Anda di halaman 1dari 50

METODOLOGI 3

3.1 Metode Pendekatan


3.1.1 Sistem Informasi Geografis
3.1.1.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis
Sistem informasi dipahami sebagai suatu sistem terintegrasi yang mampu
menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya. Selain itu, sistem informasi juga
dipahami sebagai sebuah sistem terintegrasi atau sistem manusia-mesin, untuk menyediakan
informasi untuk mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi. Dalam
pengoperasiannya, sistem informasi yang dibangun ini memanfaatkan perangkat keras dan
perangkat lunak komputer, prosedur manual, dan model manajemen dan basis data.
Dalam konteks penataan ruang, sistem informasi yang dimaksud dapat pula
dipahami sebagai Sistem Informasi Geografis (SIG). Hal ini dikarenakan penataan ruang
wilayah adalah suatu bentuk aplikasi utama dari Sistem Informasi Geografis (SIG). Sistem
Informasi Geografis adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk
mengambil, mengumpulkan, memeriksa, menggabungkan, memanipulasi, dan menampilkan
data menggunakan peta yang telah terdigitasi (Turban, 2005). Melalui sistem informasi
geografis, data bereferensi geografis atau data geospatial dapat disimpan, dipanggil kembali,
diolah, dan dianalisis, untuk mendukung pengambilan keputusan dalam perencanaan dan
pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota,
dan pelayanan umum lainnya (Murai, 1999).
Sistem Informasi Geografis juga menungkinkan suatu data untuk ditampilkan
dengan orientasi geografis atau di dalam muka bumi melalui media peta. Berikut ini adalah
komponen-komponen Sistem Informasi Geografis.

Gambar 3. 1 Skema komponen Sistem Informasi Geografis (Basofi,2010)

LAPORAN PENDAHULUAN III - 1


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Secara teoritis, komponen Sistem Informasi Geografis terdiri atas 5 komponen,
sebagai berikut.
 Perangkat keras
Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras. Ada PC,
workstations, dan lain-lain. Pada SIG membutuhkan komponen perangkat keras, yaitu
perangkat secara kasat mata yang digunakan untuk memanipulasi dan mengolah data
yang dilengkapi dengan koneksi internet. Perangkat Keras Pendukung Sistem SIG,
meliputi:
- Peralatan untuk Pemasukan Data (Input), contohnya Keyboard
- Peralatan untuk Pemprosesan Data (Process), contohnya RAM
- Peralatan untuk Penyajian Hasil (Output), contohnya printer
- Peralatan untuk Penyimpanan (Storage), contohnya HDD
 Perangkat Lunak
SIG juga mengandung perangkat lunak yang tersusun secara modular. Basis data
memegang peranan penting pada SIG. Syarat yang harus dimiliki perangkat lunak SIG,
yaitu harus memiliki DMBS, memiliki fasilitas manipulasi data geografi, fasilitas
query, dan lain-lain. Beberapa contoh software GIS adalah ArcView, MapInfo, ArcInfo
untuk SIG, CAD system untuk entry graphic data dan ERDAS serta ER-MAP untuk
proses remote sensing data.
 Data
Data merupakan sesuatu yang memegang peranan pada SIG. Data harus benar-benar
valid dan akurat. Dengan bantuan perangkat lunak, data akan diolah untuk mendapat
informasi yang bermanfaat. Contohnya, data spasial dan data non-spasial. Sumber data
bisa berasal dari data lapangan, statistik, dan peta.
 Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia adalah yang mengelola SIG. Tanpa SDM, SIG tidak bisa
digunakan. Pengguna dan Pengembang SIG harus bekerjasama untuk mendapatkan
teknologi SIG yang handal.
 Metode
Tiap permasalahan menggunakan metode yang tidak sama untuk memecahkan masalah
tersebut, begitu pula dengan SIG. Pada pemrosesan data, SIG harus menggunakan
metode sesuai dengan permasalahan. Contohnya, Layering method.
Kelima komponen penyusun SIG tersebut saling berhubungan dan berkaitan satu
sama lain untuk menciptakan teknologi SIG yang handal sesuai kebutuhan sehingga
menghasilkan informasi yang bermanfaat dan bermakna.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 2


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan bagian dari kemajuan teknologi
informasi (information technology). Sebagai teknologi berbasis komputer, SIG harus
diperhitungkan bagi mereka yang berkecimpung dalam berbagai bidang pekerjaan
seperti perencanaan, inventarisasi, monitoring, dan pengambilan keputusan. Bidang aplikasi
SIG yang demikian luas, dari urusan militer sampai pada persoalan bagaimana mencari
jalur terpendek untuk peng-antaran barang/delivery system, menghendaki penanganan
pekerjaan yang dilakukan secara terpadu (integrated) dan multi-disiplin. Para perencana
wilayah umumnya memanfaatkan dua kemampuan utama SIG, yaitu:
- Pengelolalan informasi keruangan (spatial information), serta
- Analisis dan pemodelan yang berorientasi keruangan (spatial analysis and modelling).

Dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan pemanfaatan SIG secara lebih


mudah (user friendly), penggunaannya dalam penataan ruang semakin mengarah pada
pengembangan sistem untuk menunjang pengambilan keputusan (Decision Support System).
Dalam konteks penataan ruang kota, SIG hanyalah salah satu bagian dari sistem informasi
yang umumnya digunakan dalam kegiatan ini. Seperti layaknya sistem informasi lainya, 2
kemampuan yang minimal harus dimiliki adalah kemampuan dalam mengelola basis data
serta kemampuan dalam mendukung proses pengambilan keputusan melalui serangkain
analisis atupaun pemodelan. SIG memiliki kemampuan yang memadai untuk melakukan
kedua hal tersebut diatas. SIG yang dikembangkan untuk orientasi pengelolaan basis data
akan memudahkan perencana kota dalam memperoleh dukungan memadai akan informasi
keruangan (retrival), melakukan query, dan) pembuatan peta digital (mapping). Keunggulan
SIG yang ditonjolkan dalam hal ini adalah kemampuannya dalam mengintegrasikan data
keruangan dengan data tekstualnya.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 3


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Gambar 3.2 Integrasi Data Spatial dan Non-Spatial
Dalam kaitannya dengan pengembangan SIG sebagai alat (Toolbox) analisis dan
pemodelan keruangan (spatial analysis and modelling), para perencana kota akan
mendapatkan kemudahan dalam melakukan analisis keruangan dengan memanfaatkan
fasilitas geoprocessing analysis, pengukuran konektivitas, dan dan pembuatan buffer. Salah
satu fungsi terpenting dari fasilitas geoprocessing analisis dalam kegiatan penataan ruang
adalah melakukan tumpang tindih peta (Map Overlay). Hal ini disebabkan oleh tradisisi kuat
yag melekat dalam proses penataan ruang berupa kegiatan tumpang tindih peta (map
overlay) sebagai salah satu analisis untuk menetukan kesesuaian lahan (land suitability)
sebagai salah satu komponen utama penataan ruang. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa dalam konteks penataan ruang, manajemen basis data, visualisasi, analisis spatial dan
pemodelan spatial merupakan area utama dari pemanfaatan SIG untuk menunjang kegiatan
ini (Levine dan Landis 1989).

Spatial Query &


Mapping Urban
GIS
Planning
Geo-processing
function

data

Non GIS Spatial Analysis


Database/data &
Modelling
data

Gambar 3.3 Peran SIG dalam Pendataan Spasial

Perbedaan fungsi, skala, tahapan dan sektor dalam rekomendasi teknis akan
membawa implikasi terhadap bentuk dan bobot kontribusi SIG dalam kegiatan tersebut.
Kemampuan SIG dalam pengelolaan basis data, visualisasi objek dan analisis keruangan
akan lebih dibutuhkan pada aktivitas perencanaan yang relatif rutin sepeti administrasi
umum dan pengendalian pembangunan. Sedangkan pemodelan keruangan lebih dibutuhkan
pada kegiatan perencanaan strategis.
Beberapa keuntungan yang bisa dimanfaatkan dari pemanfaatan SIG lain sebagai
berikut (Royal Town Planning Institute 1992):

LAPORAN PENDAHULUAN III - 4


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
• Peningkatan aspek pemetaan seperti: akses yang lebih baik, kekinian data, pengurangan
ruang penyimpanan peta, dan lain sebagainya;
• Efisiensi dalam pengambilan informasi;
• Peningkatan kecepatan dan keakuratan analisis;
• Meningkatan komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat umum; dan
• Memudahkan proses pembuatan simulasi terutama untuk skenario “what if”.

Adapun beberapa manfaat penerapan SIG dalam menunjang penataan ruang


diantaranya adalah:
1. Meningkatkan pengintegrasian organisasi
Banyak organisasi yang sudah mengimplementasi SIG menemukan kenyataan, bahwa
keuntungan utama yang mereka dapatkan adalah peningkatan kinerja manajemen
terhadap organisasi maupun pengelolaan sumberdayanya. Hal itu terjadi karena SIG
memiliki kemampuan untuk menghubungkan berbagai perangkat data secara bersamaan
berdasarkan geografis, memfasilitasi informasi-informasi yang terjadi antar bagian,
untuk saling termanfaatkan dan dikomunikasikan. Dengan membuat sebuah database
yang bisa dimanfaatkan bersama, maka sebuah bagian akan memperoleh keuntungan
dari hasil kerja dari bagian lain, di mana akan berlaku ketentuan, bahwa data cukup
sekali dikoleksi, tetapi bisa dimanfaatkan berkali-kali.
2. Membuat keputusan-keputusan lebih sempurna
GIS bukan sebuah sistem yang mampu membuat keputusan secara otomatis. SIG hanya
sebuah sarana untuk pengambilan data, menganalisanya, dari kumpulan data berbasis
pemetaan untuk mendukung proses pengambilan keputusan. Teknologi SIG banyak
digunakan untuk membantu berbagai kegiatan pekerjaan seperti penyajian informasi
pada saat pembuatan perencanaan, membantu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kekacauan teritorial. SIG juga bisa digunakan untuk membantu meraih
keputusan mengenai lokasi perumahan baru yang memiliki sesedikit mungkin pengaruh
lingkungan, berada di lokasi yang memiliki resiko paling sedikit, dan berada dekat
dengan pusat kegiatan kependudukan. Informasi bisa disajikan secara ringkas dan jelas
berupa gambar peta, yang dilampiri dengan laporan, memungkinkan para pemgambil
keputusan untuk memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah nyata dibanding
dengan upaya memahami data. Karena produk SIG bisa dibuat secepatnya, dengan
berbagai skenario, untuk kemudian dievaluasi secara efektif dan efisien.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 5


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
3.1.1.2 Sumber Data Spasial
Dalam sistem informasi geografis ,pengumpulan data spasial untuk SIG dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis,antara lain :
 Survey Terestris; Data topografi berskala besar apat diperoleh melalui survey terestris.
 Survey Fotogrametri; dari foto udara koordinat-koordinat obyek dapat ditentukan secara
analog atau stereoplotter digital, dan dapat diimpor secara langsung ke system informasi.
 Data Satelit; Satelit yang telah dibuat mempunyai sejumlah scanner disertai sensor yang
sensitive terhadap pancaran radiasi atau refleksi dari permukaan bumi.
 Data GPS; sekumpulan data satelit yang spesifikdapat diperoleh dengan Global
Positioning System (GPS) dengan bais 24 satelit yang mampu memberikan posisi titik
secara tiga dimensi dengan ketelitian hingga bberapa centimeter.
 Digitasi dan Scanning peta-peta analog; digitasi manual mengacu pada registrasi kursor
dari serangkaian titik disepanjang agaris dip eta, melalui gerakan koordinat dari
serangkaian posisi kursor tersebut selanjutnya direkam secara digital.
 Menggunakan file-file batas yang ada; file batas yang sudah tersedia dapat dimanfaatkan.
 File statistic sosial ekonomi; memvisualisasikan data (sensus) social ekonomi disajikan
dalam peta.
 File data geo-fisik; file geo-fisik sebagai sebagai peta dasar.
 File data lingkungan; koleksi data lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber data.

3.1.1.3 Data SIG


Data SIG atau biasa disebut data geospatial dibedakan menjadi data grafis (data
geometris) dan data atribut (data tematik). Data grafis mempunyai tiga elemen, yaitu: titik
(node), garis (arc) dan luasan (polygon) dalam bentuk vektor ataupun raster yang mewakili
geometri topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.
Pada struktur data vektor , data titik merupakan sepasang koordinat (x,y) tanpa
dimensi (tidak mempunyai panjang dan luas). Garis merupakan pasangan-pasangan
koordinat yang mempunyai titik awal dan titik akhir, disebut berdimensi satu, mempunyai
panjang tetapi tidak mempunyai luas. Area (polygon) merupakan kumpulan pasangan-
pasangan koordinat dimana titik awal sama dengan titikakhir (loop), disebut berdimensi dua,
mempunyai ukuran dimensi panjang dan luas. Permukaan (surface) merupakan suatu area
dengan besaran (x,y,z) disebut berdimensi tiga, mempunyai ukuran panjang, luas dan
ketinggian.
Tujuh fenomena geografis yang dapat diwakili dalam bentuk titik, garis dan
poligon/area, diantaranya adalah data kenampakan (feature data), unit area (area unit),

LAPORAN PENDAHULUAN III - 6


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
jaringan topologi (network topology), catatan sampel (sampling record), data permukaan
bumi (surface data), label/teks pada data (label/text data), dan simbol data.
Cara penyajian data spasial dari fenomena geografi atau dunia nyata (real world) ke
dalam komputer dapat dilakukan dengan dua bentuk (struktur), yaitu:
1) Raster (grid-cell), data disimpan, diproses dan disajikan dengan
bentuk pixel (rangkaian elemen gambar).
2) Vektor (vector), data disimpan, diproses dan disajikan dalam
rangkaian koordinat (titik, garis, poligon dan atribut lainnya).

Gambar 3.4 Visualisasi Data Geospatial

3.1.1.4 Digitasi (Digitizing)


Dalam merepresentasikan fenomena geografi kedalam computer dilakukan melalui
digitasi dari data citra satelit dan pengolahan citra digital. Digitasi merupakan salah satu cara
untuk mengubah data analog menjadi data digital.Sedangkan pengolahan citra digital adalah
kegiatan pengolahan data citra dilakukan secara automatic seluruh pemrosesan data citra
oleh komputer. Integrasi output digitasi secara manual akan diintegrasikan dengan output

LAPORAN PENDAHULUAN III - 7


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
dari pengolahan citra secara digital untuk mendapatkan data spasial yang presisi dan
mendekati dunia nyata. Visualisasi alur integrasi sebagai berikut.

Gambar 3.5 Alur Integrasi Data Geospasial

3.1.1.5 Pembangunan Basis Data


a) Perancangan Basis Data
Basis data merupakan komponen terpenting di dalam Sistem. Langkah awal yang
dilakukan dalam pengembangan sistem selalu didominasi oleh pengembangan basis
datanya. Tahap pengembangan basis data ini paling banyak menghabiskan sumberdaya
biaya, personil dan waktu. Dari segi waktu yang diperlukan untuk pengembangannya
juga paling banyak (time consuming). Perancangan basis data ini dilakukan dengan
tujuan-tujuan untuk :
 Memenuhi semua requirements yang berkaitan dengan isi atau content data yang
diperlukan;
 Memberikan representasi struktur data (basisdata) yang efektif, efisien dan mudah
dimengerti; baik oleh perancang maupun pengguna
 Mendukung setiap requirements yang erat kaitannya dengan pemrosesan data
beserta tujuan-tujuan kualitas unjuk kerja atau kinerja sistem (efektifitas, efisiensi
dan kecepatan : waktu respon, waktu pemrosesan, ruang penyimpanan, dsb.)
Perancangan yang baik akan menghasilkan basisdata yang mampu melayani kebutuhan-
kebutuhan aplikasinya dengan baik. Semua query yang diajukan (dan sesuai dengan
relasi yang dimiliki oleh basisdatanya) oleh aplikasi dapat dipenuhi dengan cara yang

LAPORAN PENDAHULUAN III - 8


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
efisien. Selain itu perancangan yang baik juga dapat mengantisipasi perubahan-
perubahan (updating) atau penambahan informasi-informasi baru di masa yang akan
datang. Updating dan penambahan data atau informasi baru tidak menyebabkan
perubahan struktural basisdata secara mendasar.
Berikut ini akan dikemukakan tahapan-tahapan perancangan basis data dari sistem web
yang akan dikembangkan:
1. Tahap Eksternal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kebutuhan-kebutuhan pengguna (user needs)
atau requirements yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dan sasaran
pengembangan basisdata. Diharapkan identifikasi requirements ini dapat selesai
pada tahap eksternal ini, walaupun di dalam perancangan masih memungkinkan
untuk dapat dilakukan proses-proses yang bersifat iteratif.
Cara yang umum digunakan adalah survey, studi literatur, wawancara, dll. Survey
dilakukan untuk mendapat informasi mengenai segala aspek enterprise, entity,
proses yang pernah dikembangkan sebelumnya. Sementara studi literatur juga
diperlukan dengan tujuan menggali bumber-sumber yang berasal dari pusataka,
seperti report (laporan), jurnal, text book, dll. Pada tahap ini semua data dan
informasi diharapkan akan didapat dari kasus-kasus atau masalah sejenis yang
pernah ada, selain itu diharapkan akan didapat informasi standar-standar yang
relevan dengan aspek-aspek entity, constrain (batasan-batasan) dan business process
yang ada.
Data, informasi dan requirements yang terkumpul pada tahap eksternal, kemudian
dicatat, diinventarisasikan, diklarifikasikan, dievaluasi dan disusun untuk
kemudahan pencarian dan pengelolaan selanjutnya.
2. Tahap Konseptual
Pada tahap konseptual, dibuat model konseptual yang merepresentasikan realworld
sebaik mungkin. Dengan model ini, aplikasi-aplikasi basisdata dapat dimodelkan
tanpa harus tergantung pada model data tertentu. Model konseptual menyediakan
mekanisme yang memungkinkan perubahan-perubahan struktur basisdata dari
waktu-ke-waktu sejalan dengan perubahan-perubahan lingkungan yang sedang
dimodelkan, kebutuhan pengguna dan requirements yang aktual.
Salah satu model yang sering digunakan adalah entity-relationship (ER). Model ini
merupakan alat untuk menganalisa unsur-unsur semantik dari suatu aplikasi yang
tidak tergantung kepada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Pendekatan ini mencakup:
 Notasi-notasi grafis yang menggambarkan entities
 Atribut-atribut entity beserta relasi-relasinya

LAPORAN PENDAHULUAN III - 9


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Setelah semua entity teridentifikasi atribut-atributnya kemudian diidentifikasi dan
ditentukan mana yang relevan dan mana yang tidak. Setelah dievaluasi atribut-
atribut ini dapat dibedakan dalam beberapa kelompok :
 Key
 Single-valued, memiliki nilai tunggal sebagai isinya
 Multi-valued, tidak memiliki nilai tunggal / majemuk, artinya atribut ini masih
dapat dibagi lagi menjadi atribut-atribut lain yang lebih sederhana.
 Derived, merupakan atribut yang pada dasarnya dapat dihasilkan, dibuat,
dihitung atau dimanipulasi dari atribut-atribut lainnya.
 Composite, atau disebut juga atribut gabungan, adalah atribut yang sebenarnya
masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa atribut single valued yang setara.
Setelah mengidentifikasi semua atribut yang diperlukan oleh setiap entity, kemudian
ditentukan relasi-relasi yang terdapat diantara entities tersebut. Relasi adalah
hubungan keterkaitan antara suatu entity dengan entity lainnya. Sebagai hasil dari
tahap konseptual adalah diagram ER (Entity relationship), sebagai alat representasi
model konseptual.
3. Tahap Internal
 Konversi Model ER ke Basisdata Relasional
Langkah pertama pada tahap internal ini adalah mengkonversikan model ER
(sebagai salah satu bentuk utama representasi model konsetual) ke dalam
bentuk Basisdata Relasional. Basisdata relasional merupakan kumpulan relasi.
Selain itu basisdata relasional juga dapat dianggap sebagai kumpulan tabel-
tabel yang terkait satu sama lainnya, dimana tabel juga merepresentasikan
relasi.
Setiap tabel memiliki bentuk (struktur) tertentu. Sementara atributnya dapat
dianggap sebagai kolom (field). Setiap entity pada model ER dikonversikan
sebagai sebuah tabel basisdata relasional. Dan setiap relasi banyak-ke-banyak
antara entity juga akan menghasilkan sebuah tabel baru yaitu tabel
intersection. Setelah dibuat, setiap tabel harus diberi nama yang bersifat
deskriptif.
 Menentukan Primary Key
Tabel-tabel di dalam basisdata relasional digunakan untuk merepresentasikan
real world. Setiap tabel relasional harus merepresentasikan satu hal atau tema
saja dan terbentuk dari baris dan kolom. Selain itu model data relasional juga
mengharuskan data pada setiap barisnya bersifat unik, maka untuk menjamin

LAPORAN PENDAHULUAN III - 10


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
keunikan setiap baris (record) data tabel ini, perlu ditentukan Primary Key dari
atribut key yang dimiliki oleh setiap entity pada model ER, tetapi tidak boleh
bernilai kosong (null value) dan harus bersifat unit.
 Menentukan Foreign Key
Tabel-tabel yang telah memiliki primary key masih belum lengkap dan tidak
menyatakan relasi-relasi lojik yang terdapat diantara tabel-tabelnya. Untuk itu
perlu dilengkapi dan ditentukan foreign key sebagai penghubung antar tabel.
 Normalisasi
Tabel-tabel hasil konversi dari model ER ke basisdata relasional belum teruhi
secara lojik, dengan demikian efektifitas, efisiensi dan logika keterhubungn
antara tabel-tabel relasional juga belum teruji. Karena itu perlu dilakukan
normalisasi secara bertahap. Normalisasi mensyaratkan bahwa semua atribut
yang terlibat harus bersifat atomik, artinya setiap atribut harus tidak dapat
dibagi lagi menjadi atribut-atribut yang lebih kecil.
 Implementasi Tabel Basisdata
Setelah perancangan lojik selesai, maka perancangan fisik dapat dilakukan,
yang pada dasarnya merupakan pekerjaan pengimplementasian hasil
rancangan basisdata lojik kedalam salah satu perangkat lunak DBMS
relasional yang dipilih. Kemudian langkah selanjutnya adalah membuat
basisdata itu sendiri dengan menggunakan DBMS terpilih.
 Implementasi Relasi Antar Tabel Basisdata
Setelah semua tabel diimplementasikan kedalam tabel-tabel fisik dengan
menggunakan DBMS terpilih, setiap relasi antar tabelnya juga segera
diimplementasikan dengan menghubungkan setiap primary key setiap tabel
dengan setiap foreign key-nya yang terletak didalam tabel-tabel lain pada
basisdata yang bersangkutan. Hasil pendefinisian relasi-relasi secara fisik
diantara tabel-tabel basisdata ini juga akan memberikan representasi grafis
yang dapat menguji relasi-relasi yang terdapat di dalam diagram ER model
konseptualnya.
b) Pendekatan Desain Struktural Database SIG
Model database Web GIS menggambarkan bentuk atau format dan kegunaan data spasial
dalam suatu susunan database. Karenanya, perangkat lunak (software) yang digunakan
harus mendukung kemampuan penyiapan data, pengelolaan dan manipulasi data serta
mendefinisikan data spasial dengan koordinat dan terkait dengan atributnya. Untuk

LAPORAN PENDAHULUAN III - 11


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
menyusun desain struktural database, perlu dilakukan evaluasi potensi data, yaitu
melalui pendekatan berikut:
1) Dokumentasi Metadata
Metadata dapat diartikan sebagai keterangan suatu data. Dokumentasinya terkait
dengan pengembangan file metadata dari setiap data yang tersedia.oleh karenanya,
evaluasi terhadap data untuk mendokumentasikan metadata yang lengkap perlu
dilakukan. Evaluasi data dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek yang
menyangkut:
 Kesesuaian skala
 Proyeksi dan sistem koordinat
 Ketersediaan titik kontrol
 Cakupan wilayah
 Kelengkapan dan konsistensi data
 Simbol entitas
o kualitas garis dan simbolnya
o kualitas visual data hasil digitasi
o kualitas kertas peta sumber data cetak
o waktu proses digitasi dan konversi data
o kesesuaian antar lembar peta
o ketersediaan data unik pada obyek peta, serta
o ketelitian nama dan posisi atribut
2) Standar Isi untuk Metadata Data Spasial Digital.
Standar ini menetapkan isi informasi metadata untuk suatu set data geospasial
digital. Tujuan standar ini adalah untuk memberikan terminologi dan definisi yang
sama untuk konsep-konsep yang berhubungan dengan metadata-metadata ini.
Metadata adalah data tentang isi, kualitas, kondisi, dan karakteristik-karakteristik
lain dari data.
Tujuan dari standar ini adalah untuk memberikan suatu set terminologi dan definisi
untuk dokumentasi data geospasial digital. Standar memberikan nama-nama elemen-
elemen dan compound elements (kelompok elemen-elemen data) yang digunakan
untuk tujuan-tujuan ini, definisi-definisi compound elements ini dan elemen-elemen
data, dan informasi mengenai nilai-nilai yang diberikan untuk elemen-elemen data.
3) Kegunaan-kegunaan utama metadata adalah:
 Untuk memelihara investasi internal pada data geospasial dari sebuah organisasi.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 12


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
 Untuk memberikan informasi mengenai kepemilikan data sebuah organisasi ke
katalog-katalog data, clearinghouse, dan brokerage.
 Untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk pemrosesan dan
interpretasi data yang diterima melalui transfer dari dari sumber eksternal.
4) Informasi yang tercakup dalam standar dipilih berdasarkan empat peran yang
dimiliki oleh metadata :
 Ketersediaan - data diperlukan untuk menetapkan set-set data yang ada untuk
suatu lokasi geografis.
 Kesesuaian untuk penggunaan - data perlu untuk menetapkan apakah suatu set
data memenuhi spesifikasi yang diperlukan.
 Akses - data diperlukan untuk mendapatkan suatu set data yang teridentifikasi.
 Transfer - data diperlukan untuk memproses dan menggunakan suatu set data.
Peran-peran ini membentuk suatu rangkaian dimana seorang pengguna dapat
menelusuri piramida pilihan untuk menentukan data apa yang tersedia, mengevaluasi
kesesuaian data untuk penggunaan, mengakses data, dan untuk mentransfer dan
memproses data. Urutan pasti dimana elemen-elemen data dieveluasi, dan
signifikansi relatif elemen-elemen data, tidak akan sama untuk semua pengguna.
5) Kriteria tambahan evaluasi sumber potensi data
Beberapa kriteria tambahan selama proses dokumentasi metadata perlu pula
diperhatikan, diantaranya:
 Keberlanjutan atas ketersediaan data
 Kecocokan data dengan aplikasi yang akan dikembangkan
 Kualitas spasial dan data atribut yang memadai untuk aplikasi yang akan
dikembangkan, serta
 Kesesuaian harga dengan kualitas informasi data
c) Pengembangan Fungsi Analisis Untuk Aplikasi Sistem Berbasis SIG
SIG merupakan sistem komputer yang sangat powerful baik dalam menangani masalah
basisdata spasial maupun basisdata non spasial (atribut). Sistem ini merelasikan lokasi
geografi dengan informas-informasi deskripsinya, sehingga dapat menghasilkan suatu
peta baik digital maupun analog dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara.
Fungsi analisis yang akan di-implementasikan pada aplikasi SIG ini sangat
membutuhkan dukungan ketersediaan dan implementasi berbagai aspek pembentuknya
seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu: Aspek Kelembagaan, Aspek SDM,
Aspek Basisdata, Aspek Pengolahan Peta, Aspek Penyediaan Perangkat Keras & Lunak.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 13


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Dengan demikian fungsi analisis pada aplikasi SIG ini akan mempertimbangkan potensi
dan kendala yang ada dari aspek-aspek tersebut diatas. Secara umum terdapat dua jenis
fungsi analisis, fungsi analisis spasial dan fungsi analisis data atribut.

3.1.2 Photogrammetry (Foto Udara)


3.1.2.1 Pengantar Konsep Photogrammetry (Foto Udara)
Sebagaimana disiplin ilmu lain, untuk keperluan menunjukkan jati diri sebagai suatu
disiplin ilmu yang berbeda dari yang lain dan cakupan aspek yang dipelajarinya maka para
ilmuwan fotogrametri mengajukan beberapa definisi fotogrametri. Definisi fotogrametri
yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah :
1. Fotogrametri adalah seni atau ilmu untuk memperoleh
keterangan kuantitatif yang dapat dipercaya dari foto udara (ASP dalam Paine, 1987)
2. Fotogrametri adalah ilmu, seni, dan teknologi untuk
memperoleh ukuran terpercaya dan peta dari foto (Lillesand and Kiefer, 1994)
3. Fotogrametri adalah seni, ilmu, dan teknologi untuk
memperoleh informasi terpercaya tentang objek fisik dan lingkungan melalui proses
perekaman, pengukuran, dan interpretasi gambaran fotografik dan pola radiasi energi
elektromagnetik yang terekam (Wolf, 1989).
4. Fotogrametri adalah suatu kegiatan dimana aspek-
aspek geometrik dari foto udara, seperti sudut, jarak, koordinat, dan sebagainya
merupakan faktor utama (Ligterink, 1991).
5. Fotogrametri didefinisikan sebagai proses
pemerolehan informasi metric mengenai suatu objek melalui pengukuran pada foto (Tao,
2002).

Dari beberapa pengertian tersebut, terdapat dua aspek penting, yakni ukuran objek
(kuantitatif) dan jenis objek (kualtitatif). Kedua aspek tersebut yang kemudian berkembang
menjadi cabang fotogramteri, yakni fotogrametri metrik dan fotogrametri interpretatif.
1. Fotogrametri Metrik
Fotogrametri Metrik mempelajari pengukuran cermat berdasarkan foto dan sumber
informasi lain yang pada umumnya digunakan untuk menentukan lokasi relatif titik-titik
(sehingga dapat diperoleh ukuran jarak, sudut, luas, volume, elevasi, ukuran, dan bentuk
objek). Pemanfaatan fotogrametri metrik yang paling banyak digunakan adalah untuk
menyusun peta planimetrik dan peta topografi, disamping untuk pemetaan geologi,
kehutanan, pertanian, keteknikan, pertanahan, dan lain-lain.
2. Fotogrametri Interpretatif

LAPORAN PENDAHULUAN III - 14


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Fotogrametri interpretatif terutama mempelajari pengenalan dan identifikasi objek serta
menilai arti pentingnya objek tersebut melalui suatu analisa sistematik dan cermat.
Fotogrametri interpretatif meliputi cabang ilmu interpretasi foto udara dan penginderaan
jauh.

3.1.2.2 Klasifikasi Foto Udara


Ada dua jenis foto yang digunakan dalam kegiatan fotogrametri, yakni foto
terrestrial dan foto udara. Foto terrestrial diperoleh dengan cara memotret di permukaan
daratan dimana informasi mengenai posisi dan orientasi, pada umumnya
pengukuran dilakukan secara langsung. Foto udara merupakan bahan pokok dalam kajian
Fotogrametri, oleh karena itu agar pemahaman seorang pembelajar tidak keliru dalam
menginterpretasi dan mengukur suatu objek perlu dikenali lebih dahulu karakteristik
foto udara. Pada umumnya foto udara dibedakan atas foto udara vertical dan foto
udara condong/sendeng. Secara lebih detail foto udara dapat dibedakan atas beberapa
dasar:
1. Spektrum elektromagnetik yang digunakan:
a. foto udara ultraviolet
( UV dekat – 0,29 μm)
b. foto udara ortokromatik (biru – sebagian hijau/0,4 – 0,56 μm)
c. foto udara pankromatik (menggunakan seluruh gelombang visible)
d. foto udara inframerah true (0,9 – 1,2 μm)
e. foto udara inframerah modifikasi (IM dekat dan sebagian merah dan
hijau).
2. Jenis kamera
a. foto udara tunggal
b. foto udara jamak (multispektral, dual kamera, kombinasi vertical
condong)
3. Warna yang digunakan
a. black white (BW)
b. berwarna semu (false color)
c. berwarna asli (true color)
4. Sistem wahana
a. foto udara dari pesawat udara/ balon
b. foto udara satelit/ foto orbital
5. Sudut liputan
a. vertical (0 sampai 3o)

LAPORAN PENDAHULUAN III - 15


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
b. condong (lebih dari 3o )
c. condong tinggi
6. Sumbu kamera
a. foto udara vertical, sumbu kamera tegak lurus permukaan bumi
b. foto condong/sendeng (oblique/tilted)
1) Agak condong, tampak cakrawala
2) Sangat condong, tidak tampak cakrawala
7. Bentuk data
a. foto udara analog
b. foto udara digital (citra digital dapat berupa murni data digital dapat
pula diperoleh dari penyiaman data analog sehingga menjadi data digital).

3.1.2.3 Klasifikasi Foto Udara


Menurut Lillesand and Kiefer (1994), aspek yang paling mendasar di dalam
fotogrametri adalah meliputi langkah atau kegiatan sebagai berikut :
1. Menentukan Jarak Medan Mendatar Dan Besarnya Sudut Berdasarkan
Pengukuran Yang Dilakukan Pada Foto Udara Tegak.
Foto udara merupakan hasil perekaman dengan menggunakan kamera yang proyeksinya
center, sehingga di daerah yang mempunyai kondisi relief yang relatif kasar (bevariasi
ketinggiannya) terjadi pergeseran letak elief (relief displacement). Adanya fenomena
relief displacement ini berdampak pada kurang akuratnya pengukuran jarak mendatar dan
ukuran sudut, oleh karena agar diperoleh ukuran yang akurat diperlukan teknik-teknik
fotogrametri.
2. Menentukan Tinggi Objek Dari Pengukuran Pergeseran Letak Oleh Relief
Dalam perspektif foto udara yang menggunakan proyeksi center, titik yang tidak
mengalami penyimpangan adalah objek yang terletak persis di atas titik pusat foto.
Semakin jauh letak objek dari titik pusat foto, semakin banyak mengalami penyimpangan
atau pergeseran letak secara radial, objek yang tinggi (misalnya menara, gedung-gedung
bertingkat, cerobong dan lain-lain) akan tampak condong. Di satu sisi gejala pergeseran
letak ini seringkali menyulitkan para penafsir foto udara, tetapi di sisi lain pergeseran
bermanfaat untuk mengukur ketinggian objek-objek tersebut. Besarnya pergeseran letak
oleh relief tergantung pada tinggi objek dilapangan, tinggi terbang, jarak antar titik utama
foto (titik tengah foto) ke objek tertentu, dan sudut kamera saat pengambilan objek
tersebut. Karena faktor geometrik tersebut saling berkaitan, maka pergeseran letak
objek oleh relief dan posisi radialnya pada foto udara dapat diukur untuk menentukan

LAPORAN PENDAHULUAN III - 16


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
tinggi suatu objek. Hanya saja, tingkat ketelitian pengukuran secara monoskopik ini
masih terbatas (Lillesand & Kiefer, 1994).
3. Menentukan Tinggi Objek Dan Ketinggian Medan Dengan Pengukuran
Paralaks Citra.
Pengukuraan tinggi objek pada foto udara disamping dapat dilakukan secara monoskopik
(satu foto) dapat pula dilakukan secara stereoskopik atau pasangan foto udara. Suatu
objek dapat tergambar pada sepasang foto udara. Objek tersebut pada foto pertama
posisinya dari kamera kemungkinan berbeda dengan yang tergambar pada foto kedua.
Posisi relatif suatu objek yang dekat kamera (pada elevasi lebih tinggi) akan mengalami
perubahan lebih besar dari objek yang jauh dari kamera (pada elevasi rendah).
Selisih jarak relatif tersebut dinamakan paralaks. Besarnya paralaks pada daerah
tampalan dapat digunakan untuk mengukur ketinggian objek dan ketinggian medan.
4. Penggunaan Titik Kontrol Medan
Titik kontrol medan adalah titik di medan yang dapat diletakkan secara tepat pada foto
udara, dimana informasi koordinat medan dan/atau ketinggiannya diketahui.
Informasi titik kontrol medan ini digunakan untuk acuan geometrik medan untuk
melakukan kalibrasi pengukuran pada foto udara. Kontrol medan atau yang lazim
disebut kontrol medan, menyajikan cara untuk mengorientasikan atau menghubungkan
foto udara dengan medan. Menentukan kontrol medan yang baik merupakan hal
penting dalam keseluruhan pekerjaan pemetaan fotogrametri.. Untuk keperluan
penentuan titik kontrol medan memerlukan survey lapangan. Kegiatan survey dilakukan
dalam dua tahap, yakni: (a). pengadaaan jaringan kontrol dasar di dalam wilayah
kerja; dan (b) pengadaaan posisi keruangan objek bagi kontrol foto saat survey yang
dimuali dari jaringan kontrol dasar. Pekerjaan penentuan kontrol medan ini menentukan
kualitas peta yang dibuat. Begitu pentingnya pekerjaan kontrol medan, sehingga
pekerjaan ini harus direncanakan dan dilaksanakan secara teliti.
5. Membuat Peta Di Dalam Plotter Stereo
Plotter stereo atau biasa disingkat plotter saja adalah sebuah alat yang dirancang untuk
menghasilkan peta topografi yang bersumber dari foto udara stereo, alat ini dapat
memindah informasi peta tanpa distorsi dari foto stereo. Dengan alat tersebut dapat
digunakan untuk mengorientasikan foto udara secara tepat, sehingga dapat diperoleh
model medan yang tepat pula. Dengan demikian foto tersebut dapat digunakan untuk
membuat peta planimetrik tanpa distorsi dan ketinggian tempat dapat ditentukansecara
tepat, sehingga foto udara tersebut dapat digunakan untuk membuat peta topografi.
Pekerjaan ini meliputi dua tahap, yakni orinetasi dalam (interior orientation) atau
orientasi relative dan orientasi absolute.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 17


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
6. Membuat Orthofoto
Ortofoto pada dasarnya merupakan peta foto yang dihasilkan dari foto konvensional
melalui proses raktifikasi diferensial, sehingga diperoleh ukuran yang benar. Ortofoto ini
bila ditumpangsusunkan dengan peta administrasi akan menjadi peta foto yang
informatif. Informasi yang ditampilkan melebihi peta dalam hal jumlah dan kerincian.
Suatu contoh lagi, peta yang menggambarkan ketinggian medan dapat diletakkan atau
ditumpangsusunkan pada ortofoto, sehingga dapat menjadi ortofoto topografi. Pekerjaan
membuat ortofoto merupakan pekerjaan yang tidak kalah pentingnya dengan pekerjaan
fotogrametri lainnya, karena bila pekerjaan ini berhasil maka pergeseran letak oleh
kesendengan fotografik maupun oleh relief. Inti pekerjaan ini adalah merektifikasi foto
udara, sehingga foto udara secara geometrik menjadi ekuivalen terhadap peta garis
konvensional dan peta symbol planimetrik.
7. Menyiapkan Rencana Penerbangan Untuk Memperoleh Foto Udara
Rencana penerbangan diperlukan agar citra yang diinginkan terpenuhi (isi dan ukuran
geometrik). Hal yang perlu diperhatikan antara lain, skala citra, lensa kamera, panjang
fokus kamera, format foto, dan tampalan yang diinginkan. Perencana penerbangan
harus menentukan faktor geometrik yang sesuai dengan tujuan pemotretan, pertimbangan
waktu, cuaca, dan anggaran yang tersedia.
3.1.2.4 Pre-Survey
Perecanaan terbang merupakan proses yang paling vital dalam pemetaan foto udara.
Hal ini disebabkan karena keseluruhan proses yang akan dilaksanakan dilapangan secara
detail, akan terjadi berdasarkan perencaan yang telah dibuat sebelumnya. Disamping itu
perecanaan dapat pula memprediksi resiko yang dihadapi, sehingga kondisi yang akan
terjadi di lapangan dapat diatas dengan baik. Perencanaan yang baik akan memberikan hasil
yang baik pula. Berikut ini adalah point apa saja yang perlu dipersiapkan sebalum
pelaksanaan survey.
a) Rencana Terbang
Rencana terbang dilaksanakan sebelum UAV akan diterbangkan. Pada perencanaan ini
akan diketahui luas area yang akan disurvey, lama terbang dan titik dimana UAV akan
Takeoff dan landing.
1. Waypoint & Flight Info
Informasi penerbangan akan sangat berpengaruh terhadap proses penerbangan UAV.
Informasi ini akan menjadi input kepada pilot untuk dapat memantau jalannya
pengambilan gambar dan pergerakan UAV. Jalur terbang merupakan salah satu
informasi yang sangat penting untuk dipantau, hal ini dikarenakan kualitas peta akan
bergantung pada aspek ini, semakin baik waypoint yang diatur, maka semakin baik

LAPORAN PENDAHULUAN III - 18


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
pula overlap dari setiap gambar dan pada akhirnya semakin baik pula hasil yang
diperoleh. berikut ini adalah langkah-langkah yang diperlukan dalam perencanaan
terbang dan informasi apa saja yang perlu diperhatikan.
1. Luas area yang akan di survey
2. Jarak trak/jalur terbang
3. Lama terbang yang dibutuhkan
4. Jumlah baterai
5. Kecepatan terbang
6. Kelerangan
7. Arah terbang/jalur terbang
8. Jumlah gambar yang akan diambil
9. Jumlah memori yang dibutuhkan
10. Ketinggian terbang
11. Resolusi yang akan dihasilkan
12. Kekuatan signal dari RX dan TX
13. Jumlah GPS yang mengikat
14. Persentase overlap yang akan dihasilkan
15. Kenampakan area yang akan di survey
2. Point for Takeoff/Landing
Point for takeoff/landing adalah titik dimana UAV akan mulai terbang dan mendarat.
Titik ini memerlukan clearence area yang baik. Hal tersebut sebagai tidakan
keamanan apabila terjadi hal yang tidak terduga saat UAV sedang beroperasi.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan titik ini sebagai berikut :
1. Cuaca
2. Angin
3. Obstacle (halangan)
4. Baterai
5. Waypoint
6. Interference (gangguan)
7. Jangkauan Remote Control
b) Persiapan Alat
Sebelum pelaksanaan survey perlu kiranya surveyor untuk dapat mempersiapkan lebih
detail mengenai apa saja yang perlu disiapkan. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan
diantaranya :
1. Baterai

LAPORAN PENDAHULUAN III - 19


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Baterai ini mimiliki waktu persiapan yang cukup lama. Hal tersebut disababkan oleh
lamanya isi daya dari setiap baterai. Oleh sebab itu surveyor hendaklah
mempersiapkan baterai sehari sebelum pelaksanaan survey. Disamping itu untuk
baterai Phantom 4 ini memerlukan prosedur yang sudah ditentukan. Untuk lebih detail
mengenai hal tersebut dapat dibaca user manual DJI Phantom 4 yang telah tersedia.
2. UAV
Persiapan yang perlu dilakukan untuk UAV/drone adalah normalisasi keseluruhan
perangkat baik hardwere maupun softwere. Beberapa hal yang perlu di periksa
sebelum melakukan survey adalah :
- Motor
- Gimbal
- Keseimbangan propeller (apabila dibutuhkan)
- Firmwere
- Remote Control (RC)
- Kalibrasi sensor/IMU
- Kalibrasi Gimbal
- Kalibrasi kompas
- Kalibrasi RC
- Antenna
3. Rencana Terbang
Perlu di periksa kembali rencana terbang yang telah disusun, apakah sudah sesuai atau
belum. Hal ini sangat perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya crash sofwere
dilapangan. Mengingat system survey yang direkomendasikan adalah autopilot, maka
dirasa penting untuk memastikan segala sesuatunya.
c) Pre-Mark
Pre-mark adalah salah satu bagian yang juga dinilai penting pada proses ini. Pre-mark
adalah penanda yang ditempatkan sebelum survey dimulai. Penanda ini selanjutnya
dijadikan sebagai titik GCP (Ground Control Point) yang gunanya adalah mengkoreksi
foto agar koordinat yang dihasilkan dapat sesuai. Disamping itu pre-mark ini terbagi
menjadi 2 macam yaitu cross dan sign, berikut adalah penjelasannya
1. Cross
Cross adalah tanda yang berupa garis menyilang dan berwarna cerah. Cross ini
difungsikan sebagai penanda agar titik GCP dapat dengan mudah diidentifikasi dalam
proses pembuatan foro udara.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 20


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Tanda orange berbentuk garis menyilang adalah contoh dari cross yang baik.
2. Sign
Sign adalah penanda yang lebih detail daripada cross. Hal ini dimaksudkan sebagai
penanda titik tengah pada setiap cross. Selain itu sign dapat pula sebagai koreksi
geomatrik dari hasil foto udara

d)
Distribusi Ground Control Point
Ground Control Point dibutuhkan untuk dapat
mengkoreksi koordinat dan sumbu XY dari hasil
foto udara. Berbeda dengan titik GCP yang
dipakai untuk proses orthorektifikasi citra satelit,
yang mana antar titik GCP memiliki jarak 2-4
km, titik GCP untuk foto udara memiliki baseline

LAPORAN PENDAHULUAN III - 21


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
yang lebih rapat. Hal tersebut terjadi karena kedalaman resolusi peta yang dihasilkan oleh
foto udara merupakan jenis peta detail. Jarak antar baseline pada pemetaan foto udara
dapat disesuaikan dengan area survey dan persebaran titik GCPnya.
Beberapa literatur yang menjelaskan bahwa titik GCP harus ditempatkan homogen di
keseluruhan area yang akan disurvey. Sebagai perumpaan yaitu apabila dibayangkan
bahwa daerah yang akan disurvey sebagai meja yang besar dan titik GCP sebagai
kakinya. Apabila semua "kaki" ditempatkan pada lokasi yang sama dari "meja," maka
meja tersebut tidak adakn dapat berdiri dengan sempurna atau “miring”, sedangkan
apabila "kaki" tersbut menyebar, maka "meja" akan berdiri dengan stabil. Selain itu, akan
sangat dianjurkan untuk menempatkan satu titik GCP di pusat daerah untuk lebih
meningkatkan kualitas rekonstruksi seperti yang ada pada gambar disamping.
Beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan dalam penyebaran titik GCP ini adalah
• Jumlah minimal GCP yang dibutuhkan adalah 3 titik yang setidaknya terdapat pada 2
gambar.
• Jumlah titik antara 10-15 titik merupakan jumlah yang direkomendasikan agar
mendapatkan akurasi yang lebih baik.
• Untuk kondisi dengan kelerangan lebih tinggi dan kompleks direkomendasikan untuk
lebih diperbanyak.
• Disarankan untuk menggunakan setidaknya 5 GCP, yang masing-masing
teriidentifikasi pada 5 gambar, hal ini dapat meminimalkan ketidakakuratan
pengukuran serta membantu untuk mendeteksi kesalahan yang mungkin terjadi saat
memasukkan GCP.
• Titik GCP harus ditempatkan secara merata pada lanskap untuk meminimalkan
kesalahan dalam Skala dan Orientasi.
• Jangan menempatkan titik GCP persis di tepi area survey, karena titik tersebut hanya
akan terlihat pada beberapa gambar saja.

3.1.2.5 Survey
a) Pemasangan Pre-Mark
Pada proses pengambilan data (survey). Pre-mark hendaknya telah terpasang dengan baik
sebelum UAV mulai terbang (takeoff). Titik pemasangan pre-mark telah ditentukan pada
tahap perencanaan survey. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada tahappemasangan
pre-mark adalah
- Pre-mark harus terikat kuat
Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat merubah, menggeser atau
bahkan memindah tanda yang telah dibuat.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 22


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
- Tergambar jelas
Hal ini dimaksudkan agar dapat teridentifikasi dengan baik pada saat pengolahan foto
udara
- Ditempatkan pada posisi yang jauh dari keramaian
Dikhawatirkan tidak ada yang melepas, menutupi dan merusak
- Ditempatkan pada lokasi terbuka
Hal ini untuk mengantisipasi tidak adanya pohon atau halangan lain yang dapat
menghalangi pre-mark dengan kamera dari UAV
b) Prosedur Terbang
Prosedur terbang diperlukan agar survey dapat berjalan dengan baik dan lancar. berikut
adalah prosedu yang perludilakukan pada saat survey
- Instalasi Alat
Instalasi alat akan lebih detail dijelaskan sesuai dengan user manual alat yang akan
dipakai.
- Cheking & Test Flight
Tahap ini merupakan tahap penting yang sering dilupakan atau dilewati oleh para
surveyor/pilot. Tahap ini pilot dengan sigap memantau kondisi lingkungan baik di
darat maupun diudara. Selain itu pilot juga memantau ketinggian yang
memungkinkan untuk dapat menerbangkan UAV. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah memantau obyek tinggi yang dirasa dapat mengganggu jalannya survey
- Start Survey
Apabila semua prosedur dirasa telah dipenuhi, maka UAV dapat diterbangkan
c) Data Cheking
Tahap ini diperlukan untuk dapat memantau apakah survey yang dilakukan berjalan
dengan baik atau terjadi masalah dalam pengambilan data. Pada tahap ini pilot akan terus
memonitor pergerakan UAV dan data-data yang telah diambil. Data cheking dilakukan
sebanyak dua kali. Yang pertama dilakukan pada saat UAV terbang. Kedua data cheking
dilakukan pada saat UAV telah mendarat dan data pengamatan telah didownload. Apabila
data yang diambil oleh UAV dirasa kurang, maka survey harus diulang kembali, baik
secara keselurahan, maupun spot dimana data dianggap kurang baik atau rusak atau
bahkan belum terekam.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 23


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
3.2 Tahapan Pelaksanaan Monitoring dan Pengolahan Data Hak Atas Tanah/
DPAT
3.2.1 Obyek Monitoring
Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja, obyek Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas
Tanah/DPAT adalah seluruh Hak Guna Usaha yang dimiliki oleh Badan Hukum di 5 (lima)
provinsi yaitu Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, dan
Nusa Tenggara Barat. Bidang tanah yang menjadi objek monitoring berjumlah 100 (seratus)
bidang, dengan kategori HGU habis, tanah tidak termanfaatkan dan pelepasan sebagian.
Meninjau tujuan pelaksanaan kegiatan adalah terpantaunya HAT/DPAT secara lebih
optimal, maka jumlah obyek bidang tanah yang dipantau dan dievaluasi harus berjumlah
lebih banyak dari 100 bidang yang telah ditentukan tersebut. Diasumsikan dapat diperoleh
maksimal 200% dari target output tersebut. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi bidang tanah yang dapat menjadi objek pemantauan, selain 100 bidang
yang telah ditentukan, antara lain :
1. Belum pernah dilakukan inventarisasi tanah
terindikasi terlantar;
2. Belum masuk dalam Basis Data Terindikasi Terlantar;
3. Belum pernah dilakukan tahapan Penertiban Tanah
Terlantar (Identifikasi, Panitia C, Peringatan, dan Usulan Penetapan Tanah Terlantar);
4. Hak atas tanahnya akan berakhir atau sudah berakhir
namun belum ditetapkan
8. sebagai obyek Tanah Obyek Reforma Agraria/Redistribusi;
4. Belum pernah dilakukan pemantauan dan evaluasi dalam jangka waktu paling lama 3
tahun.

Kriteria tersebut disesuaikan dengan kriteria objek Pemantauan dan Evaluasi Hak
Atas Tanah/DPAT sebagaimana yang disebutkan dalam Petunjuk Teknis Pemantauan dan
Evaluasi Hak Atas Tanah, Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan tahun 2018.
Dalam penentuan objek monitoring, para tenaga ahli membantu pelaksana Direktorat dalam
menyiapkan data dan mengumpulkan informasi dari kantor Kementerian ATR/BPN, Kantor
Wilayah BPN Provinsi, ataupun Kantor Pertanahan. Makin baik persiapan data awal yang
masuk kategori HGU Habis, Tanah Terindikasi Terlantar dan/atau Pelepasan Sebagian, maka
makin sedikit obyek bidang tanah yang perlu dipantau dan dievaluasi.
Adapun data yang menjadi objek pemantauan pada bidang tanah HGU badan
hukumvantara lain adalah data spasial mengenai:
1. Penguasaan;

LAPORAN PENDAHULUAN III - 24


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
2. Pemilikan;
3. Penggunaan, dan;
4. Pemanfaatan tanah.

Data spasial tersebut akan menjadi bahan analisis untuk pengambilan kebijakan
dan/atau rekomendasi pemenuhan hak atas tanah (Hak Guna Usaha yang dimiliki oleh Badan
Hukum), perpanjangan hak atas tanah, pembatalan hak atas tanah, pelepasan (seluruh
maupun sebagian) hak atas tanah, tanah terindikasi terlantar, dan rekomendasi lainnya.

3.2.2 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/
DPAT sebagai bagian dari Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah, Direktorat
Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan, terbagi dalam beberapa tahapan yang dijabarkan
dalam skema berikut.

Persiapan
Persiapan
Pembinaan
Pembinaan

Pemantauan
Pemantauan

Pengolahan
PengolahanData
Data

Pelaporan
PelaporanHasil
Hasil Evaluasi
Evaluasi Rekomendasi
Rekomendasi Pelaporan
Pelaporan
Pemantauan
Pemantauan

Keterangan Kewenangan
KewenanganPelaksana
PelaksanaDirektorat
Direktorat
Tindak
TindakLanjut
Lanjut
Pendampingan Rekomendasi
Rekomendasi
Pendampinganoleh
olehKontraktor
Kontraktor

Gambar 3. 6 Bagan Alur Kegiatan Pendampingan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas
Tanah/ DPAT

LAPORAN PENDAHULUAN III - 25


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
3.2.2.1 Persiapan
Kegiatan utama pada tahap ini adalah penunjukan tenaga-tenaga ahli untuk
mendukung setiap tahapan kegiatan, yaitu Team Leader, Asisten Tenaga Ahli, dan Surveyor.
Selanjutnya akan dilaksanakan pengumpulan data awal terkait pelaksanaan kegiatan
pengendalian dan pemantauan pertanahan di 5 provinsi. Para tenaga ahli tersebut akan
ditugaskan untuk membantu pelaksana Direktorat dalam menyiapkan data dan
mengumpulkan informasi dari pemegang hak atas tanah, kantor Kementerian ATR/BPN,
Kantor Wilayah BPN Provinsi, ataupun Kantor Pertanahan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan
dalam bentuk fullday meeting. Kegiatan persiapan meliputi:
a. Penyusunan Rencana Jadwal
Penyusunan rencana jadwal pelaksanaan kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas
Tanah/DPAT dalam periode pelaksanaan kegiatan. Penyusunan rencana jadwal ini
dilakukan sebagai salah satu alat kendali bagi pelaksana kegiatan agar realisasi
pelaksanaan kegiatan dalam satu periode anggaran dapat tercapai sesuai dengan target
yang telah ditetapkan. Perubahan jadwal dapat dilakukan sambil berjalannya pelaksanaan
kegiatan disesuaikan dengan kondisi dan pertimbangan lainnya, misalnya antara lain
terkait ketersediaan SDM, mobilisasi tim, kapasitas kerja.

b. Pengumpulan Data Awal


Kegiatan ini merupakan aktifitas untuk memperoleh data awal dari Hak Atas Tanah
berupa Hak Guna Usaha yang dimiliki oleh Badan Hukum. Aktifitas kegiatan ini antara
lain:
1) Inventarisasi Hak Atas Tanah/DPAT melalui pengumpulan data baik data yang ada
pada Kantah/Kanwil/Pusat maupun unit kerja terkait lainnya;
2) Memastikan hasil inventarisasi obyek pemantauan tidak tumpang tindih antara
Kantah, Kanwil dan Pusat sehingga tidak terjadi pembiayaan ganda ;
3) Pemilihan obyek pemantauan dan evaluasi sesuai kriteria obyek (Hak Guna Usaha
yang dimiliki oleh Badan Hukum);
4) Penyusunan hasil pengumpulan data awal yang disusun berdasarkan jenis hak, subyek
hak, kelengkapan data spasial dan tekstual, lamanya hak diberikan, luasnya tanah hak/
DPAT, adanya permasalahan atas obyek bidang tanah dimaksud, serta pertimbangan
lainnya;
5) Penyiapan peta kerja, yang merupakan peta hasil integrasi antara:

LAPORAN PENDAHULUAN III - 26


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
a. Data dan informasi mengenai pemegang hak atas tanah (nama, alamat, akta
pendirian, hak atas tanah yang dikuasai termasuk dalam grup perusahaannya, dan
lainnya);
b. Data dan informasi mengenai obyek hak atas tanah (HGU Badan Hukum) dari
buku tanah/ Surat Ukur/ Gambar Ukur/ Gambar Situasi/ Peta Bidang/ Peta
Pertanahan/ Peta GeoKKP;
c. Rencana Tata Ruang Wilayah/RDTR;
d. Kawasan Hutan;
e. Peta Dasar Pertanahan/Peta Citra terbaru.
6) Melakukan tabulasi data objek pemantauan dan evaluasi sebagaimana format berikut.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 27


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Tabulasi Data Awal Objek Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT
Direktorat/Kantor ……. (1)
Tahun …….. (2)
KETERANGA
DATA SUBYEK LETAK SK PEMBERIAN HAK/DPAT SERTIPIKAT/BUKU TANAH
N
N
NAMA ALAMAT KECAMATA NOMOR PERUNTUKA KEWAJIBAN NOMOR TANGGAL LUA
O KABUPATE PEMANFAATA
PEMEGAN PEMEGAN PROVINSI N/ ASAL HAK SK N SESUAI PEMEGANG HAK TGL BERAKHI S
N/ KOTA N TANAH
G HAK G HAK KELURAHAN TGL SK HAK HAK TERBIT R HAK (Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
11/HGU/BP 202301213000
JL. OPI SUMATER OGAN JEJAWI
PEMBERIA N RI/2000 KEBUN DITANAMI MEMELIHAR 1 20 MARET 285,0
1 PT ABC RAYA NO. A KOMERING
A11 SELATAN ILIR PEDU
N HAK `````````````````````
20 MARET KARET KARET A BATAS 20 MARET 2035 0
2000 2000

Ditetapkan di …………..
Pada tanggal …………… (4)
………………. (5)

……………… (6)
NIP. ………………….

Petunjuk Pengisian Tabulasi Data Awal Objek Pemantauan Dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT:
1. Diisi dengan Unit Kerja f. Kolom 6 diisi Letak Bidang Tanah l. Kolom 12 diisi Nomor dan Tanggal
2. Diisi dengan tahun (Kecamatan dan Kelurahan), Terbit Hak Atas Tanah/ DPAT,
3. Tabel diisi dengan : g. Kolom 7 diisi Asal Hak Atas Tanah/ m. Kolom 13 diisi Tanggal Berakhir Hak
a. Kolom 1 diisi No. Urut, DPAT, Atas Tanah/DPAT,
b. Kolom 2 diisi Nama Pemegang Hak Atas h. Kolom 8 diisi Nomor SK dan Tanggal n. Kolom 14 diisi Luas Hak Atas Tanah/
Tanah/DPAT, SK Hak Atas Tanah/ DPAT, DPAT dalam satuan hektar (ha),
c. Kolom 3 diisi Alamat Pemegang Hak i. Kolom 9 diisi Peruntukan Sesuai Hak o. Kolom 15 diisi Keterangan
Atas Tanah/ DPAT, Atas Tanah/DPAT, 4. Diisi dengan Tempat dan Tanggal
d. Kolom 4 diisi Letak Bidang Tanah j. Kolom 10 diisi Pemanfaatan Bidang penandatanganan Tabulasi Data Awal Objek
(Provinsi), Tanah, Pemantauan Dan Evaluasi Hak Atas Tanah/
e. Kolom 5 diisi Letak Bidang Tanah k. Kolom 11 diisi Kewajiban Pemegang DPAT
(Kabupaten/Kota), Hak Atas Tanah/DPAT, 5. Diisi dengan Nama Jabatan Kepala Unit
Kerja

LAPORAN PENDAHULUAN III - 28


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
6. Diisi dengan Nama dan NIP Kepala Unit
Kerja

LAPORAN PENDAHULUAN III - 29


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
c. Penyiapan administrasi dan sarana penunjang, berupa:
1) Penetapan lokasi pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi yang dituangkan
dalam Surat Keputusan (SK). Keputusan ini menunjuk pada hak atas tanah/DPAT
yang akan dilakukan kegiatan pemantauan lapangan.
Aktifitas pada kegiatan ini adalah:
a) Penentuan prioritas obyek yang akan dilakukan pemantauan dan evaluasi.
Sehubungan obyek pemantauan didasarkan pada target yang telah ditentukan, maka
dari hasil pengumpulan data awal selanjutnya dipilih berdasarkan prioritas tertentu.
Penentuan prioritas obyek dimaksud adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut
ini:
- Pemegang Hak Atas Tanah/DPAT
diutamakan berbentuk badan hukum;
- Obyek pemantauan Hak Atas
Tanah/DPAT yang telah berakhir haknya;
- Obyek pemantauan akan habis hak
atas tanahnya dalam 5 tahun;
- Obyek pemantauan Hak Atas
Tanah/ DPAT yang kondisi fisiknya tidak dimanfaatkan dan belum masuk basis
data tanah terindikasi terlantar;
- Obyek pemantauan dengan luasan
lebih besar;
- Adanya permasalahan atas obyek
pemantauan;
- Pertimbangan lainnya.

Lampiran SK Penetapan Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi


Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi hak Atas Tanah/DPAT
Direktorat Pengendalian dan Pemantauan Pertanahan
Tahun Anggaran 2019
(1)
N No dan Tanggal Sertipikat Nama Pemegang
Luas (Ha) Lokasi
o HAT/IPPT/No DPAT HAT/DPAT
1 2 3 4 5

Ditetapkan di ………. (2)


Pada tanggal …………
………….. (3)

………….. (4)
NIP ………………..

LAPORAN PENDAHULUAN III - 30


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
1. Diisi dengan
a. Kolom 1 diisi nomor urut
b. Kolom 2 diisi No dan Tanggal Sertipikat Hak Atas Tanah/IPPT/No DPAT
c. Kolom 3 diisi Nama Pemegang Hak Atas Tanah/DPAT
d. Kolom 4 diisi Luas (ha) Hak Atas Tanah/DPAT
e. Kolom 5 diisi Letak Hak Atas Tanah/DPAT
2. Diisi dengan Tempat dan Tanggal penandatanganan Surat Keputusan Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan
dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT
3. Diisi dengan Nama pejabat yang menandatangani
4. Diisi dengan NIP pejabat yang menandatangani

b) SK Penetapan Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas


Tanah/DPAT ditandatangani oleh kepala unit kerja, apabila anggarannya terdapat
pada masing-masing unit kerja. Apabila penganggarannya dipusatkan di kanwil
maka SK penetapan lokasi ditandatangani oleh Kepala Kanwil.
2) Penunjukan petugas pelaksana pemantauan dan evaluasi yang dituangkan dalam Surat
Tugas. Penunjukan petugas dilakukan oleh kepala unit kerja terhadap pegawai di
lingkungan unit yang membidangi pengendalian pertanahan dan dengan penambahan
personil dari unit lain jika diperlukan selama anggaran memungkinkan;
3) Pemberitahuan ke pemegang Hak Atas Tanah/ DPAT tentang pelaksanaan
pemantauan dan evaluasi secara lisan atau surat resmi. Apabila alamat pemegang hak
tidak diketahui pemantauan dan evaluasi tetap dapat dilaksanakan, pemberitahuan
disampaikan kepada kepala desa/lurah;
4) Penyediaan ATK dan bahan penunjang komputer;
5) Penyiapan administrasi dan keuangan;
6) Peralatan pendukung yang diperlukan, antara lain kompas/ GPS Handheld/ drone /
kamera.
d. Penyiapan Data Pendukung, meliputi:
1) Mengumpulkan sekaligus mendokumentasikan bahan-bahan pendukung kegiatan
pemantauan dan evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT baik data tekstual maupun data
spasial, antara lain:
a) SK Pemberian Hak Atas Tanah/DPAT;
b) Proposal Permohonan Hak;
c) Dokumen pendukung permohonan Hak Atas Tanah/ DPAT lainnya sebagaimana
ditentukan dalam ketentuan peraturan perundangan;
d) Buku Tanah;
e) Peta-peta, diantaranya:
- Peta Rencana Tata Ruang Wilayah
(Peta Rencana Pola Ruang RTRW Provinsi, sesuai 12 Provinsi lokasi
pengamatan, dan Kabupaten/ Kota dari lokasi pengamatan bidang tanah;

LAPORAN PENDAHULUAN III - 31


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
- Peta Penggunaan Tanah;
- Peta Kemampuan Tanah;
- Peta Penguasaan Tanah;
- Peta Pendaftaran Tanah;
- Peta Bidang Tanah;
- Peta Dasar Pendaftaran Tanah
(Citra atau peta foto);
- Bahan pendukung lain yang
diperlukan.
Peta-peta ini digunakan sebagai acuan dalam pembuatan Peta Kerja.
2) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan unit kerja lain terkait dengan penyiapan
bahan dan data; Persiapan dilaksanakan melalui rapat dalam kantor terkait penyusunan
jadwal, penetapan lokasi, penunjukan pelaksana kegiatan, dan koordinasi dengan
instansi terkait. Sementara dalam rangka pengumpulan data awal dan pengumpulan
data pendukung dapat melalui perjalanan dinas ke instansi atau pemegang hak,
sepanjang anggaran memungkinkan.

3.2.2.2 Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan melakukan survei lapangan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengamati pelaksanaan pemenuhan kewajiban oleh pemegang
hak di lokasi obyek pemantauan. Keakuratan data dan informasi yang dihasilkan dari
pelaksanaan kegiatan menjadi sangat penting sebagai dasar dikeluarkannya suatu
kebijakan/ rekomendasi. Oleh karenanya saat pemantauan, petugas harus mampu
memperoleh data dan informasi yang akurat. Aktivitas yang dilaksanakan oleh
petugas pemantauan di lapangan adalah:
a. Menyampaikan maksud
dan tujuan kegiatan pemantauan lapangan kepada pemegang Hak Atas Tanah/ DPAT atau
yang mewakilinya atau aparat desa/ kelurahan;
b. Mengingatkan kembali
kepada pemegang Hak Atas Tanah/ DPAT tentang kewajiban yang harus dipenuhi sesuai
SK Pemberian Hak Atas Tanah/ DPAT dan atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c. Mengamati objek
pemantauan, mengambil data lapangan, dan mengumpulkan data pendukung serta
mendokumentasikan data hasil lapangan;

LAPORAN PENDAHULUAN III - 32


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
d. Mengisi dan
menandatangani Berita Acara Lapangan.

Hal-hal yang diamati dalam pelaksanaan pemantauan antara lain:


a. Penguasaan tanah
1) Data yang diambil saat mengamati terkait penguasaan tanah adalah untuk mengetahui
penguasaan atas bidang tanah sesuai Hak Atas Tanah/DPAT-nya: seluruhnya,
sebagian, atau tidak sama sekali;
2) Jika penguasaan atas bidang tanah sebagian atau tidak sama sekali, perlu diketahui
alasan dan luasan yang dikuasainya, serta penguasaan tanah di luar Hak Atas
Tanah/DPAT-nya: ada tidaknya, luas, dan status perizinannya;
3) Batas penguasaan tanah oleh pemegang hak, penguasaan pihak lain, dan penguasaan
di luar batas Hak Atas Tanah/DPAT-nya dipetakan dengan melakukan:
a) Tracking dengan menggunakan GPS Handheld;
b) Delineasi penguasaan tanah pada peta kerja saat pemantauan sepanjang dapat
teridentifikasi pada citra yang ada;
c) Pengambilan foto udara menggunakan drone sesuai batas penguasaan tanah.
4) Hasil pengamatan dari kegiatan ini dapat berupa:
a) data tekstual penguasaan tanah (sesuai form berita acara pengamatan);
b) data spasial penguasaan tanah (data koordinat delineasi batas penguasaan);
c) dokumentasi (foto pemanfaatan dan batas fisik)
d) Peta foto udara.
b. Fisik tanah
Data fisik tanah yang diambil adalah data kemampuan tanah dan topografi. Data
kemampuan tanah dapat diperoleh dari peta kemampuan tanah, baik kecamatan,
kabupaten, atau Dinas atau Kementerian Pertanian. Data kemampuan tanah yang dipilih
merupakan data paling detail yang tersedia. Data topografi dapat diperoleh dari peta
topografi skala 1:50.000 yang tersedia atau Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala
1:25.000 dari Badan Informasi Geospasial (BIG).
c. Tanda batas dan
pengamanan tanah
1) Data yang diambil dari kegiatan ini adalah tanda batas berupa jenis, jumlah, telah
dipasang/tidak, dipelihara/tidak, dan alasan tidak/belum dipasang atau tidak
dipelihara;
2) Bentuk pengamanan tanah perlu dipantau terkait pembangunan parit keliling untuk
HGU, pemagaran keliling, atau gambaran batas alamiah;

LAPORAN PENDAHULUAN III - 33


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
3) Sampel tanda batas yang dipantau minimal 3 (tiga) buah dan dokumentasi kondisi
tanda batas yang terpasang.
d. Penggunaan/pemanfaatan
tanah saat pemantauan
Data yang diambil dari kegiatan ini adalah:
1) Data penggunaan/pemanfaatan tanah beserta alasannya;
2) Komoditi tanaman;
3) Sistem pembukaan tanah untuk hak atas tanah yang berasal dari bekas kawasan hutan;
4) Kemajuan/perkembangan pemanfaatan tanahnya;
5) Pemeliharaan atas tanaman/bangunan beserta alasannya;
6) Data lainnya yang menurut petugas pemantauan perlu dicatat dan didokumentasikan.
Batas penggunaan tanah termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dipetakan dengan
melakukan tracking atas batas penggunaan tersebut dengan menggunakan GPS Handheld,
atau mendelineasi penggunaan saat pemantauan pada peta kerja. Pengamatan pemanfaaan
tanah juga dilengkapi dengan pengambilan foto udara sebagai bukti riil dan kroscek
bentuk pemanfaatan tanah di lapangan.
e. Pelaksanaan fungsi sosial
Data yang diambil dari hasil aktivitas ini adalah:
1) Keberadaan objek pantauan yang menutup akses jalan/sumber air/jalan air;
2) Pelaksanaan Coorporate Social Resposibility (CSR) dan plasma perkebunan;
3) Data pantauan lainnya terkait fungsi sosial tanah.
Data ini dapat diperoleh baik melalui wawancara dengan pemegang Hak Atas Tanah/
DPAT dan/ atau masyarakat sekitar dan/atau aparat, maupun pengamatan dari akses
jalan/ sumber air/ jalan air.
f. Pelaksanaan Pemeliharaan
Lingkungan Hidup
Kegiatan ini untuk mengetahui antara lain:
1) Pengelolaan limbah, arah pembuangan limbah, kolam limbah, dan pemanfaatan
limbah dari aktivitas yang ada di atas obyek pemantauan;
2) Keberadaan embung atau lahan konservasinya;
3) Sistem drainase (keberadaan dan pemeliharaannya);
4) Pemeliharaan lingkungan hidup lainnya.
Data ini dapat diperoleh dari hasil laporan yang disampaikan oleh pemegang hak, dan
atau wawancara dengan pemegang hak/ masyarakat sekitar/ aparat, dan atau
pengamatan langsung yang didokumentasikan.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 34


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
g. Kewajiban pemegang Hak
Atas Tanah/ DPAT yang belum dan telah dilaksanakan serta alasan belum
dilaksanakannya kewajiban. Kewajiban pemegang Hak Atas Tanah/ DPAT yang dipantau
adalah kewajiban-kewajiban yang tercantum dalam Keputusan Pemberian Hak Atas
Tanah/DPAT, maupun kewajiban-kewajiban pemegang hak atas tanah/perijinan menurut
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, dan
peraturan perundangan lainnya.
h. Data lainnya, antara lain:
1) Data pengusahaan tanah yang dilakukan sendiri atau oleh pihak ketiga;
2) Ketersediaan sarana dan prasarana pengendalian kebakaran lahan pada area HGU;
3) Kesesuaian luas ijin lokasi dengan luas hak atas tanahnya.
Dalam pengamatan lapangan, petugas pemantauan dapat meminta keterangan kepada
pemegang Hak Atas Tanah/DPAT atau yang mewakilinya. Bila dianggap perlu,
pelaksana tugas pemantauan dapat meminta keterangan lain dari masyarakat sekitar atau
pemerintah daerah setempat. Keterangan yang dapat diminta meliputi:
a. Penguasaan tanah hak/ DPAT oleh
masyarakat, terkait sejak kapan terjadinya penguasaan, perolehan tanah oleh
perusahaan termasuk ada tidaknya ganti rugi atas perolehan tanah tersebut;
b. Ada tidaknya sengketa/ perkara di pengadilan
termasuk kemajuan penyelesaian sengketa/perkara atas tanah tersebut;
c. Riwayat penguasaan dan pemilikan tanah,
termasuk ada tidaknya peralihan di bawah tangan;
e. Ketidaksesuaian peruntukan dengan pemanfaatan tanah eksisting
dengan memastikan ada atau tidaknya izin mengenai:
1) perubahan penggunaan tanah dari pertanian ke non pertanian;
2) perubahan penggunaan tanah dari non pertanian ke pertanian;
3) perubahan antar komoditas tanaman;
4) perubahan antar bidang usaha non pertanian;
5) alasan ketidaksesuaian peruntukan dengan pemanfaatan tanah.
6) hal-hal lain yang dianggap penting.

Hasil pemantauan (pengamatan), dokumentasi lapangan (peta kerja, foto


udara, foto, catatan dan data-data yang diberikan oleh pemegang
hak/masyarakat/pemerintah daerah setempat) sebagai dasar dalam pengisian Berita
Acara Lapangan. Selanjutnya Berita Acara Lapangan ditandatangani oleh petugas
pemantauan dan pemegang Hak Atas Tanah/ DPAT atau yang mewakilinya. Jika

LAPORAN PENDAHULUAN III - 35


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
pemegang hak tidak ada/hadir maka pada berita acara diberi catatan oleh pelaksana
tugas pemantauan. Jika pemegang Hak Atas Tanah/ DPAT atau yang mewakili tidak
mau menandatangani, maka pada berita acara dicantumkan alasan tidak mau
menandatanganinya. Berita Acara Lapangan, dokumentasi lapangan (peta kerja,
foto, catatan dan data-data yang diberikan oleh pemegang hak/ masyarakat/
pemerintah daerah setempat) dijadikan satu sebagai dokumen laporan hasil kegiatan
pemantauan.
Selanjutnya petugas pemantauan melaporkan hasil pemantauan kepada
atasan langsung dan menyampaikan berkas pertanggungjawaban pelaksanaan
perjalanan dinas dengan melampirkan:
a. Surat Tugas pelaksanaan perjalanan dinas dan
SPPD;
b. Berita Acara Lapangan.

Format Berita Acara Lapangan

BERITA ACARA LAPANGAN


KEGIATAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI
PEMBERIAN HAK ATAS TANAH/DASAR PENGUASAAN ATAS TANAH

……………………………………………………………………………………………… (1)
…………………………………………………………………………………………………..
Dasar :
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..
Pada hari ……………….. tanggal ………..bulan ………..............…… tahun .................... ( - - ),
(2)
telah dilakukan pemantauan lapang terhadap :
1 Pemegang Hak (3)
a. Nama : ..........................................................................................................................
b. Identitas : ..........................................................................................................................
c. Alamat : ..........................................................................................................................
2 SK Pemberian Hak/DPAT/Izin *)
(4)

LAPORAN PENDAHULUAN III - 36


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
a. Nomor : ..........................................................................................................................
b. Tanggaal : ..........................................................................................................................
3 Sertipikat (5)
a. Jenis Hak : ..........................................................................................................................
b. Nomor Hak : ..........................................................................................................................
c. Tgl. Berakhir Hak : ..........................................................................................................................
4 Luas : ............................................................................................................... (Ha/m2) (6)
5 Letak Tanah (7)
a. Desa/Kelurahan : ..........................................................................................................................
b. Kecamatan : ..........................................................................................................................
c. Provinsi : ..........................................................................................................................
6 Peruntukan : (8)
Hasil Pengamatan Lapang :
1 Penguasaan Tanah (9)
a. Kondisi Penguasaan
: Dikuasai seluruh/sebagian
Tanah
Perorang/Badan Hukum/Masyarakat
b. Penguasaan pihak lain :
Sebutkan ...................................................................................................................
.......
- Pemegang Hak/DPAT ........... (Ha/M2)
c. Luas yang dikuasai :
- Pihak lain ............................... (Ha/M2)
Ada/tidak
e. Penguasaan di luar jika ada : Luas : ± .................... (Ha/M2)
sertipikat obyek yang : Proses pengurusan perizinan dan sertipikasi :
dipantau ..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
f. Lainnya, sebutkan :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
2 Fisik Tanah (10)
a. Kemampuan Tanah : ..........................................................................................................................
b. Topografi : ..........................................................................................................................
3 Tanda Batas (11)
Pilar/Patok Besi/Patok Paralon/Pagar Tembok /Pagar Kayu/Lainnya sebutkan
a. Jenis :
..........................................................................................................................
- Telah dipasang Seluruh/sebagian
b. Pemasangan Tanda
: - Jumlah: ............................. buah/sisi
Batas
- Lainnya: ..........................................
c. Pemeliharaan Tanda - Dipelihara/Tidak, Seluruh/sebagian
Batas : - Jumlah: ............................ buah/sisi
- Lainnya : .........................................
..........................................................................................................................
d. Gambaran Batas ..........................................................................................................................
:
Alamiah ..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Pembangunan parit keliling untuk HGU/ pemagaran keliling/ lainnya, sebutkan :
e. Bentuk Pengamanan
: ..........................................................................................................................
Obyek
..........................................................................................................................
4 Pemanfaatan dan Penggunaan Tanah (12)
a. Pemanfaatan Tanah :
b. Sistem Pembukaan ..........................................................................................................................
:
Lahan ..........................................................................................................................
c. Penggunaan Saat ini : ..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................

LAPORAN PENDAHULUAN III - 37


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
d. Komoditi (jika HGU) :
- Seluruh/Sebagian *)
- Dipelihara dengan baik/tidak
e. Kondisi Pemeliharaan :
jika sebagian atau tidak dipelihara, sebutkan alasannya :
.................................................................................................................
Ada/Tidak *)
Jika ada, sebutkan alasan belum dimanfaatkan atau pembiaran :
f. Indikasi Terlantar :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
g. Lainnya :
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
5 Pelaksanaan Fungsi Sosial Tanah (13)
Ya/Tidak *), jika ya sebutkan alasannya:
a. Menutup Akses Jalan : ..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
Ya/Tidak *), jika ya sebutkan alasannya:
b. Menutup Jalan Air : ..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
c. Lainnya (sebutkan) :
..........................................................................................................................
6 Pelaksanaan
Ada/Tidak *)
Pemeliharaan :
(14)
Lingkungan Hidup
a. Menjaga Kesuburan
: ..........................................................................................................................
Tanah
b. Daerah Konservasi : ..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
c. Lainnya :
..........................................................................................................................
7 Ada/Tidak *)
Permasalahan :
(15)
(Sebutkan Dengan Siapa)
a. Konflik : ..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
- Perorangan/Badan Hukum (Sebutkan Dengan Siapa)
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
b. Sengketa :
- Sengketa Batas/Pemilikan/Lainnya (sebutkan)
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
- Berperkara dengan Perorang/Badan Hukum (Sebutkan Dengan Siapa)
..........................................................................................................................
c. Perkara : ..........................................................................................................................
- Nomor Perkara : ...............................
- Tanggal Perkara : …..........................
.......................................................................................................................... ........
d. Penyelesaian
.................................................................................................................. ................
Permasalahan Yang :
.......................................................................................................... ........................
Telah dilakukan
..................................................................................................
8 Kesesuaian Dengan
: Sesuai/Tidak sesuai *)dengan Perda Nomor: ............................................ (16)
RTRW
9 Lainnya
a. Pengusahaan atas : - Diusahakan sendiri seluruh/Sebagian
Tanah - Jika sebagian atau seluruh diusahakan kepada pihak lain
(sebutkan dengan siapa dan caranya (disewakan/perjanjian lainnya)*)
Sebutkan ......................................................................................................... .........

LAPORAN PENDAHULUAN III - 38


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
................................................................................................................ ..................
........................................................................................................ ..........................
................................................................................................. (17)
- Luas yang diusahakan oleh pihak lain……….......................... (Ha/M2) *)
- Kegiatan yang diusahakan pihak lain:............................................................
..........................................................................................................................
.......................................................................................................................... ........
.................................................................................................................. ................
b. Pelaksanaan CSR :
.......................................................................................................... ........................
..................................................................................................
- Luas Plasma Yang Wajib dipenuhi: ........................................ (Ha/M2) *)
c. Pembangunan Plasma :
- Luas Plasma Yang Telah Dilaksanakan:.................. (Ha/M2) *)
- Di SK disebutkan /Tidak *)
- Dilaksanakan/Tidak *), jika tidak maka sebutkan alasannya :
d. Laporan Tahunan : .......................................................................................................................... ........
.................................................................................................................. ................
..........................................................................................................
- Didaftarkan/tidak *), jika tidak maka sebutkan alasannya :
e. Pendaftaran Tanah : .......................................................................................................................... ........
..................................................................................................................
.......................................................................................................................... ........
.................................................................................................................. ................
f. Lainnya : .......................................................................................................... ........................
.................................................................................................. ................................
..........................................................................................

LAPORAN PENDAHULUAN III - 39


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Petugas Pelaksana Pemantauan Pemegang Hak atas Tanah/DPAT (19)
1. (18)

Nama................................................ Nama................................................
NIP.................................................... Jabatan.................. ..................
2.
Nama................................................
NIP......................................................

*) Coret yang tidak perlu.


Catatan : (20)

Petunjuk Pengisian Berita Acara Lapangan:


1. Diisi yang menjadi dasar pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi:
a. Jika dalam rangka melaksanakan program maka dasar pelaksanaan kegiatan adalah maka pada kolom
dasar tersebut diisi dengan data SK Penetapan Lokasi dan Nomor MAK DIPA masing-masing unit kerja
sebagai asal sumber pembiayaan pelaksanaan kegiatan;
b. Jika dalam melaksanakan pelayanan pertanahan (permohonan pemanatauan dan evaluasi dalam rangka
rekomendasi perpanjangan/pembaharuan hak) maka pada kolom dasar tersebut diisi dengan data surat
permohonan (tanggal, nomor, perihal dan asal surat), serta sumber pembiayaan pelaksanaan kegiatan;
c. Jika dalam menindalanjuti laporan masyarakat, badan hukum, dan/atau instansi maka pada kolom dasar
tersebut diisi dengan data surat laporan (tanggal, nomor, perihal dan asal surat), serta sumber
pembiayaan pelaksanaan kegiatan).
2. Diisi waktu pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi baik hari maupun tanggal yang ditulis dengan
huruf dan angka.
3. Diisi Nama Pemegang Hak dan alamat pemegang hak
4. Diisi nomor dan tanggal SK Pemberian Hak/DPAT/Izin Perubahan Penggunaan Tanah dari obyek yang
dipantau. ``
5. Diisi jenis hak, nomor dan tanggal sertipikat hak atas tanah obyek yang dipantau.
6. Diisi luas obyek pemantauan
7. Diisi letak tanah obyek yang dipantau (kelurahan/desa, kecamatan, dan provinsi)
8. Diisi peruntukan obyek pemantauan sesuai SK pemberian hak/DPAT/IPPT
9. Diisi kondisi penguasaan obyek pemantauan. Jika terdapat hal lain terkait penguasaan tanah yang belum
masuk baris di atas, maka dicatat pada baris 1.e. Misal pemegang hak (perorangan) telah menjadi warga
negara asing (WNA) sehingga tidak sesuai lagi dengan hak atas tanah yang sesuai dengan UU No. 5 tahun
1960. Maka pada baris lainnya yang dicatat sekurangkurangnya mengenai lamanya telah menjadi WNA.
10. Diisi mengenai kondisi fisik tanah terkait kemampuan tanah dan topografi.
11. Diisi terkait tanda batas mengenai jenis, kondisi pemasangan, kondisi pemeliharaan, gambaran alamiah
(batas alamiah), dan bentuk pengamana n obyek.
12. Diisi mengenai pemanfaatan dan penggunaan tanah obyek pemantauan. Jika terdapat hal lain terkait
pemanfaatan dan penggunaan tanah yang belum masuk baris di atas, maka dicatat pada baris 4.g.
13. Diisi terkait pelaksanaan fungsi sosial tanah. Jika terdapat hal lain terkait pelaksanaan fungsi sosial tanah
yang belum masuk baris di atas, maka dicatat pada baris 5.e.
14. Diisi berkenaan pemeliharaan lingkungan hidup.
15. Diisi terkait permasalahan yang terjadi pada obyek pemantauan.
16. Diisi kesesuaian dengan RTRW berdasarkan RTRWKK ter-update . Jika belum punya RTRW
Kabupaten/Kota maka menggunakan RTRW Provinsi ter-update.
17. Diisi terkait hal lain yang berkenaan dengan kewajiban pemegang hak yang belum tercantum dalam kolom
pengisian berita acara tersebut. . Jika terdapat hal lain terkait pelaksanaan kewajiban pemegang hak yang
belum ada pada baris ini maka maka dicatat pada baris 9. f.
18. Diisi nama, NIP dan tanda tangan petugas pemantauan. Jika petugas pemantauan lebih dari dua, maka
dapat ditambahkan di bawahnya.
19. Diisi nama pemegang hak/ nama dan jabatan (jika badan hukum)/nama dan NIP jika instansi sebagai
pemegang hak serta pemegang hak menandatangani berita acara tersebut. Apabila badan hukum/instansi
pada kolom penandatanganan oleh pemegang hak dibubuhi dengan cap/stempel badan hukum/instansi.
20. Diisi terkait hal lain yang menurut pandangan petugas pemantauan perlu dicatat dan alasan pemegang hak
tidak menandatangani berita acara lapangan. Alasan tidak mau menandatangani berita acara dapat
dibubuhi tanda tangan pemegang hak.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 40


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
3.2.2.3 Pengolahan Data
Pengolahan data dimaksud terdiri dari:
a. Pengolahan Data Tekstual
Pengolahan data tekstual adalah melakukan penyusunan hasil pengamatan, keterangan
pemegang hak/ masyarakat/ pemerintah setempat, dan data pendukung lain baik hasil
pengumpulan data awal maupun dokumen pendukung yang diperoleh saat pemantauan di
lapangan. Selanjutnya data yang disusun tersebut dibuat resume hasil lapangan. Resume
disusun berdasarkan kewajiban pemegang hak sebagaiman Keputusan Pemberian Hak
Atas Tanah/ DPAT, sertipikat hak atas tanah dan dan peraturan perundangan lainnya.
Resume diformat sebagai berikut.
b. Pengolahan Data Spasial
Kegiatan pengolahan data spasial meliputi:
1) Overlay data spasial dari peta pendaftaran/ SU/ Peta Bidang Tanah obyek pemantauan
dengan data spasial penguasaan tanah hasil pemantauan.
Kegiatan ini untuk mengetahui letak dan batas penguasaan tanah oleh pemegang Hak
Atas Tanah/DPAT dan/atau pihak lain, sengketa/permasalahan, termasuk yang di luar
Hak Atas Tanah/DPATnya. Hasil kegiatannya berupa Peta Penguasaan Tanah Hasil
Pemantauan dan Evaluasi Pemberian Hak Atas Tanah/ DPAT.
2) Overlay data spasial dari peta pendaftaran/SU/Peta Bidang Tanah obyek pemantauan
dengan data spasial pemanfaatan/penggunaan tanah saat ini hasil pemantauan.
Kegiatan ini untuk mengetahui letak dan batas pemanfaatan tanah yang dilaksanakan
oleh pemegang Hak Atas Tanah/ DPAT dan/ atau pihak lain. Hasil kegiatannya berupa
Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah Hasil Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/
DPAT.
3) Overlay data spasial Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah hasil Pemantauan dengan
Peta Rencana Tata Ruang. Kegiatan ini untuk mengetahui kesesuaian pemanfaatan
obyek pemantauan dengan Rencana Tata Ruang saat ini. Hasil Kegiatan ini berupa
Peta Kesesuaian Pemanfaatan tanah dengan Rencana Tata Ruangnya.

3.2.2.4 Pelaporan
Laporan dibuat sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan
Pendampingan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/ DPAT. Laporan akhir ini
selain berisi tentang proses pelaksanaan sesuai tahapan kegiatan juga di dalamnya
dimasukan HKM (Hambatan, Kendala, dan Masalah) yang ditemui selama
pelaksanaan kegiatan, serta penyelesaian terhadap HKM tersebut. Laporan akhir
hasil pelaksanaan kegiatan pemantauan dan evaluasi pemberian Hak Atas Tanah/

LAPORAN PENDAHULUAN III - 41


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
DPAT didokumentasikan dalam bentuk hardcopy maupun softcopy sebagai bentuk
pengamanan terhadap dokumen pengendalian pertanahan. Selanjutnya laporan akhir
tersebut dibuat sekurangkurangnya empat rangkap untuk kegiatan di kantah (satu
arsip, satu disampaikan kepada Kepala Kantor, satu di kirim ke Kanwil, dan satu di
kirim ke pusat), tiga rangkap untuk kegiatan di kanwil (satu arsip, satu disampaikan
ke Kepala Kanwil, dan satu di kirim ke pusat) dan tiga rangkap di Pusat. Laporan
kegiatan Pendampingan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/ DPAT
pertanahan yang dibiayai APBN dan termasuk program pertanahan, harus dilaporkan
sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan secara periodik melalui aplikasi Sistem Kendali
Mutu Program Pertanahan (SKMPP) pada menu yang telah disediakan. Pelaporan
Pendampingan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT pertanahan
mengikuti format sebagai berikut.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 42


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Resume Hasil Pemantauan Lapang

RESUME HASIL PEMANTAUAN LAPANG


TERHADAP PEMEGANG HAK ....... .........(1) /DPAT/IJIN PERUBAHAN
PENGGUNAAN TANAH NOMOR.................................. (2)
ATAS NAMA........................................................... (3)
DI .................................................................. (4)

1. Penguasaan Tanah (5)


.....................................................................................................................................................
2. Fisik Tanah
.....................................................................................................................................................
3. Tanda Batas
.....................................................................................................................................................
4. Pemanfaatan dan Penggunaan Tanah
.....................................................................................................................................................
5. Pelaksanaan Fungsi Sosial Tanah
.....................................................................................................................................................
6. Pemeliharaan Lingkungan Hidup
.....................................................................................................................................................
7. Permasalahan
.....................................................................................................................................................
8. Kesesuaian RTRW
.....................................................................................................................................................
9. Lainnya :
.....................................................................................................................................................
Petugas Pelaksana Pemantauan (6) Mengetahui : (7)
1. Kepala Sub
irektorat.............................../
Kepala
Bidang............................................../
Kepala
Seksi ..................................................
Nama.............................
.............
NIP................................
.............
2.

Nama................................................ Nama.......................................
NIP.................................................... Jabatan..................

Petunjuk pengisisan Resume Hasil Pemanatauan Lapang:


1. Diisi dengan jenis hak
2. Diisi nomor hak/DPAT/IPPT
3. Diisi Nama Pemegang Hak
4. Diisi letak tanah obyek yang dipantau (kelurahan/desa, kecamatan, dan provinsi)
5. Diisi resume hasil pemantauan
6. Diisi nama, NIP dan tanda tangan petugas pemantauan. Jika petugas pemantauan lebih dari dua,
maka dapat ditambahkan di bawahnya.
7. Diisi nama, NIP dan tanda tangan atasan petugas pemantauan.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 43


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
FORMAT PETA HASIL PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/DPAT

`
Gambar 3.7 Format Peta Penguasaan Tanah Hasil Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/
DPAT
`

LAPORAN PENDAHULUAN III - 44


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
`
Gambar 3.8 Format Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah Hasil Pemantauan dan Evaluasi Hak
Atas Tanah/ DPAT

Gambar 3.9 Format Peta Kesesuaian Pemanfaatan Tanah dengan Rencana tata Ruang

Petunjuk Penggambaran Layout Peta


A. Ukuran Peta

LAPORAN PENDAHULUAN III - 45


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Peta Penguasaan Tanah Hasil Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT dibuat dalam
format kertas A3 dengan ukuran sebagai berikut:
1. Bidang gambar 30 cm x 42 cm;
2. Jarak bidang gambar ke garis tepi peta adalah 1cm;
3. Jarak bidang gambar dengan kolom keterangan adalah 1cm;
4. Lebar kolom keterangan adalah 8 cm;
5. Jarak kolom keterangan ke garis tepi peta adalah 1 cm.
B. Petunjuk Pengisian Kolom Keterangan Peta
1. Judul Peta
a. Penulisan Judul Peta
Judul Peta ditulis dengan huruf kapital dan diisi sesuai dengan tema peta yang dibuat.
b. Jenis dan Nomor Hak Atas Tanah (1)
Jenis dan Nomor Hak Atas Tanah diisi dengan jenis dan nomor Hak Atas Tanah sesuai
dengan lokasi tanah yang dilakukan monitoring. Misalnya :
- Tanah yang berasal dari HGB Nomor 1, maka pada angka (1) ditulis “Hak Guna
Bangunan Nomor 1”.
- Tanah yang berasal dari DPAT, sebagai contoh Ijin Lokasi, nomor 1/Pem.2/IV/2011
maka pada angka (1)
ditulis “ Ijin Lokasi Nomor 1/Pem.2/IV/2011”.
c. Pemegang Hak Atas Tanah/DPAT (2)
Diisi sesuai dengan nama lengkap pemegang hak atas tanah/DPAT yang tercantum dalam
Sertipikat/SK Pemberian Hak Atas Tanah/DPAT atau Buku Tanah, baik perseorangan
ataupun badan hukum.
2. Skala Peta
a. Skala Angka (3)
Skala angka diisi dengan angka penyebut skala peta yang digunakan untuk memetakan
bidang tanah yang sesuai atau tidak sesuai peruntukan dengan menyesuaikan bidang peta
ukuran 30 cm x 42 cm pada kertas A3. Misalnya skala peta yang digunakan adalah
1:10.000, 1:25.000, 1:50.000, dan seterusnya.
b.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 46


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Skala Grafis (4)

Setiap ruas skala grafis di peta memiliki panjang tertentu dimana panjang ruas dari angka
0 ke kiri adalah 1 cm, dan panjang ruas dari angka 0 ke kanan adalah 2 cm. Pada setiap
ruas skala grafis, bagian atasnya diisi dengan angka bulat yang menunjukkan ukuran
bidang tanah yang sebenarnya di lapangan yang mewakili ruas garis 1 cm, 2 cm dan
kelipatannya sesuai dengan skala angka sebagaimana yang tertulis pada huruf a, serta di
ujung kanan dituliskan satuan ukurannya.
3. Letak Tanah
a. Provinsi (5)
Provinsi diisi sesuai dengan nama provinsi letak tanah yang dipantau dan dievaluasi.
b. Kabupaten/Kota (6)
Kabupaten/Kota diisi dengan menuliskan salah satu saja yaitu “Kabupaten” atau “Kota”
dan di belakangnya dituliskan nama Kabupaten/Kota letak obyek tanahnya.
c. Kecamatan (7)
Kecamatan diisi sesuai dengan nama kecamatan letak obyek tanahnya.
d. Desa/Kelurahan (8)
Desa/Kelurahan diisi dengan menuliskan salah satu saja yaitu “Desa” atau “Kelurahan”
dan di belakangnya dituliskan nama Desa/Kelurahan letak tanah yang dilakukan
monitoring.
4. Petunjuk Lembar Peta
Pada petunjuk lembar Kabupaten/Kota sebagaimana angka (9) pada peta diisikan dengan
nama Kabupaten/Kota letak tanah yang dilakukan monitoring dengan menuliskan salah satu
saja yaitu “Kabupaten” atau “Kota” kemudian diikuti nama Kabupaten/Kota letak tanah
tersebut, dengan menyertakan gambaran secara grafis posisi relatif tanah tersebut pada peta
kabupaten. Pada Indeks Peta digambarkan lembar peta yang menunjukkan letak tanah pada
lembar peta dengan memberikan garis tebal pada lembar yang memuat bidang tanah tersebut.
5. Legenda (10)
Legenda berisi informasi mengenai keterangan pewaranaan/pengarsiran pada peta. Pada
Peta Penguasaan Tanah Hasil Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT keterangan
yang perlu dimuat adalah:
a. Penguasaan tanah oleh pemegang hak yang sesuai dengan sertipikat/SK Pemberian Hak
Atas Tanah/DPAT
b. Penguasaan tanah oleh pemegang hak yang di luar sertipikat/SK Pemberian Hak Atas
Tanah/DPAT
c. Tanah dikuasai pihak lain (masyarakat)
d. Tanah dikuasai pihak lain (badan hukum)
e. Tanah dikuasai pihak lain (perorangan)
Keterangan yang dimuat disesuaikan dengan kondisi tanah saat dilakukan pemantauan dan
evaluasi. Pewarnaan/pengarsiran yang ditampilkan pada masing-masing peta perlu
dibedakan menurut keterangannya.
6. Instansi Pembuat Peta. Kolom Instansi Pembuat Peta diisi dengan menuliskan instansi
pembuat dengan huruf kapital semua yaitu, “KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL”, kemudian di bawahnya diisikan nama unit
kerja (11) dan alamat unit kerja (12), dengan menyertakan logo instansi (BPN RI) di sebelah
kiri tulisan.
7. Nama Kegiatan (13)
Kolom nama kegitan diisi dengan nama kegiatan yang akan dilampiri dengan Peta tersebut,
dalam hal ini adalah Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/DPAT.
8. Tanda Tangan Petugas dan Pejabat yang Berwenang
a. Petugas Pembuat Peta
Kolom petugas pembuat peta diisi dengan tanggal pembuatan peta (14), tanda tangan,
nama lengkap (15), dan NIP pembuat peta (16).
b. Pejabat Pemeriksa Peta
Kolom pejabat pemeriksa peta diisi dengan tanggal pemeriksaan peta (17), tanda tangan,
nama lengkap (18), dan NIP pejabat pemeriksa peta (19).
c. Pejabat yang Berwenang Mengesahkan Peta

LAPORAN PENDAHULUAN III - 47


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
Kolom pejabat yang berwenang mengesahkan peta diisi dengan tanggal pengesahan peta
(20), Direktur/ Kepala unit kerja (21), tanda tangan, nama lengkap pejabat (22) dan NIP
yang mengesahkan peta (23)

Format Laporan Kegiatan Monitoring Dan Pengolahan Data HGU Habis, Tanah
Terindikasi Terlantar, Dan Pelepasan Sebagian Di Kantor Pertanahan
I. PENDAHULUAN akan melaksanakan kegiatan ini, dan
Berisi tentang dasar pelaksanaan penetapan obyek/lokasi pelaksanaan
kegiatan Monitoring dan pengolahan kegiatan.
data HGU habis, tanah terindikasi 2. PEMANTAUAN LAPANG
terlantar, dan pelepasan sebagian. Berisi tahapan yang dilakukan saat
II. DASAR HUKUM pemantauan di lokasi/obyek.
Berisi tentang peraturan-peraturan yang 3. PENGOLAHAN DATA
menjadi acuan dalam melaksanakan Berisi hal-hal apa saja yang dilakukan
kegiatan ini. untuk mengolah data hasil pemantauan.
III. MAKSUD DAN TUJUAN 4. EVALUASI
Berisi tentang maksud dilakukannya Berisi tentang analisa pemenuhan
kegiatan ini serta tujuan kegiatan kewajiban-kewajiban pemegang hak.
Monitoring dan pengolahan data HGU 5. TARGET WAKTU DAN
habis, tanah terindikasi terlantar, dan ANGGARAN
pelepasan sebagian. Berisi waktu pelaksanaan kegiatan
IV. RUANG LINGKUP Monitoring dan pengolahan data
Berisi tentang batasan-batasan yang ada HGU habis, tanah terindikasi
pada kegiatan ini, termasuk kegiatan apa terlantar, dan pelepasan sebagian
saja yang akan dilaksanakan. mulai dari Persiapan sampai dengan
V. OBYEK Pelaporan, serta serapan anggaran
Berisi tentang deskripsi obyek yang akan kegiatan ini.
dilakukan pada kegiatan Monitoring dan VII. HASIL YANG DICAPAI
pengolahan data HGU habis, tanah Berisi hasil pemantauan lapang dalam
terindikasi terlantar, dan pelepasan bentuk tekstual dan spasial.
sebagian. Deskripsi meliputi: VIII. PENUTUP
1. Nama Pemegang Hak Berisi kesimpulan berdasarkan hasil
2. Nomor Hak evaluasi dan saran tindak lanjut atas
3. Letak, luas obyek obyek dimaksud.
4. Informasi penting lainnya yang IX. LAMPIRAN
dianggap penting. Berisi tabel dan peta.
VI. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. PERSIAPAN
Berisi tentang penyiapan bahan (data
tekstual dan spasial), petugas yang

LAPORAN PENDAHULUAN III - 48


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
3.3 Pelaporan
Pelaporan kegiatan Pendampingan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/
DPAT berisi seluruh hasil kegiatan dari tahap persiapan, pemantauan lapang Hak Atas Tanah
dan DPAT/ Perizinan Pertanahan, dan pengolahan data Hak Atas Tanah/ Perizinan
Pertanahan. Jenis dan jumlah pelaporan selain ditentukan oleh tahapan pelaksanaan kegiatan,
juga menyesuaikan dengan kedalaman pekerjaan serta penganggaran pekerjaan. Jenis
pelaporan untuk Pendampingan Pemantauan dan Evaluasi Hak Atas Tanah/ DPAT sebagai
berikut:

Tabel 3. 1 Sistematika Pelaporan

No Jenis Laporan Penjelasan Ketentuan Teknis Jumlah


1 Rencana Rencana Mutu Kontrak Print warna dengan cover Rencana Mutu Kontrak
Mutu Kontrak memuat antara lain: kertas tebal doff, isi dibuat sebanyak 6 (enam)
Lembar Pengesahan, menggunakan kertas A4 eksemplar dan diserahkan
Kebijakan mutu dan 80 gram. selambat-lambatnya 1
sasaran mutu proyek (satu) bulan setelah SPMK.
(pekerjaan), Informasi
proyek (pekerjaan),
Penjelasan lingkup
proyek dan lokasi
(pekerjaan), Struktur
organisasi proyek,
Tugas, tanggung jawab,
dan wewenang, Metode
kerja pelaksanaan, Jadwal
pelaksanaan pekerjaan dan
pembahasan, Jadwal
pelaporan dan Rencana
progress kerja.
2 Laporan Laporan persiapan Print warna dengan cover Laporan Pendahuluan
Pendahuluan pelaksanaan kegiatan, kertas karton sedang dibuat sebanyak 4 (empat)
minimal memuat rencana dengan laminating doff, eksemplar dan diserahkan
kerja, metode pelaksanaan, isi menggunakan kertas paling lambat 1 (satu) bulan
dan keluaran yang A4 80 gram. Di jilid lem setelah ditandatangani
dihasilkan. rapi kontrak.
3 Laporan Laporan Antara merupakan Print warna dengan cover Laporan antara ini
Antara laporan hasil capaian kertas tebal doff, isi diserahkan paling lambat 4
sementara kegiatan menggunakan kertas A4 (empat) bulan setelah
pendampingan Pemantauan 80 gram. ditandatangani kontrak dan
dan Evaluasi Hak Atas laporan antara dibuat
Tanah/ DPAT. sebanyak 4 (empat)
eksemplar.
4 Lapora Akhir Laporan Akhir merupakan Print warna dengan cover Laporan Akhir dibuat
laporan hasil seluruh kertas tebal doff, isi sebanyak 6 (enam)
pelaksanaan kegiatan. menggunakan kertas A4 eksemplar dan diserahkan
80 gram. pada saat berakhirnya
kontrak atau 7 (tujuh) bulan
sejak ditandatangani

LAPORAN PENDAHULUAN III - 49


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT
No Jenis Laporan Penjelasan Ketentuan Teknis Jumlah
kontrak.
5 Buku Eksklusif Buku ekslusif kegiatan Buku ekslusif dicetak lux. Laporan ini disajikan dalam
pendampingan Pemantauan bentuk buku eksekutif
dan Evaluasi Hak Atas dengan sebanyak 5 (lima)
Tanah/ DPAT. eksemplar dan diserahkan
selambat-lambatnya 8
(delapan) bulan setelah
ditandatangani kontrak.

Seluruh materi, termasuk laporan dan peta digital, yang merupakan bagian dari
kegiatan ini dikumpulkan juga dalam bentuk softcopy yang disimpan di dalam Eksternal
Hardisk sebanyak 2 (dua) buah.

LAPORAN PENDAHULUAN III - 50


PENDAMPINGAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI HAK ATAS TANAH/ DPAT

Anda mungkin juga menyukai