Anda di halaman 1dari 14

HUKUM ANTI-MONOPOLI DAN

PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT


_________________________________________________________________________________________

SIKAP NEGARA-NEGARA DUNIA TERHADAP MONOPOLI DAN PUTS (berdasarkan sistem ekonomi)
Sistem ekonomi adalah suatu cara yang digunakan oleh setiap negara, untuk mengatur segala aktivitas
ekonomi di negaranya, berdasarkan prinsip yang dianut oleh negara tersebut. Sistem ekonomi yang diberlakukan
di suatu negara biasanya mencerminkan serta berdasarkan gaya pemerintahan maupun sejarah yang telah
dialami oleh suatu negara. Sistem ekonomi yang digunakan bertujuan untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan bagi masyarakat pada negara tersebut. Terdapat 4 sistem ekonomi yang dianut oleh negara-negara
di dunia yang akan dijelaskan sebagai berikut:

Sistem Ekonomi Tradisional


Sistem ekonomi ini dikendalikan oleh tradisi dan adat istiadat secara turun-temurun sehingga
permasalahan apa, bagaimana, dan untuk siapa barang diproduksi ditentukan oleh adat yang berlaku. Meskipun
dinamakan tradisional, nyatanya masih ada negara yang menggunakan sistem ekonomi ini. Contohnya adalah
Papua Nugini yang sayangnya menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Meskipun Papua Nugini memiliki
sumber daya alam yang cukup melimpah, hal ini tidak menjamin akan keberhasilan negaranya di mata dunia.
Sistem ekonomi tradisional menyebabkan pengelolaan sumber daya terhambat karena tingginya biaya
infrastruktur pendukung dan juga medan yang sulit untuk ditempuh. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat
Papua Nugini adalah Bertani dengan menanam tumbuh-tumbuhan seperti, ubi jalar, singkong, talas, kelapa,
kelapa sawit, kopi, karet, teh, dan kakao. Nyatanya, beberapa daerahnya masih menggunakan sistem barter untuk
bertransaksi.
Papua Nugini menganut sistem anti-monopoli dengan adanya lembaga Independent Consumer and
Competition Commission (ICCC). Namun, terdapat pengecualian kegiatan monopoli bagi infrastuktur strategis
yang dikuasai oleh negara seperti, Telikom PNG (perusahaan nasional terbesar yang dimiliki sepenuhnya oleh
pemerintah Papua Nugini untuk menyediakan jasa telekomunikasi kepada pengguna di seluruh negeri).
Perusahaan ini telah melakukan monopoli dalam sejak 1952 dengan menjual produk telekomunikasi dan jasa.

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Tradisional :


• Segala kegiatan ekonomi yang dilakukan masih terpengaruh pada tradisi dan adat istiadat turun-temurun.
• Tidak memiliki pemisah antara rumah tangga konsumsi dan rumah tangga produksi.
• Tidak memiliki pembagian kerja yang jelas (kalaupun ada pembagian kerja yang diterapkan masih
sederhana).
• Teknologi dan peralatan yang digunakan masih tergolong sangat sederhana.
• Produksi yang dilakukan masyarakat hanya sebatas kemampuan dan untuk memenuhi kebutuhan.
• Adanya sistem barter (pertukaran barang).
• Masyarakatnya masih terpaku pada hasil alam atau Lebih bergantung pada sumber daya alam.
• Masyarakatnya bersifat statis, hal ini dikarenakan kurang atau tidak adanya hubungan dengan dunia luar.
Kelebihan dari berjalannya ekonomi tradisional adalah tidak adanya ekploitasi yang besar-besaran terhadap
sumber daya sehingga lingkungan lebih terjaga. Selain itu, tradisi serta adat yang ada pun dapat tetap terjaga dan
dipertahankan secara turun temurun. Hal ini akan menyebabkan masyarakat memiliki hubungan saling terkait satu
sama lain.
Namun ada kekurangan yang cukup terlihat dari sistem ekonomi tradisional adalah pada masyarakat yang
akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraannya dan tidak memanfaatkan teknologi untuk
kegiatan ekonomi yang dilakukan.

Sistem Ekonomi Komando / Sosialis


Sistem ekonomi ini memiliki berbagai sebutan seperti, sistem ekonomi komando, sosialis, maupun
terpusat. Namun, karakter ketiganya adalah sama di mana sistem ekonomi suatu negara dikendalikan oleh
pemerintah (mulai dari infrastruktur, hingga proses distribusinya). Salah satu negara yang menganut sistem ini
adalah Korea Utara. Apabila ditinjau dari bentuk sistem ekonominya,dapat disimpulkan bahwa Korea Utara tidak
menganut adanya anti-monopoli karena seluruhnya dikuasai oleh negara.

Berikut adalah alasan mengapa Korea Utara menganut sistem monopoli :


• Pemerintah bertanggung jawab penuh terhadap kegiatan ekonomi yang meliputi produksi, distribusi, dan
konsumsi.
• Pemerintah tidak memberikan kebebasan pada perorangan maupun kelompok untuk melakukan kegiatan
ekonomi, karena sepenuhnya diatur oleh pemerintah.
• Hak milik usaha pribadi tidak diakui karena semuanya ditentukan oleh pemerintah.
• Masyarakat tidak memiliki hak apa pun atas sumber daya ekonomi.
• Semua warga negara atau masyarakat merupakan karyawan bagi negara. Warga negara tidak bisa
bebas memilih pekerjaan yang diinginkan.

Keuntungan dijalankannya sistem ekonomi komando/sosialis adalah pengawasan ekonomi akan lebih
mudah dilakukan oleh pemerintah dan tidak ada kesenjangan ekonomi karena pemerintah memiliki tanggung
jawab penuh dalam perekonomian.
Kekurangan sistem ekonomi sosialis yaitu tidak adanya persaingan antar masyarakat untuk mencapai
suatu kemajuan karena prinsip sama rata dan sama rasa karena sepenuhnya di monopoli oleh pemerintah.
Sistem Ekonomi Liberal
Sistem ekonomi liberal berbanding terbalik dengan system ekonomi komando/terpusat. Sistem ini memberikan
kebebasan sepenuhnya pada rakyatnya dalam menjalankan ekonomi demi mendapatkan keuntungan. Negara
yang menganut system ekoomi ini sangat menjunjung tinggi hak kepemilikan pribadi karena setiap keputusan yang
diambil juga ditentukan oleh masing-masing individu. Dengan kata lain, sistem ekonomi ini juga disebut sebagai
sistem ekonomi kapitalis memiliki peran piha swasta yang sangat tinggi dalam bagian produksi hingga distribusi
barang maupun jasa. Amerika Serikat, Perancis, Jepang, Jerman, dan Inggris merupakan beberapa contoh negara
yang menganut system ekonomi ini dengan pemerintah sebagai pembuat aturan atau kebijakan (regulator) serta
pengawas kegiatan ekonomi.

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Liberal


• Harga terbentuk di pasar bebas
• Bebas untuk berusaha dan bersaing
• Campur tangan pemerintah terbatas
• Bebas memiliki alat produksi
• Semua kegiatan ekonomi didasarkan kepada prinsip laba

Kelebihan Sistem Ekonomi Liberal


• Produksi barang didasarkan pada kebutuhan masyarakat
• Munculnya banyak barang berkualitas tinggi
• Menumbuhkan kreatifitas dan kreasi di dalam masyarakat

Kelemahan Sistem Ekonomi Liberal


• Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin
• Eksploitasi Sumber Daya Alam yang berlebihan
• Terjadinya persaingan yang tidak sehat antara para produsen
• Tidak mudah mencari pendapatan

Sistem Ekonomi Campuran


Sistem ekonomi campuran merupakan sistem yang melibatkan pemerintah dan pihak swasta dalam
menjalankan kegiatan perkonomian suatu negara. Sistem ekonomi ini menempati posisi pertama sebagai sistem
ekonomi yang paling banyak diterapkan oleh berbagai negara di dunia seperti, Indonesia, Malaysia, India, Filipina,
Maroko, Perancis, Mesir, Australia, dan masih banyak lagi. Disebut campuran karena merupakan gabungan dari
sistem ekonomi liberal dengan corak kapitalis serta sistem ekonomi terpusat dengan adanya komando mutlak
yang berasal dari pemerintah.
Dalam pelaksanaannya, sistem ekonomi ini memberikan ruang bagi swasta untuk melakukan aktivitas
ekonomi sesuai dengan kemampuan masing-masing, dengan tetap mengikuti batasan-anjuran-aturan yang
berasal dari pemerintah sebagai pengawas dan penjaga stabilitas ekonomi. Alasan diberlakukannya batas-batas
agar pihak swasta (golongan atas/penguasa) tidak semena-mena mementingkan kepentingan pribadi maupun
golongan. Dengan kata lain, keputusan yang diberlakukan pemerintah sangat berhubungan erat dengan
kesejahteraan rakyat dan negara itu sendiri.

Ciri-Ciri Sistem Ekonomi Campuran


• Pemerintah dan swasta berperan aktif dan terus bekerjasama dalam menjalankan kegiatan ekonomi.
• Pemerintah memberi kebebasan kepada pihak swasta untuk melakukan kegiatan ekonomi, tetapi
memberi batasan dan intervensi jika dibutuhkan.
• Pemerintah melakukan perencanaan, peraturan, dan kebijakan yang berkaitan dengan perekonomian.
• Persaingan di pasar tetap ada dalam batas yang wajar dan bersih karena pemerintah ikut mengawasi
dan melakukan intervensi.
• Mekanisme pasar dapat menentukan jenis, jumlah barang yang diproduksi, dan harga jual.
• Pemerintah mengelola dan mengatur semua sumber daya vital yang menyangkut hidup orang banyak.
• Pemerintah dan swasta memiliki peran yang sama dalam kegiatan perekonomian.

Kelebihan Sistem Ekonomi Campuran


• Pemerintah mengakui hak individu.
• Pemerintah bisa mengendalikan harga barang dan jasa di pasar.
• Pemerintah menjadikan kepentingan dan kemakmuran warga negara sebagai tujuan utama.
• Pihak swasta tidak boleh mengeksploitasi sumber daya tanpa izin atau sesuai kehendaknya.
• Kondisi perekonomian cenderung stabil karena tidak ada aktivitas yang berlebihan atau mengganggu
hak-hak masyarakat.
• Masyarakat bebas memperbaiki taraf hidupnya dengan berkreasi dan melakukan kegiatan ekonomi.
• Perkembangan ekonomi berjalan dengan lebih cepat karena adanya persaingan bebas.

Kekurangan Sistem Ekonomi Campuran


• Pemerintah memiliki tanggungjawab yang lebih besar dibandingkan pihak swasta.
• Pemerintah aktif mengatur perekonomian, tetapi masalah ekonomi seperti inflasi, pengangguran,
ketimpangan masyarakat tetap terjadi.
• Pemerataan pendapatan sangat sulit untuk diwujudkna
• Pertumbuhan ekonomi cenderung lebih lambat dibandingkan dengan sistem ekonomi liberal.
• Pembatasan sumber produksi yang dikuasai antara pemerintah dan swasta sulit untuk ditentukan.
• Timbul perang kepentingan dalam setiap keputusan yang berkaitan dengan kondisi ekonomi yang akan
diambil oleh pemerintah dan pihak swasta.
Sejarah Lahirnya Larangan Praktek Monopoli
Adanya iklim persaingan usaha yang tidak sehat pada perekonomian Indonesia seperti, pemusatan
kekuatan ekonomi pada golongan tertentu (perorangan atau sekelompok). Pemusatan kekuatan ekonomi
biasanya terjadi pada daerah dekat dengan kekuasaan/jabatan. Hal ini pun berdampak pada kekuatan ekonomi
Indonesia yang cuku lemah dalam segi ketahanan, atau dapat dibilang rapuh karena hanya bersandarkan pada
kelompokpengusaha-pengusaha yang tidak efisien, tidak mampu berkompetisi, serta kurang memiliki jiwa
nasionalisme maupun jiwa wirausaha untuk membantu mengangkat perekonomian Indonesia.
Pada masa orde baru terjadi banyak monopoli, oligopoli, dan perbuatan lain yang menjurus ke persaingan
curang. Sebagai contoh, monopoli tepung terigu, cengkeh, jeruk, pengedaran film, dan lainnya. Bahkan dapat
dikatakan bahwa tidak sedikit keberhasilan konglomerat pada masa itu karena kecurangan yang dilakukan, yang
bahkan didukung oleh pemerintah Indonesia. Para kritikus hukum maupun ekonomi terus menyerukan dibuatnya
UU yang mengatur tentang kegiatan monopoli di Indonesia, namun dihiraukan oleh pemerintah maupun
masyarakat. Bahkan, ketentuan tentang anti-monopoli atau persaingan curang sempat dimasukkan ke beberapa
pasal dalam Undang-Undang maupun KUHP seakan tembus pandang pada masa itu. Berikut contoh peraturan
yang telah dibuat sebelum adanya UU No. 5 Tahun 1999 :

UU No. 5 Tahun 1984 Tentang Perindustrian. ____ Pasal 7 Ayat (2) Dan (3), Pasal 9 Ayat (2)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. __________ Pasal 382 bis.

UU Perseroan Terbatas No. 1 Tahun 1995 ______ Pasal 104 Ayat (1)

Kekacauan terus terjadi dan pucaknya adalah ketika terjadi krisis ekonomi tahu 1997-1889 (krisis moneter)
yang berdampak pada semua kalangan ekonomi dalam masyarakat, meruntuhkan nilai rupiah, hingga
membangkrutkan negara. Menganggapi hal ini, dibentuklah UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara RI No. 33 Tahun 1999) yang merupakan salah
satu bentuk reformasi ekonomi yang disyaratkan (dan didesak) oleh International Monetary Fund untuk bersedia
membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi.

UU No. 5 tahun 1999 ini berlaku efektif per tanggal 5 Maret 2000, dengan dibentuk sebuah pengawas bernama
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sesuai dengan pasal 30 UU No. 5 tahun 1999 ini. Hingga saat ini,
adanya maupun
Contoh dari Anti-Monopoli
Anti-trust merupakan kebijakan pemerintah untuk menangani monopoli. Undang-undang anti-trust yang
diterapkan bertujuan untuk menghentikan penyalahgunaan kekuatan pasar oleh perusahaan-perusahaan besar
dan (terkadang) untuk mencegah merger maupun akuisisi perusahaan yang akan menciptakan atau memperkuat
monopoli. Terdapat perbedaan besar dari kebijakan anti-trust yang baik dalam negara dan antar negara. Hal ini
telah mencerminkan ide yang berbeda tentang apa yang merupakan monopoli dan, di mana ada satu, macam
perilaku yang kasar.
Di Amerika Serikat, kebijakan monopoli telah dibangun di Sherman Act Anti-trust 1890. Kontrak atau
konspirasi ini dilarang karena menghambat perdagangan atau, dalam kata-kata tindakan selanjutnya, untuk
memonopoli perdagangan. Di Inggris, kebijakan anti-trust sudah dinilai sesuai dengan pembuat keputusan dalam
kepentingan publik. Pada pendekatan ini relatif terbuka terhadap merger dan akuisisi.

Dominasi merupakan sebuah paham politik untuk melakukan penaklukan atau penguasaan. Dalam hal ini
memungkinkan terjadi melalui eksploitasi terhadap agama, ideologi, kebudayaan, dan wilayah. Jadi dominasi itu
dimana yang kuat dapat mempengaruhi atau lebih berkuasa dari pada pihak yang lebih lemah, seperti dapatnya
informasi dan tempat yang lebih cepat dan bagus dari pada yang lain. Ini juga bisa dapat dilakukan di pasar untuk
memonopoli harga pasar dan jalur jalannya barang di pasar.

Monopoli adalah suatu penguasaan pasar yang dilakukan oleh seseorang atau perusahaan atau badan untuk
menguasai penawaran pasar yang ditujukan kepada para pelanggannya. Jadi monopoli itu adalah dimana suatu
penguasa pasar mengatur harga-harga barang yang ada di pasar kepada pelanggan mau itu barang ataupun jasa,
orang-orang pun terpaksa membeli karena tidak ada di tempat lain. Monopoli ini dapat terjadi jika barang atau jasa
teresebut hanya memiliki 1 penjual, maka dia dapat mengatur harga barang tersebut sesukanya.

Anti Monopoli adalah sesuatu yang memberi monopolis sebagai suatu penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku atau penjual dari barang dan atau jasa tersebut.
Jadi Anti Monopoli itu seperti atasan ataupun yang mengatur para monopolis atau suatu barang yang hanya
mempunyai 1 penjual agar orang tersebut tidak dapat memonopoli pasar dengan sesuka hati memberi harga ke
barang dan atau jasa yang dia beri.
ASAS
Adanya asas berfungsi sebagai dasar filosofis penyelenggaraan larangan praktik serta peraturan hukum
yang berlaku. Pada Pasal 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yang berbunyi, “Pelaku usaha di Indonesia
dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan
antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum.” tertera dengan jelas bahwa asas dari larangan ini
adalah “demokrasi ekonomi” dengan memperhatikan keseimbangan pelaku usaha dan kepentingan umum.
Demokrasi Ekonomi yang dimaksud merujuk pada pengaturan dalam Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi, antara lain:
a) Dalam pelaksanaan demokrasi ekonomi, tidak boleh dan harus ditiadakan terjadinya penumpukan aset
dan pemusatan kekuatan ekonomi pada seorang, sekelompok orang atau perusahaan yang
tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan pemerataan.
b) Pengusaha ekonomi lemah harus diberi prioritas, dan dibantu dalam mengembangkan usaha serta
segala kepentingan ekonominya, agar dapat mandiri terutama dalam pemanfaatan sumber daya alam
dan akses kepada sumber dana.
c) Usaha kecil, menengah dan koperasi sebagai pilar utama ekonomi nasional harus memperoleh
kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud
keperpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan usaha
besar dan Badan Usaha Milik Negara.
d) Usaha besar dan Badan Usaha Milik Negara mempunyai hak untuk berusaha dan mengelola sumber
daya alam dengan cara yang sehat dan bermitra dengan pengusaha kecil, menengah dan koperasi.

TUJUAN
Pasal 3
Tujuan pembentukan undang-undang ini adalah untuk:
a. menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
b. mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha
menengah, dan pelaku usaha kecil;
c. mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha;
dan
d. terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha.
PERJANJIAN YANG DILARANG
Dalam UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
pada Bab III pasal 4 hingga 16 dituliskan sembilan perjanjian yang dilarang dilakukan oleh pengusaha di Indonesia

Oligopoli
Oligopoli merupakan keadaan pasar dengan produsen dan pembeli barang hanya berjumlah sedikit, sehingga
mereka atau seorang dari mereka dapat mempengaruhi harga pasar. Dalam Undang-Undang, perjanjian berupa
oligopoli dilarang pada pasal 4 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:
(1) “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk secara bersama-sama
melakukan penguasaan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. ”
(2) “Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama melakukan penguasaan produksi dan
atau pemasaran barang dan atau jasa, sebagaimana dimaksud ayat (1), apabila 2 (dua) atau 3 (tiga)
pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa
pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. ”

Penetapan harga
Dalam rangka penetralisasi pasar, pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, antara lain :
a. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga atas barang dan atau jasa yang
harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar bersangkutan yang sama
b. Perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang harus membayar dengan harga yang berbeda dari harga
yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa yang sama
c. Perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di bawah harga pasar
d. Perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa penerima barang dan atau jasa
tidak menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang diterimanya dengan harga lebih rendah
daripada harga yang telah dijanjikan.
Dalam Undang-Undang, penetapan harga diatur pada pasal 5 hingga 8 yang berbunyi:
5 “(1) Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga
atas suatu barang dan atau jasa yang harus dibayar oleh konsumen atau pelanggan pada pasar
bersangkutan yang sama. ”
“(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi:
a) suatu perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha patungan; atau
b) b.suatu perjanjian yang didasarkan undang-undang yang berlaku.”
6 “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian yang mengakibatkan pembeli yang satu harus membayar
dengan harga yang berbeda dari harga yang harus dibayar oleh pembeli lain untuk barang dan atau jasa
yang sama. ”
7 “ Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya untuk menetapkan harga di
bawah harga pasar, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. ”
8 “ Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
penerima barang dan atau jasa tidak akan menjual atau memasok kembali barang dan atau jasa yang
diterimanya, dengan harga yang lebih rendah daripada harga yang telah diperjanjikan sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. ”

Pembagian Wilayah
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi
wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa. Dalam Undang-Undang, pembagian
wilayah diatur pada pasal 9 yang berbunyi:
“ Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bertujuan untuk membagi
wilayah pemasaran atau alokasi pasar terhadap barang dan atau jasa sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. ”

Pemboikotan
Pelaku usaha dilarang untuk membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang dapat menghalangi
pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam Undang-Undang, pemboikotan dilarang dan diatur pada pasal 10 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:
(1) “ Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang dapat menghalangi
pelaku usaha lain untuk melakukan usaha yang sama, baik untuk tujuan pasar dalam negeri maupun pasar
luar negeri. ”
(2) “ Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya, untuk menolak menjual
setiap barang dan atau jasa dari pelaku usaha lain sehingga perbuatan tersebut:
a) merugikan atau dapat diduga akan merugikan pelaku usaha lain; atau
b) membatasi pelaku usaha lain dalam menjual atau membeli setiap barang dan atau jasa dari pasar
bersangkutan. ”

Kartel
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha pesaingnya yang bermaksud untuk
mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa. Dalam
Undang-Undang, kartel diatur pada pasal 11 yang berbunyi:
“ Pelakuusaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk
mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. ”

Trust
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama
dengan membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup tiap-tiap perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan untuk
mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa. Dalam Undang-Undang trust diatur pada
pasal 12 yang berbunyi:
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain untuk melakukan kerja sama dengan
membentuk gabungan perusahaan atau perseroan yang lebih besar, dengan tetap menjaga dan
mempertahankan kelangsungan hidup masing-masing perusahaan atau perseroan anggotanya, yang bertujuan
untuk mengontrol produksi dan atau pemasaran atas barang dan atau jasa, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. ”

Oligopsoni
Keadaan dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli
tunggal atas barang dan/atau jasa dalam suatu pasar komoditas. Dalam Undang-Undang oligopsoni dilarang dan
diatur pada pasal 13 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:
(1) “ Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk secara
bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan harga atas
barang dan atau jasa dalam pasar bersangkutan, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli
dan atau persaingan usaha tidak sehat. ”
(2) “ Pelaku usaha patut diduga atau dianggap secara bersama-sama menguasai pembelian atau penerimaan
pasokan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila 2 (dua) atau 3 (tiga) pelaku usaha atau kelompok
pelaku usaha menguasai lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu. ”

Integrasi Vertikal
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai
produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana
setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengelolaan atau proses lanjutan baik dalam satu rangkaian langsung
maupun tidak langsung. Dalam Undang-Undang interaksi vertikal dilarang dan diatur pada pasal 14 yang berbunyi:

“ Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai produksi
sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu yang mana setiap
rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung
maupun tidak langsung, yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan
masyarakat. ”

Perjanjian Tertutup
Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang dan atau
jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu. Dalam Undang-Undang perjanjian tertutup
dilarang dan diatur pada pasal 15 ayat (1), (2), dan (3) yang berbunyi:
(1) “ Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pelaku usaha lain yang memuat persyaratan bahwa
pihak yang menerima barang dan atau jasa hanya akan memasok atau tidak memasok kembali barang
dan atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan atau pada tempat tertentu. ”
(2) “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain yang memuat persyaratan bahwa pihak yang
menerima barang dan atau jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku
usaha pemasok. ”
(3) “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang dan
atau jasa, yang memuat persyaratan bahwa pelaku usaha yang menerima barang dan atau jasa dari
pelaku usaha pemasok:
a) harus bersedia membeli barang dan atau jasa lain dari pelaku usaha pemasok; atau
b) tidak akan membeli barang dan atau jasa yang sama atau sejenis dari pelaku usaha lain yang
menjadi pesaing dari pelaku usaha pemasok.”

Perjanjian dengan Pihak Luar Negeri


Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Dalam Undang-Undang
perjanjian dengan pihak luar negeri dilarang dan diatur pada pasal 16 yang berbunyi:
“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian dengan pihak lain di luar negeri yang memuat ketentuan yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. ”

KEGIATAN YANG DILARANG


Menurut Pasal 17 UU No.5/1999, kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan pasar
ditetapkan untuk dilakukan pelarangan. Pelaku usaha dilarang melakukan penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.

Monopoli (Pasal 17)


Pelaku usaha patut diduga atau dianggap melakukan penguasaan atas produksi dan atau pemasaran
barang dan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila:
a. barang dan atau jasa yang bersangkutan belum ada substitusinya; atau
b. mengakibatkan pelaku usaha lain tidak dapat masuk ke dalam persaingan usaha barang dan atau jasa
yang sama; atau
c. satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 50% (lima puluh persen)
pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Hal-hal di atas ditakutkan terjadi karena diperkirakan akan menimbulkan akibat yang tertera pada ayat (2) yaitu:
a. pembatasan produksi
b. meningkatkan harga
c. transfer surplus konsumen ke produsen
d. potensi untuk disalahgunakan
e. potensi untuk memperoleh laba supernormal
f. laba supernormal mendorong upaya memperoleh monopoli power yang dapat menimbulkan pemborosan

Monopsoni (Pasal 18)


Pelaku usaha dilarang menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal atas barang dan
atau jasa dalam pasar bersangkutan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat. ayat (1)
Pelaku usaha patut diduga atau dianggap menguasai penerimaan pasokan atau menjadi pembeli tunggal
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai
lebih dari 50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu. ayat (2)
Dalam prakteknya, korban dari monopsoni adalah pelaku usaha produsen atau penjual. Mereka tidak
memiliki pilihan lain dalam menjual produk yang diproduksiatau dipasarkannya sedangkan pembeli memiliki
kekuasaan untuk menentukan berapa harga yang dikehendaki serta persyaratan lainnya yang biasanya
memberatkan pihak produsen atau penjual. Contoh dari kegiatan ini adalah BPPC dan pembelian pasir laut oleh
Singapura 13.

Penguasaan Pasar (Pasal 19)


Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku
usaha lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa:
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan; atau
b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan
usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau
c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan atau jasa pada pasar bersangkutan; atau
d. melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku usaha tertentu.

Persekongkolan (Pasal 22)


Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan/ menentukan pemenang
tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Tujuan dari persekongkolan
sendiri adalah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha serta mendapatkan barang dan
atau jasa dengan harga termurah dan kualitas terbaik.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU adalah lembaga independen yang dibentuk untuk mengawasi
pelaksanaan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Fungsi mengawasi pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usaha agar tidak
melakukan praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat.

Tujuan untuk mewujudkan keadilan dalam masyarakat sehingga tidak terjadi pemusatan
kekuasaan atas satu atau beberapa pelaku usaha.
(sejalan dengan konsep demokrasi ekonomi atau ekonomi kerakyatan)

Tugas, Wewenang sebagai badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan UU Antimonopoli,


mengadakan pemeriksaan dan penyelidikan kepada pelaku usaha yang diduga,
melakukan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha yang tidak sehat.
(tugas dan Kewenangan KPPU terdapat pada Pasal 35 dan Pasal 36 UU No. 5
Tahun 1999)

Mekanisme Kerja
1. Tahap Pengumpulan Indikasi
pembacaan dan penyerahan laporan dugaan pelanggaran oleh investigator
Pengumpulan (kasus dapat bermula dari laporan masyarakat /biasanya pelaku usaha
Indikasi
pesaing yang dirugikan/ atau berdasarkan pengamatan KPPU sendiri.)

2. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan


Pemeriksaan
Pendahuluan para terlapor diberikan kesempatan oleh Majelis Komisi untuk memberikan
tanggapan atas LDP investigator

3. Tahap Pemeriksaan Lanjutan


Pemeriksaan
Lanjutan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Majelis Komisi untuk
membuktikan ada atau tidak adanya pelanggaran

Penjatuhan 4. Tahap Penjatuhan Putusan


Putusan
hasil penilaian Majelis Komisi yang dibacakan dalam sidang terbuka untuk
umum tentang telah terjadinya pelanggaran dan penjatuhan sanksi atau
tidak terjadinya pelanggaran.
Eksekusi
Putusan
5. Tahap Eksekusi Putusan
menetapkan dan meminta denda kepada pihak yang melanggar
PRAKTIK “ANTI-MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT” DI INDONESIA
Sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, pemerintah seharusnya menolak secara menyeluruh
praktik-praktik terkait dengan monopoli, monopsoni, oligopoli, dan sejenisnya serta terus mendorong iklim usaha
yang sehat, efisien, dan tetap kompetitif. Hal ini tentu bertujuan agar setiap warga negara mendapatkan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam segala proses ekonomi yang terjadi. Kenyataannya,
pemerintah tetap meloloskan, dan bahkan menunjuk beberapa pihak sebagai pemasok suatu bidang, yang
memiliki artian yang sama dengan terjadinya monopoli di Indonesia sendiri.
Sebagai contoh, penunjukan PT Bogasari oleh BULOG sebagai produsen serta importir tunggal untuk
mengolah biji gandum menjadi tepung terigu. Bahkan pemerintah juga mengijinkan perusahaan swasta ini untuk
masuk ke industri hilir. Tidak hanya itu, nyatanya pemerintah juga mengijinkan (bahkan mendorong)
berkembangnya asosiasi-asosiasi produsen yang berfungsi sebagai kartel, yang secara diam-diam ‘mengatur’
atau ‘mendikte’ harga maupun jumlah pasokan barang yang asa di pasar. ORGANDA (Organisasi Angkutan Dara,)
Asosiasi Produsen Semen, APKINDO (Asosiasi Panel Kayu Indonesia), APKI (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia)
merupakan contoh dari organisasi yang disengaja pemerintah. Bahkan, seperti yang masyarakat awam ketahui,
perusahaan go public sekelas PT Indofood Sukses Makmur Tbk. yang secara terbuka mengakui akan penguasaan
lebih dari 50% atas produk mie instan yang dimilikinya.
Kondisi di atas terjadi bukan tanpa alasan. Pemerintah sedang melakukan orientasi pembangunan
ekonomi pada Indonesia sehingga pada hal ini, pemerintah lebih memprioritaskan akan pertumbuhan ekonomi
yang ada. Maka, penunjukkan beberapa badan swasta untuk ‘memonopoli’ suatu produk atau bidang bertujuan
untuk mendukung segala aktivitas pemerintah demi pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri. Bahkan, sejak
diberlakukannya peraturan pemerintah 20 tahun lalu, tatanan perekonomian Indonesia secara konstitusional telah
mengalami pergeseran ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini, KPPU yang sejak awal ditunjuk sebagai badan
untuk mengawasi praktik-praktik menyeleweng tetap menjalankan tugas da kewajibannya secara bertanggung
jawab.

M A N A J E M E N 2 0 1 9
Felia Irene Gunawan 01011190073
Maria Felita Amanda 01011190068
Maria Karin Adriel 01011190076
Nicolas Daud Eleazer Gultom 01011190087
Shella Egita 01011190091

Anda mungkin juga menyukai