Anda di halaman 1dari 18

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pengumpulan Data
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : An. E
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : -
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Inpres III RT. 01/01 No. 51 Carangan – Ciledug
Tanggal Masuk : 26 April 2004
Tanggal Pengkajian : 27 Mei 2004
No. CM : 04133107
Diagnosa medis : Post op Appendictomi per Laparotomi atas Indikasi Apendiksitis Perforasi.

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. J
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Inpres III RT. 01/01 No. 51 Carangan – Ciledug
Hubungan dgn klien : Ayah klien

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri daerah luka operasi.
b. Keluhan waktu didata
Pada saat didata klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi, nyeri dirasakan bertambah berat
bila klien berubah posisi atau tidur dengan kaki diluruskan, nyeri dirasakan berkurang bila klien
tidur dengan posisi terlentang dengan kaki ditekuk. Nyeri dirasakan oleh klien seperti diiris-iris
dan terasa perih. Nyeri dirasakan hanya terlokalisasi pada daerah operasi, skala nyeri klien 3
(skala 1-5) nyeri dirasakan + 2 menit dan terasa setiap 10-15 menit sekali.
c. Riwayat masuk RS
Sekitar 10 hari sebelum masuk RS klien mengeluh sakit perut, kembung dan perut terasa
mengeras, lalu dibawa ke klinik kesehatan. Klien didiagnosa typoid abdominalis, lalu klien
diberi obat dan pulang. 2 hari sebelum masuk RS perutnya semakin kembung dan mengeras dan
esoknya klien muntah-muntah. Tanggal 26 April 2004, klien dibawa ke RSU Tangerang dan
esoknya dilakukan laparatomy + appendictomy a.i apendicsitis perforasi.
Pada tanggal 22 Mei 2004 klien dilakukan operasi yang kedua kalinya dengan laparatomi
explorasi + ileotomi terminal dan colostomi asenden.
d. Riwayat kesehatan lalu
Klien belum pernah menderita penyakit yang sama dan belum pernah menderita penyakit yang
berat yang menyebabkan klien dirawat di RS.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien, serta
penyakit lain seperti asma, TBC, hepatitis, maupun DM.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Bentuk dan ukuran hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak ada sumbatan
pada lubang hidung, tidak ada pengeluaran abnormal dari lubang hidung, mukosa hidung tampak
merah muda dan tidak ada pembengkakan, tidak ada pembesaran konkha, tidak ada nyeri pada
penekanan rongga sinus.
Bentuk dada simetris, pengembangan rongga dada simetris, tidak ada penggunaan otot-otot
pernafasan tambahan. Pengembangan paru sempurna, pada pemeriksaan fokal premitus getaran
teraba simetris antara paru kanan dan kiri, semakin ke ujung getaran terasa semakin lemah. Suara
paru terdengar bersih, pada periksa ketuk suara paru terdengar resonan, tidak terdapat adanya
penumpukan sekret, respirasi 24x.menit.

b. Sistem Cardiovaskuler
Hate Rate : 96x/menit, bunyi jantung S¬1 dan S2 terdengar murni reguler, pada pemeriksaan
perkusi ukuran jantung terletak antara intercosta II sampai intercosta V.
Pada pemeriksaan vaskularisasi, conjungtiva tampak anemis, nadi pada ekstermitas teraba
dengan jelas dan tidak mudah menghilang, akral teraba hangat dan tidak ada cyanosis, CRT 2
detik.

c. Sistem Pencernaan
Bibir tampak kering dan agak pecah-pecah, gigi sudah tumbuh lengkap 20 buah, tidak ada
pembengkakan maupun perdarahan gusi, lidah agak kotor, palatum tidak ada kelainan, tidak ada
pembesaran tonsil, refleks menelan baik.
Bising usus (+) 8x./menit merata pada setiap region, pada pemeriksaan perkusi pada setiap
region bunyi usus terdengar resonan, tidak ada penumpukan cairan pada rongga abdomen,
terdapat luka kolostomi dibawah kanan umbilikus, tidak teraba pembesaran hepar maupun limpa,
keadaan anus bersih dan tidak terdapat luka. Berat badan dan tinggi badan tidak terkaji.

d. Sistem Persyarafan
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi orang : klien dapat menyebutkan orang yang berdiri di depannya
Orientasi tempat : klien mengatakan ia berada di RSU Tangerang
Orientasi waktu : klien mampu menyebutkan hari apa sekarang
Pemeriksaan nervus cranial I-XII tidak ada kelainan.
Pemeriksaan refleks :
Bisep (+)
Trisep (+)
Patella (+)
Babinsky (-)
e. Sistem Integumen
Kulit kepala bersih, rambut agak kotor, tidak ada ketombe, tidak ada luka pada kulit kepala.
Warna kulit sawo matang, kulit teraba hangat, terdapat luka pada abdomen yaitu bekas operasi
laparatomi explorasi dan colostomi + illeostomi. Luka laparatomi explorasi terletak pada
abdomen kuadran bawah. Sayatan horizontal sepanjang + 15 cm. pada sayatan terpasang agraf
sebanyak 20 buah, keadaan luka tampak kemerahan, luka tampak basah, terdapat pus pada luka
sebelah kanan. Keadaan kulit sekitar luka tampak kemerahan dan terdapat alergi bekas
pemasangan heperfik. Luka kolostomi terletak pada kuadran kanan bawah dengan diameter + 7
cm. Keadaan stoma tampak kemerahan, tidak mengeluarkan darah/pus, feces keluar + 20 cc
setiap jam, feces merembes pada luka yang berada di bawahnya, suhu 36,70C.

f. Sistem Muskuloskeletal
Bentuk kepala normal, tidak ada makrosefalus/mikrosefalus. Keadaan tulang belakang tidak ada
kifosis, lordosis maupun skoliosis, ekstermitas kanan dan kiri simetris, tidak ada kelainan, tidak
ada deformitas, tidak ada kekakuan sendi, setiap sendi dapat bergerak dengan bebas. Keadaan
otot hipotoni, kekuatan otot

g. Sistem Genitourinaria
Tidak ada oedema pada palpebra, tidak ada oedema pada ekstremitas, tidak ada penumpukan
cairan pada abdomen, ginjal tidak teraba, tidak terdapat nyeri pada pemeriksaan perkusi ginjal.
Pada saat dikaji kandung kemih tampak kosong, tidak terdapat adanya nyeri tekan ataupun nyeri
ketuk pada kandung kemih, keadaan uretra bersih, tidak ada peradangan ataupun kelainan-
kelainan. Keadaan genital tidak ada kelainan, tidak ada keluhan yang berhubungan dengan
masalah reproduksinya.

h. Sistem Endokrin
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
jugularis, terdapat pembesaran kelenjar getah bening femoralis.

i. Sistem Panca Indera


Bentuk mata simetris, refleks kornea (+), refleks pupil (+), bentuk pupil bulat isokor, fungsi
penglihatan masih baik, terbukti klien mampu membaca papan nama perawat pada jarak 36 cm.
Bentuk hidung simetris, kemampuan klien menghirup masih baik, bentuk telinga simetris, daun
telinga teraba lunak, lubang telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada pengeluaran abnormal
dari lubang telinga. Fungsi pendengaran masih baik, fungsi pengecapan klien masih baik.

4. Pengkajian Psikososial Spiritual (Klien dan Keluarga)


a. Psikologis
1) Status emosi : Emosi klien tampak stabil
2) Kecemasan : Klien tampak tenang, keluarga tampak gelisah, keluarga sering menanyakan
keadaan klien, dan kemungkinan penyembuhan klien. Klien tampak cemas.
3) Konsep diri
• Body Image : Klien mengatakan semua bagian tubuhnya ia sukai, klien juga mengatakan tidak
menjadi masalah bagi dirinya dengan keadaannya yang terdapat luka kolostomi.
• Identitas : Klien mengatakan ia adalah seorang perempuan, dan ia puas dengan jenis
kelaminnya.
• Ideal diri : Klien berharap ia segera sembuh dan kembali melanjutkan sekolahnya agar ia bisa
mencapai cita-citanya.
• Harga diri : Klien mengatakan bahwa semua anggota keluarga menghargai dirinya, keluarganya
sekarang mau menerima keadaannya sekarang, dan tidak ada yang mengejeknya.
• Peran : Klien mengatakan ia adalah anak pertama, yang harus memberi contoh pada adiknya,
dan dengan keadaannya sekarang klien mengatakan ia tidak bisa membantu ibunya di rumah.

b. Sosial
Klien mau menerima kehadiran perawat dengan senang hati, klien mau menerima kehadiran
anggota keluarganya dan klien akrab dengan klien lain yang sekamar dengannya.

c. Spiritual
Klien meyakini bahwa ia sakit sakit karena ia sedang diuji oleh Tuhan, klien juga berharap agar
ia cepat sembuh dan segera pulang ke rumah agar ia dapat meneruskan sekolahnya.

GENOGRAM :

10 th

Keterangan :
= Laki-laki = Garis keturunan
= Perempuan = Tinggal serumah
+ = Meninggal = Klien

5. Aktifitas Sehari-Hari
No Pola Aktivitas Di Rumah Di RS
1 Nutrisi
Makan

Minum 3x sehari, porsi kecil habis, jenis makanan : nasi, lauk sayur dan buah, tidak ada
pantangan makan, makanan yang disukai : rujak yang pedas.
5-6 gelas kecil sehari (+ 1250-1500 cc), jenis air putih, tidak suka minum kopi, minum susu
kadang-kadang. Bubur saring/bubur sum, 3x sehari, hanya habis ¼ nya, klien merasa perutnya
mual dan tegang, kadang-kadang makan buah.

4-5 gelas kecil sehari (1000-1250 cc) air putih, kadang-kadang susu (Peptisol)
2 Eliminasi
BAK

BAB
4-5x sehari, warna kuning tua, bau khas, tidak ada kesulitan pada saat BAK.
1-2x sehari, konsistensi lunak, warna kuning tengguli, bau khas tidak ada kesulitan saat BAB.
2-3x sehari, warna kuning tua, tidak ada kelainan saat BAK.

Feces keluar dari kolostomi, bentuk cair, warna kuning, tidak ada darah/nanah.
3 Personal Hygiene
-Mandi
-Gosok gigi
-Cuci rambut

-Gunting kuku

3xsehari pakai susun.


3xsehari pakai pasta gigi
2-3xsemingu pakai sampho
1 minggu 1x

1x sehari hanya dilap


Jarang
Belum pernah

1 minggu 1x
4 Istirahat dan tidur
Tidur malam

Tidur siang

Klien tidur dari jam 22.00-08.00, tidak ada kesulitan untuk memulai tidur, tidak menggunakan
obat tidur, tidur nyenyak dan jarang terbangun pada malam hari.
Klien jarang tidur siang.

Klien tidur dari Jam 22.00-06.00, kurang nyenyak, kadang terbangun pada malam hari karena
nyeri pada luka operasi.

Klien jarang tidur siang.

5 Aktivitas sehari-hari Klien sekolah siang antara pukul 11.00-16.30, sepulang sekolah klien
main dengan teman sebayanya. Klien hanya tiduran di tempat tidur.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
21 Mei 2004
Hemoglobin : 9,00 gr% (N : 12-14 gr%)
Leukosit : 5.100/mm3 (N : 4000-10.000/mm3)
Hematokrit : 27% (N : 36-46%)

22 Mei 2004
Hemoglobin : 13,7 gr%
Leukosit : 18.600/mm3
Trombosit : 359.000 (N : 150.000-450.000/mm3)
Hematokrit : 40%
b. Ultra sonografi

7. Analisa Data
No Data Senjang Kemungkinan Penyebab
dan Dampak Masalah
1 DS :
-Klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi
-Nyeri dirasakan seperti teriris dan terasa perih.
-Nyeri bertambah bila ia berubah posisi/bila tidur dengan kaki diluruskan.
DO :
-Klien tampak meringis
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
-HR : 98x/menit
-Terdapat luka operasi pada abdomen bawah + 15 cm Appendiksitis perforasi

Operasi laparatomi explorasi

Terputusnya kontinuitas jaringan

Merangsang pengeluaran histamin, bradikinin dan prostaglandin

Merangsang reseptor nyeri delta C

Rangsang nyeri disampaikan ke radix posterior medulla spinalis

Spinotalamicus

Talamus

Cortex cerebri

Nyeri dipersepsikan Gangguan rasa nyaman : nyeri
2 DS :
Klien mengatakan jika ia makan perutnya terasa mual dan terasa tegang.
DO :
-Klien hanya menghabiskan makanannya ¼ porsi
-Jenis makanan klien bubur saring/bubur sumsum
-Perut klien terasa tegang
-Refleks menelan baik.
-Bising usus (+) 8x/menit
Proses operasi (laparatomy)

Bising usus menurun

Puasa

Peningkatan asam lambung, sedangkan lambung dalam keadaan kosong

Rangsangan pada refleks vomiting center di hipotalamus

Adanya mual

Nafsu makan 

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan


3 DS :
-Klien mengatakan nyeri bertambah bila klien merubah posisinya.
-Klien mengatakan sehari-hari ia hanya di tempat tidur.
-Klien mengatakan takut ada apa-apa apabila ia merubah posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis bila ia merubah posisinya.
-Tidak ada kekuan sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
55
44

Adanya luka operasi



Nyeri bila berubah posisi

Klien merasa takut untuk merubah posisi

Kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari 

Intoleransi aktivitas Intoleransi aktifitas

4 DS :
-Klien mengatakan tidurnya kurang nyenyak.
-Klien mengatakan ia sering terbangun tengah malam karena nyeri.
DO :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak mengantuk
-Konjungtiva pucat. Adanya luka operasi

Nyeri

Merangsang pengaktifan RAS (Reticulo Activity System)

Mudah terjaga

Sering terbangun tengah malam

Tahap tidur tidak terlalu

Kebutuhan tidur tidak perpenuhi

Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur.
5 DS :
-Keluarga mengatakan feces yang keluar pada kolostomi kadang merembes pada balutan luka
laparatomi.
DO :
-Terdapat luka operasi laparatomi explorasi + 15 cm dengan posisi horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka kolostomi dan ileostomi dengan diameter + 7 cm pada abdomen kuadran bawah.
-Operasi yang sekarang merupakan operasi yang kedua.
-Keadaan luka terpasang Agraf sebanyak 20 buah.
-Luka dalam keadaan basah, kemerahan dan tampak ada pus.
-Stoma tampak kemerahan
-Feces dari stoma kadang-kadang merembes ke balutan laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3 Terputusnya kontinuitas jaringan

Merupakan port of entry

Reaksi pertahanan tubuh dengan  suplay darah dan leukosit pada daerah luka

Reaksi inflamasi/ peradangan

Akumulasi pus sebagai produksi dari reaksi peradangan

Merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

Resiko penyebaran infeksi

Resiko penyebaran infeksi.


6 DS :
-Keluarga sering menanyakan keadaan klien, dan kemungkinan penyembuhan klien.
-Keluarga mengatakan tidak mengetahui keadaan penyakit klien.
DO :
-Keluarga tampak cemas. Kurangnya informasi dari petugas kesehatan

Kurangnya pengetahuan tentang penyakit klien

Stressor bagi klien/
Keluarga

Koping inefektif

Cemas Gangguan rasa aman : cemas

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. E


DENGAN POST OP LAPARATOMI EXPLORASI ATAS INDIKASI APENDIKSITIS
PERFORASI

NO Diagnosa Keperawatan Perencanaan Implementasi


Tujuan Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan ditandai
dengan :
DS :
-Klien mengeluh nyeri pada daerah luka operasi
-Nyeri dirasakan seperti teriris dan terasa perih.
-Nyeri bertambah bila ia berubah posisi/bila tidur dengan kaki diluruskan.
DO :
-Klien tampak meringis
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
-HR : 98x/menit
-Terdapat luka operasi pada abdomen bawah + 15 cm Tupan :
Rasa nyaman terpenuhi dalam waktu 4 hari.
Tupen :
Klien dapat mengalami rasa nyeri dalam waktu 2 hari dengan kriteria :
-Klien dapat mempraktekan teknik relaksasi nafas dalam (pussed lips breathing)
-Klien dapat mempraktekkan teknik distraksi.
-Klien mengatakan nyeri berkurang.
• Bimbing dan ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam (pursed lips breathing) dan batuk
efektif.
• Berikan posisi nyaman sesuai keinginan klien.

• Kaji ulang rasa nyeri (skala 1-5)

• Berikan obat sesuai indikasi (Analgetik) • Meningkatkan pasokan O2 kepada jaringan serta
meningkatkan supai O2 ke otak.

• Perubahan posisi semi fowler memudahkan drainase cairan/luka karena gravitasi dan
membantu meminimalkan nyeri karena gerakan.
• Intervensi yang diberikan dapat lebih tepat guna untuk menangani nyeri
• Menurunkan laju metabolik dan iritasi usus karena toksin sirkulasi/lokal, yang membantu
menghilangkan nyeri dan meningkatkan penyembuhan. • Membimbing dan ajarkan klien teknik
relaksasi nafas dalam (pursed lips breathing) dan batuk efektif.
• Memberikan posisi nyaman sesuai keinginan klien.

• Mengkaji ulang rasa nyeri (skala 1-5)


• Memberikan obat Analgetik
2 Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rangasangan pada refleks
vomiting center di hipotalamus, ditandai dengan :
DS :
Klien mengatakan jika ia makan perutnya terasa mual dan terasa tegang.
DO :
-Klien hanya menghabiskan makanannya ¼ porsi
-Jenis makanan klien bubur saring/bubur sumsum
-Perut klien terasa tegang
-Refleks menelan baik.
-Bising usus (+) 8x/menit
-Klien terkadang muntah bila selesai makan.
-BB : 23 kg Tupan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam 1 minggu.
Tupen :
Berat badan klien dapat bertahan dan naik dalam waktu 4 hari dengan kriteria :
-BB tidak turun dan dapat meningkat.
-Klien mengatakan mual berkurang atau hilang.
-Porsi makan meningkat ½ porsi.
-Intake output stabil. • Monitor bising usus dan flatus setiap jam.

• Monitor adanya kembung dan muntah.

• Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.

• Berikan makanan secara bertahap dengan diit TKTP.

• Kolaborasi pemberian terapi antiemetik. • Menandakan adanya gangguan pada daerah


abdomen.
• Penurunan peristaltik usus dapat menyebabkan adanya muntah dan kembung.
• Pemberian nutrisi perenteral mempercepat proses absorbsi makanan dalam tubuh.
• Meningkatkan kerja organ pencernaan, mempercepat proses absorpsi.
• Menurunkan mual/muntah. • Memonitor bising usus dan flatus setiap jam.

• Melakukan monitor adanya kembung dan muntah.

• Melanjutkan pemberian nutrisi parenteral.

• Memberikan bubur saring.

• Memberikan terapi sesuai indikasi.


3 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
menurun ditandai dengan:
DS :
-Klien mengatakan nyeri bertambah bila klien merubah posisinya.
-Klien mengatakan sehari-hari ia hanya di tempat tidur.
-Klien mengatakan takut ada apa-apa apabila ia merubah posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis bila ia merubah posisinya.
-Tidak ada kekuan sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
55
44
Tupan :
ADL terpenuhi dalam waktu 1 minggu.
Tupen :
Klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. • Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya.

• Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.


• Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas klien.

• Berikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhannya. • Menjaga ADL klien tetap
terpenuhi.

• Mobilisasi yang dilakukan bertahap dapat bersifat tepat dan efektif.


• Dapat memandirikan keluarga dalam perawatan klien di rumah.

• Memberikan pengajaran pada klien bagaimana pemenuhan ADL secara mandiri. • Membantu
klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya.
• Memberikan latihan mobilisasi secara bertahap.
• Melibatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas klien.
• Memberikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhannya aktivitasnya.

4 Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan rangsangan RAS (Reticulo Activity
System) ditandai dengan :
DS :
-Klien mengatakan tidurnya kurang nyenyak.
-Klien mengatakan ia sering terbangun tengah malam karena nyeri.
DO :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak mengantuk
-Konjungtiva pucat Tupan :
Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi selama 4 hari.
Tupen :
Klien dapat melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan istirahat tidur selama 2 hari dengan
kriteria :
-Klien mengatakan nyeri berkurang saat menjelang tidur.
-Klien mengetahui cara penanganan gangguan istirahat : tidur. • Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk tidur.
• Atur program pengobatan dan perawatan sehingga tidak mengganggu tidur klien.
• Anjurkan keluarga untuk menemani klien saat menjelang tidur.

• Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas sebelum tidur dan anjurkan klien untuk minum
susu hangat. • Stimulus lingkungan yang besar akan membuat RAS tetap terjaga.
• Memberikan kesempatan kepada klien untuk melaksanakan REM dan non REM secara
bertahap tanpa gangguan.
• Memberikan rasa tenang dan aman bagi klien.

• Aktivitas sebelum tidur akan menstimulasi kerja otak untuk tetap terjaga, susu hangat membuat
RAS non aktif sebagai akibat kerja triptopan dalam protein dan susu. ` • Menjaga lingkungan
yang tenang dan nyaman untuk tidur.
• Memberikan program therapi dan perawatan sebelum waktu istirahat.

• Menganjurkan pada keluarga untuk mendampingi klien saat tidur.


• Menganjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas menjelang tidur.

5 Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan akumulasi pus sebagai akibat produksi dari
reaksi peradangan ditandai dengan :
DS :
-Keluarga mengatakan feces yang keluar pada kolostomi kadang merembes pada balutan luka
laparatomi.
DO :
-Terdapat luka operasi laparatomi explorasi + 15 cm dengan posisi horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka kolostomi dan ileostomi dengan diameter + 7 cm pada abdomen kuadran bawah.
-Operasi yang sekarang merupakan operasi yang kedua.
-Keadaan luka terpasang Agraf sebanyak 20 buah.
-Luka dalam keadaan basah, kemerahan dan tampak ada pus.
-Stoma tampak kemerahan
-Feces dari stoma kadang-kadang merembes ke balutan laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3 Penyebaran infeksi tidak terjadi selama 1 minggu.
Tupen :
Infeksi dapat ditanggulangi selama 5 hari dengan kriteria :
-Keadaan luka baik (kering, terdapat jaringan baru). • Ganti laken dan pakaian serta potong kuku
klien.

• Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik.

• Monitor TTV serta tanda infeksi sekitar luka. • Laken, pakaian, serta kuku klien yang panjang
dapat menjadi perantara mikroorganisme patogen.
• Perawatan luka yang efektif dan optimal akan mencegah infeksi serta penyebaran infeksi.
• TTV yang tidak stabil menandakan adanya reaksi tubuh untuk proteksi terhadap peradangan. •
Mengganti laken dan pakaian serta potong kuku klien.

• Melakukan perawatan luka dengan teknik aseptik dan antiseptik.


• Memonitor TTV serta tanda infeksi sekitar luka.
6 Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit klien, ditandai dengan :
DS :
-Keluarga sering menanyakan keadaan klien, dan kemungkinan penyembuhan klien.
-Keluarga mengatakan tidak mengetahui keadaan penyakit klien.
DO :
-Keluarga tampak cemas Tupan :
Rasa cemas tidak dirasakan oleh keluarga dalam waktu 1 minggu.
Tupen :
Keluarga mengerti tindakan yang dilakukan pada klien, dengan kriteria :
-Keluarga dapat mengerti tindakan yang dilakukan pada klien.
-Keluarga merasa tenang terhadap perawatan yang diberikan pada klien.
• Kaji tingkat cemas, ekspresi verbal perasaan tentang prognosa dan pengaruh pada gaya hidup.

• Kaji tingkat penggunaan mekanisme koping, kemampuan menjelaskan masalah.


• Kaji kepribadian, sumber untuk koping dengan stress dan kecemasan.

• Berikan informasi penerimaan tidak menyesuaikan/memutuskan sikap tanpa perasaan kecewa,


ketidak sadaran atau marah.

• Ciptakan lingkungan yang mencegah kecemasan, situasi kemajemukan.


• Anjurkan teknik relaksasi seperti penyimpangan lingkungan, kegiatan relaksasi otot, musik.

• Berikan informasi prognosa penyakit dan pengaruhnya perubahan gaya hidup mengontrol
gejala dengan pengobatan dan keluhan obat berpantang. • Rentang cemas dari sedang keberat,
tingkat cemas akan tinggi akan gatal beradaptasi kebiasan dan kemampuan koping.
• Kebiasaan pemecahan masalah diperlukan untuk koping dengan penyakit

• Sistem pendukung dan kekuatan kepribadian dapat membantu dalam perkembangan


kemampuan koping.
• Berikan dukungan emosional ketika mengungkapkan, klien mengontrol lingkungan.

• Penurunan kecemasan dengan menghindari rangsangan tambahan.

• Mengurangi cemas dan meningkatkan istirahat dan ketenagaan.

• Dapat meningkatkan pemahanan ssakit dan petunjuk untuk diikuti

• Mengkaji tingkat cemas, ekspresi verbal perasaan tentang prognosa dan pengaruh pada gaya
hidup.

• Mengkaji tingkat penggunaan mekanisme koping, kemampuan menjelaskan masalah.


• Mengkaji kepribadian, sumber untuk koping dengan stress dan kecemasan.
• Memberikan informasi penerimaan tidak menyesuaikan/memutuskan sikap tanpa perasaan
kecewa, ketidak sadaran atau marah.
• Menciptakan lingkungan yang mencegah kecemasan, situasi kemajemukan.
• Menganjurkan teknik relaksasi seperti penyimpangan lingkungan, kegiatan relaksasi otot.
• Memberikan informasi prognosa penyakit dan pengaruhnya perubahan gaya hidup mengontrol
gejala dengan pengobatan dan keluhan obat berpantang.

CATATAN PERKEMBANGAN
NO.DP TANGGAL EVALUASI
I 28-5-04 S :
Klien mengatakan masih terasa nyeri jika dilakukan perawatan luka operasi.
O:
-Keadaan luka basah.
-Klien meringis saat dilakukan perawatan luka
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Kaji ulang skala nyeri
-Berikan obat sesuai indikasi.
-Lakukan perawatan luka
II 28-5-04 S :
Klien mengatakan masih merasa mual dan tidak nafsu makan.
O:
-Porsi makan habis ¼ porsi
-Klien tidak muntah setelah selesai makan.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I:
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
-Berikan makanan secara bertahap.
III 28-5-04 S :
Klien mengatakan sudah dapat miring kiri-miring kanan dan duduk.
O:
-Klien tampak dalam posisi setengah duduk.
-Klien dapat/mau makan sendiri.
-Klien tampak meringis saat berubah posisi.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I:
-Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.
-Berikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya.
IV 28-5-04 S :
-Klien mengatakan dapat tidur pada malam hari
-Klien mengatakan masih terasa sekit pada luka operasi.
O:
-Klien tampak tertidur pada sore hari.
-Klien terlihat lebih segar.
A:
Masalah teratasi.
V 28-5-04 S :
Keluarga mengatakan cairan dari stoma kadang merembes pada luka laparatomi.
O:
Keadaan luka basah, pus (-), adanya kemerahan pada sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV serta tanda-tanda infeksi pada luka
VI 28-5-04 S :
Keluarga mengerti tindakan yang dilakukan pada klien.
O:
Keluarga tampak menerima tindakan yang dilakukan pada klien.
A:
Masalah teratasi.
I 29-5-04 S :
Klien mengatakan daerah luka op masih terasa nyeri.
O:
-Keadaan luka basah, kemerahan.
-Klien meringis dan menangis saat dilakukan perawatan luka
-Pus (-)
A:
Masalah sebagian teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-petang.
-Berikan therapi sesuai indikasi.

II 29-5-04 S :
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa kenyang.
O:
-Terdapat distensi abdomen.
-Porsi makan habis ½ porsi
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Berikan diit TKTP secara bertahap.
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.
V 31-5-04 S :
Keluarga mengatakan cairan dari stoma merembes pada luka laparatomi.
O:
Keadaan luka op basah, pus (-), adanya kemerahan pada sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV, tanda-tanda peradangan sistemik.
-Berikan therapi sesuai program.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan :
Apendiksitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai yang dapat timbul tanpa
sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendix oleh tinja, atau akibat terpuntirnya
apendix atau pembuluhnya.
Pada kasus apendiksitis pembedahan dapat diindikasikan bila diagnosa telah ditegakkan.
Dilakukan untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi laparatomi explorasi atas indikasi
apendiksitis perforasi. Dimana ditemukan diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rangasangan pada refleks
vomiting center di hipotalamus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari
menurun.
4. Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan rangsangan RAS (Reticulo
Activity System).
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan akumulasi pus sebagai akibat produksi dari
reaksi peradangan.
6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakit klien.

DAFTAR PUSTAKA
1. Suddarth Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit EGC, Jakarta : 2002.
2. Corwin, Elizabeth J, Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta : 2000.
3. Doengoes, Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta : 1999.

Share this:

 Twitter
 Facebook

Like this:

Suka
Be the first to like this.

Tinggalkan Balasan

Tulisan Terkini

 appendisitis
 Hello world!

Arsip

 Oktober 2011

Kategori

 Uncategorized

Meta

 Daftar
 Masuk
 RSS Entri
 RSS Komentar
 WordPress.com

Blog pada WordPress.com. Tema: Spring Loaded oleh the449.


Ikuti

Follow “telowphowhonk”

Get every new post delivered to your Inbox.

Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai