KEPERAWATAN JIWA
OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
waktunya.
berbagai sumber. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
makalah ini.
kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Simpulan.....................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang sangat erat, di mana pendidikan dan kebudayaan berbicara pada tatanan yang
sama, yaitu nilai-nilai. Tylor dalam H.A.R Tilaar (2002: 7) telah menjalin tiga
pengertian manusia, masyarakat dan budaya sebagai tiga dimensi dari hal yang
bersamaan. Pada saat ini masalah kesehatan jiwa menjadi masalah yang paling
mengancam di dunia. Setiap tahun korban akibat gangguan jiwa selalu meningkat.
Hal ini disebabkan oleh beban hidup yang semakin lama semakin berat. Gangguan
jiwa ini tidak hanya terjadi pada kalangan bawah tetapi juga kalangan pejabat dan
kalangan menengah ke atas. Pada saat ini penyakit gangguan jiwa tidak hanya
dialami oleh orang dewasa dan lansia tetapi juga oleh anak-anak dan remaja.
Seseorang yang terkena gangguan jiwa akan melakukan hal yang seharusnya tidak
dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, Inggris dan lain-lainnya. Selain
factor diatas penyebab seseorang mengalami gangguan jiwa juga disebabkan oleh
Oleh karena itu saat ini seluruh Negara di dunia berusaha meningkatkan kesehatan
1
meningkatkan pelayanan pada pasiennya dengan meningkatkan pengetahuan
tentang kesehatan jiwa yang mengacu pada sosiokultural dalam konteks asuhan
keperawatan jiwa.
general dan spesifik sekaligus”. General dalam hal ini berarti setiap manusia di
dunia ini mempunyai budaya, sedangkan spesifik berarti setiap budaya pada
kelompok masyarakat adalah bervariasi antara satu dan lainnya. Sedangkan Tylor
dalam H.A.R Tilaar (2002: 39) berpendapat bahwa “Budaya atau peradaban
Trend dan issue keperawatan jiwa yang terdapat dalam masyarakat sangat
kompleks. Trend dalam keperawatan jiwa yang ada dalam masyarakat sangat
banyak begitupun juga issue keperawatan jiwa yang ada dalam masyarakat secara
secara budaya.
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut.
2
3. Apa sajakah faktor risiko sosiokultural dalam konteks asuhan keperawatan
jiwa?
C. Tujuan Penulisan
keperawatan jiwa
jiwa
keperawatan jiwa
D. Manfaat Penulisan
Jiwa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Piaget
sosial yaitu teman sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu
utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan penataan kondisi hanya sekedar
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget
kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat
dikaitkan dengan budaya barat. pendekatan ini kurang sesuai denga tuntutan
4
2. Vygotsky
Jalan pikiran seseorang dapat dimengerti dengan cara menelusuri asal usul
tindakan sadarnya dari interaksi sosial (aktivitas dan bahasa yang digunakan) yang
individu itu sendiri melainkan berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya.
berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan demensi
individual bersifat derivatif atau turunan dan sekunder, sehingga teori belajar
kognitif seseorang disamping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga
anggota dari satu generasi keluarga dengan yang lainnya. Perkembangan anak
berkolaborasi dengan yang lain. Dari perspektif ini para penganut aliran
5
bahwa proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan
bidang-bidang tersebut.
Teori belajar sosiokultur atau yang juga dikenal sebagai teori belajar ko-
bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona
yang dihadapinya
Teori yang juga disebut sebagai teori konstruksi sosial ini menekankan
Teori ini juga menegaskan bahwa perolehan kognitif individu terjadi pertama kali
luasnya dunia kehidupan pasien. Perawat harus menyadari bahwa persepsi pasien
tentang sehat dan sakit, perilaku mencari bantuan, dan kepatuhan pada pengobatan
bergantung pada keyakinan, norma social, dan nilai budaya individu yang unik.
Perawat yang peka secara budaya memahami pentingnya kekuatan social dan
6
perawat-pasien, dan menggabungkan informasi sosiokultural ke dalam asuhan
keperawatan jiwa.
1. Usia
e. Stressor apa yang berkaitan dengan usia yang sedang dihadapi pasien?
2. Suku bangsa
multicultural?
d. Apa sikap, keyakinan, dan nilai pasien tentang kelompok suku bangsa
tertentu?
fisiknya?
7
3. Gender
d. Apa sikap dan keyakinan pasien tentang pria dan wanita serta maskulinitas
san feminitas?
pasien?
4. Pendidikan
c. Apa sikap dan keyakinan pasien tentang pendidikan pada umumnya dan
pasien?
5. Penghasilan
8
c. Bagaiman pasien menggambarkan tentang kelompok penghasilan tertentu?
6. Sistem keyakinan
dihadapi pasien?
fisiknya?
keduanya. Satu atau dua dari faktor ini sendiri tidak dapat menggambarkan secara
Stressor Definisi
Keadaan yang merugikan Kekurangan sumber sosio ekonomi yang
merupakan dasar untuk adaptasi biopsikososial
Steroetipe Konsepsi depersonalisasi individu dalam suatu
9
kelompok
Intoleransi Ketidaksediaan untuk menerima berbedaan
pendapat atau keyakinan orang lain atau latar
belakang yang berbeda
Stigma Sikap yang melekat pada lingkungan sosial
individu sebagai sesuatu yang berbeda atau
rendah.
Prasangka Keyakinan yang tidak menyenangkn dan
dipertimbangkan sebelumnya tentang individu
atau kelopok dengan tidak memperhatikan
pengetahuan, pikiran, atau alasan
Diskriminasi Perlakuan yang berbeda pada individu atau
kelompok yang tidak berdasarkan kebaikan
yang sebenarnya
Rasisme Keyakinan bahwa perbedaan yang terdapat
antara ras menentukan pencapaian individu dan
bahwa ras yang satu lebih tinggi.
jiwa yang tepat, akurat, dan releven secara budaya. Juga terdapat kesadaran yang
etnik dan kultural pasien maupun pemberi layanan kesehatan. Perawat dan pasien
bersama-sama harus sepakat tentang sifat dari respons koping pasien, cara
Data dapat dikelompokkan menjadi data objektif dan data subjektif. data
objektif adalah data yang di dapatkan melalui observasi atau pemeriksaan secara
10
langsung oleh perawat. data subjektif adalah data yang di sampaikan oleh pasien
Jenis data yang di peroleh dapat sebagai data primer bila di dapat langsung
oleh perawat, sedagkan data sekunder data didapat dari hasil pengkajian perawat
kesehatan jiwa, maka seorang perawat harus mampu melakukan analisis data dan
11
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
jiwa dalam setiap interaksi dengan pasien, perawat jiwa harus menyadari luasnya
dunia kehidupan pasien. Perawat harus menyadari bahwa persepsi pasien tentang
sehat dan sakit, perilaku mencari bantuan, dan kepatuhan pada pengobatan
bergantung pada keyakinan, norma social, dan nilai budaya individu yang unik.
Faktor risiko sosiokultural dalam konteks asuhan keperawatan jiwa: usia, suku
masalah pasien, dan menyusun rencana tindakan keperawatan jiwa yang tepat,
B. Saran
12
psikiatri melalui pendekatan budaya sehingga memperbaiki kualitas hidup pada
pasien.
13
DAFTAR PUSTAKA
Stuart, G.W., & Sunden, S. J. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
14