Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN
Virus alami dari genital warts, Venereal warts, verruca vulgaris, jengger ayam, kutil
kelamin pertama kali dikenal tahun 1907 oleh Ciuffo. Dengan berkembangnya teknik biologi
molekuler, Human Papillomavirus (HPV) diidentifikasi sebagai penyebab kondiloma
akuminata.
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun hubungan pasti
antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya kondiloma akuminata masih
menjadi perdebatan di dunia. Amo, 2005 mengemukakan bahwa kontrasepsi hormonal
berasosiasi kuat dan meningkatkan risiko terinfeksi KA pada perempuan, yaitu sebesar 19,45;
95% CI : 2,45 – 154,27 7. Penelitian lain menemukan bahwa kontrasepsi oral berisiko
sebesar 1,7; 95% CI : 1,3 – 2,2 untuk terjadinya KA.
Kondiloma adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra, genital dan rektum).
Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan berpengaruh buruk bagi kedua
pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala
penyakit. Biasanya lebih banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran
cairan yang berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit, kumpulan bunga kol bisa berkembang
dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan – bahan purulen pada belahan – belahan,
biasanya berbau tidak sedap warnanya abu – abu, kuning pucat atau merah muda.
Kondiloma akuminata merupakan tonjolan – tonjolan yang berbentuk bunga kol atau
kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk kelompok yang
berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai
bagian penis atau biasanya didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal
disekitar anus, pada wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada
perineum atau disekitar anus..
Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa terssebar multifocal
dan multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat
meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan anatomi pada genitalia. Daerah
tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria dan daerah introitus
posterior pada wanita.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kondilama akuminata adalah penyakit mneular seksual yang disebabkan oleh Human
papiloma virus tipe tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot (Djuanda adhi. 2010)
Kondiloma akuminata (kondiloma akuminata, genital warts, kutil kelamin) atau lebih
dikenal dengan istilah penyakit Jengger Ayam, mungkin karena bentuknya yang mirip
jengger ayam pada kondiloma yang luas, adalah kelainan kulit berbentuk kutil dengan
permukaan berlekuk-lekuk mirip jengger ayam yang disebabkan oleh Human Papilloma
Virus (HPV) tipe tertentu (Hatmoko.2009).

1.1 Gambar
2.2 Penyebab
Anogenital kutil (juga dikenal sebagai kutil kelamin, kondiloma acuminata,
condylomas)  adalah lesi proliferatif jinak yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus
(HPV) tipe 6 dan 11.

2.3 Patofisiologi
HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada daerah kelamin dan
melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan abrasi permukaan epitel.
Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik yang sifatnya mempunyai afinitas tinggi
pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada adanya diferensiasi epitel skuamosa. Virus
DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan pada lapisan terbawah dari epitel. Protein
kapsid dan virus infeksius ditemukan pada lapisan superfisial sel-sel yang berdiferensiasi.
HPV dapat masuk ke lapisan basal, menyebabkan respon radang. Pada wanita menyebabkan
keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang masuk ke lapisan basal sel epidermis dapat
mengambil alih DNA dan mengalami replikasi yang tidak terkendali. Fase laten virus dimulai
dengan tidak adanya tanda dan gejala yang dapat berlangsung sebulan bahkan setahun.
Setelah fase laten, produksi virus DNA, kapsid dan partikel dimulai. Sel dari tuan rumah
menjadi infeksius dari struktur koilosit atipik dari kondiloma akuminata (morphologic
atypical koilocytosis of condiloma acuminate) berkembang. Lamanya inkubasi sejak pertama
kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau dapat lebih lama.
HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan di
sekitar genitalia. Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti bunga kol.
Nodul ini bisa pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi
penularan karena pelepasan virus bersama epitel.
HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang yang merangsang
pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin yang dapat menstimulasi saraf perifer. Stimulasi
ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia sepanjang nervus ke
dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan sebagai rasa gatal di korteks
serebri. Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan dan disertai infeksi
mikroorganisme yang berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman pada saat
melakukan hubungan seksual.
Pathways
Hub. Seksual kontak dg HPV masuk melalui mikrolesi

HPV masuk lapisan basal Mikro abrasi perm. Epitel Penetrasi melalui kulit
Virus beremplikasi

Tidak terkendali

Ditumpangi oleh patogen nodul kemerahansekitar genital

Keputihan disertai infeksi penumpukan nodul merah membentuk bunga


Mikroorganisme Kol/jengger ayam

Bau berwarna kehijauan pecah muncul lesi


Gang. Citra
tubuh
Tdk nyaman saat hub. Seksual lesi terbuka terpajan
Mikroorganisme

Ketidakefektifan
pola seksualitas Pelepasan sel virus
Bersama epitel

Respon radang

Merangsang mediator kimia

Stimulasi saraf perifer

Gatal sepanjang nervus ke dorsal spinal cord

Thalamus

Korteks dan lokasi gatal dipersepsikan


Gangguan rasa
nyaman
Persepsi gatal
2.4 Tanda Dan Gejala
1) Kondiloma akuminata sering muncul disaerah yang lembab, biasanya pada penis,
vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah perianal
2) Berbau busuk
3) Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol
4) Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant atau
tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel rambut atau
dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
5) Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia minora
dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian kasus biasanya
terjadi perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge
6) Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10, 2
cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak diperhatikan.
Terkadang muncul lebih dari satu daerah.
7) Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus mencapai
saluran uretra
8) Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.

2.5 Komplikasi
1) Fisik dan Psikoseksual Implikasi
Kondiloma Akuminata sering dianggap sebagai dampak dari gaya hidup seksual yang
buruk.. Dapat menimbulkan perasaan cemas, rasa bersalah, kemarahan, dan kehilangan
harga diri, dan membuat kekhawatiran tentang kesuburan masa depan dan risiko kanker
2) Pra-Kanker dan Kanker
Pra-Kanker (vulva, dubur, dan penis intra-epitel neoplasia, yaitu VIN (Vulva
Intraepithelial Neoplasia), AIN (Anal Intraepithelial Neoplasia), dan PIN (Penis
Intraepithelial Neoplasia)) atau lesi invasif (vulva, dubur, dan kanker penis) dapat
muncul bersamaan dengan kondiloma akuminata, dan salah didiagnosa sebagai
kondiloma akuminata. Bowenoid papulosis (BP) adalah lesi coklat kemerahan terkait
dengan onkogenik jenis HPV dan merupakan bagian dari spektrum klinis neoplasia
intraepithelial anogenital. Kecurigaan klinis perubahan neoplastik harus
dipertimbangkan oleh banyaknya perdarahan banyak. Melakukan biopsi atau rujukan
spesialis yang tepat harus dipertimbangkan. Varian lain yang jarang HPV 6/11 adalah
kondiloma raksasa atau Buschke-Lowenstein tumor. Bentuk ini merupkan suatu
karsinoma verukosa, ditandai dengan infiltrasi lokal yang agresif hingga ke bagian
dasar. Keadaan ini diperlukan penanganan lebih lanjut (spesialis bedah onkologi).
Suatu laporan menunjukkan hasil yang baik dengan kemo-radioterapi.
KA merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkanterjadinya komplikasi
penyakit lain yaitu :
1) Kanker serviks
Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Moscicki, 2001
melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada kasus infeksi
KA selama 1 – 2 tahun (RH 10,27; 95% CI : 5,64 – 18,69). Risiko ini menurun pada
infeksi KA selama < 1 tahun (RH 7,4; 95% CI : 4,74 – 11,57) dan infeksi KA
selama 2 – 3 tahun RH 6,11; 95% CI : 1,86 – 20,06 5. Kanker serviks merupakan
penyebab kematian kedua pada perempuan karena kanker di negara berkembang
dan penyebab ke 11 kematian pada perempuan di AS. Tahun 2005, sebanyak 10.370
kasus kanker serviks baru ditemukan dan 3.710 diantaranya mengalami kematian
7,10.
2) Kanker genital lain
Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat menyebabkan kanker genital
lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis 4-7.
3) Infeksi HIV
Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV 7.
4) Komplikasi selama kehamilan dan persalinan
KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di daerah dinding
vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu, kondisi KA dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi transmisi penularan KA pada
janin secara tenggorokannya 4,6.

2.6 Penatalaksanaan
1) Topikal
a. Podophyllin
Podophyllin adalah bahan kimia yang paling terkenal dan paling banyak tersedia
dalam bentuk topikal. bahan ini adalah agen sitotoksik yang berasal dari resin
podofilum emodi dan peltatum podofilum yang mengandung senyawa lignin
biologis aktif, termasuk podofilox, yang merupakan komponen paling aktif terhadap
kondiloma akuminata. Podophyllin memiliki keuntungan menjadi mudah digunakan
dan sangat murah. Konsentrasi dari 5 sampai 50% telah digunakan tanpa banyak
perbedaan dalam keberhasilan. Podophyllin diterapkan langsung ke kondiloma
akuminata dengan hati-hati untuk menghindari kulit normal yang berdekatan.
b. Bichloracetic Acid atau Trichloracetic Acid
Bichloracetic Acid adalah keratolitik kuat dan telah berhasil digunakan untuk terapi
kondiloma akuminata. Seperti podophyllin, Bichloracetic Acid atau Trichloracetic
Acid murah dan mudah diterapkan. Namun, juga dapat menyebabkan iritasi kulit
lokal dan seringkali memerlukan kunjungan beberapa kali, umumnya pada interval
mingguan. Dalam sebuah studi oleh Swerdlow dan Salvati, bichloracetic acid dan
trichloracetic acid lebih nyaman digunakan oleh pasien dan memiliki kemungkinan
kekambuhan yang minimal dibandingkan yang lain
c. Kemoterapi
Berbagai agen kemoterapi digunakan untuk pengobatan kondiloma telah diuraikan,
termasuk 5-fluorouracil (5-FU) sebagai krim atau asam salisilat, thiotepa,
bleomycin, dinitrochlorobenzene dalam aseton, krim dan idoxuridine.
2) Terapi Bedah
a. Elektrokauter
Elektrokauter adalah cara yang efektif untuk menghancurkan kondiloma akuminata
di anus internal dan eksternal tetapi teknik ini memerlukan anestesi lokal dan
tergantung pada keterampilan operator untuk mengontrol kedalaman dan lebar
kauterisasi tersebut. Mengontrol kedalaman luka penting untuk mencegah jaringan
parut dan luka pada sfingter ani mendasarinya. Luka bakar melingkar harus dihindari
untuk mencegah stenosis ani. Jika penyakit ini sangat luas atau melingkar, upaya-
upaya harus dilakukan untuk mempertahankan kontinuitas kulit.
b. Terapi Laser
Terapi laser karbon dioksida untuk menghancurkan kondiloma pertama kali
dilaporkan oleh Baggish pada tahun 1980. Sebuah tingkat keberhasilan keseluruhan
dari 88 sampai 95% telah dilaporkan. Ini mirip dengan elektrokauter, namun ablasi
laser memiliki tingkat kekambuhan tinggi dan menimbulkan nyeri pasca operasi.
c. Eksisi bedah
Eksisi bedah telah lama digunakan untuk mengobati kondiloma akuminata dengan
tingkat keberhasilan tinggi. Kombinasi eksisi dan elektrokauter dianggap sebagai
gold standard untuk pengobatan kondiloma akuminata.
3) Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada
wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat dan dioleskan
pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih, ampuh dan aman karena terbuat
dari bahan-bahan alami.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Identitas
3.1.1.1 Nama suami dan istri  
Agar dalam melakukan komunikasi dengan pasien keluarga dapat terjalin komunikasi
dengan baik.
3.1.1.2 Usia
Penyulit dalam kehamilan remaja lebih tinggi dibanding umur 20 sampai 30 tahun.
3.1.1.3 Alamat
Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan / informasi bila diperlukan. Bila
keadaan mendesak, dengan diketahuinya alamat tersebut bidan dapat mengetahui tempat
tinggal pasien/klien dan lingkungannya.
3.1.1.4 Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan pasien.
3.1.1.5 Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan pasien/klien.
3.1.1.6 Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya tingkat pendidikan
mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.
3.1.1.7 Status perkawinan 
Ditanyakan kepada ibu atau calon ibu, untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
status perkawinan terhadap masalah kesehatan, bila diperlukan ditanyakan tentang keberapa
kalinya.    
3.1.1.8 Lama Perkawinan
Kalau orang hamil suda lama kawin, nilai anak tentu besar sekali dan ini harus
diperhitungkan dalam pimpinan (anak mahal)
3.1.2 Riwayat Kesehatan
3.1.2.1 Keluhan utama
1. Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang mendorong pasien/klien datang
mencari pertolongan.
2. Riwayat keluhan utama
1) P  : Provokasi/paliatif (penyebab)
2) Q : Quality/ bagaimana gejala dirasakan
3) R : Region/ dimana gejala dirasakan
4) S : Skala keadaan / seberapa parah yang dialami pasien
5) T : Time / sejak kapan keluhan terjadi dan sampai kapan
3.1.3 Pemeriksaan Fisik Dan Pengkajian Fungsional
3.1.3.1 Inspeksi
1. Muka  : adakah cloasma gravidarum,keadaan selaput mata pucat atau merah adakah
oedema pada muka,bagaimana keadaan lidah,gigi.
2. Leher : apakah vena terbendung dileher, apakah ada pembesaran kelenjar gondok dan
limpe.
3. Dada  : bentuk buah dada,pigmentasi puting susu dan gelanggang susu,keadaan puting
susu,adakah kolostrum
4. Abdomen GIT  : bentuk abdomen,warna, adakah luka bekas operasi
apendeksitis,terbagi 9 regio hipokondria kanan (pembesaran hepar), epigastrik
(gastritis), hipokondria kiri (pembesaran lien), lumbal kanan dan kiri (ginjal),
umbilikus, iliaka kanan (apendiksitis),hipokondria, iliaka kiri (scibala).
5. Abdomenobstetrik  : perut membesar ke depan atau ke samping, keadaan
pucat,pigmentasi linia alba, nampakkah gerakan anak atau kontraksi uterus, adakah
strie gravidarum atau bekas luka.
6. Vulva   :keadaan perineum, carilah varises, tanda chadwick, condyloma akuminata,
flour albus.Anggota bawah   : cari varises,oedema, luka, cicatrix pada lipat paha, CRT
kembali ≤ 1 detik untuk mengetahui kemungkinan dehidrasi.
1) Riwayat Pernah kontak seksual dengan orang yang terinfeksi : multiple dan patner
sex yang tidak diketahui.
2) Daerah Anogenital Condylomata (kutil) : kutil ganda atau tunggal, berwarna merah
muda kecoklatan, lesi yang lama, selalu berkelompok kadang terdapat massa yang luas
dan tanpa nyeri yang berlebihan.
3.1.4 Diagnosa
1. Potensial infeksi (pasien kontak) b.d adanya kuman patogen pada luka atau sekresi
/eksudat dari serviks, uretra, mata, faring, atau anus.
DS : Riwayat kurang terlindungnya aktifitas seksual atau STD.
DO : Tes laboratorium, ada eksudat positif mengandung patogen. Tes serologi; positif
mengandung antibodi.ditemukan lesi nonulserasi. lesi yang tidak bernanah (molluscum,
condylomata (kutil)).
2. Potensial infeksi (pasien komplikasi) b.d perluasan atau penyebaran dari penyakit jika
tidak di obati secara adekuat.
DS : Ada riwayat gonarrhea, clamydia, sifilis, LV, condylomata, chancroid.
DO : Mengalami kerusakan jaringanakibat pengobatan yang salah dan atau pengobatan
yang tidak adekuat.
3. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar terhadap informasi tentang penyakit
candylomata.
DS : Pasien mengatakan ia tidak mengetahui tentang metode pencegahan dan
pengobatan yang tepat.
DO : Sering bertanya pada perawat tentang penyakitnya.

3.1.5 Rencanaan
1) Pasien tidak menularkan infeksi kepada orang lain, dan tidak kambuh setelah
pengobatan.
2) Pasien bebas infeksi sebelum infeksi tersebut meluas atau menyebar.
3) Pasien akan meningkatkan pengetahuan yang cukup tentang candylomata (penyebab
dan pengobatannya).

3.1.6 Implementasi
Diagnosa I.
Intervensi dan rasional :
1.  Ambil spesimen untuk lab. Darah dan serum sifilis, herpes, atau clamydia.v
R/ Untuk menentukan diagnosa dan perawatannya.
2.  Gunakan tindakan pencegahan secara umum ketika mengambil spesimen dan selama
pemeriksaan pasien.v
R/ Terdapat infeksi pada lesi dan eksudat pada mukosa membran.
3. Amati dan perhatikan selama kontak dengan pasien.v
R/ Untuk mencegah reinfeksi pasien.
4. Periksa serum pada wanita hamil untuk sifilis, paling sedikit satuv kali selama
kehamilan, pemeriksaan pada trimester III dan sekali lagi (tes darah ibu), beri anti
infeksi sesuai order.
R/ Sifilis ditransmisikan ke fetus. Perawatan yang adekuat pada ibu sebelum 15
minggu, untuk mencegah akan adanya bahaya pada fetus, dan bayi baru lahir dapat
terinfeksi dari ibunya.
5.  Periksa kembali dan rawat wanita hamil dengan riwayat STDs sebelum melahirkan.
Beri profilaksis untuk mata.v
R/ Untuk mencegah transmisi selama hamil.
Diagnosa II.
Intervensi dan rasional :
1. Beri anti infeksi sesuai order.v
R/ Pemberian obat bisa mencegah komplikasi dan transmisi STDs.
2. Dukung pasien untuk mulai melaksanakan/mengikuti anjuran perawat.v
R/ Untuk memastikan pengobatannya.
3.  Monitor penurunan daya imun pasienyang mempunyai gejala munculnya infeksi.v
R/ Penurunan daya tahan imun dapat mempengaruhi timbulnya infeksi serius yang
sistemik.
4. Monitor suhu tubuh dan gejala-gejala menyebarnya infeksi.v
R/ Deteksi dini adanya infeksi dan perawatan dengan pemberian agen anti infeksi dapat
mencegah penyebaran patogen, beberapa penyakit, dan masalah keperawatan.
5. Monitor tanda-tanda munculnya infeksi sekunder.v
R/ Untuk mempersiapkan pengobatan yang dibutuhkan sehingga mendukung
penyembuhannya. (tidak terjadi infeksi lagi).
Diagnosa III.
Intervensi dan rasional :
 Sesuai pendidikan pasien.

3.1.6 Evaluasi
a. Setelah pengobatan infeksi tidak tertular pada orang lain, pasien tidak kambuh lagi
setelah mendapat pengobatan.
Data indikasi :
Pasien membatasi kontak langsung dengan orang lain.
b. Tidak ada tanda-tanda peradangan : tidak ditemukan tanda-tanda infeksi sekunder : CSF
normal.
c. Pasien memiliki pengetahuan tentang cara pencegahan infeksi sebelum perluasan atau
penyebaran virus : pasien dapat mengetahui tentang cara pengobatan dan tujuan dari
penggunaan antiinfeksi dalam jangka waktu yang dibutuhkan.
DAFTAR PUATAKA

Djuanda A. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Hatmoko. 2019. Kondiloma Akuminata. Yogyakarta : PT. Pakar Raya
Nurarif, A.H. 2019. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis NANDA
dan NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction

Anda mungkin juga menyukai