Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An.

D
DENGAN SEPSIS
DI BANGSAL PADMA RSUD KOTA YOGYAKARTA
WIROSABAN, YOGYAKARTA

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas PKK Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing: Cecilya kustanti., S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

Erika Rustiana
2820173102
3C

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan pada An D dengan Sepsis di Bangsal Padma RSUD Kota


Yogyakarta, Wirosaban, Yogyakarta. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
individu praktik Klinik Keperawatan Anak pada semester V, pada:

Hari :
Tanggal :
Tempat : RSUD Kota Yogyakarta

Praktikan

(Erika Rustiana)

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

( ) (Cecilya kustanti., S.Kep.,Ns.,M.Kes)


BAB I
KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi
Sepsis adalah bakteri umum yang masuk ke aliran dalam darah
(Donna L.Wong,2008). Sepsis neonatorum atau septicemia neonatal
didefinisi sebagai infeksi bateri pada aliran darah bayi selama empat
minggu pertama kehidupan, Sepsis adalah infeksi bakteri generalistik yang
biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan . (Mary E. Muscari, 2009).
Dan sepsis masih menjadi masalah kesehatan yang harus
diwaspadai dan merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas bayi dan anak di seluruh dunia. Beberapa faktor yang berperan
terhadap mortalitas sepsis pada anak meliputi faktor penjamu,
mikroorganisme penyebab, diagnosis dini, serta tata laksana yang
diberikan. Hingga saat ini biomarker tunggal yang dapat menegakan
diagnosis sepsis belum ada sehingga upaya untuk memperbaiki kriteria
diagnosis masih terus dilakukan. Selanjutnya, para klinis dapat memberi
tata laksana adekuat pada pasien. Criteria diagnosis sepsis pada anak
memerlukan beberapa penyesuaian dan criteria pada pasien dewasa.
Terkait dengan perbedaan fisiologi pada anak dan dewasa, (Wulandari,
2017).
Sepsis neonatorum adalah semua infeksi bayi pada 28 hari prtama
sejak dilahirkan. Infeksi dapat menyebar secara menyeluruh atau terlokasi
hanya pada satu organ saja ( seperti paru-paru dengan pneumonia ). Infeksi
pada sepsis bisa dapatkan pada saat sebelum persalinan (intrauterine
sepsis) atau setelah persalinan (extrauterine sepsis) dan dapat disebabkan
karena virus (herpes, rubella), bakteri (streptococcus B), dan fungsi jamur
(candida) meskipun jarang ditemui (John, 2009).
B. Etiologi
Sepsis disebabkan oleh respon imunitas yang dipacu oleh infeksi
bakteri, jamur, parasit atau virus, infeksi dapat berasal dari dalam rumah
sakit (nosokomial), atau lingkungan (community acquired). Data dari
beberapa studi memperlihatkan mikroorganisme penyebab infeksi
tersering adalah staplrylococcus, diikuti oleh streptococcus dan infeksi
jamur, terutama spesies Candida (Wulandari, 2017).
Sepsis yang terjadi neonates biasanya menimbulkan manifestasi
klinis seperti septicemia, pneumonia dan meningitis berhubungan dengan
imaturitis manifestasi klinis seperti septicemia, pneumonia dan meningitis
berhubungan imaturitas dari system imun dan ketidakmampuan neonatus
untuk menglolasisai infeksi. Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum
adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur.
Sepsis pada bayi hamper selalu disebabkan oleh bakteri :
 Bakteri Escherichia koli
 Steptococus grop B
 Stophylococus aureus
 Enterococous
 Literia monocytogenes
 Klepsiella
 Entererobacter sp
 Pseudomonas aeruginosa
 Proteus sp
 Organism anaerobic
Berdasarkan timbulnya gejala klinis, sepsis dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Eaely onset : gejala muali tampak pada hari-hari pertama
kehidupan (rata-rata 48jam), biasanya infeksi terkaitan
dengan faktor ibu (infkesi transplasenta, dari cairan amnion
terinfeksi, waktu bayi melewati jalan lahir, dll).
Berkembangnya gejala pada early onset pada umumnya
sangat cepat dan meningkat menuju septic shock.
2. Late onset : timbul setelah satu minggu pada awal kehidupan
neonatus tanpa kelainan perinatal, infeksi didapat dari
lingkungan atau dari rumah sakit (nosokomial) sering terjadi
komplikasi pada susuan saraf pusat.

C. Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi sepsis sebagai berikur :
1. Sepsis berat
Sepsis disertai dengan adanya salah satu dari
 Disfungsi kardiovaskuler
 Sindrom distras pernafasan akut
 Disfungsi kurang lebih dari 2 sistem organ
2. Sepsis pada neonatus
Didefinisikan sebagai sindrom klinis sepsis atau isolasi
pathogen dialiran darah, atau keduanya, pada bayi 28hari
pertama kehidupan sepsis pada bayi baru lahir diklarifikasikan
sesuai onset dalam kaitanya dengan kelahiran :
 Sepsis neonatus onset awal : sepsis yang timbu sebelum
72 jam awal kehidupan
 Sepsis neonatus onset lanjut : sepsis yang timbul setelah
72jam awal kehidupan.
3. Klasifikasi sesuai usia
Untuk tujuan konsistensi dalam kalsifikasi, kelompok usia
berikut digunakan untuk refrensi kisaran normal variabel
visiologis dan niali laboraturium :
 Baru lahir : 0hari-1minggu
 Neonate : 0 hari- 1bulan
 Bayi : 1bulan- kurang 2tahun
 Balita dan prasekolah kurang lebih 2tahun sampai
kurang dari 6tahun
 Anak usia sekolah kurang lebih 6tahun – kurang 13
tahun
 Remaja dan dewasa muda : kurang lebih 13 tahun –
kurang dari 18 tahun.

D. Patofisiologis
Penyakit yang ada pada ibu karena adanya bakteri dan virus
neonatus (bayi). Kemudian menyebabkan terjadinya ifeksi yang
menimbulakan sepsis. Faktor yang mempengaruhi sepsis, antara lain
faktor material yaitu adanya status social ekonomi ibu, ras, dan latar
belakang yang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan
alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio-ekonomi
rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak
higenis. Status paritas (wanita mutipara atau atau gravid lebih dari 3) dan
umur ibu (kurang dari 20tahun atau lebih 30 tahun ). Kurangnya perawatan
prenatal, ketuban pecah dini (KPD), dan prosedur selama persalinan.
Faktor neonatal, pada bayi dengan prematurius (berat badan bayi kurang
dari 1500gram), merupakan faktor resiko utama sepsis neonatal.
Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi
cukup bulan.transpor imunuglobin melalui plasenta terutama terjadi pada
paruh terakhir ketiga. Setelah bayi lahir, konsentrasi imunoglobin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir ketiga.setelah bayi lahir,
konsentrasi imunoglobin serum terus menurun sehingga menyebabkan
hipergamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit kemudian adanya desfisiensi imun. Neonatus bisa
mengalami kekurangan igG spesifik, khusunya terhadap streptokokus atau
haemophilus influenza. IgA dan IgG tidak melewati pasenta dan mampir
tidak terdeteksi dalam darah tali pusat.
Faktor lingkungan pada bayi mudah terjadi desiensi imun yaitu
cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasive,
dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Pengunaan
kateter vena atau arteri maupun kateter nutrisi parenatal merupakan tempat
masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga seperti steroid
bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan
antibiotic spectrum luas sehingga menyebabkan kolonisasi spektum luas
sehinggan menyebabkan resisten berlipat ganda. Kadang-kadang di ruang
perawatan terhadap epidemis penyebaran mikroorganisme yang brasal dari
petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kotak tangan. Pada bayi
yang minum ASI, sepsis Lactbacillus dan Ecolli ditemukan dalam
tinjanya, sedangkan bayi yang minum sesu formula hanya didominasi oleh
Ecolli.

E. Komplikasi
Komplikasi sepsis neonatorum antara lain meningitis yang dapat
menyebabkan terjadinya hidrosefalus dan/ atau leukomalasia
periventrikular. Komplikasi acute respiratory distress syndrome (ARDS)
dan syok septik dapat dijumpai pada pasien sepsis neonatorum.
Komplikasi lain adalah berhubungan dengan penggunaan aminoglikosida,
seperti tuli dan/ atau toksisitas pada ginjal, komplikasi akibat gejala sisa
atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari gangguan perkembangan
sampai dengan retardasi mental bahkan sampai menimbulkan kematian
(Depkes, 2007).

F. Penatalaksanaan
1. Perawatan
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu tubuh
normal, untuk mensetabilkan status kardiopulomonary, untuk
memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah kecenderungan
perdarahan. Perawatan suportif neonatus septic sakit (Datta,2007)
meliputi berikut :
 Menjaga kehangatan untuk memastikan tempreatur, agar bayi
tetap normal harus dirawat dilingkungan yang hangat. Suhu
tubuh harus dipantau secara teratur.
 Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus mengalami
perfusi jelek maka saline noemal dengan 10 ml/kg selama 5
sampai 10 menit. Dengan dosis yang sama 1-2x selama 30-
45menit berikutnya, jika perfusi terus menjdai buruk. Dextrose
(10%) 2ml per kg pil besar dapat diresapi untuk memperbaiki
hipoglikemia yang adalah biasanya ada dalam sepsis neonatal
dan dilanjutkan selama 2hari atau sampai bayi dapat memiliki
fell oral.
 Terapi oksigenasi harus disediakan jika neonatus mengalami
distress pernapasan atau sianosis.
 Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea napas
tidak memadai.
 Vitamin K 1mg intramuskuler harus diberikan untuk mencegah
gangguan perdarahan.
2. Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah
mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan
umum dengan pemberian cairan intravena termasuk kebutuhan
nutrisi dan monitor pemberian antibotik hendaknya memenuhi
criteria efektif berdasarkan pemantauan mikrobologi, murah dan
mudah diperoleh dan dapat diberi secara parenatal. Pilihan obat
yang diberikan adalah ampisilin, gentasimin, atau kloramfenikol,
eritromisin atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasi tes resitensi
(Sangayu, 2012).
G. Pemriksaan penunjang
1. Pemriksaan mikrokopis maupun pembiaakan terhadap contoh
darah air kemih, jika diduga suatu meningitis, maka dilakukan
fungsi lumba.
2. Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi
sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, fungsi
lumbal, analisis dan kultur urin.
3. Leukositosis (>34.000x10°/L)
4. Leukopenia (<4.000x10°/L)
5. Netrofil muda 10%
6. Perbandingan netrofil immature (stab) dibandingkan total
(stb+segmen) atau 1/T ratio >0,2
7. Trombositopenia (<100.000x109/L)
8. CRP>10mg/dl atau 2 SD dari normal.
H. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data,
yang perlu dikaji adalah identitas, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat perawatan antenatal, adanya/tidaknya ketuban pecah
dini,partus lama atau sangat cepat (partus presipitatus). Riwayat persalinan
di kamar bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau tidaknya
riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia, gonorea, dll).
Apakah selama kehamilan dan saat persalinan pernah menderita penyakit
infeksi (mis. Toksoplasmosis,rubeola, toksemia gravidarum, dan
amnionitis). Mengkaji status sosial ekonomi keluarga.
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi
(khususnya setelah 24 jam petama), tidak mau minum atau refleks
mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang, pucat, berat badan berkurang
melebihi penurunan berat badan secara fisiologis, hipertermi/hipotermi,
tampak ikterus. Data lain yang mungkin ditemukan adalah
hipertermia, pernapasan mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab
dan dingin, pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi,
sianosis. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah, distensi abdomen
atau diare (Bobak, 2009)
I. Diagnosis keperawatan
1.  Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
2. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
3. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder
akibat infeksi atau inflamasi
4.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat demam
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipovolemi
6. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran
terhadap makanan/minuman.

J. Rencana tindakan keperawaran


1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan apnea
Kriteria hasil :
 Tidak ada sinosis dan disipnea, mnedmostrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih.
 Menunjukan jalan nafas yang paten (pelayanan tidak merasa
tercekik. Tidak ada suara nafas abnormal).
 Tanda-tanda vital dan rentang normal.

Intervensi dan rasional :

Intervensi Rasional
1. Posisikan pasien semi Posisi semi flower dapat
flower memaksimalkan ventilasi
2. Askultasi suara napas catat Suara napas tambahan dapat
adanya suara napas mrnjadi tanda jalan nafas yang
tambahan. tidak adekuat
3. Monitor resoirasi dan status Pada sepsis terjadinya gangguan
O2 TTV respirasi dan status O2 sering
ditemukan yang menyebabkan
TTV tidak dalam rentan normal.
4. Bila perlu lakukan suction Untuk mengeluarkan secret pada
postural drainage saluran nafas untuk menciptakan
jalan nafas yang paten.
2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder
akibat infeksi atau inflamasi.
Kriteria hasil :
 Suhu dalam batas normal (suhu normal 36°C-37°C)
 Nadi dan frekuensi nafas dalam batas normal (nadi neonatus
normal 100-180x/menit, frekuensi nafas neonatus normal 30-
60x/menit)

Intervensi dan Rasional

Intervensi Rsional
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital
setiap dua jam dan pantau yang signifikan akan
warna kulit mempengaruhi proses regular
ataupun metabolism dalam
tubuh.
2. Observasi adanya kejang Hipertermi sangat potensial
dan dehidrasi untuk menyebabkan kejang
yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evaporasis yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke
dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres dengan air Kompres pada aksila, leher dan
hangat pada aksila leher dan lipatan paha terdapat pembuluh-
lipatan paha, hindari pembuluh dasar besar yang akan
penggunaan alcohol untuk membantu menurunkan demam.
kompres. Pengunnan alcohol tidak
dikalkukan karena akan
menyebabkan penurunan dan
peningkatan panas secara
drastias. Pemberian antipiretik
juga diperlukan
4. Kolaborasi Pemberian antipiretik juga
Berikan antipiretik sesuai diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan jika panas tidak panas dengan segera.
turun.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder


akibat demam
Kriteria hasil :
 Suhu dalam batas normal (suhu normal 36°C-37°C)
 Nadi dan frekuensi nafas dalam batas normal (nadi neonatus
normal 100-180x/menit, frekuensi nafas neonatus normal 30-
60x/menit)
 Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25ml/6jam

Intervensi dan Rasional

Intervensi Rasional
1. Monitoring tanda-tanda vital Perubahan tanda-tanda vital
setiap dua jam dan pantau yang signifikan akan
warna kulit mempengaruhi proses regulasi
ataupun metanolisme dalam
tubuh.

2. Observasi adanya hipertermi Hipertermi sangat potensial


kejang dan dehidrasi. untuk menyebabkan kejang
yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien
serta dapat menyebabkan pasien
kehilangan banyak cairan secara
evoporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat
menyebabkan pasien masuk ke
dalam kondisi dehidrasi.

3. Berikan ASI/PASI sesuai Pemberian ASI/PASI sesuai


dengan jadwal jumlah jadwal diperlukan untuk
pemberian yang telah mencegah bayi dai kondisi lapar
ditentukan. dan haus yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA

 Bobak (2005). Buku Ajar Keperawatn Maternitas. Jakarta: EGC.

Creswell, John W. 2009. Research Design : Qualitative, Quantitative,


and Mixed Methods Approaches. Newbury Park: Sage
Publications.

Datta, Parul. 2007. Pediatric Nursing. JAYPEE:New Delhi

Depkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI No:


900/MENKES/VII/2007. Konsep Asuhan Kebidanan. Jakarta.

Donna L. Wong. ...... et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik.


Cetakan pertama. Jakarta : EGC.

Muscari, Mary E. 2009. Keperawatan Pediatrik Edisi 3.Alih bahasa


Alfrina. Jakarta : EGC

Wulandari Anindita dkk.2017.Perkembangan Diagnosis Sepsis Pada


Anak.Vol.19, No. 4

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada


Neonatus. Penerbit Buku Kesehatan: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai