PNS yang menjadi narapidana berasal kelompok umur 20-30 tahun. PNS
pada kelompok ini adalah para pegawai yang baru memulai karir di birokrasi
dan biasanya tugas pokoknya sebagai pelaksana.

Gambar 3.2 Analisis Data Narapidana Aktif Sebagai PNS


Berdasarkan Penggolongan Usia

Pada kelompok umur kedua, yaitu usia 31-40 tahun, presentasinya


sebanyak 22%. PNS pada golongan ini rata-rata sudah dianggap mumpuni
pada bidang kerja yang digeluti dan menjadi andalan dalam melakukan
pekerjaan. Setelah dianalisis berdasarkan jenis kasus, PNS kedua
kelompok awal banyak terlibat dalam kasus narkoba. Apabila PNS yang
terlibat dalam narkoba tidak otomatis diberhentikan, maka hal ini dapat
berakibat buruk bagi generasi mendatang karena PNS yang dulunya

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 19


terlibat narkoba ini memiliki potensi untuk duduk pada jabatan-jabatan
penting di kemudian hari.

Presentase PNS yang menjadi narapidana terbanyak berasal dari


kelompok umur senior, yaitu 30% dari usia 41-50 tahun dan 39% berusia di
atas 50 tahun. Pada kelompok usia 41-50 tahun, PNS yang rata-rata telah
menjadi pimpinan pada level menengah melakukan jenis pelanggaran yang
cukup beragam, mulai dari penipuan, kekerasan dan sebagainya. Namun
demikian, pada kelompok usia senior ini kasus korupsi masih menjadi
pelanggaran yang paling sering dilakukan. Data ini menunjukkan bahwa
korupsi cenderung dilakukan oleh PNS yang memiliki kekuasaan yang besar.

3.2. Faktor Penyebab Pelanggaran Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai
ASN
Berdasarkan temuan di lapangan, terdapat beberapa faktor penyebab
banyaknya pelanggaran kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN. Secara
garis besar, instansi pemerintah saat ini belum memiliki sistem yang
mendukung penerapan dan penegakan kode etik dan kode perilaku,
diantaranya ditunjukkan dengan ketiadaan peraturan, sistem pengaduan,
komitmen dan role model, serta data pelanggaran yang belum dikelola
dengan baik.

a. Belum Terdapat Peraturan Internal tentang Kode Etik dan Kode


Perilaku Instansi
Pada tahun 2018 survei dilakukan ke instansi pemerintah pada
tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Hasil survei menunjukkan
hanya 16% dari total 66 sampel kabupaten/kota yang sudah memiliki
peraturan internal mengenai kode etik dan kode perilaku, sedangkan
84% kabupaten/kota sisanya belum memiliki peraturan.
Pada tingkat provinsi, dari total 34 Pemerintah Provinsi yang
disurvei, 68% diantaranya telah memiliki peraturan kode etik dan kode
perilaku, dan hanya 32% yang belum memiliki. Sementara di tingkat
pusat, kondisinya lebih baik. Sekitar 96% dari 35 instansi pemerintah

20 | Komisi Aparatur Sipil Negara


yang disurvei telah memiliki peraturan internal mengenai kode etik dan
kode perilaku. Bahkan beberapa instansi membuat buku saku
mengenai kode etik dan kode perilaku yang dipegang oleh setiap
pegawai. Seperti Kementerian BUMN, Kementerian Kehutanan, dan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Grafik berikut
mengilustrasikan presentase instansi pemerintah yang sudah dan
belum memiliki peraturan kode etik dan kode perilaku internal.

Grafik 3.1. Data Penerapan Peraturan Kode Etik dan Kode Perilaku
Pegawai ASN

Sumber : Diolah oleh Bidang Pengkajian dan Pengembangan; Bidang Monitoring dan Evaluasi ,
KASN 2018

Peraturan internal menjadi krusial dalam upaya menegakkan kode


etik dan kode perilaku karena peraturan tersebut merupakan dasar
untuk menetapkan apakah pegawai sudah bersikap dan berperilaku
sesuai kode etik dan pedoman perilaku sesuai harapan/ketentuan.
Ketiadaan peraturan internal berarti ketiadaan acuan nilai bagi
pegawai untuk melaksanakan tugas secara profesional.
Pembuatan peraturan internal mengenai kode etik dan kode
perilaku telah diamanahkan sejak diberlakukannya PP No 42 Tahun
2004. Namun hingga 15 tahun sejak peraturan tersebut diundangkan,

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 21


masih banyak instansi pemerintah yang belum menyusun peraturan
internal kode etik dan kode perilaku, terutama di pemerintah daerah.

b. Peraturan Kode Etik dan Kode Perilaku Belum Disosialisasikan


kepada Seluruh Pegawai

Survei yang dilakukan Tim Pengkajian juga menghasilkan data


maturitas penerapan kode etik dan kode perilaku yang meliputi tahap
sosialisasi dan internalisasi. Di tingkat pusat, dari 26 kementerian
hanya 12 atau 46% yang telah melakukan sosialisasi. Sementara pada
tingkat provinsi, baru 31% atau 8 pemprov yang sudah
menyosialisasikan peraturan kode etik dan kode perilakunya dari total
23 pemprov yang memiliki peraturan. Pada tingkat kabupaten/kota,
dari 71 kabupaten, sudah ada 46% atau 12 kabupaten/kota yang
melakukan sosialisasi peraturan kode etik dan kode perilaku. Berikut
grafik sebagai ilustrasi data instansi pemerintah yang telah
melakukan sosialisasi kode etik dan kode perilaku.

Grafik 3.2. Internalisasi Peraturan Kode Etik dan Kode Perilaku


Pegawai ASN

Sumber : Diolah oleh Bidang Pengkajian dan Pengembangan; Bidang Monitoring dan Evaluasi ,
KASN 2018

22 | Komisi Aparatur Sipil Negara


Grafik 3.2 di atas juga menunjukkan masih kurangnya jumlah
instansi pemerintah yang telah melakukan internalisasi. Bahkan di
tingkat kabupaten/kota, belum ada sama sekali instansi pemerintah
yang melakukan internalisasi. Fakta ini semakin mempertegas bahwa
penerapan kode etik dan kode perilaku di instansi pemerintah di
Indonesia belum menjadi prioritas, terbukti dengan belum banyak
instansi pemerintah yang memiliki peraturan, dan instansi yang telah
memiliki peraturan pun masih sedikit sekali yang telah
menginternalisasikan peraturannya. Kondisi demikian tentu sejalan
dengan kondisi pelanggaran yang masih marak terjadi karena
peraturan yang ada belum diketahui apalagi dipahami oleh para
pegawa di lingkungan internal instansi pemerintah.

c. Sistem Pengawasan Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Belum


Efektif
Pengawasan merupakan satu fungsi yang penting untuk
memastikan kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang
ditetapkan sebelumnya. Dalam hal ini, pengawasan penerapan kode
etik dan kode perilaku bertujuan untuk memastikan seluruh pegawai
dalam instansi pemerintah bertindak sesuai dengan nilai yang
terkandung dalam kode etik dan pedoman perilaku organisasi.
Upaya pengawasan salah satunya dapat dilihat dari data
statistik pengelolaan pelanggaran. Hasil survei menunjukkan bahwa
meskipun instansi pemerintah pada lingkungan kementerian, LPNK,
dan provinsi sudah mempunyai sistem pengelolaan pelanggaran;
sebagian besar masih menggunakan sistem pengelolaan offline. Di
lingkungan kementerian, baru sebanyak 22.2% yang menggunakan
sistem online, 66.7% masih menggunakan sistem offline, dan 11.1%
sisanya masih melakukan pengelolaan secara manual. Di lingkungan
pemerintah provinsi, sebanyak 8.8% sudah menggunakan sistem
online, 47.1% menggunakan sistem offline, 44.1% masih manual. Pada

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 23


LPNK, sebanyak 12.5% menggunakan sistem pengelolaan
pelanggaran online, 75.0% masih menggunakan sistem offline, dan
12.5% mengelola secara manual.
Pengelolaan data pelanggaran memegang peran penting
dalam monitoring penerapan kode etik dan kode perilaku. Dengan
pengelolaan yang efektif, akan tersedia informasi detail mengenai
track record pegawai ASN yang melakukan pelanggaran. Basis data
ini kemudian dapat dimanfaatkan untuk memastikan pegawai ASN
yang mendaftar pada posisi tertentu tidak pernah melakukan
pelanggaran berat, terutama dalam etika dan perilaku.
Sistem pengawasan juga dapat diupayakan dengan
membangun whistleblowing system. Rekan kerja berperan sebagai
whistleblower yang efektif karena mengetahui keseharian pegawai,
terutama dalam berperilaku sesuai pedoman atau tidak. Namun
demikian, melakukan pengaduan pelanggaran melalui
whistleblowing system belum menjadi budaya di Indonesia karena
resikonya dinilai besar bagi pelapor karena mungkin dapat menjadi
bumerang bagi karirnya. Untuk itu, pengawasan melalui
whistleblowing system harus dibangun bersama dengan
perlindungan yang diberikan kepada pelapor dan juga mekanisme
pengelolaan pengaduan.

d. Kurangnya Komitmen dan Role-model dari Pimpinan dalam


Menegakkan Aturan

Hasil wawancara langsung yang dilakukan tim KASN dengan salah


satu Tim Disiplin BKD Provinsi menunjukkan bahwa PPK selama ini
terkesan tidak tegas dalam penjatuhan sanksi terhadap pelanggaran
etik. Beberapa alasan tidak tegasnya penjatuhan sanksi oleh PPK
kepada ASN ditunjukkan oleh ilustrasi pada Gambar 3.3 berikut.

24 | Komisi Aparatur Sipil Negara


Gambar 3.3 Penyebab PPK Tidak Memberhentikan ASN yang Terbukti
Melanggar

• Tidak tega

• Rasa kekeluargaan

• Rasa takut memecat


seseorang

Sumber : Bidang Pengkajian dan Pengembangan KASN, 2018

Ketidaktegasan PPK dalam menjatuhkan hukuman disiplin


menunjukkan lemahnya komitmen PPK dalam penegakan kode etik
dan kode perilaku ASN. Padahal jika sebelumnya instansi sudah
memastikan bahwa kode etik dan kode perilaku diketahui dan
dipahami oleh semua orang, penegakan seharusnya dilakukan dengan
zero tolerance. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memelihara
konsistensi penerapan kode etik dan kode perilaku dan menimbulkan
efek jera bagi pegawai ASN yang melanggar.

3.3. Strategi Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN
Berdasarkan kondisi terkini dan berbagai hambatan dalam penerapan
kode etik dan kode perilaku, KASN merumuskan beberapa strategi untuk
percepatan penerapan kode etik dan kode perilaku sebagaimana
diilustrasikan dalam Gambar 3.4. sebagai berikut.

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 25


Gambar 3.4 Strategi Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai ASN

Sumber: Bidang Pengkajian dan Pengembangan SItsem KASN

a. Mendorong Instansi Pemerintah Memiliki Peraturan Internal Mengenai


Kode Etik dan Kode Perilaku
Sesuai amanat dalam Pasal 13 PP 42 Tahun 2004, semua instansi
pemerintah diharuskan menyusun peraturan internal kode etik dan
kode perilaku. Peraturan tersebut disusun dengan
mempertimbangkan karakteristik dan budaya pada masing-masing
instansi. Dengan begitu, peraturan yang disusun diharapkan dapat
diterima dengan baik karena seluruh pegawai memiliki sense of
belonging dan merasa bahwa peraturan kode etik dan kode perilaku
yang ada bukan merupakan hal yang baru, sehingga sosialisasi dan
interalisasinya akan lebih mudah.
Pemerintah daerah juga dapat mengadopsi peraturan kode etik dan
kode perilaku dari nilai budaya sekitar (local wisdom). Salah satu
contohnya adalah yang diberlakukan oleh Pemerintah Provinsi

26 | Komisi Aparatur Sipil Negara


Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menerbitkan peraturan
daerah bernama SATRIA. Peraturan tersebut berisikan nilai dasar
serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN yang dirancang dalam
nilai-nilai luhur kebudayaan Yogyakarta.

b. Mensosialisasikan dan Menginternalisasikan Peraturan Kode Etik


dan Kode Perilaku
Kajian ini menemukan masih banyaknya instansi pemerintah
yang belum melakukan sosialisasi peraturan Kode Etik dan Kode
Perilaku pegawai ASNnya secara reguler kepada semua pegawai.
Selanjutnya dilakukan sosialisasi secara berkala mengenai kode etik
dan kode perilaku pegawai ASN. Sosialisasi ditujukan untuk
meningkatkan pemahaman setiap Pegawai ASN mengenai peraturan
kode etik dan kode perilaku yang berlaku di instansinya.

Sosialisasi tidak hanya menjelaskan tentang peraturan yang


berlaku, tetapi juga dapat mengilustrasikan kasus-kasus pelanggaran
kode etik, kode perilaku yang pernah atau sedang terjadi. Hal ini
bertujuan agar dapat menjadi pembelajaran bagi pegawai lainnya,
sehingga pelanggaran kode etik dan kode perilaku serta kasus yang
sama tidak terjadi/terulang kepada pegawai yang lainnya. Kegiatan
sosialisasi juga digunakan sebagai wadah untuk membuka
diskusi/pertanyaan bagi pegawai yang belum memahaminya. Diskusi
juga dapat berkembang untuk membahas kasus yang belum jelas
diatur dalam peraturan kode etik dan kode perilaku di internal
instansinya, sehingga diperoleh kesamaan persepsi dan kesepakatan
bersama untuk mengatasi permasalahan/kasus kode etik dan kode
perilaku yang terbaik.
Untuk menginternalisasikan penerapan kode etik dan kode
perilaku pada instansi pemerintahdibutuhkan komitmen dari semua
pihak, terutama di jajaran pimpinan. Salah satu cara yang efektif

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 27


untuk penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku pegawai ASNnya, perlu
membentuk Majelis Kode Etik (MKE). Hal ini sesuai dengan Pasal 17
ayat (1) PP 42 tahun 2004. MKE bertugas mengawasi penerapan kode
etik dan kode perilaku ASN di instansi. Pembentukan majelis etik juga
dapat berfungsi ketika terjadi permasalahan dan pelanggaran kode
etik dan kode perilaku, termasuk didalamnya kasus disiplin pegawai
yang dianggap berbahaya. Contohnya: bila seorang pegawai ASN
terbukti membocorkan rahasia organisasi, maka MKE dapat
mengambil tindakan dengan melakukan sidang etik dan memberikan
keputusan terkait pegawai tersebut.
Untuk memahami pentingnya penerapan kode etik dan kode
perilaku bagi individu dan organisasi. Internalisasi penerapan kode
etik dan kode perilaku juga dapat dilakukan dalam bentuk
workshop/seminar/diskusi terbatas kepada pegawai ASN. Hal ini
dapat dilakukan secara periodik, dengan metode
ceramah/penyuluhan/bimbinganteknis/diskusi interaktif/media
interaktif terkait permasalahan umum yang terjadi baik di dalam
maupun di luar organisasi. Hal ini dapat juga mengambil kasus
tematik, seperti penegakan netralitas pegawai ASN menjelang pemilu,
bahaya narkotika, pencegahan korupsi, pembinaan keluarga dan
anak, penyuluhan agama, dan lain sebagainya.

c. Melakukan evaluasi
Evaluasi penerapan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN
merupakan hal yang perlu dilakukan oleh instansi pemerintah.
Evaluasi dilakukan berkaitan dengan peraturan yang sudah
ditetapkan, efektifitas dari sosialisasi yang telah dilakukan, serta
penerapan peraturan yang sudah ada dalam organisasi. Waktu untuk
melakukan evaluasi dapat dilaksanakan secara periodik, terutama
bagi beberapa kasus kode etik dan kode perilaku yang berkembang
dan belum diatur secara jelas pada peraturan yang ada. Contohnya

28 | Komisi Aparatur Sipil Negara


adalah dampak dari perkembangan sistem informasi teknologi yang
berkembang saat ini. Melakukan evaluasi berkaitan dengan
penggunaan internet di dalam organisasi, pemalsuan dokumen,
penggunaan media sosial, penyebaran informasi kepada publik, dan
lain sebagainya.Pimpinan berperan yang sangat penting dalam
melakukan evaluasi penerapan kode etik dan kode perilaku dalam
organisasi pemerintah. Pimpinan berperan secara langsung dalam
melakukan evaluasi dan pengawasan kode etik dan kode perilaku
setiap pegawainya. Oleh Karena itu, pimpinan harus dapat menjadi
role-model penerapan kode etik dan kode perilaku bagi pegawai
ASNnya.

Evaluasi penerapan kode etik dan kode perilaku juga dilakukan


untuk membahas mengenai kasus-kasus pelanggaran yang terjadi
untuk ditetapkan sanksi yang diberlakukan. Sebaliknya, evaluasi juga
dilakukan untuk pemberian penghargaan bagi pegawai yang dapat
dijadikan percontohan dalam berperilaku serta menjadi
profesionalismenya sebagai pegawai ASN.

d. Memberikan Reward and Punishment


Penerapan kode etik dan kode perilaku akan efektif bila sistem
reward dan punishment-nya dapat dijalankan secara adil dan sesuai
peraturan yang berlaku. Apabila pegawai ASN sudah terbukti
melakukan pelanggaran, maka sanksi harus diberikan kepada
pegawai tersebut sesuai peraturan yang berlaku. Sanksi yang
diberikan dapat dalam bentuk sanksi moral (pernyataan terbuka
terkait pelanggaran yang dilakukan. Hal ini dilakukan agar menjadi
pembelajaran bagi pegawai lainnya agar tidak melakukan
pelanggaran.

Sebaliknya, bila pegawai ASN dinilai sangat baik dan dapat


menjadi panutan bagi pegawai lainnya dalam berperilaku sesuai
dengan kode etik dan kode perilaku yang ditetapkan, dapat diberikan

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 29


penghargaan (reward) baik bersifat financial maupun non-financial
(contoh: promosi/penilaian kinerja yang sangat baik/mengikuti
kesempatan diklat/ mendapatkan beasiswa, dll). Hal ini dilakukan
untuk memberikan motivasi pegawai lainnya untuk bersikap dan
berperilaku yang baik. penahanan kenaikan jabatan atau tidak
diperbolehkan mengikuti seleksi JPT. Dengan adanya reward dan
punishment akan mendorong ASN mematuhi peraturan etik yang
berlaku.

30 | Komisi Aparatur Sipil Negara


BAB IV
PENUTUP

4.1. Rekomendasi
Pelanggaran etika yang terjadi di kalangan pegawai ASN masih tinggi
dan hal tersebut menghambat upaya peningkatan profesionalitas dan citra
ASN. Penyebab utama banyaknya pelanggaran adalah kurangnya
perhatian pimpinan instansi pemerintah terhadap penegakan kode etik
dan kode perilaku di lingkungan instansinya. Ini terlihat dari: 1) masih
banyaknya instansi yang belum menetapkan kode etik dan kode perilaku
internal; 2) masih banyak instansi yang sudah menetapkan kode etik dan
kode perilaku namun belum mensosialisasikan peraturan tersebut secara
efektif kepada pegawai; 3) belum terbangunnya sistem whistle blower dan
4) belum efektifnya peran APIP.

Rekomendasi dalam upaya penegakan kode etik dan kode perilaku


Pegawai ASN sebagai berikut:
1) mewajibkan instansi menetapkan kode etik dan kode perilaku
internal instansi, sesuai ketentuan dalam PP 42 tahun 2004;
2) mendorong instansi untuk meningkatkan pemahaman dan
pengamalan pegawai terhadap peraturan yang telah ditetapkan
dengan mengintensifkan sosialisasi, menjadikan pimpinan unit
kerja menjadi role model, meningkatkan peran APIP dalam
melakukan pembinaan dan menindaklanjuti pelanggaran secara
konsisten sesuai ketentuan;
3) menyarankan instansi untuk membangun sistem Whistle-Blowing
dan memberi perlindungan kepada pegawai yang menjadi whistle
blower.

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 31


4) mendorong instansi membangun sistem yang memudahkan untuk
menelusuri rekam jejak pelanggaran yang dilakukan agar
informasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam pemberian
penghargaan dan promosi jabatan;
5) mendorong terbentuknya kerjasama antarinstansi dan lembaga
penegak hukum untuk memudahkan data sharing;
6) mengusulkan kepada KemenPANRB untuk mengevaluasi
peraturan yang ada yang terkait dengan kode etik dan kode
perilaku pegawai ASN agar sesuai dengan kode etik dan kode
perilaku Profesi dan Pegawai ASN sesuai dengan UU ASN Nomor
5 Tahun 2014.

4.2. Penutup
Penerapan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN dapat menjadi
gambaran citra dan profesionalisme ASN. Masih tingginya pelanggaran
kode etik dan kode perilaku menjadi catatan penting untuk diperbaiki,
agar kinerja ASN menjadi lebih baik dan profesi sebagai pegawai ASN
menjadi lebih terhormat dan bermartabat. Di samping itu, penegakan
kode etik dan kode perilaku dapat mengurangi kasus korupsi dan
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Strategi penerapan kode etik dan kode perilaku ASN perlu menjadi
perhatian agar dapat mendorong kepercayaan publik terhadap instansi
pemerintah. Pelanggaran terhadap kode etik dan kode perilaku juga dapat
dikurangi dengan peningkatan pemahaman pegawai ASN terhadap
peraturan yang berlaku. Penegakan kode etik dan kode perilaku
merupakan mandat yang diberikan kepada seluruh pegawai ASN agar
dapat menunjukkan profesionalitas sesuai amanah Undang Undang
Aparatru Sipil Negara (ASN).

32 | Komisi Aparatur Sipil Negara


Hasil kajian ini, diharapkan dapat memberikan masukan untuk
melakukan pengawasan penerapan kode etik dan kode perilaku pegawai
ASN ke depan. Strategi yang disusun, dapat menjadi prioritas, baik dalam
peningkatan pemahaman dan pengawasan terhadap kode etik dan kode
perilaku pegawai ASN, maupun dalam menurunkan tingkat pelanggaran
kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 33


Daftar Pustaka

Englin Siso, Joorie Ruru, Verry Londa, 2016, .Pengaruh Etika Jabatan Terhadap
Kinerja Aparatur Sipil Negara Disekertariat Kota Manado Jurnal
Administrasi Publik, 9(2): 1-10.

Gilman, Stuart. C. “Ethics Codes And Codes Of Conduct As Tools For Promoting An
Ethical And Professional Public Service: Comparative Successes And
Lessons”hal. 6-15

Kinchin, Niamh. 2007. More than Writing on a Wall: Evaluating the Role that Codes
of Ethics Play in Securing Accountability of Public Sector Decision-Makers.
Hal : 113 - 118.

Lana Sari, Sampurno, Djoko Wahyono., 2017, Pengaruh Kepemimpinan dan Vudaya
Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan di Yogyakarta Jurmal
Manajemen dan Pelayanan Farmasi: hal 35

NN, 2005, New Zealand Public Service Code of Conduct, hal : 2

Neuweler, Amanda. 2014.“Code of Ethics and Code of Conduct – What’s the


Difference?”. WhistleBlowerSecurity.com.

Sujamto, 1987, Norma dan Etika Pengawasan, Sinar Grafika, Jakarta

Wahyudi Kumorotomo , 2015, Etika Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta

Widjaja, A.W, 2003, Etika Administrasi Negara, Bumi Aksara, Jakarta

Yusuph, Mashala. L. 2017. Code of Ethics and Conducts in Public Service: The
Litmus Test for Public Administrators Ethical Decision Making in Resolving
Ethical Dilemmas: A Comparative Study of Tanzania and South Africa. hal
80

Pemerintah Indonesia. 2014. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara. Lembaran Negara RI Tahun 2014, No. 6. Sekretariat
Negara. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Lembaran Negara RI Tahun 2010, No 74 . Sekretariat Negara. Jakarta.

Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil. Lembaran Negara RI Tahun 2004, No. 142.
Sekretariat Negara. Jakarta.

34 | Komisi Aparatur Sipil Negara


Lampiran

Pengkajian dan Pengembangan Sistem | 35


Lampiran 1 - Narasumber Focus Group Disscusion Pengawasan
Penegakan Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara

Prof. Sofian Effendi Dr. Nuraida Mokhsen, MA.


(Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara) (Komisioner Komisi Aparatur Sipil Negara)

Irham Dilmy Prof. Prijono Tjiptoherijanto


(Wakil Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara) (Komisioner Komisi Aparatur Sipi; Negara)

Dr. Waluy o Dr. Irwansyah


(Komisioner Komisi Aparatur Sipi; Negara) (Asisten Komisioner Komisi Aparatur Sipi; Negara)
Prof. Wahyudi Kumorotomo Prof. Siti Zuhro
(Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik, LIPI) (Peneliti Senior Pusat Penelitian Politik, LIPI)

Dr. Teguh Kurniawan, S.Sos, M.sc Marcelino R Pandin, Ph.D,


(Dosen Universitas Indonesia) (Pakar Bidang SDM Aparatur)

Yogi Suprayogi Sugandi, Ph.D


(Dosen Universitas Padjajaran)
Lampiran 2 - Kegiatan Focus Group Disscusion Pengawasan Penegakan
Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Aparatur Sipil Negara

Focus Group Discussion Pengawasan Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku Aparatur Sipil Negara
dilaksanakan di Jakarta pada tangal 14 Mei 2018

Diskusi mengenai strategi penerapan kode etik dan kode perilaku ASN
di Kementerian BUMN, 16 Juli 2018
Diskusi mengenai penerapan kode etik dan kode perilaku
di Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur, 27 Juli 2018

Focus Group Discussion mengenai Strategi Pengawasan Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku
Aparatur Sipil Negara dilaksanakan di Jakarta pada tangal 21 November 2018
KUESIONER
Kode Etik dan Kode Perilaku
Aparatur Sipil Negara

BIDANG PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM


KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA
Jl Let. Jend MT Haryono Kav. 52- 53, Pancoran, Jakarta 12770
Telp : 021 – 7972098
Tiana.dwi@kasn.go.id rifki.juniarto@kasn.go.id
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER:

1. Mohon kesediaan saudara untuk membaca dengan cermat pernyataan – pernyataan yang terdapat
di lembaran berikut.
2. Jika pertanyaan dalam bentuk isian berikan jawab sesuai dengan kondisi yang saudara alami.
3. Jika pertanyaan dalam bentuk pilihan, mohon beri tanda centang (√), silang (X) pada jawaban
yang sesuai pilihan saudara.
4. Instrumen ini untuk tujuan penelitian, sehingga saudara tidak diharuskan mencantumkan
nama.
5. Apa pun jawaban saudara akan dijamin kerahasiaannya
I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Pendidikan terakhir saudara? (berilah tanda centang (√) pada salah satu jawaban
di bawah ini)

o Tamat SLTA/sederajat dan/atau o Tamat Strata 2 (S2)


di bawahnya
o Tamat Diploma (D1-D4) o Tamat Strata 3 (S3)
o Tamat Strata 1 (S1)

2. Instansi tempat saudara saat ini bekerja :


o Kementerian Pemerintah Daerah
o Lembaga Pemerintah Non o Provinsi
Kementerian (LPNK) o Kabupaten
o Kota
3. Jabatan saudara dalam satuan kerja saat ini:
Jabatan Struktural: Jabatan Fungsional:
o Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) o Jabatan Fungsional Tertentu
o Administrator o Jabatan Fungsional Umum
o Pengawas
4. Lama bekerja sebagai PNS: …………. Tahun…………. Bulan

II. KODE ETIK DAN KODE PERILAKU ASN


5. Apakah Instansi tempat saudara bekerja memiliki peraturan tentang kode etik dan kode
perilaku ASN? (Ya / Tidak),
6. Apakah instansi saudara melakukan sosialisasi berkaitan dengan peraturan etik?
(Ya/Tidak). Jika Ya, berapakali sosialisasi dilakukan?
o Awal masuk kerja o Saat rapat kerja tahunan
o 3 bulan sekali o Saat Diklat
o 1 tahun sekali o Kegiatan SDM
7. Bagaimana pimpinan menjelaskan dan mengkomunikasikan peraturan kode etik dan kode
perilaku yang berlaku di instansi saudara?..........................................................................
...............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
8. Bagaimana pimpinan sudah menjadi role-model (contoh) dalam menerapkan kode etik dan
kode perilaku di instansi tempat saudara berkerja? ...................................................
...............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
9. Bagaimana cara pimpinan bertindak apabila terjadi pelanggaran kode etik dan kode
perilaku?
o Diam o Lainnya,.................................
o Memanggil
10. Apakah yang anda ketahui tentang majelis kode etik?
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
11. Menurut saudara apakah majelis kode etik dibutuhkan dalam mengimplementasikan
peraturan kode etik dan kode perilaku? (Ya/Tidak) Berikan alasan saudara,.......................
...............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
12. Sebutkan jenis pelanggaran etika apa saja yang pernah terjadi pada instansi saudara,
ketahui .................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
13. Menurut saudara apakah penyebab utama seorang ASN melanggar kode etik dan kode
perilaku ASN di instansi saudara?........................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
14. Sebutkan faktor pendukung dalam penerapan kode etik dan kode perialku ASN di
lingkungan kerja saudara, jelaskan ......................................................................................
...............................................................................................................................................
..............................................................................................................................................
15. Sebutkan faktor penghambat dalam penerapan kode etik dan kode perialku ASN di
lingkungan kerja saudara, jelaskan ......................................................................................
...............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
16. Menurut saudara apakah local wisdom (budaya setempat) diakomidasikan dalam
penyusunann kode etik dan kode perilaku di instransi saudara? (Ya/ Tidak)
Jelaskan alasan saudara .....................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Lampiran 4 - Data Penerapan Kode Etik dan
Kode Perilaku ASN di Kementerian
Lampiran 5 - Data Penerapan Kode Etik dan
Kode Perilaku ASN di Pemerintah Provinsi
Lampiran 6 - Data Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
di LPNK dan Pemerintah Kabupaten/Kota
Lampiran 7 - Grafik data Kementerian dan Pemerintah Provinsi
yang memiliki peraturan kode etik dan kode perilaku
Lampiran 8 - Grafik data LPNK dan Kabupaten/Kota yang
memilik peraturan kode etik dan kode perilaku
Lampiran 9 - Buku Saku Kode Etik dan Kode Perilaku Panitia
Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi

Sumber : "www.kasn.go.id/administrator/index.php?option=com_k2&view=item&task=download&id=64_a6552674c28c68e193baeba9c4deb375"
https://www.kasn.go.id/publikasi/info-grafis
Lampiran 10 - Salinan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Miliki Negara
Nomor : Per -04/MBU/2012 Tentang Kode Etik Aparatur
Kementerian Badan Usaha Milik Negara

Sumber : "http://jdih.bumn.go.id/lihat/PER-04/MBU/2012
Lampiran 11 - Salinan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 33 Tahun 2016
Tentang Kode Etik Aparatur Sipil Negara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

NOMOR 33 TAHUN 2016

TENTANG

KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA PEMERINTAH


PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Aparatur Sipil


Negara yang disegani, profesional dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat dan
guna mewujudkan Tata Pemerintahan yang baik
serta guna mewujudkan Birokrasi yang berkelas
dunia, maka perlu disusun Kode Etik Aparatur Sipil
Negara pemerintah Provinsi Jawa Tengah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di-
maksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang Kode Etik
Aparatur Sipil Negara Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan
Peraturan–Peraturan Negara Tahun 1950 Halaman
86 - 92);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Apartur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 316, Tambahan
L embaran Negara Republik Indonesia Nomor
2341);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

Sumber : "http://elibrary.dprd.jatengprov.go.id/peraturan-gubernur-jawa-tengah-nomor-33-tahun-2016
Lampiran 12 - Salinan Peraturan Bupati Wajo Nomor 28 Tahun 2018
tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil di Lingkup Pemerintah Kabupaten Wajo

Sumber : "https://bkpsdmwajo.id/peraturan-bupati-wajo-no-28-tahun-2018-tentang-kode-etik-pns-di-lingkungan-pemerintah-kabupaten-wajo/
ISSN 2665-0482
Komisi Aparatur Sipil Negara
Policy Brief
PENTINGNYA KODE ETIK DAN KODE PERILAKU
UNTUK MEMBANGUN PROFESIONALITAS ASN
VOLUME 1 | NOMOR 2 | DESEMBER 2018
Dewan Redaksi
Pembina:
Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai yang bekerja
Penanggung jawab: di instansi pemerintah. Untuk melaksanakan tugasnya dengan profesional,
Wakil Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara pegawai ASN tidak hanya memiliki kompetensi namun juga harus bersikap,
Ketua Dewan Redaksi: berperilaku, dan bertindak sesuai pedoman kode etik dan kode perilaku
Prof. Prijono Tiptoherijanto ASN. Kode Etik dan Kode Perilaku menjadi self-control bagi pegawai ASN
Anggota Redaksi: untuk melaksanakan tugasnya secara profesional guna menjamin mutu
Waluyo, I Made Suwandi, Nuraida Mokhsen, profesi ASN.
Tasdik Kinanto, Abdul Hakim, Irwansyah, Sumardi Saat ini, pelanggaran terhadap kode etik dan kode perilaku di kalangan
Tim Penulis: pegawai ASN masih tinggi. Beberapa faktor penyebabnya adalah belum
Nuraida Mokhsen, Septiana Dwiputrianti, efektifnya penegakan kode etik dan kode perilaku ASN di instansi pemerintah;
Rifki Juniarto belum berperannya pimpinan sebagai role model; belum terbangunnya sistem
Design Grafis: whistle blower; dan belum terbangunnya sistem informasi pelanggaran.
Ria Christine & Fajrin F.

Kode Etik dan Kode Perilaku

K
ode Etik dan Kode Perilaku merupakan dua peraturan menghadapi suatu situasi. Sebagai contoh, kode etik ASN
yang berbeda, namun keduanya dipergunakan untuk mengatur bahwa semua pegawai ASN harus melaksanakan
mendorong terbentuknya perilaku tertentu dalam suatu tugas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, yang
organisasi. pelaksanaanya masih memerlukan penafsiran.
Kode etik menurut Business Dictionary adalah pedoman Sementara itu kode perilaku mengatur secara spesifik
tertulis yang dikeluarkan suatu organisasi untuk pegawai perilaku mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima,
dan manajemen dalam rangka menolong mereka berperilaku yang diwajibkan maupun yang dilarang. Aturan yang dimuat
sesuai dengan nilai-nilai dan standar etika organisasi. dalam kode perilaku sudah spesifik dan pelaksanaannya tidak
Prinsip-prinsip yang dimuat dalam kode etik luas dan tidak memerlukan banyak penafsiran. Misalnya, untuk memastikan
spesifik karena disusun dengan maksud untuk menyediakan suatu peraturan perundang-undangan dilaksanakan maka
pijakan bagi seseorang untuk membuat pertimbangan secara dalam kode perilaku sudah diatur apa yang wajib dilakukan
mandiri dan menentukan tindakan apa yang tepat dalam dan apa yang dilarang untuk dilakukan.

Mengapa Penegakan Kode Etik dan Kode Perilaku ASN Penting?


• ASN merupakan suatu profesi yang berperan penting jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi,
dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan cermat, disiplin, bersikap melayani dan melaksanakan
dan penyediaan pelayanan publik. Sebagai suatu tugasnya sesuai ketentuan peraturan perundang-
profesi, pegawai ASN dalam melaksanakan tugasnya undangan dan etika pemerintahan. Penerapan Kode Etik
harus profesional, dalam arti memiliki kompetensi dan Kode Perilaku ASN bertujuan untuk menjaga citra dan
yang dibutuhkan serta berpegang pada nilai dasar, martabat seorang ASN.
Kode Etik dan Kode Perilaku selaku aparatur negara, • Kode Etik dan Kode Perilaku juga berfungsi sebagai
sebagaimana diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang standar untuk menilai apakah perilaku yang dijalankan
ASN. Profesionalitas pegawai ASN tercermin tidak hanya dapat dikatakan baik atau buruk. Kode Etik dan Kode
pada kompetensi yang dimiliki namun juga pada sikap Perilaku berperan dalam menegakkan self-control bagi
dan kepatuhan terhadap kode etik dan kode perilaku. pegawai ASN untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
• Profesionalitas erat kaitannya dengan etika ASN dalam profesional guna menjamin mutu profesi ASN. Pegawai
bekerja. Kode Etik dan Kode Perilaku berisi pengaturan ASN yang profesional akan mendukung peningkatan
perilaku agar Pegawai ASN melaksanakan tugasnya dengan kinerja dan citra birokrasi pemerintah.
Gambar 1. Data Narapidana Berstatus PNS Aktif
12% Kasus Lainnya
5% Kasus Penipuan PNS yang terlibat dalam
Berdasarkan data, PNS yang terlibat penggelapan, pembunuhan,
Penipuan menempati posisi keempat KUHP dan lainnya.
dengan jumlah sebanyak 95 orang

8% Kasus Perlindungan anak 58% Kasus Korupsi


Berdasarkan data, PNS yang terlibat Berdasarkan data, PNS
Perlindungan anak menempati posisi yang terlibat Korupsi
ketiga dengan jumlah sebanyak 152 menempati posisi pertama
orang dengan jumlah sebanyak
1082 orang
17% Kasus Narkoba
Berdasarkan data, PNS yang terlibat
Narkoba menempati posisi kedua dengan
jumlah sebanyak 382 orang

Sumber: Diolah oleh Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem KASN dari data Kemenkumham Tahun 2017,

Lemahnya Penegakan Kode Etik Menghambat Profesionalisme ASN

D
ata ASN yang dikenai sanksi moral karena melanggar Gambar 1 menunjukkan data narapidana berstatus PNS aktif.
kode etik dan kode perilaku sulit diperoleh. Komisi Berdasarkan data tersebut terdapat 1.879 PNS yang tersandung
Aparatur Sipil Negara (KASN) berusaha mengumpulkan kasus hukum, yang terdiri dari 1.082 orang (58%) terkena kasus
data terkait Pegawai Negeri Sipil (PNS) terkena kasus hukum. korupsi; 382 orang (17%) terjerat kasus narkoba; dan sisanya
Data yang dikumpulkan KASN dari Kementerian Hukum dan HAM 211 orang (12%) terkena kasus lain seperti perlindungan anak,
(Kemenkumham) menunjukkan bahwa pelanggaran kode etik dan penipuan, kekerasan dalam rumah tangga, dan kasus lainnya.
kode perilaku di kalangan pegawai ASN tergolong tinggi.

Gambar 2. Data Narapidana Berstatus PNS Aktif Berdasarkan Pengelompokan Usia

9% Usia 20 sampai 30 tahun 39% Usia 51 Tahun ke atas


Meski sangat jarang ditemui akan tetapi Berdasarkan data yang didapat sebagian
besar PNS yang melakukan tindak
beberapa kasus pelanggaran berkaitan kejahatan/berstatus narapidana berusia
dengan narkotika dan kekerasan. di atas 50 tahun. Hal ini mengindikasikan
kejahatan dilakukan ketika mereka sudah
memiliki jabatan atau karena culture PNS
masa lalu masih terbawa hingga mereka
22% Usia 31 sampai 40 tahun berusia senior.
Merupakan masa dimana PNS sudah menjadi
senior dalam bidang pekerjaan. Namun
masih ditemukan beberapa kasus berkaitan
30% Usia 41 sampai 50 Tahun
Usia 40 tahun merupakan usia dimana rata-
dengan narapidana dengan kasus korupsi
rata PNS sudah memiliki jabatan, meski
dan narkotika.
terdapat beberapa kasus berkaitan dengan
penipuan, kekerasan rumah tangga dll.

Sumber: Diolah oleh Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem, KASN dari data Kemenkumham Tahun 2017.

Gambar 2 menunjukkan data narapidana berstatus PNS aktif dalam pekerjaan.


berdasarkan pengelompokan usia. Pelanggaran tertinggi berada Terakhir kelompok usia 20 sampai dengan 30 Tahun sebanyak
pada kelompok usia 51 tahun ke atas, sebanyak 733 orang (32%). 169 orang (9%). Pada kelompok usia 30 tahun ke bawah sebagian
Pelanggaran pada kelompok usia ini disebabkan PNS memiliki besar didominasi oleh kasus narkoba. Hal ini perlu mendapat
kewenangan dan jabatan strategis untuk mengelola sumber daya perhatian pemerintah dan diperlukan strategi khusus untuk
yang ada dalam birokrasi, misalnya mengelola ASN, keuangan, mengatasinya. Dikhawatirkan kasus narkoba akan berdampak
aset, barang milik negara/daerah. buruk pada generasi ASN di masa mendatang.
Selanjutnya kelompok usia 41 s.d. 50 tahun sebanyak 564 orang Gambar 3 menunjukkan pelanggaran terhadap asas netralitas
(30%). Pada kelompok ini rata-rata PNS sudah bekerja di atas dikalangan pegawai ASN masih tinggi, terutama menjelang
10 tahun dan sudah memiliki jabatan dan kewenangan di dalam penyelenggaraan Pilkada. Data menujukkan, tren pelanggaran
organisasinya. Hal ini mengindikasikan bahwa kasus korupsi ada netralitas yang dilakukan oleh ASN semakin meningkat dari tahun
kaitannya dengan posisi PNS dalam jabatan. 2016 hingga tahun 2018. Padahal, netralitas merupakan salah
Terakhir kelompok usia dibawah 31 s.d. 40 tahun sebanyak 413 satu persyaratan bagi ASN untuk bersikap profesional.
orang (22%), Merupakan kelompok usia PNS sudah menjadi senior

Gambar 3. Jumlah Pengaduan Terkait Pelanggaran Netralitas ASN

Daerah yang melaksanakan Pilkada Jumlah Pelanggaran Netralitas ASN


491
269
171
55 101
29 52
0
2015 2016 2017 2018
Keterangan: tahun 2016 tidak ada Pilkada serentak.
Diolah oleh Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem dari Bidang Pengaduan dan Penyelidikan KASN, 2018.

2
Mengapa Pelanggaran Kode Etik Masih Sering Terjadi?

B erdasarkan hasil monitoring dan evaluasi KASN, komitmen


pimpinan Instansi terhadap penegakan kode etik kode
perilaku dianggap masih kurang. Hal ini terlihat dari beberapa
Gambar 4. Peraturan Kode Etik Pegawai ASN di Instansi Pemerintah
Lingkup Lingkup
Provinsi
Lingkup Kabupaten/
Kementrian Kota
aspek sebagai berikut: 3,8%
● Masih banyak instansi belum memiliki peraturan kode etik. 16%
Peraturan Pemerintah 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan
50% 50%
Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, pasal 13 ayat 2
menjelaskan bahwa peraturan kode etik dibuat berdasarkan
karakteristik masing-masing instansi dan organisasi profesi. 96,2% 84%
Saat ini masih banyak instansi pemerintah yang belum
melaksanakan amanat tersebut. Belum memiliki Peraturan Memiliki Peraturan Memiliki Peraturan
Gambar 3 menunjukan bahwa 3,8% instansi di tingkat Sudah memiliki Peraturan Belum Memiliki Belum Memiliki
Peraturan Peraturan
Kementerian dan Lembaga Pemerintah Nonkementerian Sumber: Bidang Pengkajian dan Pengembangan; Bidang Monitoring dan Evaluasi
(LPNK) belum memiliki peraturan mengenai kode etik dan KASN, 2018
kode perilaku. Di tingkat Pemerintah Provini hanya 50%
Gambar 5. Internalisasi Peraturan Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
yang memiliki peraturan kode etik. Di tingkat Pemerintah
Lingkup Lingkup
Kabupaten/Kota lebih sedikit lagi, hanya 16% yang memilki Kementrian Provinsi
Lingkup Kabupaten/
Kota
peraturan kode etik
● Kurangnya sosialisasi dan internalisasi penerapan kode etik. 8% 12%
32%
Masih kurangnya pemahaman pegawai pada kode etik
48% 50%
yang berlaku di instansinya disebabkan kurangnya sosialisasi 44% 38% 44%
dan internalisasi kode etik. Ketidakpahaman pegawai 24%
menyebabkan banyaknya pelanggaran kode etik. Sosialisasi Belum Melakukan
Belum dilakukan Belum Melakukan
dan internalisasi kode etik pegawai ASN pada umumnya hanya Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi
Sudah dilakukan Sudah Melakukan Sudah Melakukan
dilakukan kepada para calon pegawai negeri sipil (CPNS) pada Internalisasi Internalisasi Internalisasi
Sudah dilakukan Sudah Melakukan Sudah Melakukan
saat melakukan pelatihan dasar (latsar) sebelum diangkat Sosialisasi Sosialisasi Sosialisasi
menjadi PNS. Masih kurangnya pemahaman pegawai pada Sumber: Bidang Pengkajian dan Pengembangan; Bidang Monitoring dan
kode etik yang berlaku di instansinya disebabkan kurangnya Evaluasi KASN, 2018
sosialisasi dan internalisasi kode etik.

F aktor penyebab banyaknya pelanggaran etika di instansi


pemerintah adalah:
jelas untuk melindungi ASN yang menjadi whistle blower.
Perlindungan kepada whistle blower akan membuat seorang
ASN berani untuk menyampaikan tindakan pelanggaran etik
1. Belum efektifnya penegakan penerapan kode etik ASN.
Ketidaktegasan PPK dalam menjatuhkan hukuman disiplin yang dilakukan oleh ASN di lingkungan kerja mereka
menunjukkan lemahnya komitmen PPK dalam penerapan 4. Belum terbangunnya sistem informasi pelanggaran kode
kode etik dan kode perilaku ASN. Data dari beberapa etik untuk mempermudah penelusuran rekam jejak.
pejabat di instansi pemerintah menunjukkan PPK tidak Permasalahan yang cukup berat dalam penerapan kode
tegas menjatuhkan sanksi kepada ASN. Ada beberapa alasan etik pegawai ASN ialah belum terbangunnya sistem informasi
mengapa PPK terkesan lambat menjatuhkan sanksi: terkait pegawai ASN yang tersandung kasus hukum.
a. Rasa iba atau tidak tega; Seringkali PPK tidak mengetahui status ASN di instansinya
b. Perasaan senasib sebagai seorang abdi negara; yang sedang dalam proses peradilan. Instansi juga tidak
c. Rasa takut dalam memecat seseorang karena selalu mendokumentasikan kasus-kasus pelanggaran hukum
memikirkan nasib keluarga ASN yang dipecat; oleh ASN. Akibatnya, ada ASN yang sudah selesai menjalani
d. Memiliki hubungan kekerabatan atau pertemanan hukuman dan ingin menghilangkan rekam jejaknya dengan
dengan PPK. mengajukan permohonan mutasi ke instansi atau daerah
2. Pimpinan belum berperan sebagai Role Model dalam lain.
penerapan kode etik ASN. Selain itu, ada kasus ASN yang minta pensiun dipercepat
Pemahaman dan pengamalan terhadap kode etik karena tengah menjalani proses peradilan. Kecenderungan
akan efektif jika PPK dan para pejabat pimpinan tinggi seperti ini sering menimbulkan masalah yang di kemudian
berkomitmen dan sekaligus menjadi role model dengan hari tidak mudah diselesaikan. Instansi perlu didorong untuk
memberi contoh penerapan kode etik kepada bawahannya. membangun sistem informasi terkait pelanggaran yang
dilakukan oleh pegawainya.
3. Belum terbangunnya sistem whistle blower. Selain itu, diperlukan pula sebuah sistem yang terintegrasi
Belum adanya perlindungan bagi pelapor (whistle blower) antar lembaga untuk memudahkan instansi mendapatkan
menjadi satu persoalan dalam penerapan kode etik pegawai informasi tentang pelanggaran hukum yang melibatkan ASN.
ASN. Seorang pegawai yang melaporkan tindak indisipliner Agar rekam jejak pelanggaran etik atau disiplin yang pernah
ASN sering kali diasingkan. Menurut responden, hal tersebut dilakukan ASN mudah diketahui oleh para pimpinan instansi.
membuat mereka takut melapor. Dibutuhkan aturan yang

Kebijakan dan Peran KASN dalam Penegakan Kode Etik

P
enerapan kode etik dan kode perilaku pegawai ASN telah KASN mempunyai kewenangan memonitoring, mengevaluasi
diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang serta mengawasi penerapan kode etik dan kode perilaku ASN.
Aparatur Sipil Negara; Peraturan Pemerintah Nomor 53 Namun pengawasan KASN terhadap penerapan kode etik dan
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil; Peraturan kode perilaku ASN belum optimal karena KASN hanya berada di
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Jiwa Korps dan Kode Ibu kota sedangkan PNS tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Etik Pegawai Negeri Sipil. Selain itu, sebagai lembaga yang relatif baru KASN mempunyai
keterbatasan sumberdaya manusia dalam melakukan
pengawasan.

3
Strategi Penegakan Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

Untuk meningkatkan penerapan kode etik dan kode perilaku ASN, diusulkan strategi sebagai berikut:
Gambar 6. Strategi dalam Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku

4. Reward dan Punishment 1. Peraturan Kode Etik dan


Melihat data pelanggaran dan Kode Perilaku ASN
melakukan evaluasi secara berkala Peraturan Mendorong pembentukan aturan etik
mengenai penyebab pelanggaran kode instasi berdasarkan PP 42 tahun 2004
etik dan kode perilaku ASN Pasal 13 ayat 1 dan 2

2. Internalisasi Peraturan
Reward and KASN
Punishment Internalisasi
Majelis Etik

Sosialisasi

3. Evaluasi Workshop
Melihat data pelanggaran dan Evaluasi
melakukan evaluasi secara berkala
mengenai penyebab pelanggaran Role Model
kode etik dan kode perilaku ASN

Sumber: : Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem, KASN 2018


• Penyempurnaan dan sinkronisasi peraturan »»
Pembentukan sistem informasi terkait
perundang-undangan terkait kode etik dan kode pelanggaran kode etik dan kode perilaku sebagai
perilaku ASN. bagian dari sistem informasi kepegawaian;
• Peningkatan sistem pengawasan intenal instansi »» Pembangunan sistem whistle blower, termasuk
melalui: jaminan perlindungan terhadap pegawai yang
»» Penyusunan peraturan internal instansi tentang melaporkan pelanggaran.
kode etik dan kode perilaku ASN; • Optimalisasi sistem monitoring dan evaluasi
»» Peningkatan internalisasi pegawai terhadap penerapan sistem merit oleh KASN.
aturan kode etik dan kode perilaku; • Peningkatan kerjasama dengan lembaga terkait,
»» Peranan langsung pimpinan dalam penerapan khususnya dalam melakukan pengawasan terhadap
kode etik dan kode perilaku ASN; ASN di daerah.
»» Peningkatan peran dari Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah (APIP);

Penutup
Pelanggaran etika yang masih sering terjadi menggambarkan oleh kurangnya pemahaman pegawai ASN terhadap aturan
citra ASN yang masih harus diperbaiki. Penerapan kode yang ada. Sementara itu penegakan kode etik dan kode
etik dan kode perilaku ASN perlu ditingkatkan dalam upaya perilaku merupakan prasyarat untuk membentuk ASN yang
memperbaiki citra pegawai ASN. Banyak pelanggaran profesional sesuai tujuan UU ASN.
terhadap kode etik dan kode perilaku terutama disebabkan

Rekomendasi
● Mewajibkan instansi menetapkan kode etik dan kepada pegawai yang menjadi whistle blower;
kode perilaku internal instansi, sesuai ketentuan ● Mendorong instansi membangun sistem rekam
dalam PP 42 tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa jejak pelanggaran yang dilakukan ASN. Agar
Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil; ada dasar yang bisa dirujuk dalam pemberian
● Mendorong instansi untuk melaksanakan penghargaan dan promosi jabatan;
sosialisasi secara berkala, menjadikan ● Mendorong terbentuknya kerjasama antar
pimpinan unit kerja menjadi role model, instansi dan lembaga penegak hukum untuk
meningkatkan peran APIP dalam pembinaan dan memudahkan data sharing;
menindaklanjuti pelanggaran secara konsisten ● Mengusulkan kepada Kementerian
sesuai ketentuan; Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi
● Menyarankan instansi untuk membangun sistem Birokrasi untuk mengevaluasi peraturan yang ada
whistle blowing dan memberi perlindungan yang terkait dengan kode etik dan kode perilaku.

Daftar Pustaka
Englin Siso, Joorie Ruru, Verry Londa, 2016, Pengaruh Etika Lembaran Negara RI Tahun 2010, No 74 . Sekretariat
Jabatan Terhadap Kinerja Aparatur Sipil Negara Di Negara. Jakarta.
Sekretariat Kota Manado, Jurnal Administrasi Publik, 9(2): Pemerintah Indonesia. 2004. Peraturan Pemerintah Nomor 42
1-10. Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik
Lana Sari, Sampurno, Djoko Wahyono. 2017, Pengaruh Pegawai Negeri Sipil. Lembaran Negara RI Tahun 2004, No.
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan 142 Sekretariat Negara. Jakarta.
Kerja Karyawan di Yogyakarta, Jurmal Manajemen dan Sujamto, 1987. Norma dan Etika Pengawasan. Sinar Grafika.
Pelayanan Farmasi: hal 35 Jakarta
Pemerintah Indonesia. 2014. Undang – Undang Nomor 5 Tahun Wahyudi Kumorotomo. 2015. Etika Administrasi Negara.
2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Lembaran Negara RI Rajawali Pers. Jakarta
Tahun 2014, No. 6. Sekretariat Negara. Jakarta. Widjaja, A.W. 2003. Etika Administrasi Negara. Bumi Aksara.
Pemerintah Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor Jakarta
53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Sekretariat: Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)
Alamat: Jl. Letjen M.T. Haryono No.Kav. 52-53, RT.3/RW.4, Cikoko, Pancoran, Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13630 Telpon: 021 - 7972098

4
Komisi Aparatur Sipil Negara
Bidang Pengkajian dan Pengembangan Sistem
Jl. Let. Jend. MT. Haryono Kav. 52 - 53,
Pancoran Jakarta, 12770
Telp : +62 21 7972098
Web : www.kasn.go.id

Anda mungkin juga menyukai