"KLUMPEK' PARALYSIS"
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
DIVA CIANA(1811401025)
BUKITTINGGI
2020
KATA PENGANTAR
Puji bagi Allah SWT karena atas limpahan rahmat serta hidayah nya maka
makalah ini dapat diselesaikan.tidak lupa kepada nabi Muhammad Saw atas
limpahan rahmatnya yang kita nantikan di Yaumil akhir nanti.
Makalah ini berisi tentang kasus klumpek' paralysis yang meliputi penyebab
penyakit,gejala maupun pengobatannya. Makalah ini penting karena sebagai tugas
Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna maka kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah yang
selanjutnya.terima kasih
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………….
2.1 defenisi………………………………………………………………………………..
2.2 etiologi………………………………………………………………………………..
2.4 Patofisiologi…………………………………………………………………………..
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………
3.2 Saran…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
3.Neuroma, di mana saraf yang terluka telah sembuh tetapi tidak dapat
mengirimkan sinyal saraf ke lengan atau otot-otot tangan karena jaringan
parut telah terbentuk dan memberikan tekanan padanya.
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Paralisis klumpke merupakan salah satu dari dua jenis trauma fleksusbrachialis
atau brachialpalsy.
Trauma pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan
atau tanpa paralisis lengan bawah atau tangan,atau lebih lazim paralisis dapat
terjadi pada seluruh lengan.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah leher pada saat lahirnya
bayi, sehingga terjadi kerusakan pada plexusbrachialis
Hal ini ditemukan pada persalinan sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat
dalam usaha melahirkan kepala bayi ( tarikan berlebihan pada saat melahirkan
bayi ).
Paralysisklumpke ( LowerRadicularsyndrome):
Paralysis pada otot-otot flexorwrist dan jari-jari juga otot-otot kecil yang ada di
tangan bayi akibat kerusakan cabang-cabang VC 6-7, VTH 1 pleksus brakialis
menyebabkan kelemahan lengan otot-otot fleksuspergelangan,maka bayi tidak
dapat mengepal.
Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat didaerah leher pada saat lahirnya
bayi, sehingga terjadi kerusakan pada fleksusbrachialis. Hal ini ditemukan pada
persalinan sunsang apabilah dilakukan traksiyang kuat dalam usaha melahirkan
kepala bayi. Pada persalinan presentasi kepala, kelainan dapat terjadi pada
janin pada bahu lebar.
Pengobatan ialah dengan imobilisasi lengan yang lumpuh dalam posisi lengan
atas abduksi 90⁰,siku fleksi 90⁰disertai supinasi lengan bawah dan pergelangan
tangan dalam ekstensi, selain 12 jam sehari, disertai massegedan latihan gerak.
Atau penaggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posis
abduksi 90⁰ dan putaran keluar. Siku berada dalam fleksi 90⁰ disertai supinasi
lengan bawah dengan ektensi pergelangan dan telapak tangan menghadap
kedepan. Penyembuhan biasanya setelah beberapa hari, kadang-kadang 3-6
bulan. Atau penyembuhan berpariasi antara 2 bulan sampai 2 tahun
2.2 etiologi
N.spinaliscervikalis
Plexusbrachialis
Berlatar belakang pada struktur tersebut di atas maka kelumpuhan pada lengan
dapat dibedakan dalam kelumpuhan lengan akibat lesi di plexusbrachialis atau
fasikulus atau di saraf Perifer.
1. Erb'sduchenne palsu
2. Klumpke'spalsy
Fisiologi
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi kondisi ini adalah salah satu penghinaan neurologis. Agar ada
tanda dan gejala, pertama-tama harus ada cukup cedera pada saraf. Seddon dan
Sunderland mengembangkan satu cara untuk memahami kompromi saraf ini
dengan memeriksa cedera mikro dan makroskopis. Kompromi saraf memiliki 3
kategori utama; neurapraxia, axonotmesis, dan neurotmesis. Selama keadaan
neurapraxia, tidak ada kerusakan makroskopik, tetapi ada kerusakan
fungsional, sebagian besar sembuh dengan fisioterapi. 2 kategori lainnya, yaitu.
axonotmesis dan neurotmesis adalah kasus yang lebih serius karena ada
kerusakan makroskopis dengan neurotmesis yang memiliki prognosis yang
kurang ideal biasanya menghasilkan neuroma non-fungsional. Temuan paling
umum pada semua tahap degenerasi neurologis adalah kelainan dermatom dan
myotome khusus untuk akar saraf.
1. Extraction
2. Rupture
a. Saraf tertarik
4. Praxis
1. Kelemahan dan kehilangan gerakan lengan dan tangan. Beberapa bayi juga
mengalami kelopak mata yang menurun di sisi wajah yang berlawanan.
Gejala ini juga dapat disebut sebagai sindrom Horner.
3. Temuan myotome yang berkisar dari penurunan kekuatan otot hingga atrofi
otot dan deformitas posisi.
2. Atrofi otot-otot kecil pada tangan dan otot flexor pergelangan tangan
sehingga terjadi clowhand
5. Penurunan LGS
1. Subyektif
2. Objektif
a. Umum
b. Khusus:- Reflek
- Lgs
- Sensoris
c. Tambahan :- EMG
- ROM
Tujuan nya :
1. Merangsang inervasi
2. Menguat kan kekuatan otot lengan
3. Meningkatkan ROM
4. Mencegah kontraktur
2. 8 Gambaran klinis
Secara klinis terlihat reflek pegang menjadi negatif, telapak tangan terkulai
lemah, sedangkan refleksi biseps Dan radialis tetap positif.
Jika serabut simpatis ikut terkena,maka akan terlihat sindrome HORNER yang
di tandai antara lain oleh adanya gejala prosis,miosis,enoftalmus,dan hilangnya
keringat didaerah kepala dan muka homo lateral dari trauma lahir tersebut
2. 9 Intervensi Fisioterapi
1. Infrared
2. Massage
3. Exercise
Pemberian exercise yang berupa gerak pasif,gerakaktif,dan sedikit diberikan
stretching akan menimbulkan pumpingaction sehingga memperkecil efek
kontraktur pada jaringan lunak (otot,tendon,ligamen) memberikan sirkulasi
dan vascularisasi yang dinamis dan memelihara fisiologis otot,sehingga
adanya disability dapat dicegah melalui exercise setelah strechting dilakukan
immabilisasi lebih baik.
4. Wristhandortose
Tujuan : edukasi untuk orang tua pasien agar dapat dilakukan disetiap saat,
fisioterapis mengajarkan ke orang tua pasien cara menggendong
dan pada saat membaringkan anak
Terapi fisik membantu mengatur gerak tubuh dan sendi tetap normal. Terapi
fisik juga membuat latihan otot dan persendian dengan baik dan mencegah
kekakuan pada latihan bahu, siku, atau tangan.
1. Meningkatkan pemulihan,
2. Rentang gerak,
3. Kekuatan, dan
4. Ketangkasan
5. Kontrol rasa sakit
4. Neurofibroma
5. Discherniasi
6. Pelampiasan bahu
Pengelolaan
Perawatan cedera Klumpke pada bayi dan anak-anak sangat tergantung pada
tingkat keparahan dan klasifikasi cedera.
Untuk saraf yang sobek (cedera avulsi dan pecah), gejala dapat membaik
dengan operasi.
Obsi bedah:
Prognosa
Dengan kata lain, beberapa jenis perawatan atau intervensi biasanya diperlukan
untuk prognosis yang baik. Semakin dini pengobatan dimulai, semakin baik
hasil yang diharapkan. Cidera saraf pada ujung spektrum yang lebih parah
membutuhkan pembedahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Klumpke palsy merupakan kelumpuhan yang terjadi pada bagian bawah pleksus
brakialis (C8 & T1). Klumpke palsy dapat disebabkan regangan yang berlebihan
pada lengan bagian bawah.
Manifestasi klinis dari klumke palsy terlihat seperti gambaran claw hand disertai
dengan hipestesi pada bagian brachil medial, braci inferior dan manus ulnaris.
Klumpke paralysis biasanya dapat sembuh spontan dalam waktu beberapa bulan,
namun tetap dibutuhkan bantuan fisioterapi untuk menjaga fungsi otot dan sendi
tetap normal.
DAFTAR PUSTAKA
Ulgen BO, Brumblay H, Yang LJ, Doyle SM, Chung KC. Augusta Déjerine-
Klumpke, MD (1859-1927): perspektif historis tentang kelumpuhan Klumpke.
Bedah Saraf. 2008 Agustus; 63 (2): 359-66; diskusi 366-7. [ PubMed ]
Jennett RJ, Tarby TJ, Krauss RL. Erb'spalsy kontras dengan Klumpke dan total
palsy: mekanisme yang berbeda terlibat. Saya. J. Obstet. Ginekol. Juni 2002; 186
(6): 1216-9; diskusi 1219-20. [ PubMed ]
Harry WG, Bennett JD, Guha SC. Otot skalen dan pleksus brakialis: variasi
anatomi dan signifikansi klinisnya. Klinik Anat. 1997; 10 (4): 250-2. [ PubMed ]
Moran SL, Steinmann SP, Shin AY. Cedera pleksus brakialis dewasa: mekanisme,
pola cedera, dan diagnosis fisik. Klinik Tangan. 2005 Februari; 21 (1): 13-24.
[ PubMed ]
Sakellariou VI, Badilas NK, Mazis GA, Stavropoulos NA, Kotoulas HK,
Kyriakopoulos S, Tagkalegkas I, Sofianos IP. Cedera pleksus brakialis pada orang
dewasa: evaluasi dan pendekatan diagnostik. ISRN Orthop. 2014; 2014 : 726103.
[ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ]
Smania N, Berto G, La Marchina E, Melotti C, Midiri A, Roncari L, Zenorini A,
Ianes P, Picelli A, Waldner A, Faccioli S, Gandolfi M. Rehabilitasi cedera pleksus
brakialis pada orang dewasa dan anak-anak. Eur J Phys Rehabilitasi Med. 2012
Sep; 48 (3): 483-506. [ PubMed ]
Midha R. Epidemiologi cedera pleksus brakialis dalam populasi multitrauma.
Bedah Saraf. 1997 Juni; 40 (6): 1182-8; diskusi 1188-9. [ PubMed ]
Moghekar AR, Moghekar AR, Karli N, Chaudhry V. Plexopathiesbrakialis:
etiologi, frekuensi, dan lokalisasi elektrodiagnostik. J ClinNeuromuscul Dis. 2007
Sep; 9 (1): 243-7. [ PubMed ]
LN Coene. Mekanisme lesi pleksus brakialis. Klinik NeurolNeurosurg. 1993; 95
Suppl : S24-9. [ PubMed ]
Kirshblum SC, Burns SP, Biering-Sorensen F, Donovan W, Graves DE, Jha A,
Johansen M, Jones L, Krassioukov A, Mulcahey MJ, Schmidt-Read M, Waring W.
Standar internasional untuk klasifikasi neurologis cedera tulang belakang ( direvisi
2011). J SpinalCordMed. 2011 November; 34 (6): 535-46. [ Artikel gratis PMC ]
[ PubMed
Sakellariou VI, Badilas NK, Stavropoulos NA, Mazis G, Kotoulas HK,
Kyriakopoulos S, Tagkalegkas I, Sofianos IP. Pilihan pengobatan untuk cedera
pleksus brakialis. ISRN Orthop. 2014; 2014 : 314137. [ Artikel gratis PMC ]
[ PubMed ]
Dy CJ, Mackinnon SE. Neuropatiulnaris: evaluasi dan manajemen.
CurrRevMusculoskeletMed. 2016 Jun; 9 (2): 178-84. [ Artikel gratis PMC ]
[ PubMed ]
Freischlag J, Orion K. Memahami sindrom outlet toraks. Scientifica (Kairo). 2014;
2014 : 248163. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ]
Gilbert A, Pivato G, Kheiralla T. Hasil jangka panjang dari perbaikan primer lesi
pleksus brakialis pada anak-anak. Bedah Mikro. 2006; 26 (4): 334-42. [ PubMed ]
Haerle M, Gilbert A. Manajemen lesi pleksus brakialisobstetrik lengkap. J
PediatrOrthop. 2004 Mar-Apr; 24 (2): 194-200. [ PubMed ]
Zuckerman SL, Allen LA, Broome C, Bradley N, Law C, Shannon C, Wellons JC.
Hasil fungsional bayi dengan Narakasgrade 1 yang berhubungan dengan pleksus
brakialis yang berhubungan dengan kelahiran yang menjalani neurotisasi
dibandingkan dengan bayi yang tidak memerlukan operasi. Childs Saraf Syst. 2016
Mei; 32 (5): 791-800. [ PubMed ]
Abzug JM, Kozin SH. Evaluasi dan manajemen palsi kelahiran pleksus brakialis.
Orthop. Clin. Am Utara. 2014 Apr; 45 (2): 225-32. [ PubMed ]
Agata N, Sasai N, Inoue-Miyazu M, Kawakami K, Hayakawa K, Kobayashi K,
Sokabe M. Peregangan berulang menekan atrofi otot solus yang diinduksi
denervasi pada otot soleus pada tikus. Saraf otot. 2009 Apr; 39 (4): 456-62.
[ PubMed ]
Lømo T, Westgaard RH, Hennig R, Gundersen K. Tanggapan Otot Yang
Denervasi terhadap Stimulasi Listrik Jangka Panjang. Eur J Terjemahkan Myol.
2014 31 Maret; 24 (1): 3300. [ Artikel gratis PMC ] [ PubMed ]
Martin E, Pengirim JT, DiRisio AC, Smith TR, Broekman MLD. Waktu operasi
pada cedera pleksus brakialis traumatis: tinjauan sistematis. J. Neurosurg. 2018 01
Mei;: 1-13. [ PubMed ]