Bab Iii K2 KMB
Bab Iii K2 KMB
TINJAUAN KASUS
Pengumpulan Data
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : An. E
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Inpres III RT. 01/01 No. 51 Carangan – Ciledug
Tanggal Masuk : 26 April 2004
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2004
No. CM : 04133107
Diagnosa medis : Post op Appendictomi per Laparotomi atas Indikasi Apendiksitis Perforasi.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri daerah luka operasi.
b. Keluhan waktu didata
Pada saat didata klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi, nyeri dirasakan bertambah berat
bila klien berubah posisi atau tidur dengan kaki diluruskan, nyeri dirasakan berkurang bila klien
tidur dengan posisi terlentang dengan kaki ditekuk. Nyeri dirasakan oleh klien seperti diiris-iris
dan terasa perih. Nyeri dirasakan hanya terlokalisasi pada daerah operasi, skala nyeri klien 3
(skala 1-5) nyeri dirasakan + 2 menit dan terasa setiap 10-15 menit sekali.
c. Riwayat masuk RS
Sekitar 10 hari sebelum masuk RS klien mengeluh sakit perut, kembung dan perut terasa
mengeras, lalu dibawa ke klinik kesehatan. Klien didiagnosa typoid abdominalis, lalu klien
diberi obat dan pulang. 2 hari sebelum masuk RS perutnya semakin kembung dan mengeras dan
esoknya klien muntah-muntah. Tanggal 26 April 2004, klien dibawa ke RSU Tangerang dan
esoknya dilakukan laparatomy + appendictomy a.i apendicsitis perforasi.
Pada tanggal 22 Mei 2004 klien dilakukan operasi yang kedua kalinya dengan laparatomi
explorasi + ileotomi terminal dan colostomi asenden.
d. Riwayat kesehatan lalu
Klien belum pernah menderita penyakit yang sama dan belum pernah menderita penyakit yang
berat yang menyebabkan klien dirawat di RS.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien, serta
penyakit lain seperti asma, TBC, hepatitis, maupun DM.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Bentuk dan ukuran hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada sumbatan
pada lubang hidung, tidak ada pengeluaran abnormal dari lubang hidung, mukosa hidung tampak
merah muda dan tidak ada pembengkakan, tidak ada pembesaran konkha, tidak ada nyeri pada
penekanan rongga sinus.
Bentuk dada simetris, pengembangan rongga dada simetris, tidak ada penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan. Pengembangan paru sempurna, pada pemeriksaan fokal premitus getaran
teraba simetris antara paru kanan dan kiri, semakin ke ujung getaran terasa semakin lemah. Suara
paru terdengar bersih, pada periksa ketuk suara paru terdengar resonan, tidak terdapat adanya
penumpukan sekret, respirasi 24x.menit.
b. Sistem Cardiovaskuler
Hate Rate : 96x/menit, bunyi jantung S¬1 dan S2 terdengar murni reguler, pada pemeriksaan
perkusi ukuran jantung terletak antara intercosta II sampai intercosta V.
Pada pemeriksaan vaskularisasi, conjungtiva tampak anemis, nadi pada ekstermitas teraba
dengan jelas dan tidak mudah menghilang, akral teraba hangat dan tidak ada cyanosis, CRT 2
detik.
c. Sistem Pencernaan
Bibir tampak kering dan agak pecah-pecah, gigi sudah tumbuh lengkap 20 buah, tidak ada
pembengkakan maupun perdarahan gusi, lidah agak kotor, palatum tidak ada kelainan, tidak ada
pembesaran tonsil, refleks menelan baik.
Bising usus (+) 8x./menit merata pada setiap region, pada pemeriksaan perkusi pada setiap
region bunyi usus terdengar resonan, tidak ada penumpukan cairan pada rongga abdomen,
terdapat luka kolostomi dibawah kanan umbilikus, tidak teraba pembesaran hepar maupun limpa,
keadaan anus bersih dan tidak terdapat luka. Berat badan dan tinggi badan tidak terkaji.
d. Sistem Persyarafan
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi orang : klien dapat menyebutkan orang yang berdiri di depannya
Orientasi tempat : klien mengatakan ia berada di RSU Tangerang
Orientasi waktu : klien mampu menyebutkan hari apa sekarang
Pemeriksaan nervus cranial I-XII tidak ada kelainan.
Pemeriksaan refleks :
Bisep (+)
Trisep (+)
Patella (+)
Babinsky (-)
e. Sistem Integumen
Kulit kepala bersih, rambut agak kotor, tidak ada ketombe, tidak ada luka pada kulit kepala.
Warna kulit sawo matang, kulit teraba hangat, terdapat luka pada abdomen yaitu bekas operasi
laparatomi explorasi dan colostomi + illeostomi. Luka laparatomi explorasi terletak pada
abdomen kuadran bawah. Sayatan horizontal sepanjang + 15 cm. pada sayatan terpasang agraf
sebanyak 20 buah, keadaan luka tampak kemerahan, luka tampak basah, terdapat pus pada luka
sebelah kanan. Keadaan kulit sekitar luka tampak kemerahan dan terdapat alergi bekas
pemasangan heperfik. Luka kolostomi terletak pada kuadran kanan bawah dengan diameter + 7
cm. Keadaan stoma tampak kemerahan, tidak mengeluarkan darah/pus, feces keluar + 20 cc
setiap jam, feces merembes pada luka yang berada di bawahnya, suhu 36,70C.
f. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala normal, tidak ada makrosefalus/mikrosefalus. Keadaan tulang belakang tidak ada
kifosis, lordosis maupun skoliosis, ekstermitas kanan dan kiri simetris, tidak ada kelainan, tidak
ada deformitas, tidak ada kekakuan sendi, setiap sendi dapat bergerak dengan bebas. Keadaan
otot hipotoni, kekuatan otot
g. Sistem Genitourinaria
Tidak ada oedema pada palpebra, tidak ada oedema pada ekstremitas, tidak ada penumpukan
cairan pada abdomen, ginjal tidak teraba, tidak terdapat nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal.
Pada saat dikaji kandung kemih tampak kosong, tidak terdapat adanya nyeri tekan ataupun nyeri
ketuk pada kandung kemih, keadaan uretra bersih, tidak ada peradangan ataupun kelainan-
kelainan. Keadaan genital tidak ada kelainan, tidak ada keluhan yang berhubungan dengan
masalah reproduksinya.
h. Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
jugularis, terdapat pembesaran kelenjar getah bening femoralis.
b. Sosial
Klien mau menerima kehadiran perawat dengan senang hati, klien mau menerima kehadiran
anggota keluarganya dan klien akrab dengan klien lain yang sekamar dengannya.
c. Spiritual
Klien meyakini bahwa ia sakit sakit karena ia sedang diuji oleh Tuhan, klien juga berharap agar
ia cepat sembuh dan segera pulang ke rumah agar ia dapat meneruskan sekolahnya.
GENOGRAM :
10 th
Keterangan :
= Laki-laki = Garis keturunan
= Perempuan = Tinggal serumah
+ = Meninggal = Klien
5. Aktifitas Sehari-Hari
No Pola Aktivitas Di Rumah Di RS
1 Nutrisi
Makan
Minum 3x sehari, porsi kecil habis, jenis makanan : nasi, lauk sayur dan buah, tidak ada
pantangan makan, makanan yang disukai : rujak yang pedas.
5-6 gelas kecil sehari (+ 1250-1500 cc), jenis air putih, tidak suka minum kopi, minum susu
kadang-kadang. Bubur saring/bubur sum, 3x sehari, hanya habis ¼ nya, klien merasa perutnya
mual dan tegang, kadang-kadang makan buah.
4-5 gelas kecil sehari (1000-1250 cc) air putih, kadang-kadang susu (Peptisol)
2 Eliminasi
BAK
BAB
4-5x sehari, warna kuning tua, bau khas, tidak ada kesulitan pada saat BAK.
1-2x sehari, konsistensi lunak, warna kuning tengguli, bau khas tidak ada kesulitan saat BAB.
2-3x sehari, warna kuning tua, tidak ada kelainan saat BAK.
Feces keluar dari kolostomi, bentuk cair, warna kuning, tidak ada darah/nanah.
3 Personal Hygiene
-Mandi
-Gosok gigi
-Cuci rambut
-Gunting kuku
1 minggu 1x
4 Istirahat dan tidur
Tidur malam
Tidur siang
Klien tidur dari jam 22.00-08.00, tidak ada kesulitan untuk memulai tidur, tidak menggunakan
obat tidur, tidur nyenyak dan jarang terbangun pada malam hari.
Klien jarang tidur siang.
Klien tidur dari Jam 22.00-06.00, kurang nyenyak, kadang terbangun pada malam hari karena
nyeri pada luka operasi.
5 Aktivitas sehari-hari Klien sekolah siang antara pukul 11.00-16.30, sepulang sekolah klien
main dengan teman sebayanya. Klien hanya tiduran di tempat tidur.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
21 Mei 2004
Hemoglobin : 9,00 gr% (N : 12-14 gr%)
Leukosit : 5.100/mm3 (N : 4000-10.000/mm3)
Hematokrit : 27% (N : 36-46%)
22 Mei 2004
Hemoglobin : 13,7 gr%
Leukosit : 18.600/mm3
Trombosit : 359.000 (N : 150.000-450.000/mm3)
Hematokrit : 40%
b. Ultra sonografi
7. Analisa Data
No Data Senjang Kemungkinan Penyebab
dan Dampak Masalah
1 DS :
-Klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi
-Nyeri dirasakan seperti teriris dan terasa perih.
-Nyeri bertambah bila ia berubah posisi/bila tidur dengan kaki diluruskan.
DO :
-Klien tampak meringis
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
-HR : 98x/menit
-Terdapat luka operasi pada abdomen bawah + 15 cm Appendiksitis perforasi
Operasi laparatomi explorasi
Terputusnya kontinuitas jaringan
Merangsang pengeluaran histamin, bradikinin dan prostaglandin
Merangsang reseptor nyeri delta C
Rangsang nyeri disampaikan ke radix posterior medulla spinalis
Spinotalamicus
Talamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan Gangguan rasa nyaman : nyeri
2 DS :
Klien mengatakan jika ia makan perutnya terasa mual dan terasa tegang.
DO :
-Klien hanya menghabiskan makanannya ¼ porsi
-Jenis makanan klien bubur saring/bubur sumsum
-Perut klien terasa tegang
-Refleks menelan baik.
-Bising usus (+) 8x/menit
Proses operasi (laparatomy)
Bising usus menurun
Puasa
Peningkatan asam lambung, sedangkan lambung dalam keadaan kosong
Rangsangan pada refleks vomiting center di hipotalamus
Adanya mual
Nafsu makan
Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
4 DS :
-Klien mengatakan tidurnya kurang nyenyak.
-Klien mengatakan ia sering terbangun tengah malam karena nyeri.
DO :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak mengantuk
-Konjungtiva pucat. Adanya luka operasi
Nyeri
Merangsang pengaktifan RAS (Reticulo Activity System)
Mudah terjaga
Sering terbangun tengah malam
Tahap tidur tidak terlalu
Kebutuhan tidur tidak perpenuhi
Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur.
5 DS :
-Keluarga mengatakan feces yang keluar pada kolostomi kadang merembes pada balutan luka
laparatomi.
DO :
-Terdapat luka operasi laparatomi explorasi + 15 cm dengan posisi horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka kolostomi dan ileostomi dengan diameter + 7 cm pada abdomen kuadran bawah.
-Operasi yang sekarang merupakan operasi yang kedua.
-Keadaan luka terpasang Agraf sebanyak 20 buah.
-Luka dalam keadaan basah, kemerahan dan tampak ada pus.
-Stoma tampak kemerahan
-Feces dari stoma kadang-kadang merembes ke balutan laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3 Terputusnya kontinuitas jaringan
Merupakan port of entry
Reaksi pertahanan tubuh dengan suplay darah dan leukosit pada daerah luka
Reaksi inflamasi/ peradangan
Akumulasi pus sebagai produksi dari reaksi peradangan
Merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
Resiko penyebaran infeksi
• Berikan obat sesuai indikasi (Analgetik) • Meningkatkan pasokan O2 kepada jaringan serta
meningkatkan supai O2 ke otak.
• Perubahan posisi semi fowler memudahkan drainase cairan/luka karena gravitasi dan
membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.
• Intervensi yang diberikan dapat lebih tepat guna untuk menangani nyeri
• Menurunkan laju metabolik dan iritasi usus karena toksin sirkulasi/lokal, yang membantu
menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan. • Membimbing dan ajarkan klien teknik
relaksasi nafas dalam (pursed lips breathing) dan batuk efektif.
• Memberikan posisi nyaman sesuai keinginan klien.
• Berikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhannya. • Menjaga ADL klien tetap
terpenuhi.
• Memberikan pengajaran pada klien bagaimana pemenuhan ADL secara mandiri. • Membantu
klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya.
• Memberikan latihan mobilisasi secara bertahap.
• Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas klien.
• Memberikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhannya aktivitasnya.
4 Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan rangsangan RAS (Reticulo Activity
System) ditandai dengan :
DS :
-Klien mengatakan tidurnya kurang nyenyak.
-Klien mengatakan ia sering terbangun tengah malam karena nyeri.
DO :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak mengantuk
-Konjungtiva pucat Tupan :
Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi selama 4 hari.
Tupen :
Klien dapat melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur selama 2 hari dengan
kriteria :
-Klien mengatakan nyeri berkurang saat menjelang tidur.
-Klien mengetahui cara penanganan gangguan istirahat : tidur. • Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk tidur.
• Atur program pengobatan dan perawatan sehingga tidak mengganggu tidur klien.
• Anjurkan keluarga untuk menemani klien saat menjelang tidur.
• Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas sebelum tidur dan anjurkan klien untuk minum
susu hangat. • Stimulus lingkungan yang besar akan membuat RAS tetap terjaga.
• Memberikan kesempatan kepada klien untuk melaksanakan REM dan non REM secara
bertahap tanpa gangguan.
• Memberikan rasa tenang dan aman bagi klien.
• Aktivitas sebelum tidur akan menstimulasi kerja otak untuk tetap terjaga, susu hangat membuat
RAS non aktif sebagai akibat kerja triptopan dalam protein dan susu. ` • Menjaga lingkungan
yang tenang dan nyaman untuk tidur.
• Memberikan program therapi dan perawatan sebelum waktu istirahat.
5 Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan akumulasi pus sebagai akibat produksi dari
reaksi peradangan ditandai dengan :
DS :
-Keluarga mengatakan feces yang keluar pada kolostomi kadang merembes pada balutan luka
laparatomi.
DO :
-Terdapat luka operasi laparatomi explorasi + 15 cm dengan posisi horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka kolostomi dan ileostomi dengan diameter + 7 cm pada abdomen kuadran bawah.
-Operasi yang sekarang merupakan operasi yang kedua.
-Keadaan luka terpasang Agraf sebanyak 20 buah.
-Luka dalam keadaan basah, kemerahan dan tampak ada pus.
-Stoma tampak kemerahan
-Feces dari stoma kadang-kadang merembes ke balutan laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3 Penyebaran infeksi tidak terjadi selama 1 minggu.
Tupen :
Infeksi dapat ditanggulangi selama 5 hari dengan kriteria :
-Keadaan luka baik (kering, terdapat jaringan baru). • Ganti laken dan pakaian serta potong kuku
klien.
• Monitor TTV serta tanda infeksi sekitar luka. • Laken, pakaian, serta kuku klien yang panjang
dapat menjadi perantara mikroorganisme patogen.
• Perawatan luka yang efektif dan optimal akan mencegah infeksi serta penyebaran infeksi.
• TTV yang tidak stabil menandakan adanya reaksi tubuh untuk proteksi terhadap peradangan. •
Mengganti laken dan pakaian serta potong kuku klien.
• Berikan informasi prognosa penyakit dan pengaruhnya perubahan gaya hidup mengontrol
gejala dengan pengobatan dan keluhan obat berpantang. • Rentang cemas dari sedang keberat,
tingkat cemas akan tinggi akan gatal beradaptasi kebiasan dan kemampuan koping.
• Kebiasaan pemecahan masalah diperlukan untuk koping dengan penyakit
• Mengkaji tingkat cemas, ekspresi verbal perasaan tentang prognosa dan pengaruh pada gaya
hidup.
CATATAN PERKEMBANGAN
NO.DP TANGGAL EVALUASI
I 28-5-04 S :
Klien mengatakan masih terasa nyeri jika dilakukan perawatan luka operasi.
O:
-Keadaan luka basah.
-Klien meringis saat dilakukan perawatan luka
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Kaji ulang skala nyeri
-Berikan obat sesuai indikasi.
-Lakukan perawatan luka
II 28-5-04 S :
Klien mengatakan masih merasa mual dan tidak nafsu makan.
O:
-Porsi makan habis ¼ porsi
-Klien tidak muntah setelah selesai makan.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I:
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
-Berikan makanan secara bertahap.
III 28-5-04 S :
Klien mengatakan sudah dapat miring kiri-miring kanan dan duduk.
O:
-Klien tampak dalam posisi setengah duduk.
-Klien dapat/mau makan sendiri.
-Klien tampak meringis saat berubah posisi.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I:
-Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.
-Berikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya.
IV 28-5-04 S :
-Klien mengatakan dapat tidur pada malam hari
-Klien mengatakan masih terasa sekit pada luka operasi.
O:
-Klien tampak tertidur pada sore hari.
-Klien terlihat lebih segar.
A:
Masalah teratasi.
V 28-5-04 S :
Keluarga mengatakan cairan dari stoma kadang merembes pada luka laparatomi.
O:
Keadaan luka basah, pus (-), adanya kemerahan pada sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV serta tanda-tanda infeksi pada luka
VI 28-5-04 S :
Keluarga mengerti tindakan yang dilakukan pada klien.
O:
Keluarga tampak menerima tindakan yang dilakukan pada klien.
A:
Masalah teratasi.
I 29-5-04 S :
Klien mengatakan daerah luka op masih terasa nyeri.
O:
-Keadaan luka basah, kemerahan.
-Klien meringis dan menangis saat dilakukan perawatan luka
-Pus (-)
A:
Masalah sebagian teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-petang.
-Berikan therapi sesuai indikasi.
II 29-5-04 S :
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa kenyang.
O:
-Terdapat distensi abdomen.
-Porsi makan habis ½ porsi
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Berikan diit TKTP secara bertahap.
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
V 31-5-04 S :
Keluarga mengatakan cairan dari stoma merembes pada luka laparatomi.
O:
Keadaan luka op basah, pus (-), adanya kemerahan pada sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV, tanda-tanda peradangan sistemik.
-Berikan therapi sesuai program.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan :
Apendiksitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai yang dapat timbul tanpa
sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendix oleh tinja, atau akibat terpuntirnya
apendix atau pembuluhnya.
Pada kasus apendiksitis pembedahan dapat diindikasikan bila diagnosa telah ditegakkan.
Dilakukan untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi laparatomi explorasi atas indikasi
apendiksitis perforasi. Dimana ditemukan diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rangasangan pada refleks
vomiting center di hipotalamus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
menurun.
4. Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan rangsangan RAS (Reticulo
Activity System).
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan akumulasi pus sebagai akibat produksi dari
reaksi peradangan.
6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit klien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suddarth Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit EGC, Jakarta : 2002.
2. Corwin, Elizabeth J, Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta : 2000.
3. Doengoes, Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta : 1999.
Share this:
Twitter
Facebook
Like this:
Suka
Be the first to like this.
Tinggalkan Balasan
Tulisan Terkini
appendisitis
Hello world!
Arsip
Oktober 2011
Kategori
Uncategorized
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Follow “telowphowhonk”
Powered by WordPress.com