Anda di halaman 1dari 82

1.

Kebergaman di Indonesia
a. Keberagaman suku/etnik
Berdasarkan hasil sensus BPS tahun 2010, jumlah suku di Indonesia secara keseluruhan mencapai lebih
dari 1.300 suku bangsa.
• Suku Jawa : 95,2 juta jiwa (40,22%)
• Sunda : 36,7 juta jiwa (15,50%)
• Adapun suku lainnya seperti suku Batak, Madura, Betawi, Minangkabau, Bugis, Melayu, Dayak,
Sasak, Makassar, Minahasa, dan Nias jumlah populasinya kurang dari 10 ribu jiwa.
b. Keberagaman Ras
Ras menyangkut aspek biologis, ciri fisik, warna kulit, dan bentuk tubuh.
• Ras malanesoid
• Ras mongoloid
• Ras negroid
• Ras weddoid
c. Keberagaman agama
d. Keberagaman golongan
e. Keberagaman gender
f. Keberagaman sosial dan budaya
2. Permasalahan keberagaman Sara dalam masyarakat

a. Bentuk permasalaahan keberagaman sara, diantaranya


1. Berdasarkan tingkatannya:
• konflik ideologi, contoh konflik ideologi adalah peristiwa G30 S/PKI
• konflik politik, contohnya bentrok akibat proses pemilu, bentrokan
menolak kebijakan pemerintah atau menuntut sesuatu.
2. Berdasarkan jenisnya:
• Konflik antarsuku
• Konflik antaragama
• Konflik antarras
• Konflik antargolongan
b. Penyebab permasalahan keberagaman sara

1. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan


tujuan, cara melakukan sesuatu, dan sebagainya.
2. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai
tujuan.
3. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga
menimbulkan kebingungan bagi masyarakat.
4. Sanksi terhadap pelanggaran atas norma tidak tegas atau lemah..
5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai norma yang
berlaku.
6. Terjadi proses disosiatif yaitu proses yang mengarah pada persaingan
tidak sehat, tindakan controversial, dan pertentangan (konflik).
c. Akibat permasalahan keberagaman sara

1. Perpecahan dalam masyarakat


2. Kerugian harta benda dan korban manusia
3. Perubahan kepribadian
d. Upaya menyelesaikan permasalahan keberagaman sara
1. Cara preventif, dengan mengembangkan sikap toleransi, nasionalisme,
kerjasama, dan latihan bersama.
2. Represif , berupa pendampingan bagi korban, perdamaian dan kerjasama.
3. Prinsip persatuan dalam keberagaman sara
a. Arti persatuan
1. Menyatukan beraneka ragam corak menjadi satu kebulatan utuh dan serasi
2. Menghimpun hal-hal yang terserak menjadi satu
3. Membuat sebuah unit dengan sifat tiap-tiap anggotanya saling menguatkan
b. Prinsip persatuan Indonesia
1. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika
2. Prinsip nasionalisme Indonesia
3. Prinsip kebebasan yang bertanggung jawab
4. Prinsip wawasan nusantara
5. Prinsip persatuan pembangunan untuk mewujudkan cita-cita reformasi
c. Tiga aspek persatuan Indonesia
1. Aspek satu nusa (aspek wilayah)
2. Aspek satu bangsa
3. Aspek satu bahasa
Semangat Persatuan dan Kesatuan
1. Tahap pembinaan persatuan dan kesatuan di Indonesia

a. Perasaan senasib, perasaan senasib sepenanggungan akhirnya berujung pada


kebangkitan nasional.
1. Tahap pembinaan persatuan dan kesatuan di Indonesia

b. Kebangkitan nasional, masa bangkitnya rasa serta semangat persatuan dan


kesatuan. Patokan kebangkitan nasional ditandai dengan lahirnya Budi Utoma
pada 20 Mei 1908 yang merupakan organisasi pertama di Indonesia. Budi
utomo mendorong lahirnya organisasi-organisasi lainnya seperti berikut.
• Jong Ambon (1909)
• Jong Java dan Jong Celebes (1917)
• Jong Sumatera dan Jong Minahasa (1918)
• Sarekat Islam (1911)
• Muhammadiyah (1912)
• Nahdatul Ulama (1926)
• Partai nasional Indonesia (1927)
• Sumpah Pemuda (1928)
1. Tahap pembinaan persatuan dan kesatuan di Indonesia

Faktor kebangkitan nasional:


• Makin banyaknya orang Indonesia yang terpelajar
• Penderitaan rakyat Indonesia yang memuncak sebagai akibat penjajahan Belanda
• Makin meningkatnya semangat ingin merdeka
• Makin meningkatnya kesadaran untuk bersatu dan dan berorganisasi
• Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1905, yang membuat bangsa-
bangsa Asia bahwa bangsa Barat dapat dikalahkan oleh bangsa Asia.
• Timbul gerakan Turki Modern yang membawa pembaruan.
Adapun tokoh yang membidangi kebangkitan nasional diantaranya:
• Soetomo
• Ir. Soekarno
• Dr. Cipto Mangunkusumo
• Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara)
• Douwes Dekker
1. Tahap pembinaan persatuan dan kesatuan di Indonesia

a. Sumpah pemuda, lahir dengan dilatarbelakangi oleh pembentukan Perhimpunan Pelajar-


Pelajar Indonesia (PPPI) pasa 11926.
1. Kongres I pemuda (30 April – 2 Mei 1926) di Jakarta
• Meningkatkan persatuan dan kesatuan
• Mempererat hubungan semua perkumpulan pemuda
• Mengatasi kepentingan suku-suku bangsa, bahasa dan agama
2. Kongres II pemuda (27 - 28 Oktober 1928)
• Rapat pertama : Sabtu, 27 Oktober 1928 di gedung Katholieke Jongenlingen Bond
• Rapat kedua : di gedung Indonesische Clubgebouw dan menghasilkan kesepakatan yang
disebut Sumpah Pemuda
• Sumpah pemuda di ikrarkan pada 28 Oktober
b. Proklamasi Kemerdekaan, merupakan puncak dari semangat persatuan dan kesatuan yang
digalang seluruh rakyat Indonesia.
2. Kerja sama sebagai bentuk semangat persatuan dan kesatuan di Indonesia

a. Kerjasama dalam bidang sosial politik : sila keempat pancasila


b. Kerjasama dalam bilang ekonomi : pasal 23A UUD 1945 dan pasal 33 ayat 1 UUD
1945
c. Kerjasama dalam bidang pertahanan dan keamanan : pasal 27 ayat 3 UUD 1945
dan pasal 30 ayat 1 UUD 1945
d. Kerjasama antarumat beragama : 29 ayat 2 UUD 1945
3. Arti penting perwujudan sikap persatuan dan kesatuan

a. Manfaat sikap persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara yaitu sebagai berikut.
b. Persatuan dan kesatuan yang terwujud dalam kerja sama akan menciptakan
sinergi sehingga pekerjaan yang berat terasa ringan.
c. Suasana tenteram, aman, dan nyaman akan tercipta karena sikap persatuan
dan kesatuan mewujudkan rasa saling menghormati hak-hak orang lain.
d. Stabilitas nasional yang dinamis akan tercipta dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
e. Jalannya pembangunan akan semakin lancar karena tidak ada lagi
kerusuhan jika setiap elemen bangsa bersatu padu mendahulukan
kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Kedudukan Bhineka Tunggal Ika untuk memperkokoh NKRI
Berdasarkan SP2010 tersedia 1331 kategori suku yang ada di Indonesia.
Suku bangsa tersebut tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas
sampai Pulau Rote. Selain suku bangsa, di Indonesia mash terdapat
keberagaman lain, yaitu agama, kebudayaan, ras, serta bahasa daerah. Tidak
jarang keberagaman tersebut menimbulkan perselisihan sehingga perlu
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi meminimalkan perpecahan
antarwarga Negara. Persatuan dan kesatuan dapat diperkukuh dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Kedudukan Bhineka Tunggal Ika untuk memperkokoh NKRI
Pada tanggal 1 Juni 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam pidato
politiknya, menegaskan kembali konsensus dasar yang telah menjadi kesepakatan
bangsa tersebut, yakni: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika. Konsensus dasar tersebut merupa-kan konsensus final, yang perlu
dipegang teguh dan bagaimana memanfaatkan konsensus dasar tersebut dalam
menghadapi berbagai ancaman baik internal maupun eksternal. Hal ini diungkap
kembali oleh Bapak Presiden pada kesempatan berbuka bersama dengan para
eksponen ’45 pada tanggal 15 Agustus 2010 di istana Negara.
Kedudukan Bhineka Tunggal Ika untuk memperkokoh NKRI
Namun di sisi lain sebagian masyarakat memperta-nyakan atau
mempersoalkan makna Bhinneka Tunggal Ika dalam kaitannya dengan
implementasi Undang-undang No.32 tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah.
Mengacu pada pasal 10 UU tersebut, dinyatakan bahwa “pemerintah daerah
menjalankan otonomi seluas-luasnya.” Berbasis pada pasal tersebut, beberapa
pemerintah daerah tanpa memperha-tikan rambu-rambu dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara melaju tanpa kendali, bertendensi melangkah sesuai
dengan keinginan dan kemauan daerah, yang berakibat terjadinya tindakan
yang dapat saja mengancam keutuhan dan kesatuan bangsa yang menyimpang
dari makna sesanti Bhinneka Tunggal Ika.
Kedudukan Bhineka Tunggal Ika untuk memperkokoh NKRI
Namun apabila kita cermati dengan saksama, pasal 27 dan 45 UU tersebut
menyebutkan bahwa dalam melaksanakan tugasnya, kepala daerah dan anggota
DPRD wajib “memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.” Hal ini akan terlaksana dengan sepatutnya apabila prinsip Bhinneka
Tunggal Ika dapat dipegang teguh sebagai acuan dalam melaksanakan UU
Pemerintah Daerah dimaksud. Oleh karena itu berbagai pihak wajib memahami
makna yang benar terhadap Bhinneka Tunggal Ika, dan bagaimana meman-faatkan
sebagai acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan kenegaraan
pada umumnya.
Kedudukan Bhineka Tunggal Ika untuk memperkokoh NKRI
Sejak awal telah begitu banyak pihak yang berusaha membahas untuk
memahami dan memberi makna Pancasila, serta bagaimana implementasinya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sementara itu pilar Bhinneka Tunggal Ika masih
kurang menarik bagi pihak-pihak untuk membahas dan memikirkan bagaimana
implementasinya, padahal Bhinneka Tunggal Ika memegang peran yang sangat
penting bagi negara-bangsa yang sangat pluralistik ini. Dengan bertitik tolak dari
pemikiran ini, dicoba untuk membahas makna Bhinneka Tunggal Ika dan bagaimana
implementasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga Bhinneka
Tunggal Ika benar-benar dapat menjadi tiang penyangga yang kokoh dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa Indonesia.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sudah ada sebelum masa kemerdekaan


Indonesia. Semboyan ini pertama kali dikemukakan oleh Mpu Tantular dalam kitab
yang ia tulis yaitu kitab Sutasoma pada masa Kerajaan Majapahit. Setelah Kerajaan
Majapahit, semboyan Bhineka Tunggal Ika kembali dipakai oleh Indonesia. Pada
tahun 1951 semboyan Bhineka Tunggal Ika ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
sebagai semboyan resmi Negara RI. Bhineka Tunggal Ika berarti berbeda-beda
tetapi tetap satu juga. Indonesia mengukuhkan semboyan Bhineka Tunggal Ika
sebagai semboyan Negara berlandaskan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun
1951 tentang lambang Negara. Selain semboyan Bhinneka Tunggal Ika, terdapat
alat pemersatu bangsa lainnya yaitu bendera kebangsaan Merah Putih, Pancasila
sebagai dasar Negara, Lagu kebangsaan serta bahasa Nasional (Bahasa Indonesia).
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Sesanti atau semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama kali oleh mPu
Tantular, pujangga agung kerajaan Majapahit yang hidup pada masa pemerintahan Raja
Hayamwuruk, di abad ke empatbelas (1350-1389). Sesanti tersebut terdapat dalam
karyanya; kakawin Sutasoma yang berbunyi “Bhinna ika tunggal ika, tan hana dharma
mangrwa, “ yang artinya “Berbeda-beda itu, satu itu, tak ada pengabdian yang
mendua.” Semboyan yang kemudian dijadikan prinsip dalam kehidupan dalam
pemerintahan kerajaan Majapahit itu untuk mengantisipasi adanya keaneka-ragaman
agama yang dipeluk oleh rakyat Majapahit pada waktu itu. Meskipun mereka berbeda
agama tetapi mereka tetap satu dalam pengabdian.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Pada tahun 1951, sekitar 600 tahun setelah pertama kali semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang diungkap oleh Mpu Tantular, ditetapkan oleh pemerintah Indonesia
sebagai semboyan resmi Negara Republik Indonesia dengan Peraturan Pemerintah No.66
tahun 1951. Peraturan Pemerintah tersebut menentukan bahwa sejak 17 Agustus 1950,
Bhinneka Tunggal Ika ditetapkan sebagai seboyan yang terdapat dalam Lambang Negara
Republik Indonesia, “Garuda Pancasila.” Kata “bhinna ika,” kemudian dirangkai menjadi
satu kata “bhinneka”. Pada perubahan UUD 1945 yang kedua, Bhinneka Tunggal Ika
dikukuhkan sebagai semboyan resmi yang terdapat dalam Lambang Negara, dan
tercantum dalam pasal 36a UUD 1945.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang mengacu pada bahasa Sanskrit, hampir
sama dengan semboyan e Pluribus Unum, semboyan Bangsa Amerika Serikat yang
maknanya diversity in unity, perbedaan dalam kesatuan. Semboyan tersebut terungkap
di abad ke XVIII, sekitar empat abad setelah mpu Tantular mengemukakan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika. Sangat mungkin tidak ada hubungannya, namun yang jelas
konsep keanekaragaman dalam kesatuan telah diungkap oleh mPu Tantular lebih
dahulu.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Kutipan tersebut berasal dari pupuh 139, bait 5, kekawin Sutasoma yang lengkapnya
sebagai berikut:

Jawa Kuna Alih bahasa Indonesia


Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa, Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat
yang berbeda.
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mereka memang berbeda, tetapi
bagaimanakah bisa dikenali?
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa
tunggal, adalah tunggal
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma Terpecah belahlah itu, tetapi satu jualah itu.
mangrwa. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Selanjutnya dalam Penjelasan UUD 1945 dinyatakan :”Di daerah yang
bersifat otonom akan diadakan badan perwakilan daerah, oleh karena di
daerahpun pemerintahan akan bersendi atas dasar permusyawaratan. Dalam
territoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250zelfbesturende landschappen
dan voksgemeenschappen. Daerah daerah itu mempunyai susunan asli, dan oleh
karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.” Maknanya
bahwa dalam menyelenggarakan kehidupan kenegaraan perlu ditampung
keanekaragaman atau kemajemukan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat, dan Undang-Undang Dasar
Sementera tahun 1950, pasal 3 ayat (3) menentukan perlunya ditetapkan lambang
negara oleh Pemerintah. Sebagai tindak lanjut dari pasal tersebut terbit Peraturan
Pemerintah No.66 tahun 1951 tentang Lambang Negara. Baru setelah diadakan
perubahan UUD 1945, dalam pasal 36A menyebutkan :”Lambang Negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.” Dengan demikian Bhinneka
Tunggal Ika merupakan semboyan yang merupakan kesepakatan bangsa, yang
ditetapkan dalam UUDnya. Oleh karena itu untuk dapat dijadikan acuan secara tepat
dalam hidup berbangsa dan bernegara, makna Bhinneka Tunggal Ika perlu difahami
secara tepat dan benar untuk selanjutnya difahami bagaimana cara untuk
mengimplementasikan secara tepat dan benar pula.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika tidak dapat dipisahkan dari Hari Kemerdekaan
Bangsa Indonesia, dan Dasar Negara Pancasila. Hal ini sesuai dengan
komponen yang terdapat dalam Lambang Negara Indonesia. Menurut pasal 1
Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 1951 disebutkan bahwa : Lambang Negara
terdiri atas tiga bagian, yaitu:
Burung Garuda yang menengok dengan kepalanya lurus ke sebelah kanannya;
Perisai berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
Semboyan yang ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Di atas pita
tertulis dengan huruf Latin sebuah semboyan dalam bahasa Jawa Kuno yang
berbunyi : BHINNEKA TUNGGAL IKA.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika

Adapun makna Lambang Negara tersebut adalah sebagaki berikut:

Burung Garuda disamping menggambarkan tenaga pembangunan yang kokoh dan


kuat, juga melambangkan tanggal kemerdekaan bangsa Indonesia yang digambarkan
oleh bulu-bulu yang terdapat pada Burung Garuda tersebut. Jumlah bulu sayap
sebanyak 17 di tiap sayapnya melambangkan tanggal 17, jumlah bulu pada ekor
sebanyak 8 melambangkan bulan 8, jumlah bulu dibawah perisai sebanyak 19,
sedang jumlah bulu pada leher sebanyak 45. Dengan demikian jumlah bulu-bulu
burung garuda tersebut melambangkan tanggal hari kemerdekaan bangsa Indonesia,
yakni 17 Agustus 1945.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Sementara itu perisai yang tergantung di leher garuda menggambarkan
Negara Indonesia yang terletak di garis khalustiwa, dilambangkan dengan garis
hitam horizontal yang membagi perisai, sedang lima segmen menggambarkan
sila-sila Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan bintang
bersudut lima yang terletak di tengah perisai yang menggambarkan sinar ilahi.
Rantai yang merupakan rangkaian yang tidak terputus dari bulatan dan persegi
menggambarkan kemanusiaan yang adil dan beradab, yang sekaligus
melambangkan monodualistik manusia Indonesia.Kebangsaan dilambangkan
oleh pohon beringin, sebagai tempat berlindung; Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawa-rakatan/perwakilandilambangkan
dengan banteng yang menggambarkan kekuatan dan kedaulatan rakyat. Sedang
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan kapas dan padi yang
menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Dari gambaran tersebut, maka untuk dapat memahami lebih dalam makna Bhinneka
Tunggal Ika tidak dapat dipisahkan dari pemahaman makna merdeka, dan dasar negara
Pancasila. Marilah secara singkat kita mencoba untuk memberi makna kemerdekaan sesuai
dengan kesepakatan bangsa.
Dalam Pembukaan UUD 1945, alinea pertama disebutkan “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka pejajahan di atas dunia
harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.” Memang
semula kemerdekaan atau kebebasan diberi makna bebas dari penjajahan negara asing tetapi
ternyata bahwa kemerdekaan atau kebebasan ini memiliki makna yang lebih luas dan lebih
dalam karena menyangkut harkat dan martabat manusia, yakni berkaitan dengan hak asasi
manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam olah fikir, bebas berkehendak dan memilih,
bebas dari segala macam ketakutan yang merupakan aktualisasi dari konsep hak asasi manusia
yakni mendudukkan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya.
Penemuan dan Landasan Hukum Bhinneka Tunggal Ika
Memasuki era globalisasi kemerdekaan atau kebe-basan memiliki makna lebih luas,
karena dengan globalisasi berkembang neoliberalisme, neokapitalisme, terjadilah
penjajahan dalam bentuk baru. Terjadilah penjajahan dalam bidang ekonomi, dalam bidang
politik, dalam bidang sosial budaya dan dalam aspek kehidupan yang lain. Dengan
kemerdekaan kita maknai bebas dari berbagai eksploatasi manusia oleh manusia dalam
segala dimensi kehidupan dari manapun, baik dari luar maupun dari dalam negeri sendiri.
Sementara itu penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
harus berdasar pada Pancasila yang telah ditetapkan oleh bangsa Indonesia menjadi dasar
negaranya. Dengan demikian maka penerapan Bhinneka Tunggal Ika harus dijiwai oleh
konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sovereinitas dan sosialitas. Hanya dengan ini
maka Bhinneka Tunggal Ika akan teraktualisasi dengan sepertinya.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Berikut disampaikan konsep dasar yang terdapat dalam Bhinneka Tunggal
Ika yang kemudian terjabar dalam prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka
Tunggal Ika yang dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia dalam berbangsa dan
bernegara. Dalam rangka memahami konsep dasar dimaksud ada baiknya kita
renungkan lambang negara yang tidak terpisahkan dari semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Perlu kita mengadakan refleksi terhadap lambang negara tersebut.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika berisi konsep pluralistik dan multikulturalistik dalam kehidupan
yang terikat dalam suatu kesatuan. Pluralistik bukan pluralisme, suatu faham yang membiarkan
keanekaragaman seperti apa adanya. Membiarkan setiap entitas yang menunjukkan ke-
berbedaan tanpa peduli adanya common denominatorpada keanekaragaman tersebut. Dengan
faham pluralisme tidak perlu adanya konsep yang mensubstitusi keanekaragaman. Demikian
pula halnya dengan faham multikulturalisme. Masyarakat yang menganut faham pluralisme dan
multikulturalisme, ibarat onggokan material bangunan yang dibiarkan teronggok sendiri-sendiri,
sehingga tidak akan membentuk suatu bangunan yang namanya rumah.
Ada baiknya dalam rangka lebih memahami makna pluralistik bangsa difahami
pengertian pluralisme, agar dalam penerapan konsep pluralistik tidak terjerumus ke dalam
faham pluralisme.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Pluralisme berasal dari kata plural yang berarti banyak, adalah suatu faham
yang mengakui bahwa terdapat berbagai faham atau entitas yang tidak tergantung
yang satu dari yang lain. Masing-masing faham atau entitas berdiri sendiri tidak
terikat satu sama lain, sehingga tidak perlu adanya substansi pengganti yang
mensubstitusi faham-faham atau berbagai entitas tersebut. Salah satu contoh misal
di Indonesia terdapat ratusan suku bangsa. Menurut faham pluralisme setiap suku
bangsa dibiarkan berdiri sendiri lepas yang satu dari yang lain, tidak perlu adanya
substansi lain, misal yang namanya bangsa, yang mereduksi eksistensi suku-suku
bangsa tersebut.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Faham pluralisme melahirkan faham individualisme yang mengakui bahwa setiap individu
berdiri sendiri lepas dari individu yang lain. Faham individualisme ini mengakui adanya
perbedaan individual atau yang biasa disebut individual differences. Setiap individu memiliki
cirinya masing-masing yang harus dihormati dan dihargai seperti apa adanya. Faham
individualisme ini yang melahirkan faham liberalisme, bahwa manusia terlahir di dunia
dikaruniai kebebasan. Hanya dengan kebebasan ini maka harkat dan martabat individu dapat
didudukkan dengan semestinya. Trilogi faham pluralisme, individualisme danliberalisme inilah
yang melahirkan sistem demokrasi dalam sistem pemerintahan utamanya di Negara Barat.
Sebagai contoh berikut disampaikan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat dan
Deklarasi Hak Manusia dan Warganegara Perancis yang melandasi pelaksanaan sistem
demokrasi di negara tersebut yang berdasar pada faham pluralisme, individualisme dan
liberalisme.
United States Declaration of Independence

We hold these truths to be self-evident, that all men are created equal, that they are
endowed by their Creator with certain unalienable Rights, that among these are Life, Liberty,
and pursuit of Happiness. That to secure these rights, governments are instituted among
men, deriving just powers from the consent of the governed.

Declaration of the Rights of Man and Citizen

– Declaration des droits de l’homme et du citoyen—

Men are born and remain free and equal in rights. Social distinction can be based only upon
public utility. The aim of every political association is the preservation of the natural and
imprescriptible rights of man. These rights are liberty, property, security, and resistance to
oppression.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Dari deklarasi tersebut nampak dengan nyata faham pluralisme, individualisme dan
liberalisme menjelujuri sistem demokrasi yang diterapkan di kedua negara tersebut. Dua
deklarasi tersebut dinyatakan hampir bersamaan waktunya, yakni pada akhir abad ke XIX, yang
satu di Amerika Serikat, yang satu di salah satu negara di Eropa.

Meskipun demikian mereka tetap mengakui bahwa manusia tidak mungkin hidup seorang
diri. Untuk dapat menunjang hidupnya dan untuk melestarikan dirinya, mereka memerlukan
pihak lain; beberapa pihak mengatakan bahwa hal ini terjadi didorong oleh naluri atau
instinctberkelompok. Mereka memerlukan hidup bersama entah bagaimana bentuknya, dengan
mendasarkan diri pada belief system yang dianutnya. Di antara hubungan manusia dengan
pihak lain berbentuk pengabdian, bahwa yang satu semata-mata harus mengabdi kepada pihak
yang lain. Terdapat juga pengakuan bahwa hubungan antar manusia itu adalah dalam
kesetaraan. Sebagai akibat pola hidup manusia menjadi sangat beragam.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Didorong oleh realitas tersebut, maka bangsa Amerika dalam menerapkan
pluralisme, individualisme dan liberalisme mencari pola bagaimana dapat membentuk
suatu kehidupan bersama. Dalam hidup bersama diperlukan kesepakatan untuk dijadikan
pegangan bersama dalam melangkah ke depan menghadapi tantangan hidup bersama.
Dikembangkan pola yang disebut “kontrak sosial,” bahwa anggota masyarakat harus
merelakan sebagian dari hak individu demi terwujudnya kehidupan bersama. Semangat
bersatu dalam kehidupan bersama ini nampak dalam semboyan yang terdapat dalam
motto lambang negaranya yang berbunyi “ e pluribus unum,” yang berarti “out of many,
one” dari yang banyak itu satu, atau unity in diversity. Metoda yang diterapkan dalam
membentuk kesatuan, disebut metodamelting pot, yang kalau dinilai lebih jauh sudah
menyimpang dari prinsip pluralisme.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Pluralitas adalah sifat atau kualitas yang menggam-barkan keanekaragaman; suatu
pengakuan bahwa alam semesta tercipta dalam keaneka ragaman. Sebagai contoh bangsa
Indonesia mengakui bahwa Negara-bangsa Indonesia bersifat pluralistik, beraneka ragam
ditinjau dari suku-bangsanya, adat budayanya, bahasa ibunya, agama yang dipeluknya, dan
sebagainya. Hal ini merupakan suatu kenyataan atau keniscayaan dalam kehidupan bangsa
Indonesia. Keaneka ragaman ini harus didudukkan secara proporsional dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, harus dinilai sebagai asset bangsa, bukan sebagai faktor
penghalang kemajuan. Perlu kita cermati bahwa pluralitas ini merupakan sunnatullah.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Seperti dikemukan di atas, pola sikap bangsa Indone-sia dalam menghadapi keaneka-ragaman
ini berdasar pada suatu sasanti atau adagium “Bhinneka Tunggal Ika,” yang bermakna beraneka tetapi
satu, yang hampir sama dengan motto yang dipegang oleh bangsa Amerika, yakni “e pluribus unum.”
Dalam menerapkan pluralitas dalam kehidupan, bangsa Indonesia mengacu pada prinsip yang
terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, bahwa yang diutamakan adalah kepentingan bangsa bukan
kepentingan individu, berikut frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945:
• Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segalabangsa;
• Bahwa kemerdekaan yang dinyatakan oleh bangsa Indonesia, supaya rakyat dapat berkehidupan
kebangsaan yang bebas;
• Bahwa salah satu misi Negara-bangsa Indonesia adalah untukmencerdaskan kehidupan bangsa;
• Bahwa salah satu dasar Negara Indonesia adalah Persatuan Indonesia, yang tiada lain merupakan
wawasan kebangsaan.
• Bahwa yang ingin diwujudkan dengan berdirinya Negara-bangsa Indonesia adalah keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Dari frase-frase yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 tersebut jelas bahwa
prinsip kebangsaan mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara bagi bangsa
Indonesia. Istilah individu atau konsep individualisme tidak terdapat dalam Pembukaan
UUD 1945. Dengan kata lain bahwa sifat pluralistik yang diterapkan di Indonesia tidak
berdasar pada individualisme dan liberalisme.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Pluralitas atau pluralistik tidak merupakan suatu faham, isme atau keyakinan
yang bersifat mutlak. Untuk itu tidak perlu dikembangkan ritual-ritual tertentu
seperti halnya agama. Prinsip pluralistik dan multikulturalistik adalah asas yang
mengakui adanya kemajemukan bangsa dilihat dari segi agama, keyakinan, suku
bangsa, adat budaya, keadaan daerah, dan ras. Kemajemukan tersebut dihormati
dan dihargai serta didudukkan dalam suatu prinsip yang dapat mengikat
keanekaragaman tersebut dalam kesatuan yang kokoh. Kemajemukan bukan
dikembangkan dan didorong menjadi faktor pemecah bangsa, tetapi merupakan
kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing komponen bangsa, untuk selanjutnya
diikat secara sinerjik menjadi kekuatan yang luar biasa untuk dimanfaatkan dalam
menghadapi segala tantangan dan persoalan bangsa.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika
Untuk dapat mengimplementasikan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dipandang perlu untuk memahami secara mendalam prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka
Tunggal Ika. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

1. Dalam rangka membentuk kesatuan dari keaneka ragaman tidak terjadi pembentukan konsep baru dari
keanekaragaman konsep-konsep yang terdapat pada unsur-unsur atau komponen bangsa. Suatu contoh di
negara tercinta ini terdapat begitu aneka ragam agama dan kepercayaan. Dengan ke-tunggalan Bhinneka
Tunggal Ika tidak dimaksudkan untuk membentuk agama baru. Setiap agama diakui seperti apa adanya,
namun dalam kehidupan beragama di Indonesia dicari common denominator, yakni prinsip-prinsip yang
ditemui dari setiap agama yag memiliki kesamaan, dan common denominator ini yang kita pegang sebagai
ke-tunggalan, untuk kemudian dipergunakan sebagai acuan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Demikian pula halnya dengan adat budaya daerah, tetap diakui eksistensinya dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berwawasan kebangsaan. Faham Bhinneka Tunggal Ika, yang oleh Ir Sujamto
disebut sebagai faham Tantularisme, bukan faham sinkretisme, yang mencoba untuk mengembangkan
konsep baru dari unsur asli dengan unsur yang datang dari luar.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika

2. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif; hal ini bermakna bahwa
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak dibenarkan merasa dirinya yang
paling benar, paling hebat, dan tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain.
Pandangan sektarian dan eksklusif ini akan memicu terbentuknya keakuan yang
berlebihan dengan tidak atau kurang memperhitungkan pihak lain, memupuk
kecurigaan, kecemburuan, dan persaingan yang tidak sehat. Bhinneka Tunggal Ika
bersifat inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan bernegara tidak
memaksakan kehendaknya pada golongan minoritas.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika

Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika

3. Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya menunjukkan perilaku semu.
Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai, saling hormat
menghormati, saling cinta mencintai dan rukun. Hanya dengan cara demikian maka
keanekaragaman ini dapat dipersatukan.
4. Bhinneka Tunggal Ika bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna perbedaan yang
terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik temu,
dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan terwujud apabila dilandasi oleh sikap
toleran, non sektarian, inklusif, akomodatif, dan rukun.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip atau asas pluralistik dan multikultural Bhinneka Tunggal Ika mendukung nilai:
(1) inklusif, tidak bersifat eksklusif, (2) terbuka, (3)ko-eksistensi damai dan
kebersamaan, (4) kesetaraan, (5) tidak merasa yang paling benar, (6) tolerans, (7)
musyawarah disertai dengan penghargaan terhadap pihak lain yang berbeda. Suatu
masyarakat yang tertutup atau eksklusif sehingga tidak memungkinkan terjadinya
perkembangan tidak mungkin menghadapi arus globalisasi yang demikian deras dan
kuatnya, serta dalam menghadapi keanekaragaman budaya bangsa. Sifat terbuka
yang terarah merupakan syarat bagi berkembangnya masyarakat modern. Sehingga
keterbukaan dan berdiri sama tinggi serta duduk sama rendah, memungkinkan
terbentuknya masyarakat yang pluralistik secara ko-eksistensi, saling hormat
menghormati, tidak merasa dirinya yang paling benar dan tidak memaksakan
kehendak yang menjadi keyakinannya kepada pihak lain.
Konsep dasar Bhinneka Tunggal Ika
Segala peraturan perundang-undangan khususnya peraturan daerah harus
mampu mengakomodasi masyarakat yang pluralistik dan multikutural, dengan tetap
berpegang teguh pada dasar negara Pancasila dan UUD 1945. Suatu peraturan
perundang-undangan, utamanya peraturan daerah yang memberi peluang terjadinya
perpecahan bangsa, atau yang semata-mata untuk mengakomodasi kepentingan
unsur bangsa harus dihindari. Suatu contoh persyaratan untuk jabatan daerah harus
dari putra daerah , menggambarkan sempitnya kesadaran nasional yang semata-mata
untuk memenuhi aspirasi kedaerahan, yang akan mengundang terjadinya
perpecahan. Hal ini tidak mencerminkan penerapan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.
Dengan menerapkan nilai-nilai tersebut secara konsisten akan terwujud masyarakat
yang damai, aman, tertib, teratur, sehingga kesejahteraan dan keadilan akan
terwujud.
Implementasi Bhineka Tunggal Ika
Setelah kita fahami beberapa prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal
Ika, maka langkah selanjutnya adalah bagaimana prinsip-prinsip Bhinneka Tunggal Ika ini
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1. Perilaku inklusif.
Di depan telah dikemukakan bahwa salah satu prinsip yang terkandung dalam
Bhinneka Tunggal Ika adalah sikap inklusif. Dalam kehidupan bersama yang
menerapkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memandang bahwa dirinya, baik itu
sebagai individu atau kelompok masyarakat merasa dirinya hanya merupakan
sebagian dari kesatuan dari masyarakat yang lebih luas. Betapa besar dan penting
kelompoknya dalam kehidupan bersama, tidak memandang rendah dan
menyepelekan kelompok yang lain. Masing-masing memiliki peran yang tidak dapat
diabaikan, dan bermakna bagi kehidupan bersama.
Implementasi Bhineka Tunggal Ika

2. Mengakomodasi sifat pluralistik


Bangsa Indonesia sangat pluralistik ditinjau dari keragaman agama yang dipeluk oleh masyarakat, aneka
adat budaya yang berkembang di daerah, suku bangsa dengan bahasanya masing-masing, dan
menempati ribuan pulau yang tiada jarang terpisah demikian jauh pulau yang satu dari pulau yang lain.
Tanpa memahami makna pluralistik dan bagaimana cara mewujudkan persatuan dalam keanekaragaman
secara tepat, dengan mudah terjadi disintegrasi bangsa. Sifat toleran, saling hormat menghormati,
mendudukkan masing-masing pihak sesuai dengan peran, harkat dan martabatnya secara tepat, tidak
memandang remeh pada pihak lain, apalagi menghapus eksistensi kelompok dari kehidupan bersama,
merupakan syarat bagi lestarinya negara-bangsa Indonesia. Kerukunan hidup perlu dikembangkan
dengan sepatutnya. Suatu contoh sebelum terjadi reformasi, di Ambon berlaku suatu pola kehidupan
bersama yang disebut pela gandong, suatu pola kehidupan masyarakat yang tidak melandaskan diri
pada agama, tetapi semata-mata pada kehidupan bersama pada wilayah tertentu. Pemeluk berbagai
agama berlangsung sangat rukun, bantu membantu dalam kegiatan yang tidak bersifat ritual keagamaan.
Mereka tidak membedakan suku-suku yang berdiam di wilayah tersebut, dan sebagainya. Sayangnya
dengan terjadinya reformasi yang mengusung kebebasan, pola kehidupan masyarakat yang demikian
ideal ini telah tergerus arus reformasi.
Implementasi Bhineka Tunggal Ika

3. Tidak mencari menangnya sendiri


Menghormati pendapat pihak lain, dengan tidak beranggapan bahwa
pendapatnya sendiri yang paling benar, dirinya atau kelompoknya yang paling
hebat perlu diatur dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika. Dapat menerima dan
memberi pendapat merupakan hal yang harus berkembang dalam kehidupan
yang beragam. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi dicari titik
temu. Bukan dikembangkan divergensi, tetapi yang harus diusahakan adalah
terwujudnya konvergensi dari berbagai keanekaragaman. Untuk itu perlu
dikembangkan musyawarah untuk mencapai mufakat.
Implementasi Bhineka Tunggal Ika
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat
Dalam rangka membentuk kesatuan dalam keanekaragaman diterapkan
pendekatan “musyawa-rah untuk mencapai mufakat.” Bukan pendapat sendiri
yang harus dijadikan kesepakatan bersama, tetapi common denominator, yakni
inti kesamaan yang dipilih sebagai kesepakatan bersama. Hal ini hanya akan
tercapai dengan proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan cara ini
segala gagasan yang timbul diakomodasi dalam kesepa-katan. Tidak ada yang
menang tidak ada yang kalah. Inilah yang biasa disebut sebagai win win
solution.
Implementasi Bhineka Tunggal Ika

5. Dilandasi rasa kasih sayang dan rela berkorban


Dalam menerapkan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara perlu dilandasi oleh rasa kasih sayang. Saling curiga mencurigai harus
dibuang jauh-jauh. Saling percaya mempercayai harus dikembangkan, iri hati,
dengki harus dibuang dari kamus Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini akan berlangsung
apabila pelaksanaan Bhnneka Tunggal Ika menerap-kan adagium “leladi
sesamining dumadi, sepi ing pamrih, rame ing gawe, jer basuki mowo beyo.”
Eksistensi kita di dunia adalah untuk memberikan pelayanan kepada pihak lain,
dilandasi oleh tanpa pamrih pribadi dan golongan, disertai dengan pengorbanan.
Tanpa pengorbanan, sekurang-kurangnya mengurangi kepentingan dan pamrih
pribadi, kesatuan tidak mungkin terwujud.
Implementasi Bhineka Tunggal Ika
Bila setiap warga negara memahami makna Bhinneka Tunggal Ika, meyakini
akan ketepatannya bagi landasan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta mau
dan mampu mengimplementasikan secara tepat dan benar insya Allah, Negara
Indonesia akan tetap kokoh dan bersatu selamanya.
Manfaat Bhinneka Tunggal Ika

Semboyan Bhineka Tunggal Ika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari


untuk mewujudkan persatuan dan kesauan bangsa Indonesia. Sebab Indonesia
merupakan Negara kepulauan yang terdiri atas 13.466 pulau. Setiap pulau
memiliki adat, suku, agama, dan bahasa masing-masing. Oleh karenanya
Bhinneka Tunggal Ika diperlukan dalam keberagaman ini.
Kesadaran Berbangsa dan Bernegara
Perilaku yang mengutamakan tujuan Negara Indonesia adalah tindakan yang
mencerminkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Tujuan Negara Indonesia tercantum
dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945. Kesadaran
berbangsa dan bernegara dapat dilakukan setiap warga Negara dengan mengutamakan
sikap-sikap sebagai berikut.
a. Nasionalisme dapat diartikan sebagai perasaan cinta dan bangga terhadap tanah air.
Meskipun demikian, bukan berarti merendahkan bangsa lain dan menganggap bangsa
sendiri lebih baik. Contoh sikap nasionalis yaitu bangga menggunkan produk dalam
negeri.
b. Patriotisme merupakan paham cinta tanah air dan rela mengorbankan jiwa dan raganya
demi tanah air Indonesia. Sikap patriotic ditunjukkan oleh para pahlawan yang gugur di
medan perang demi membela bangsa dan Negaranya. Adapun saat ini, sikap patriotik
yaitu dengan mengikuti kejuaraan internasional sehingga mengharumkan nama bangsa
dan Negara Indonesia.
Hubungan Internasional dan HAM
Pengakuan, Penghormatan, Penegakan HAM
1. Pengertian HAM
Menurut Jan Materson, seorang anggota Komisi HAM PBB menyatakan bahwa
HAM adalah hak-hak yang secara iheren melekat dalam diri manusia dan tanpa
hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia. Adapun definisi HAM
menurut pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menjelaskan
bahwa HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
Negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa HAM adalah hak-hak yang dimiliki oleh manusia sejak ia
masih di dalam kandungan.
2. Pengakuan dan Penghormatan HAM di Dunia dan Indonesia

HAM sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, pada hari itu secara universal disepakati untuk dihormati,
dilindungi, dan ditegakkan.jauh sebelum deklarasi tersebut, sudah diupayakan pemajuan dan
pelindungan terhadap HAM melalui berbagai dokumen. Berikut tentang HAM dibeberapa Negara.
a. Magna Charta tahun 1215, Magna Charta merupakan piagam perjanjian antara Raja dari Inggris dan
para bangsawan.
2.Partition of Rights Tahun 1628, merupakan pernyataan-pernyataan mengenai hak-hak rakyat
bersama jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada Raja di hadapan parlemen.
3. Habeas Corpus Act Tahun 1679, merupakan dokumen hukum yang mengatur tentang penahanan
seseorang.
4. Bill of Rights 1689, merupakan dokumen hukum yang ditandatangani oleh Raja William III. Dalam
dokumen tersebut Raja William harus mengakui hak-hak parlemen.
Adapun penghormatan HAM di Indonesia diatur dalam pasal 28A-28J UUD Negara RI Tahun
1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
3. Penegakan HAM

Penegakan kasus HAM dapat diselesaikan di pengadilan HAM yang diatur dalam UU No. 26
Tahun 2000. Akan tetapi, pengadilan HAM hanya menyelesaikan kasus pelanggaran HAM
berat. Kasus pelanggaran HAM berat digolongkan menjadi dua yaitu kejahatan genosida
dankejahatan terhadap kemanusiaan.
a. Kejahatan genosida berarti setiap perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
menghancurkan seluruh atau sebagian suatu kelompok nasional, etnis, ras, atau
keagamaan sebagai berikut.
• Membunuh anggota kelompok.
• Menimbulkan luka fisik atau mental yang serius terhadap para anggota kelompok.
• Secara sengaja menimbulkan kondisi kehidupan atas kelompok yang menyebabkan
kehancuran fisik secara keseluruhan atau untuk sebagian.
• Memaksakan tindakan-tindakan yang dimaksud untuk mencegah kelahiran dalam
kelompok.
• Memindahkan secara paksaanak-anak dari sebuah kelompok kekelompok lain.
3. Penegakan HAM

b. Adapun kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan salah satu perbuatan


dari serangan. Serangan tersebut sifatnya luas atau sistematik dan penduduk
sipil dalam bentuk sebagai berikut.
• Pembunuhan; permusuhan, dan perbudakan.
• Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.
• Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan pokok hukum
internasional.
3. Penegakan HAM

Kasus-kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia diselesaikan melalui


pengadilan HAM dan pengadilan HAM Ad Hoc. Pengadilan HAM menyelesaikan kasus
pelanggaran HAM yang terjadi setelah diundangkannya UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Adapun pengadilan HAM Ad Hoc menyelesaikan kasus pelanggaran
HAMyang terjadi sebelum diundangnya UU Nomor 26 Tahun2000.
4. Upaya Penegakan HAM

Pemerintah memiliki kewajiban untuk HAM dengan cara preventif (pencegahan)


dan represif (penindakan).
a. Upaya preventif dilakukan dengan membentuk peraturan yang mengatur
tentang HAM, menyosialisasikan penegakan HAM kepada seluruh warga
masyarakat, serta membentuk instrument kelembagaan HAM.
b. Sedangkan upaya represif yang dilakukan pemerintah yang dilakukan
pemerintah yaitu mengadili pelaku pelanggaran HAM dipengadilan HAM dan
pengadilan HAM Ad Hoc sesuai peraturan yang berlaku.
4. Upaya Penegakan HAM

Adapun tahapan penyelesaian kasus pelanggaran HAM melalui pengadilan


HAM danpengadilan HAM ad hoc sesuai peraturan yang berlaku.
a. Penyelidikan
b. Penyidikan
• Penangkapan
• penahanan
c. Penuntutan
d. Pemeriksaan di pengadilan
Sifat dan Macam-macam HAM

1. Sifat HAM
HAM memiliki sifat tertentu yang berbeda dari hak-hak lainnya. Berikut sifat
HAM:
a. Universal atau menyeluruh, artinya HAM berlaku bagi semua orang tanpa
terkecuali.
b. Utuh, artinya HAM tidak dapat menjadi lebih kecil atau lebih besar karena
setiap manusia berhak atas seluruh haknya secara utuh.
c. Hakiki, artinya HAM melekat pada setiap manusia sejak lahir sebagai hak
dasar atau hak pokokatas karunia Tuhan Yang Maha Esa.
d. Permanen atau kekal, artinya HAM yang melekat pada diri manusia tidak
dapat dipindahtangankan atau dicabut oleh kekuatan lain.
2. Macam-macam HAM

HAM dijamin dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM. HAM yang dijamin UU
sebagai berikut.
• Hak untuk hidup
• Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
• Hak mengembangkan diri
• Hak memperoleh keadilan
• Hak atas kebebasan pribadi
• Hak atas rasa aman
• Hak atas kesejahteraan
• Hak turut serta dalam pemerintahan
• Hak wanita
• Hak anak
2. Macam-macam HAM
Secara lebih terperinci, HAM dapat dikelompokkan dalam enam macam
sebagai berikut.
a. Hak Asasi Politik (Political Right)
Hak yang dimiliki oleh setiap individu dalam bidang politik. Hak asasi politik
antara lain hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, hak ikut
serta dalam kegiatan pemerintahan, hak untuk membuat dan memajukann
suatu usulan petisi, serta beroeganisasi atau berkumpul.
b. Hak Asasi Peradilan (Procedural Right)
Hak asasi yang dimiliki oleh setiap individu dibidang peradilan. Hak asasi
peradilan mencakup hak mendapat keadilan, hak mendapat peradilan, hak
mendapat pembelaan hukum di pengadilan, hak atas persamaan perlakuan
penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan penyelidikan dimata hukum,
serta hak mendapatkan perlindungan.
2. Macam-macam HAM
C. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Right)
Setiap orang memiliki kedudukan yang sama di bidang hukum. Hal ini
menunjukkan adanya hak asasi hukum dalam sebuah Negara. Hak asasi
hukum adalah hak yang dimiliki setiap individu dalam bidang hukum. Hak
asasi hukum antara lain mencakup hak mendapatkan layanan dan
perlindungan hukum, serta hak mendapatkan perlakuan yang sama
dihadapan hukum.
2. Macam-macam HAM

d. Hak Asasi Ekonomi (Property Right)

Hak kebebasan yang dimiliki oleh setiap individu untukmenyelenggrakan


kegiatan ekonomi. Hak asasi ekonomi antara lain mencakup hal-hal berikut.
• Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
• Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
• Hak kebebasan menyelenggarakan sewa- menyewa, dan hutang-piutang
• Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu
• Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
2. Macam-macam HAM

e. Hak Asasi Pribadi (Personal Right)


Hak yang dimiliki setiap individu untuk melakukan hal-hal yang diinginkan. Hak
asasi individu erdiri aas hak untuk bergerak, bepergian, menyaakan pendapat,
memilih memeluk dan menjalankan agama, serta kepercayaannya, dan aktif
dalam kegiatan pemerintah diantaranya dalam organisasi dan perkumpulan.
f. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Right)
Hak asasi yang dimiliki setiap individu dibidang sosial dan budaya. Hak sosial dan
budaya antara lain mencakup hak mendapat pelayanan kesehatan, hak
mengembangkan kebudayaan dan hak mendapatkan pendidikan.
Instrumen HAM

Instrumen HAM secara nasional yaitu peraturan perundang-undangan.


Peraturan perundang-undangan yang menjadi instrument HAM sebagai berikut.
• UUD NRI Tahun 1945
• Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang HAM
• UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat di
Muka Umum.
• UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
• UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Hak dan Kewajiban sebagai warga Negara

Berdasarkan pasal 1 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan


Indonesia menjelaskan bahwa warga Negara merupakan warga suatu Negara yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Adapun berdasarkan
pasal 26 ayat (1) UUD 1945 telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia ialah orang-
orang bangsa Indonesia asli dan Orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU
sebagai warga Negara.
1. Hak warga Negara
a. Bidang Politik
• Hak memilih dan dipilih dalam pemilu
• Hak menyatakan pendapat di muka umum
• Hak mendirikan organisasi kemasyarakatan atau partai politik
b. Bidang Ekonomi
• hak mendapatkan pekerjaan yang layak
• hak mendapatkan upah yang layak
c. Bidang Sosial
• Hak mendapatkan pendidikan selama 12 tahun
• Hak mendapatkan kesejahteraan sosial
• hak untuk memeluk agama masing-masing
1. Hak warga Negara
d. Bidang Hukum dan Pemerintahan
• Hak menjunjung hukum dan pemerintahan dengan tidak ada kecualinya
• Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil,
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum
• Setiap warga Negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan
e. Bidang Pertahanan dan Keamanan
• Melaksanakan pemilu sesuai asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil
• Mengawal jalannya pemerintahan agar tercipta pemerintahan yang bersih
• Memeatuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku
2. Kewajiban warga Negara

• Dibidang politik, hukum dan pemerintahan setiap waarga Negara memiliki


kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan dan setiap warga Negara
waajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara.
• Dibidang sosial dan budaya setiap warga Negara memiliki kewajiban
memelihara kebudayaan nasional daerah.
• Dibidang ekonomi setiap warga Negara memiliki kewajiban membayar pajak
Sejarah HAM di Dunia
Pengakuan dan penghormatan HAM
a. Magna Charta (1215), merupakan piagam perjanjian antara Raja Jihn dari
Inggris dan para bangsawan.
b. Petition of Right (1628), merupakan pernyataan-pernyataan mengenai hak-
hak rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan
kepada Raja dihadapan Parlemen.
c. Habeas Corpus Act (1679), merupakan dokumen hukum yang mengatur
tentang penahanan seseorang.
d. Bill of Rights 1689, merupakan dokumen hukum yang ditandatangani oleh
Raja William III. Dalam hukum tersebut Raja William harus mengakui hak-hak
parlemen.
e. Adapun penghormatan HAM di Indonesia diatur dalam pasal 28A-28J UUD
NRI Tahun 1945 dan UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM.
Sejarah Perkembangan HAM di dunia
• Hukum Raja Hammurabi di Babylonia (1200-612 M), diantaranya berisi
masalah-masalah yang berhubungan dengan rakyat.
• Majelis Rakyat (Ecclesia) di Athena (600 SM)
• Majelis Rakyat di Athena
• Peraturan Hukum di Romawi (527 SM)
• Pada zaman Kaisar Flavius Anicius Justinian, diciptakan suatu peraturan hukum
yang menjadi dasar dalam pola hukum modern di Negara Barat.
• Ajaran Aristoteles (428-348 SM), pemerintahan harus berdasarkan atas
kemauan dan cita-cita mayoritas warga negraanya.
• Revolusi Perancis (4 Juli 1789), bertujuan untuk membebaskan warga Negara
Perancis dari kekangan kekuasaan mutlak seorang raja penguasa tunggal
Negara.
Sejarah Perkembangan HAM di dunia
• Abraham Lincoln, menentang adanya perbedaaan warna kulit, agama dan jenis
kelamin dalam pemerintahan.
• Pada tahun 1941, Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt menganjurkan
untuk melaksanakan empat kebebasan (four freedom), yaitu:
• Kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat (freedom of speech)
• Kebebasan beragama (freedom of religion)
• Kebebasan dari ketakutan (freedom of fear)
• Kebebasan daari kemeralatan (freedom of want)
• Tanggal 10 Desember 1948 PBB menetapkan piagam HAM sedunia (Universal
Declaration of Human Rights).
• Tahun 1966 PBB secara aklamasi menyetujui hal berikut:
1) Perjanjian tentang hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
2) Perjanjian tentang hak-hak sipil dan publik.
Lembaga Penegakkan HAM di Indonesia

1. Komisi Nasional HAM


Pada awalnya komnas HAM dibentuk berdaasarkan Keppres No. 50 Tahun 1993
sebagai respon terhadap tuntutan masyarakat maupun tekanan dunia
Internasional tentang perlunya menegakkan HAM di Indonesia. Kemudian
dengan lahirnya UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM yang didalamnya
mengatur tentang komnas HAM.
Tujuan Komnas HAM
• Membantu mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM
• Meningkatkan perlindungan dan penegakkan HAM guna berkembangnya
pribadi manusia yang seutuhnya dan kemampuan berpartisipasi berbagai
kehidupan.
Lembaga Penegakkan HAM di Indonesia

1. Komisi Nasional HAM


Fungsi Komnas HAM
• Fungsi Pengkajian dan Penelitian
• Fungsi penyuluhan
• Fungsi pemantauan
• Fungsi mediasi
Kelengkapan Komnas HAM
• Sidang Paripurna
• Sub komisi
Keaanggotaan Komnas HAM
• Keanggotaan Komnas HAM berjumlah 35 orang dengan masa jabatan 5 tahun dan
setelah berakhir dapat diangkat kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.
• Anggota komnas HAM dipilih oleh DPR RI berdasarkan usulan Komnas HAM dan
diresmikan oleh Presiden selaku kepala Negara.
Hak dan Kewajiban anggota Komnas HAM
• Menyampaikan usulan dan pendapat kepada sidang paripurna
• Memberikan saran dalam pengambilan keputusan dalam sidang paripurna dan sub
komisi
• Mengajukan dan memilih calon ketua dan wakil ketua komnas HAM dalam sidang
paripurna
• Mengajukan bakal calon anggota HAM dan sidang paripurna untuk menggantikan
periode dan antarwaktu
Kewajiban anggota Komnas HAM
• menaati peraturan perundaang-undangan yang berlaku dan keputusan komnas
HAM
• berpartisipasi aktif dan sungguh-sungguh untuk tercapainnya tujuan Komnas HAM
• menjaga kerahasiaan keterangan yang sifatnya rahasia yang ia dapatkan
berdasarkan kedudukannya sebagai anggota komnas HAM
2. Komisi Nasional Kekerasan terhadap Perempuan
Komnas HAM anti kekerasan terhadap perempuan dibentuk berdasarkan Keppres
No. 181 tahun 1998 dengan maksud melindungi kaum perempuan dari segala
bentuk tindakan kekerasan.
Tujuannya
• Menyebarluaskan pemahaman tentang bentuk kekerasan terhadap perempuan.
• Mengembangkan situasi yang kondusif penghapusan bentuk kekerasan terhadap
perempuan
• Meningkatkan upaya untuk pencegahan dan penanggulangan segala bentuk
kekerasan terhadap perempuan dan hak asasi perempuan
Kegiatan Komnas HAM anti kekerasan terhadap Perempuan

a. Penyebarluasan pemahaman bentuk kekerasan, pencegahan,


penanggulangan penghapusan segala bentuk kekerasan terhadap
perempuan.
b. Pengkajian dan penelitian terhadap berbagai instrument PBB mengenai
perlindungan hak asasi terhadap perempuan.
c. Pemantauan dan penelitian segala bentuk kekerasan terhadap perempuan
dan memberikan pendaapat, saran dan pertimbangan kepada pemerintah.
d. Penyebarluasan hasil pemantauan dan penelitian atas terjadinya kekerasan
terhadap perempuan kepada masyarakat.
e. Pelaksanaan kerja sama regional dan internasional dalam upaya penegakkan
dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.
Pelanggaran HAM
Kategori pelanggaran HAM yang berat
• Pembunuhan besar-besaran/genosida
• Rasialisme
• Terorisme
• Pemerintah totaliter
• Pengrusakan kualitas lingkungan
• Kejahatan-kejahatan perang
Contoh pelanggaran HAM :

Tahun 1991, kerusuhan di perumahan Santa Cruz, DIlli yang mengakibatkan 200 orang meninggal.
Tahun 1993, kasus meninggalnya aktifis buruh perempuan, Marsinah pada tanggal 8 Mei 1993.
Tahun 1994, pembrendelan majalah tempo, editor dan detik.
Tahun 1995, kasus tanah toraja dan kerusuhan di flores.
Tahun 1996, kasus tanah balongan, sengketa antara penduduk setempat dengan pabrik muara
enim mengenai pencemaran lingkungan, sengketa tanah manis mata, kasus waduk nipah di
Madura, dimana koraban jatuh tertembak ketika mereka memprotes penggusuran tanah mereka,
penyerangan terhadap pendukung PDI pro megawati pada tanggal 27 Juli, kerusuhan Sambas-
Sangualedo (20 Desember 1996).
Tahun 1997, kasus tanah kemayoran dan kasus pelaku dukun santet di Jawa Timur.
Tahun 1998, kerusuhan Mei di beberapa kota meletus, termasuk di Jakarta peristiwa terjadi
tanggal 13-15 Mei 1998, dan kasus tewasnya beberapa mahasiswa tri sakti di Jakarta dua hari
sebelum kerusuhan mei, serta kasus tewasnya beberapa mahasiswa dalam demonstrasi
menentang sidang istimewa 1998 dimana peristiwa ini terjadi pada tanggal 13 – 14 Mei 1998 dan
dikenal dengan tragedi semanggi.

Anda mungkin juga menyukai