MIRNA ERMAWATI
Mirna.ermawati@gmail.com
Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA)
Abstract. This study aims to find out how to compare the creative thinking abilities
mathematically between visual-spatial intelligence with logical-mathematical intelligence
through mind mapping method in class VIII SMPN 12 Tangerang. This research method is
comparative with that causal comparative research design. Sampling using purposive
sampling technique. There are two instruments in this study, namely questionnaires and
tests. Questionnaire to determine students who have visual-spatial intelligence and logical-
mathematical intelligence tests while the study is testing the ability to think mathematically
in the cycle of matter consisting of four indicators of creative thinking, ie fluency,
flexibility, originality and elaboration. Based on the data analysis and discussion as well as
statistical tests it can be concluded that the average mathematical ability of creative
thinking of students who have visual-spatial intelligence equal to the average of
mathematical creative thinking abilities of students who have logical-mathematical
intelligence and the use of mind mapping is suitable for students who visual-spatial
intelligence
iv
PENDAHULUAN
Pelajaran yang banyak dikeluhan oleh siswa ialah matematika, pelajaran ini juga
dianggap sebagai salah satu ilmu pengetahuan yang penting di dunia, karena matematika dapat
mencerminkan kemampuan berpikir dan bernalar dari suatu negara. Cara berpikir tersebut harus
dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika. Tujuan pembelajaran matematika adalah
mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan
serta mencoba-coba. Sedang dalam salah satu prinsip kegiatan belajar mengajarnya juga
menyebutkan tentang mengembangkan kreativitas siswa. Dengan demikian pentingnya
kreativitas, aktivitas kreatif dan permikiran (berpikir) kreatif dalam pembelajaran matematika.
Izzati (2010) menyatakan bahwa berpikir kreatif merupakan bagian keterampilan hidup
yang perlu dikembangkan dalam menghadapi era informasi dan suasana bersaing semakin ketat.
Pemikiran kreatif perlu dilatih karena membuat anak lancar dan luwes dalam berpikir, mampu
melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan mampu melahirkan banyak gagasan. Manusia
yang kreatif sangat memungkinkan dapat meningkatkan kualitas hidupnya.
Setiap manusia dianugrahkan dengan memiliki berbagai macam kecerdasan. Namun
orang-orang hanya mengetahui apabila seorang anak dikatakan cerdas jika anak tersebut
memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi. Faktanya, kecerdasan dapat dimiliki seseorang
lebih dari satu, hanya saja kecerdasan mana yang lebih dominan dibanding dengan kecerdasan
yang lainnya. Kecerdasan yang dimaksud ini adalah kecerdasan majemuk. Gardner melalui
bukunya berjudul Frames of Minds: the theory of multiple intelligence pada tahun 1983
menyampaikan beberapa kecerdasan majemuk manusia, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan
logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestik-jasmani, kecerdasan musikal,
kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan naturalis serta kecerdasan
eksistensis. Dengan bermacam-macam kecerdasan yang dimiliki setiap orang maka berbeda–
beda pula cara mereka dalam menerima dan memahami suatu pelajaran.
Kecerdasan majemuk yang berdominan dalam membantu belajar matematika ialah
kecerdasan logika-matematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestik, dan kecerdasan
naturalis. Kecerdasan lainya pun berpotensi untuk membuat siswa memahami pelajaran
matematika namun tergantung dari metode dan pendekatan pembelajaran yang diberikan oleh
guru. Guru harus mengetahui setiap kecerdasan anak agar dapat lebih mudah menangani
kesulitan anak dalam belajar.
Bermacam-macam metode pembelajaran telah tersedia sebagai sarana penyampaian
materi pelajaran. Misalkan untuk siswa yang memiliki kecerdasan naturalistik dapat
menggunakan metode PMRI yang mempelajari matematika langsung pada kehidupan sehari-
hari dan alam terbuka, untuk siswa yang memiliki kecerdasan kinestik dapat menggunakan
metode pratikum alat peraga yang membiarkan siswa begerak aktif untuk memahami materi dan
tetap membuat siswa tersebut fokus, sedangkan untuk kecerdasan visual-spasial metode yang
cocok digunakan ialah metode mind mapping karena dengan mind mapping siswa menggambar
hal apa yang mereka pikirkan dan menuangkan ke dalam kertas dalam bentuk simbol, garis serta
warna untuk dapat memahami materi yang disampaikan. Dengan tersedianya metode-metode
pembelajaran tersebut, guru dapat memilih metode mana yang cocok untuk mengajarkan materi
pelajaran yang diajarkan.
Dari kedelapan kecerdasan yang telah disebutkan di atas terdapat dua kecerdasan yang
sangat dominan memiliki hubungan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis, yaitu
kecerdasan logika-matematika dan kecerdasan visual-spasial. Berbagai metode belajar
matematika yang ada ternyata metode mind mapping memiliki hubungan dengan kemampuan
berpikir kreatif siswa dan kedua kecerdasan tersebut. Mind mapping merupakan gabungan dari
creative thinking dan active learning. Siswa akan belajar sambil mencatat dan menggambar
sekaligus merangsang kecerdasan majemuk siswa dan berpikir divergen. Pada dasarnya, siswa
yang memiliki kecerdasan logika-matematika memiliki kreatifitas yang tinggi namun
bagaimana bila dibandingkan dengan siswa yang memilki kecerdasan visual-spasial dan kedua
kecerdasan tersebut menggunakan metode mind mapping dalam pengajarannya.
TINJAUAN PUSTAKA
Berpikir Kreatif
Kreativitas memiliki dua aspek-aspek dilihat dari kognitif dan afektif. Namun dalam
penelitian ini hanya melihat suatu kreativitas dari aspek kognitif saja. Guilford dalam Ghufron
(2010:106-111) menemukan faktor penting kreativitas dan merupakan ciri-ciri kognitif yang
juga merupakan indikator dalam berpikir kreatif, yaitu:
1. Kelancaran berpikir (fluency),
2. Keluwesan berpikir (flexibility),
3. Keaslian berpikir (originality),
4. Elaborasi.
Siswono (2006) menambakan bahwa dalam matematika untuk menilai produk
divergensi dapat menggunakan kriteria fleksibilitas dan keaslian. Kriteria lain adalah kelayakan
(appropriatness). Respon matematis mungkin menunjukkan keaslian yang tinggi, tetapi tidak
berguna jika tidak sesuai dalam kriteria matematis umumnya. Contoh, untuk menjawab √ 8 ,
seorang siswa menjawab 4. Meskipun menunjukkan keaslian yang tinggi tetapi jawaban
tersebut salah.
Semakin kreatif seseorang maka semakin banyak alternatif yang dapat dipilih dalam
menyelesaikan suatu masalah. Setidaknya kekreativitasan seseorang harus selalu dilatih untuk
berpikir kreatif. Jadi Berpikir kreatif matematika merupakan suatu proses yang mampu
menganalisa, mengkritik dan menyimpulkan sesuatu hal yang dilihat dari berbagai macam sudut
pandang sehingga menghasilkan suatu solusi baru, hanya saja dari berbagai macam ide yang
diutarakan harus diuji kelayakan. Seperti halnya matematika yang tidak memiliki banyak variasi
jawaban dari suatu permasalan tetapi cara pendekatan untuk mendapatkan suatu jawabanlah
yang memiliki berbagai variasi pendekatan. Dari beberapa indikator kemampuan berpikir
kreatif matematika yang telah diungkapkan diatas, indikator kemampuan berpikir kreatif yang
digunakan dalam penelitian ini mengikuti indikator yang digunakan oleh Guilford yaitu
kefasihan (fluency), keluwesan berpikir (flexibility), keaslian berpikir (originality) dan elaborasi
dari suatu pernyataan atau jawaban.
Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial adalah suatu kemampuan seseorang yang mana dalam
memahami suatu pelajaran khususnya matematika dilakukan dengan suatu strategi pembelajaran
yang berhubungan dengan warna, pola, dan gambar serta memandang suatu permasalahan
secara visual. Apabila seseorang mampu mengembangkan kecerdasan visual-spasial dengan
baik maka seseorang tersebut mampu menciptakan kembali dari kejadian atau obyek yang
pernah dialami, termasuk mengingat kembali pelajaran yang telah diajarkan secara visual.
Kecerdasan Logika-Matematika
Kecerdasan logika-matematika adalah suatu kemampuan seseorang yang mana dalam
memahami suatu pelajaran yang berhubungan dengan angka dan logika. Seseorang yang
mempunyai kecerdasan ini maka dalam menerima dan memahami pelajaran matematika tidak
terlalu mengalami kesulitan, karena pada dasarnya kecerdasan ini berhubungan dengan angka
dan logika. Apabila seseorang mampu mengembangkan kecerdasan logika-matematika ini
dengan baik maka mereka akan sangat menyukai dalam mencari penyelesaian suatu masalah,
menunjukan minat yang besar terhadap analogi dan silogisme.
Metode
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 12 Tangerang. Pelaksanaan penelitian
dilaksanakan selama dua bulan pada tahun 2010. Metode penelitian ini adalah komparatif
dengan desain penelitiannya yaitu kausal komparatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik
purposive sampling. Terdapat dua instrumen dalam penelitian ini, yaitu kuesioner dan tes.
Kuesioner untuk menentukan siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial dan
kecerdasan logika-matematika, lalu untuk sampel penelitian diambil dengan cara melihat
banyaknya siswa yang memiliki dua kecerdasan dalam dua kelas tersebut namun perbandingan
sampel yang memiliki kecerdasan visual-spasial dengan sampel yang memiliki kecerdasan
logika-matematika tidak terlalu jauh berbeda. Tes ini terdiri dari 30 butir soal, terdiri 15 butir
soal yang merupakan pernyataan dari kecerdasan logika-matematika dan 15 butir soal lagi
merupakan pernyataan dari kecerdasan visual-spasial. Dari kuesioner yang dibagikan kepada 13
kelas terdapat 205 siswa untuk yang memiliki kecerdasan visual-spasial dan 150 siswa untuk
siswa yang memiliki kecerdasan logika-matematika. untuk memenuhi kebutuhan perwakilan
populasi dengan mengambil 2 kelas dari jumlah populasi terukurnya yaitu 30 siswa yang
memiliki kecerdasan visual-spasial dan 31 siswa yang memiliki kecerdasan logika-matematika.
Berikutnya tes kemampuan berpikir matematis pada materi lingkaran yang terdiri dari
empat indikator berpikir kreatif, yaitu fluency, flexibility, originality dan elaboration. Terdiri
dari 5 soal essay mengenai materi lingkaran. Setiap soal mewakili indikator dari berpikir kreatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskripsi Data
Penelitian ini diawali dengan mengelompokan kecerdasan siswa kedalam siswa yang
memiliki kecerdasan visual-spasial dan siswa yang memiliki kecerdasan logika-matematika di
SMPN 12 Tangerang dengan menggunakan kuisioner Didapat data siswa kecerdasan visual-
spasial dan kecerdasan logika-matematika di SMPN 12 Tangerang yang ditunjukkan oleh tabel
berikut:
Tabel 1
Data Kelas Berdasarkan Kecerdasan Logika-Matematika
Dan Kecerdasan Visual-Spasial
No. Kelas Jumlah Jumlah Siswa Sesuai Kecerdasan
Siswa Logika-Matematika Visual-Spasial
1. 8-1 40 15 15
2. 8-2 39 12 17
3. 8-3 40 10 14
4. 8-4 39 19 13
5. 8-5 38 15 14
6. 8-6 40 11 12
7. 8-7 40 9 18
8. 8-8 40 6 22
9. 8-9 39 12 15
10. 8-10 40 11 15
11. 8-11 40 13 16
12. 8-12 40 10 13
13. 8-13 40 7 20
Jumlah 0 150 204
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria
pertimbangan yaitu sampel dibandingkan antara sampel yang memiliki kecerdasan visual-
spasial dengan sampel yang memiliki kecerdasan logika-matematika namun jumlah dari dua
kelas yang memiliki kedua kecerdasan tersebut perbandingannya tidak terlalu jauh dan tetap
memunuhi persentase minimal pengambilan sampel dari populasi. Menurut Sukmadinata
(2010:263-264) besarnya sampel diambil 10% dari populasi, dalam pengambilan sampel ini
berpegang pada prinsip pengambilan sampel minimal tetapi dengan tingkat kepercayaan
maksimal. Maka sampel penelitian ini dipilih kelas 8.2 dan 8.4, yang jumlah sampel tiap
kecerdasan ditunjukkan pada tabel berikut.
<
Tabel 2
Data Kelas Sampel Berdasarkan Kecerdasan
Logika-Matematika Dan Kecerdasan Visual-Spasial
Kelas Kecerdasan
Logika-Matematika Visual-Spasial
8-2 12 17
8-4 19 13
Jumlah 31 30
Berdasarkan
tabel tersebut, terdapat selisih 1 antara kedua kecerdasan tersebut. Penelitian ini dilakukan
selama 5 pertemuan dimulai pada tanggal 5 Januari 2011 hingga 19 Januari 2011 dengan satu
minggu terdapat 5 jam (5x40 menit) untuk pembelajaran matematika di SMPN 12 Tangerang.
Penelitian ini hanya terdapat postes (postest only) karena penelitian ini termasuk causal
comparative study, jadi hanya mengambil hasil akhirnya saja karena menurut teori kemampuan
siswa kecerdasan visual-spasial dengan kemampuan siswa logika-matematika berbeda, hal ini
terlihat pada hasil ulangan umum semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Gambaran untuk rata-
rata nilai ulangan umum siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial dan kecerdasan logika-
matematika dapat dilihat pada diagram 1 berikut:
52 51.1
50
48
46
43.7
44
42
40
Mean
Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan Logika-Matematika
Diagram 1 Mean Nilai Ulangan Umum Kecerdasan
Logika-Matematika Dan Kecerdasan Visual-Spasial
Berdasarkan diagram terdapat selisih nilai rata-rata antara siswa yang memiliki
kecerdasan visual-spasial dan kecerdasan logika-matematika, yaitu 7,4. Nilai rata-rata tersebut
merupakan nilai rata-rata secara umum. Untuk mengetahui rata-rata kemampuan berpikir kreatif
maka dilakukan tes akhir (postes) kemampuan berpikir kreatif matematis pada materi lingkaran.
Setelah melakukan pertemuan dan diakhiri oleh tes akhir (postes) maka diperoleh data
nilai tes dari kedua kelompok yaitu siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial maupun
siswa pada yang memiliki kecerdasan logika-matematika, kemudian diolah dengan
menggunakan statistik. Adapun hasil pengolahan dengan menggunakan statistik deskriptif
disajikan dalam tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 3
Statistik Deskriptif Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis pada Kelompok Siswa Kecerdasan Visual-Spasial dan
Kelompok Siswa Kecerdasan Logika-Matematika
Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa nilai rata-rata tes kelompok siswa yang memiliki
kecerdasan visual-spasial dan kelompok siswa yang memiliki kecerdasan logika-matematika
selisihnya 1,15. Gambaran untuk rata-rata nilai ulangan umum siswa yang memiliki kecerdasan
visual-spasial dan kecerdasan logika-matematika dapat dilihat pada diagram 2 berikut:
80
75
70
65 60
60 58.85
55
50
45
40
35
30
Mean
Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan Logika-Matematika
Diagram 2 Mean Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
KecerdasanLogika-Matematika Dan Kecerdasan Visual-Spasial
Namun demikian masih perlu dibuktikan secara statistik apakah rata-rata tes akhir
(postes) kedua kelompok sama atau berbeda secara signifikan. Untuk melihat perbandingan
nilai kemampuan berpikir kreatif antara dua kecerdasan tersebut atau perbandingan nilai
ulangan umum dengan nilai kemampuan berpikir kreatif dan poin yang didapat saat pemberian
kuesioner.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil penelitian tentang perbandingan kemampuan berpikir kreatif matematis
melalui metode mind mapping terhadap siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial
dengan siswa yang memiliki logika-matematika pada siswa kelas VIII di SMP Negeri
12 Tangerang menunjukkan bahwa metode mind mapping lebih cocok pada siswa yang
memiliki kecerdasan visual-spasial karena berdasarkan pada selisih nilai rata-rata
ulangan umum antara siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial dengan logika-
matematika adalah 7,4 sedangkan selisih nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang memiliki kecerdasan visual-spasial tidak berbeda jauh dengan
nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memiliki kecerdasan
logika-matematika pada pokok bahasan lingkaran yang diajarkan menggunakan metode
mind mapping yaitu 1,15 dan berdasarkan uji prasyarat dan uji statistik menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memiliki kecerdasan visual-
spasial sama dengan kemampuan berpikir kreatif siswa yang memiliki kecerdasan
logika-matematika jika diajarkan dengan menggunakan metode mind mapping.
Saran
Adapun Saran yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian ini terbatas pada perbandingan kecerdasan visual-spasial dan
kecerdasan logika-matematika yang kedua kecerdasan tersebut merupakan
kecerdasan majemuk, maka disarankan pada penelitian selanjutnya untuk meneliti
dan membandingkan kecerdasan majemuk lainnya.
2. Penelitian ini terbatas hanya pada salah satu karakteristik matematika yaitu
kemampuan berpikir kreatif matematis, maka disarankan pada penelitian
selanjutnya untuk menerapkannya pada kompetensi matematika yang lain.
3. Penelitian ini terbatas pada pokok bahasan Lingkaran kelas VIII, maka
disarankan pada peneliti lain agar menerapkan model ini pada pokok bahasan yang
lainnya.
4. Penggunaan metode mind mapping dapat diterapkan untuk menyamakan rata-
rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memiliki kecerdasan visual-
spasial dengan siswa yang memiliki kecerdasan logika-matematika, maka
disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menemukan metode atau strategi
pembelajaran lain yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa.
5. Penggunaan kuesioner diadaptasi pada beberapa buku yang hanya
mengelompokan siswa ke dalam kecerdasan visual-spasial atau kecerdasan logika-
matematika. Maka disarankan pada peneliti lain untuk membuat suatu instrumen
yang mampu melihat tingkatan siswanya dalam kecerdasan visual-spasial atau
kecerdasan logika-matematika.
DAFTAR PUSTAKA