Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya
alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur
karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak
terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda
kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah
Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan
dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak
bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas,
seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja
baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh
dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.
Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya
menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air
yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya
kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan
pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta
kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya
bentuk permukaan bumi(landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara
terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi.
Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan
menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas
tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan
pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa
mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh
terhadap kesehatan makhluk hidup. Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan
pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta dampaknya
terhadap lingkungan di sekitarnya.
BAB II

PENGERTIAN

Pencemaran adalah masuknya energi atau bahan ke dalam lingkungan yang


menyebabkan timbulnya perubahan yang merusak lingkungan, kesehatan, dan
keberadaan manusia dan organisme lainnya. Timbulnya pencemaran ini selain karena
proses alam, seperti hujan asam dan gunung merapi, juga di sebabkan oleh aktifitas
manusia yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar. Secara umum, pencemaran
terdiri dari pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah, dan juga
pencemaran suara.

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk


dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial,
penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-
permukaan, kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air
limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang
ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka


ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah.
Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Pencemaran tanah adalah masuknya bahan atau zat yang menurunkan kualitas
tanah. Penyebab pencemaran tanah berasal dari zat kimia (limbah industri, pupuk
buatan, dan deterjen), sampah organik yang di buang kesungai, parit, atau kolam yang
akan mengalami pembusukan, insektisida yang digunakan untuk memberantas hama,
tumpahan minyak, serta sampah plastik yang dapat menurunkan porositas tanah. 
Keprihatinan atas pencemaran tanah berasal terutama dari risiko kesehatan,
dari kontak langsung dengan tanah yang terkontaminasi, uap dari kontaminan, dan
dari kontaminasi sekunder persediaan air dalam dan mendasari tanah. Jenis
kontaminasi atau pencemaran biasanya muncul dari pecahnya tanki penyimpanan
bawah tanah, aplikasi pestisida, perkolasi air permukaan terkontaminasi untuk strata
bawah permukaan, minyak dan bahan bakar dumping, pencucian limbah dari tempat
pembuangan sampah atau debit langsung dari limbah industri untuk tanah.
Bahan kimia yang paling umum terlibat adalah minyak hidrokarbon, pelarut,
pestisida, timah dan lainnya logam berat. Ini terjadinya fenomena ini berkorelasi
dengan tingkat industrialisasi dan intensitas penggunaan kimia. Diobati limbah
lumpur, yang dikenal di industri sebagai biosolids, telah menjadi kontroversial
sebagai pupuk untuk tanah. Karena merupakan produk sampingan dari pengolahan
limbah, umumnya mengandung kontaminan seperti organisme, pestisida, dan logam
berat dibandingkan tanah lainnya.
BAB III
BAHAN PENCEMAR TANAH

Pupuk buatan, obat pembasmi hama seperti pestisida, herbisida, bila


digunakan secara berlebihan dapat menimbulkan pencemaran tanah, merubah sifat
fisis, sifat kimia dan sifat biologis tanah, sehingga menganggu pertumbuhan tumbuh-
tumbuhan.
Sampah dan bahan buangan dan benda padat yang makin meningkat
jumlahnya dapat menjadi bahan pencemar tanah, apalagi yang sukar diuraikan oleh
bakteri pengurai. Timbunan sampah dapat menghasilkan gas nitrogen dan asam
sulfida, adanya zat mercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat
menimbulkan gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan
dan tekstur tanah. Limbah lain seperti oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak
pada permukaan tanah menjadi racun, Timbunan sampah yang berasal dari limbah
domestik dapat mengganggu/ mencemari karena lindi (air sampah), bau dan estika.
Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa
dimanfaatkan.
Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia. banyak dari
gas SO2 yang dihasilkan dari perubahan bahan bakar batu bara atau bensin berakhir
dengan sulfat yang masuk ke dalam tanah atau tertampung di atas tanah. Tanah juga
sebagai tempat penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan penumpukan
tanah (landfill), kolam lumpur (lagoon), dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa
kasus, lahan pertanian dari bahan-bahan organik berbahaya yang dapat mengurai
juga  merupakan tempat pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi.
Mikroorganisme tanah  melalui aktivtasnya dapat menghilangkan CO dari atmosfir.
Oleh karena itu tanah merupakan tempat penampungan dari karbon monoksida.
Degradasi kimia dari pestisida telah dibuktikan secara eksperimen dalam
tanah yang telah disterilkan dari semua aktivitas mikroba. Sejumlah pestisida
mengalami reaksi fotokimia, yaitu suatu reaksi yang berlangsung dengan terjadinya
absorbsi dari cahaya. Dari reaksi ini dihasilkan terutama isomer-isomer dari pestisida
yang terlibat reaksi.
Akhir-akhir ini telah dapat dibuktikan bahwa Rhizosphere merupakan bagian
yang paling penting dari tanah dalam kemampuannya untuk menyelenggarakan
biodegradasi dari sampah-sampah. Rhizosphere adalah lapisan dari tanah di mana
akar-akar tanaman secara umum beraktivitas. Ini merupakan lapisan dimana biomassa
meningkat dan sangat penting bagi sistem akar tanaman dan bergabungnya
mikroorganisme-mikroorganisme  dengan akar tanaman. Rhizosphere dapat
mengandung 10 x biomassa mikroba per satuan volume lebih banyak daripada tanah
yang tidak mempunyai lapisan rhizophere. Populasinya bervariasi sesuai dengan
karakteristik dari tanah, tanaman dan karakteristik akarnya, kandungan uap air, dan
eksposure pada oksigen. Bila suatu daerah terespose oleh senyawasenyawa bahan
pencemar, mikroorganisme dapat beradaptasi terhadap biodegradasi dan bisa tetap
tinggal di daerah tersebut.
BAB IV
DAMPAK PENCEMARAN TANAH

IV.1. Dampak pencemaran tanah pada kesehatan


Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada
tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentananpopulasi yang
terkena. Kromium, berbagai macam pestisida danherbisida merupakan
bahan karsinogenik untuk semua populasi.Timbal sangat berbahaya pada anak-
anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada
seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi
tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air
raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa
bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada
keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada
saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan
pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa
macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih,
iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas.
Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan
Kematian.
IV.2. Dampak Pencemaran Tanah pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem.
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini
dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik
danantropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan
dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat
memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah
tersebut rendah, bagian bawahpiramida makanan dapat menelan bahan kimia
asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk
penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti
konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur,
meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies
tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman
yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini
dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana
tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan
pencemar ini memilikiwaktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-
bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
BAB V
PENANGGULANGAN PENCEMARAN TANAH

V.1. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in situ (atau on-site) dan ex-situ
(atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan
ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan venting (injeksi).
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah
tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan
di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih
mahal dan rumit.
V.2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Hal yang perlu diketahui dalam melakukan remediasi, yaitu:
1. Jenis pencemar (organic atau anorganik),
2. Terdegradasi atau tidak, berbahaya atau tidak,
3. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari lingkungan tersebut,
4. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan fosfat (P),
5. Jenis tanah,
6. Kondisi tanah (basah, kering)
7. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
8. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera atau bisa
ditunda).
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Atau bioremediasi adalah
penggunaan mikriirganisme untuk menurangi polutan di lingkungan.
Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik atau anorganik polutan.
Yang termasuk polutan-polutan antara lain :
- Logam-logam berat,
- petrolum hidrokarbon, dan
- senyawa-senyawa organic terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan
lain-lain.
Tujuan bioremediasi adalah untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air). Kelebihan teknologi ini adalah :
1. Relatif lebih ramah lingkungan,
2. Biaya penanganan yang relative lebih murah,
3. Bersifat fleksibel.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan
tersebut, yang disebut dengan biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun
terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.
Pendekatan umum untuk meningkatkan kecepatan
biotransformasi/biodegradasi adalah dengan cara :
1. Seeding : mengoptimalkan populasi aktivitas mikroba indigenous
(bioremediasi intrinsic) dan atau penambahan mikroorganisme
exogenous (bioaugmentasi.
2. Feeding : memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi
(biostimulasi) dan aerasi (bioventing).
Bioremediasi terbagi 2 :
1. In situ : dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar
2. Ex situ : tanah tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan
yang lebih terkontrol. Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai
mikroba. Bioremediasi ex-situ bisa lebih cepat dan mudah dikontrol.
Dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis
tanah yang lebih beragam.
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan
penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb.
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
3. Penerapan immobilized enzymes.
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau
mengubah pencemar.
Kunci sukses bioremediasi adalah :
1. Dilakukan karakterisasi lahan (site characterization) :
a. sifat dan struktur geologis lapisan tanah.
b. lokasi sumber pencemar.
c. perkiraan banyaknya hidrokarbon yang terlepas dalam tanah.
d. sifat-sifat lingkungan tanah : derajat keasaman (pH), temperatur tanah,
kelembaban hingga kandungan kimia yang sudah ada, kandungan
nutrisi, ketersediaan oksigen.
e. mengetahui keberadaan dan jenis mikroba yang ada dalam tanah.
2. Treatability study.
a. Sesudah data terkumpul, kita bisa melakukan modeling untuk menduga
pola distribusi dan tingkat pencemarannya. Salah satu teknik modeling
yang kini banyak dipakai adalah bioplume modeling dari US-EPA. Di
sini, diperhitungkan pula faktor perubahan karakteristik pencemar
akibat reaksi biologis, fisika dan kimia yang dialami di dalam tanah.
b. Rekayasa genetika terkadang juga perlu jika mikroba alamiah tak
memuaskan hasilnya.
c. Treatability study juga akan menyimpulkan apakah reaksi dapat
berlangsung secara aerobik atau anaerobik.
Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen”
yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari
gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang
bagaimana mikroba” memodifikasi polutan beracun menjadi tidak
berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium
dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme
rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri
"pemakan minyak". Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon
yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh
lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau
bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan
tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain
rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah
yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-
komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di
lingkungan.
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
1. Biostimulasi.
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air
atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas
bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
2. Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan
tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini
yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di
suatu tempat. Hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan adalah
sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar
mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan
belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang
asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar.
Kelas zat kimia yang sering diolah dengan bioremediasi
menjadi peluang kedepan untuk pengembangan green business yang
berbasis pada teknologi bioremediasi dengan :
1. System One Top Solution (close system).
2. Dengan pendekatan multi-proses remediation technologies, artinya
pemulihan (remediasi) kondisi lingkungan yang terdegradasi dapat
diteruskan sampai kepada kondisi lingkungan seperti kondisi awal
sebelum Kontaminasi ataupun pencemaran terjadi.
Usaha mencapai total grenning program ini dapat dilanjutkan dengan
rehabilitasi lahan dengan melakukan kegiatan phytoremediasi dan
penghijauan (vegetation establishement) untuk lebih efektif dalam
mereduksi, mengkontrol atau bahkan mengeliminasi hasil bioremediasi
kepada tingkatan yang sangat aman lagi buat lingkungan.

Biaya teknologi Bioremediasi di Indonesia berada didalam kisaran 20-


200 USD per meter kubik bahan yang akan diolah (tergantung dari
jumlah dan konsentrasi limbah awalserta metoda aplikasi), jauh lebih
murah dari harga yang harus dikeluarkan dengan teknologi lain seperti
incinerasi dan soil washing (150-600 USD).
Bagi industri, penanganan lahan tercemar dengan teknologi
bioremediasi memberikan nilai strategis :
1. Effisiensi, kesadaran bahwa banyak sumber daya alam kita adalah
non-renewable resources (ex. minyak dan gas), dengan teknologi
ramah lingkungan yang cost-effective (seperti bioremediasi) akan
secara langsung berimplikasi kepada pengurangan biaya pengolahan.
2. Lingkungan, ketika suatu perusahaan begitu konsern dengan
lingkungan, diharapkan akan terbentuk sikap positif dari pasar yang
pada akhirnya seiring dengan kesadaran lingkungan masyarakat akan
mengkondisikan masyarakat untuk lebih memilih “green Industry”
dibanding industri yang berlabel “red industri” atau mungkin “black
industry”, evaluasi kinerja industri dalam pengelolaan lingkungan
hidup (Proper) sudah mulai dilakukan oleh pemerintah (KLH),
diharapkan kedepan, akan terus dikembangkan menjadi pemberian
sertifikasi ISO 14001, hasilnya adalah perluasan pasar dengan
"greening image".
3. Environmental Compliance, ketaatan terhadap peraturan lingkungan
menunjukan bentuk integrasi total dan aktif dari industri terhadap
regulasi yang dibangun oleh pemerintah untuk kepentingan
masyarakat luas. Sikap ini juga akan memberi penilai positif dari
masyarakat selaku konsumen terhadap perusahaan tertentu.
Pemerintah, melalui Kementrian Lingungan Hidup, membuat Payung
hukum yang mengatur standar baku kegiatan Bioremediasi untuk
mengatasi permasalahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan
dan perminyakan serta bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan
pestisida) disusun dan tertuang didalam Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.128 tahun 2003 tentang tatacara dan
persyaratan teknis dan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah
terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis (Bioremediasi).

BAB VI
KASUS PENCEMARAN TANAH

VI.1. Pencemaran Tanah di New York (Love Canal)


Love Canal yang merupakan kasus yang paling terkenal pencemaran tanah.
Pada musim dingin bersalju tahun 1976, kimia limbah mulai merembes di atas tanah
di taman bermain sekolah dan masyarakat di Niagara Falls, New York. Daerah ini
mengalami insiden tinggi kelahiran lahir mati, keguguran dan cacat lahir. Pejabat
segera menyadari bahwa ada lebih dari 400 zatberacun dalam air, udara dan tanah,
banyak dari zat-zat tersebut menyebabkan kanker. Ternyata, kawasan itu telah
digunakan sebagai tempat pembuangan limbah kimia sebanyak lebih dari 22.000 ton
limbah beracun ssejak beberapa abad yang lalu, ketika tak seorang pun menyadari
dampak berbahaya itu terjadi pada dekade kemudian.
VI.2. Pencemaran Tanah di Chernobyl
Salah satu kasus paling terkenal dari pencemaran tanah terjadi di Chernobyl,
sebuah kota kecil di Rusia. Sebuah pembangkit tenaga nuklir meledak pada bulan
April 1986, yang menyebabkan peningkatan tujuh kali lipat dalam cacat lahir,
peningkatan yang ditandai dalam kanker yang diwariskan kepada generasi
mendatang, kematian dan mutasi ternak dan pertanian tercemar. Diperkirakan bahwa
40 persen dari Chernobyl masih dihuni akibat kontaminasi radiasi yang sepuluh kali
tingkat normal di beberapa tempat.
VI.3. Pencemaran tanah di Cina
Cina adalah bangsa yang berkembang pesat, mungkin lebih cepat dari izin
keamanan. Diperkirakan bahwa secara nasional 12 juta ton gandum telah tercemar
oleh logam berat. Ini membuktikan adanya kandungan logam berat dalam tanah yang
terdapat di Cina.

VI.4. Pencemaran tanah di

Anda mungkin juga menyukai