Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ARDS

1. Pengertian

Adult Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) adalah suatu sindrom kegagalan

pernafasan akut yang ditandai dengan edema paru akibat peningkatan

permeabilitas. Keadaan ini dipergakan dengan adanya infiltrasi luas pada

radiografi dada, gangguan oksigenasi, dan fungsi jantung normal (Samik,1996).

Adult Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) merupakan keadaan gagal nafas

yang timbul pada klien dewasa tanpa kelainan paru yang mendasari sebelumnya

(Mutaqqin, 2013).

Adult Respiraotry Distress Syndrome (ARDS) merupakan suatu bentukan dari

gagal nafas akut yang ditandai dengan : hioksemia, penurunan fungsi paru-paru,

dispnea, edema paru-paru bilateral tanpa gagal jantung, dan infiltrate yang

menyebar. Selain itu ARDS juga dikenal dengan nama “noncardiogenic

pulmonary edema atau shock pulmonary” (Somantri, 2007).

2. Etiologi

Mekanisme Etiologi
Kerusakan paru akibat inhalasi Kelainan paru akibat kebakaran,

(mekanisme tidak langsung) inhalasi gas oksigen, aspirasi asam

lambung, sepsis, syok (apapun

penyebabnya), koagulasi intrvaskuler

tersebut ( disseminated intravaskuler

coagulaton) dan pancreatitis idiopatik

Obat-obatan Heroin dan salisilat


Infeksi Virus, bakteri, jamur, dan tb paru

Emboli lemak, emboli cairanamnion,

Sebab lain emboli paru thrombosis, trauma paru,

radiasi, keracunan oksigen, tranfusi

massif, kelainan metabolic (uremia)

bedah mayor.
Sumber : Mutaqqin, 2013.

3. Tanda gejala ARDS menurut Yasmin dan Cristantie, (2003) yaitu :

a. Distres pernafasan akut : takipnea, dispnea, pernafasan menggunakan otot

aksesori, sianosis sentral.

b. Batuk kering dan demam yang terjadi lebih dari beebrapa jam sampai

seharian.

c. Krakles halus di seluruh bidah paru.

d. Perubahan sensorium yang berkisar dari kelam piker dan agitasi sampai koma.

Menurut Darmanto (2007) tanda gejala ARDS yaitu :

a. Gejala ARDS muncul 24-48 jam setelah penyakit berat atau trauma. Awalnya

terjadi sesak nafas, takipnea dan nafas pendek dan terlihat jelas penggunaan

otot pernafasan tambahan. Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan ronkhi

dan mengi.

b. Pada penderita yang tiba-tiba mengalami sesak nafas pada 24 jam setelah

sepsis atau trauma, kecurigaan harus ditujukan pada ARDS.

4. Patogenesis

Sindrom ARDS selalu berhubungan dengan penambahan cairan dalam

paru. Sindrom ini merupakan suatu edema paru yang berbeda dari edema paru
karena kelainan jantung. Perbedaannya terletak pada tidak adanya peningkatan

tekanan hidrostatik kapiler paru. Dari segi histologist, mula-mula terjadi

kerusakan membrane kapiler alveoli, selanjutnya terjadi peningkatan

permeabilitas endothelium kapiler paru dan epitel alveoli yang mengakibatkan

edema paru ARDS, pentng untuk mengetahui hubungan struktur dan fungsi

alveoli.

Membran alveoli terdiri atas dua tipe sel yaitu sel tipe 1 ( tipe A) sel

penyokong yang tidak mempunyai mkrovili dan amat tipis. Sel tipe II (tipe B)

berbentuk hamper seperti kubus dengan mikrovili dan merupakan sumber utama

surfaktan alveoli. Sekat pemisah udara dan pembuluh darah disusun dari sel tipe I

atau tipe II dengan membrane basal endothelium dan sel endothelium.

Sel pneumosit tipe I amat peka terhadap kerusakan yang disebabkan oleh

berbagai zat yang terinhalasi. JIka terjadi kerusakan sel-sel yang menyusun 95%

dari permukaan alveoli ini, akan amat menurunkan keutuhan sekat pemisah

alveoli-kapiler. Pada kerusakan mendadak paru, mula-mula terjadi peradangan

interstitial, edema, dan perdarahan yang disertai dengan profilasi sel tipe II yang

rusak. Keadaan ini dapat membaik secara lambat atau membentuk fibrosis paru

secara luas.

Sel endotel mempunyai celah yang dapat menjadi lebih besar daripada 60

amstrong sehingga terjadi perembesan cairan dan unsure-unsur lain dari darah ke

dalam alveoli dan terjadi edema paru. Mekanisme kerusakan endotel pada ARDS

dimulai dengan aktivitas komplemen sebagai akibat trauma, syok, dan lain-lain.

Selanjutmya aktivitas komplemen akan menghasilkan C5a yang menyebabkan

granulosit teraktivasi dan menempel serta merusak endothelium mikrovaskuler

paru, sehingga mengakibatkan peningkatan peremeabilitas kapiler paru. Agregasi

granulosit neutrofil merusak sel endhotelium dengan melepaskan protease yang


menghancurkan struktur protein seperti kolagen, elastin dan fibronektin, dan

proteolisis protein plasma dalam sirkulasi seperti faktor Hageman, fibrinogen, dan

komplemen (Yusuf, 1996).

Adanya peningkatan permeabilitas kapiler akan menyebabkan cairan

merembes ke jaringan interstitial dan alveoli, menyebabkan edema paru dan

atelekstatis kogestif yang luas. Terjadi pengurangan volume paru, paru menjadi

kaku dan komplien paru menurun. Kapasitas residu fugsional menurun.

Hipoksemia berat merupakan gejaka penting ARDS dan penyebab hipoksemia

adalah ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, hubungan arterio-venous (aliran

darah mengalir ke alveoli yang kolpas) dan kelainan difusi alveoli kapiler akibat

penebalan dinding alveoli kapiler. Edema menyebabkan jumlah udara sisa (residu)

pada paru di akhir eskpirasi normal dan kapasitas residu fiungsional (FRC)

menurun.(Mutaqin, 2013).

5. Pemeriksaan diagnostik

Diagnostik ARDS dapat dibuat berdasarkan pada criteria berikut : (Mutaqin,

2013).

a. Gagal nafas akut

b. Infiltrat pulmoner “fluffy” bilateral pada gambaran rontgen thoraks.

c. Hipoksemia (PaO2 di bawah 50-60 mmHg) meski FcO2 50-60% (fraksi

oksigen yang dihirup). Alkalosis respiratorik, tahap lanjut akan terjadi

hiperkapnea

6. Penatalaksaan Medis pasien ARDS

ARDS harus dikelola di unit perawatan intensif tempat penderita dapat

mendapatkan pengawasan dan terapi kardiorespirasi yang sesuai. Tujuan

pengelolaan klinis adalah perawatan suportif, dengan tujuan utamnya memberikan

cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan. Monitor yang


sesuai meliputi penilaian hemodinamik invasive, seperti kateterisasi arteri

sistemik dan seringkali pemasangan kateter arteri pulmonalis. Pengukuran fungsi

paru dan pertukaran gas seperti gas darah arteri, oksimetri pulse, CO2 akhir tidal

dan mekanika paru digunakan untuk menyesuaikan tekanan oksigen inspirasi dan

penyesuaian tekanan oksigen inpirasi dan penyesuaian ventilator untuk

meningkatkan kecukupan pemberian oksigen ke jaringan dan mengurangi

komplikasi.

Sebagian besar penderita akan memerlukan intubasi endotracheal dan

ventilasi mekanik disamping PEEP bila mereka tidak mempertahankan PaO2 di

atas 50 mmHg pada oksigen inspirasi 60%. PEEP tidak mengembalikan

oksigenasi normal pada semua penderita dan bahkan dapat memberikan pengaruh

yang merugikan pada fungsi jantung . Pemsangan PEEP harus selalu disesuaikan

dengan monitor berkelanjutan data klinis dan laboratorium. Pada beberapa

keadaan perlu digunakan tingkat PEEP yang sangat tinggi (10-20 cmH20).

Namun hal ini dapat mengakibatkan barotraumas yang membahayakan jiwa,

ataupun gangguan aliran darah balik vena yang pada akhirnya akan menurunkan

curah jantung dan mengakibatkan hipotensi sistemik. Perhatian khusus dan ketat

harus ditujukan untuk mempertahankan fungsi jantung, terutama bila digunakan

PEEP tingkat tinggi karena stabilitas curah jantung yang disertai manajemen

cairan sangat penting untuk penghantaran oksigen. Perubahan posisi yang sering

( posisi dekubitus lateral) sangat dianjurkan karena dapat meningkatkan

oksigenasi.

Secara garis besar penatalaksanaan pada pasien ARDS :

a. Ventilasi Mekanik

Aspek penting perawatan ARDS adalah ventilasi mekanis. Terapi

modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai


integritas membrane alveolarkapiler kembali membaik . Dua tujuan

tambahan yaitu :

1) Memelihara ventilasi adekuat dan oksigenasi selama periode kritis

hipoksemia berat

2) Mengatasi faktor etiologi yang mngawali penyebab distress pernafasan.

b. Positif End Expiratory Breathing (PEEB)

Ventilasi dan oksigenasi adekuat diberikan melalui volume ventilator dengan

tekanan dan kemampuan aliran yang tinggi di mana PEEB dapat ditambahkan.

PEEB diberikan melalui siklus pernafasan untuk mencegah kolaps alveoli

pada akhir ekspirasi.

Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung dan barotraumas.

Hal tersebut sering terjadi pada pasien diventilasi dengan tidal bolume di atas

15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralatan selang torakostomi darurat harus

siap tersedia.

c. Pemantauan Oksigen Arteri adekuat

Sebagian besar volume oksigen ditranspor ke jaringan dalam bentuk

oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandungan oksigen dalam darah

menurun. SEbagai akibat efek ventilasi mekanik PEEP pengukuran seri

hemoglobin perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan

menentukan kebutuhan untuk tranfusi sel darah merah.

d. Titrasi cairan

Efek patologis dari peningkatan permeabilitas alveolar kapiler adalah dapat

mengakibatkan edema interstitial dan edema alveolar. Pemberian cairan yang

berlebihan pada orang normal dapat menyebabkan edema paru-paru dan gagal

pernafasan. Tujuan utama terapi cairan adalah untuk mempertahankan

parameter fisiologik normal.


e. Penggunaan kortikosteroid untuk terapi masih kontroversi. Sebelumnya terapi

antibiotic diberikan untuk profilaksis, tetapi pengalaman menunjukkan bahwa

hal ini tidak dapat mencegah sepsis gram negative yang berbahaya. Akhirnya

antibiotic profilaksis rutin tidak lagi digunakan.

f. Pemeliharaan jalan nafas

Selang endotracheal atau selang trakeostomi disediakan tidak hanya sebagai

jalan nafas, tetapi juga berarti melindungi jalan nafas (dengan cuff utuh),

memberikan dukungan ventilasi kontinudan memberikan konsentrasi oksigen

terus-menerus. Pemeriharaan jalan nafas meliputi : mengetahui waktu

penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis

tekanan nasal dan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan

terhadap jalan nafas bagian atas.

g. Mencegah infeksi

Perhatian penting terhadap sekresi pada saluran pernafasan bagian atas dan

bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang telah

dilakukan.

h. Dukungan nutrisi

Malnutrisi relative merupakan masalah umum pada pasien dengan masalah

kritis. Nutrisi parental ttal (hipertensi intravena) atau pemebrian makan

melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan memungkinkan pasien untuk

menghindari gagal nafas sehubungan dengan nutrisi buruk pada otot inspirasi.

(Somantri, 2007).

7. Penatalaksaan Keperawatan

Menurut Yasmin dan Cristantie, (2003) :

a. Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat melalui oksigen (pertahankan

terapi oksigen sesuai dengan pesanan dan pantau tanda-tanda hipoksemia).


Dengan dukungan ventilator, pertahankan patensi jalan udara, jika terpasang

jalan udara buatan ( missal, pipa endotracheal atau tracheostomi), laukan

perawatan yang diperukan. Amankan posisi pipa untuk menghindari

pergerakan baik ke luar atau ke dalam dari posisi yang sudah dietetapkan.

Posisikan klien untuk mendapatkan oksigenasi yang optial biasanya dengan

bagian kepala tempat tidur dinaikkan 45 sampai 90 derajat. Auskultasi paru-

paru setiap jam untuk mengkaji letak endotracheal. Lakukan pengisapan pipa

endotracheal sesuai dengan yang dierlukan dan periksa setting ventilator

secara teratur.

1) Mempertahankan perfusi jaringan. Pemeliharaan perfusi jaringan yan

adekuat adalah tangung jawab keperawatan.

2) Pantau tekanan pulmonary capillary wedge. Beritahukan dokter jika

tekanan berada di atas atau di bawah rentang yang ditetapkan. Jika

tekanan lebih rendah dari rentang yang ditetapkan , berikan plasma

volume eskpander atau medikasi hipotensif sesuai pesanan. Jika lebih

tinggi berikan diuretic atau vasodilator sesuai yang dipesankn.

3) Kaji halauran urine, tanda-tanda vital dan sktremitas setiap jam.

b. Menurunkan ansietas klien dan keluarganya.

1) Pastikan fungsi ventilator yang tepat untuk memberikan volume tidal dan

konsentrasi oksigen yang adekuat. Jika klien tampak dalam distress

pernafasan meski ventilator oksigen yang adekuat. Jika klien tampak

dalam situasi distress pernafasan meski ventilator berfungsi dengan tepat,

kaji kadar gas AGD.

2) Identifikasi cara-cara agar klien dapat mengkomunikasikan kekhawatiran

dan mengekspresikan perasaannya (jika tidak mampu untuk


mengungkapkan secara verbal karena intubasi, coba alternative

komunikasi .

3) Berikan penjelasan yang singkat dan dengan sederhana mengenai

prosedur, orientasikan klien terhadap lingkungan sekitar, dan ulang

penejalsan secara teratur.

4) Berikan penejelasan tentang rutinitas perawatan dan lingkungan kepada

keluarga klien. Dorong keluarga klien untuk mendekati, berbicara dan

menyentuh klien jika mereka mengkenhendaki

c.Mempertahankan nutrisi yang adekuat.

8. Komplikasi ARDS

Komplikasi utama ARDS meliputi infeksi nosokomial, barotraumas berat,

gangguan curah jantung, toksisistas oksigen, fibrosis paru progresif, kegagalan

sistem organ multiple ( nekrosis ubulus akut, kagulopati, miokardiopati, disfungsi

hepatic, disfungsi sistem saraf pusat, perdarahan gastrointertinal, ileus dan

kematian.

(Samik,1996).

Rencana Asuhan Keperawatan

Learning task :

Ny. N. dirawat di ruang intensive hari ke 3. Klien memiliki riwayat penumoni

kronik. Pada saat pengkajian klien mengalami gagal nafas, kemudian dipasang

intubasi dan pemasangan ventilator

1. Buatlah konsep dasar status ARDS

2. Buat asuhan keperawatan pada klien dengan pendekatan intensive (data dapat

ditambahkan).

2. Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. DS :- Gangguan pertukaran gas
DO : pasien terpasang
ARDS
ventilator
RR : 17x/menit dengan
Mekanisme kompensasi oleh paru dan jantung
PEEP
Tekanan darah : 100/70
mmHg
Nadi : 85x/menit
Hasil AGD :
Sesak nafas, hiperkapnea, perubahan AGD
PH : 7,47
PaO2 : 70 mmHg
PcO2 : 32 mmHg
SaO2 : 90%
HCO3 : 23 mmHg
Kesadaran : somnolen
Gangguan pertukaran gas

2. DS : - PK Sepsis
DO: Proses inflamasi di
- Pemeriksaan foto membrane kapiler
thorax udema di alveolar alveolar
semua lang paru
dekstra sinistra
- Leukosit : Inflamasi terus
14.000/mm3 berkanjut

WBC
>1200/mm3
hipertermi

PK sepsis

3. DS :- ARDS Defisit perawatan diri


DO: kesadaran pasien
somnolen,
Pasien terpasang Penurunan Suplai
ventilator oksigen ke otak
Pasien bedrest total,
ketidakmampuan pasien
mengakses toilet, pasien Penurunan Kesadaran
tidak mampu memakai
dan melepas pakaian
sendiri, ketidakmampuan Keridakmampuan
pasien mengakses memenuhi kebutuhan
makanan. perawatan diri

Diagnosa keperawatan :

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar-

kapiler ditandai dengan pasien terpasang ventilator RR : 17x/menit dengan

PEEP Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi : 85x/menit Hasil AGD :PH :

7,47, PaO2 : 70 mmHg, PCO2 : 32 mmHg, SaO2 : 90%, HCO3 : 23 mmHg ,

Kesadaran : somnolen.

2. PK sepsis

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan

kesadaran pasien somnolen, pasien terpasang ventilator, pasien bedrest total,

ketidakmampuan pasien mengakses toilet, pasien tidak mampu memakai dan

melepas pakaian sendiri, ketidakmampuan pasien mengakses makanan.


DAFTAR PUSTAKA

Darmanto, 2007. Respirologi, EGC: Jakarta.

McCloskey, Joanne.2008. Nursing interventions Classification (NIC) Fifth


Edition St. Louis Missouri: Westline Industrial Drive

Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC) Fifth Edition St.
Louis Missouri: Westline Industrial Drive

Mutaqqin, Arif, 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan, Salemba Medika: Jakarta.

Nanda, Internasional.2012. Diagnosis Keperawatan Defenisi dan Klasifikasi


2012-2014.Jakarta : EGC

Omantri, Irman, 2007. Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika : Jakarta.

Wahab, Samik, 1996. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, EGC: Jakarta.

Yasmin&Cristantie, 2002. Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai