Anda di halaman 1dari 21

PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT

MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS


TUNGGAL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat adalah suatu bahan bahan tunggal atau campuran bahan baik

kimia atau sintetik maupun alami yang digunakan dalam mencegah,

meringankan, atau menyembuhkan penyakit. Obat dapat digunakan

melalui beberapa cara tergantung pada keadaan dan kebutuhan pasien.

Penggunaan obat dapat melalui mulut atau oral, injeksi kedalam bagian

tubuh tertentu ataupun pembuluh darah langsung, dan disisipkan melalui

rongga tubuh tertentu. Saat pasien memungkinkan diberikan pengobatan

secara oral maka diberikan pengobatan dengan cara ini, akan tetapi

apabila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk pengobatan secara

oral seperti pasien yang tidak sadarkan diri dan membutuhkan

penanganan cepat maka tidak cocok ditangani dengan pengobatan

secara oral melainkan secara injeksi.

Pertimbangan lain dalam pemilihan pengobatan adalah efektifitas

pengobatan yang berhubungan dengan farmakokinetik obat. Dengan

melihat parameter – parameter farmakokinetik suatu obat, dapat diketahui

apakah suatu obat baik dan tepat digunakan dalam suatu pengobatan

penyakit atau tidak dengan cara menghitung data – data hasil

pemeriksaan pasien lalu diinterpretasikan dalam parameter – parameter

data farmakokinetik.

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

Berdasarkan uraian diatas sangat penting untuk mengetahui

parameter – parameter data farmakokinetik obat, baik obat yang diberikan

melalui oral ataupun rute lainnya. Karena dengan mengetahui parameter –

parameter tersebut seorang farmasis dapat mengetahui keefektifan suatu

obat sehingga dapat menentukan jenis pengobatan yang tepat bagi

pasien.

B. Maksud Pecobaan

Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk menganalisis dan

mempelajari parameter Farmakokinetik data urin pada hewan coba tikus

(Rattus norvegicus) menggunakan obat Spironolakton® yang diberikan

secara oral.

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui

parameter farmakokinetik obat melalui pemeriksaan urin setelah

pemberian obat Spironolakton® pada hewan coba tikus (Rattus

norvegicus) melalui rute oral.

D. Prinsip percobaan

Adapun prinsip percobaan ini adalah penentuan parameter

farmokinetik obat melalui pemeriksaan urin meliputi tetapan eliminasi (ke),

waktu paruh (t1/2), dan klirens (Cl) dengan menggunakan obat

Spironolakton ® secara oral pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus).

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Farmakokinetika dapat didefinisikan sebagai setiap proses yang

dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu resorpsi, transpor, biotransformasi

(metabolisme), distribusi, dan ekskresi. Dalam arti sempit, farmakokinetika

khususnya mempelajari perubahan – perubahan konsentrasi dari obat dan

metabolitnya di dalam darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay

dan Rahardja, 2007).

Absorpsi, distribusi, biofarmasi (metabolisme) dan eliminasi suatu

obat dari tubuh merupakan proses yang dinamis yang kontinyu dari suatu

obat dimakan dan sampai semua obat tersebut hilang dari tubuh. Laju dari

terjadi proses-proses ini merupakan onset, serta intensitasnya dan lama

kerjanya obat dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut proses

farmakokinetik (Ganiswarna, 2005).

Absorbsi berhubungan berhubungan dengan pengambilan obat dari

tempat pemberiannya ke dalam sirkulasi sistemik, atau secara sederhana,

menunjukkan bagaimana obat masuk ke dalam tubuh. Distribusi

menunjukkan transfer obat dari darah ke cairan ekstravaskular dan

jaringan, atau tempat tujuan obat dalam tubuh. Metabolisme berhubungan

dengan transformasi enzimatik atau biokimia obat menjadi produk

metabolik, dan ekskresi adalah eliminasi akhir obat dari tubuh melalui urin,

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

feses, keringat, dan lain – lain (Ansel dan Prince, 2006). Distribusi obat ke

seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sitkulasi. Selanjutnya obat harus

masuk ke jaringan untuk bekerja (Neal, 2006).

Metabolisme obat biasanya terjadi dalam hati melalui satu atau

dua jenis reaksi. Tahap 1 reaksi umumnya membuat molekul obat lebih

polar dan larut dalam air sehingga mudah dieliminasi oleh ginjal. Tahap

modifikasi termasuk oksidasi, hidrolisis dan reduksi. Tahap II reaksi

melibatkan konjugasi untuk membentuk glucuronides, asetat atau sulfat

(Dipiro, 2008).

Eliminasi adalah proses pengurangan atau pembuangan sisa

metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh. Ekskresi

merupakan proses untuk mengeliminasi bahan yang tidak lagi

dipergunakan dalam tubuh untuk dikeluarkan ke luar tubuh. Ekskresi

adalah perpindahan obat dari sirkulasi sistemik (darah) menuju ke organ

ekskresi. Tempat atau jalur ekskresi adalah melalui ginjal (organ utama),

hati atau empedu, paru, kelenjar saliva, kelenjar susu dan kelenjar

keringat, Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat

diekskresi melalui ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya

(Mutschler, 2005).

Sistem urin adalah suatu sistem saluran dalam tubuh manusia,

meliputi ginjal dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan

tubuh dari zat-zat yang tidak diperlukan. Sebanyak 1 cc urin dihasilkan

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

oleh kedua ginjal kiri dan kanan setiap menitnya dan dalam 2 jam

dihasilkan sekitar 120 cc urin yang akan mengisi kandung kemih. Saat

kandung kemih sudah terisi urin sebanyak itu mulai terjadi rangsangan

pada kandung kemih sehingga yang bersangkutan dapat merasakannya.

Keinginan mengeluarkan mulai muncul, tetapi biasanya masih bisa

ditahan  jika volumenya masih berkisar dibawah 150 cc. (Sheerwood,

2011).

Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk

mengetahui bioavabilitas suatu obat melalui urin adalah (Shargel, 2012) :

1. Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang

gambarkan laju eliminasi suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat

dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat

dikatakan berakhir.

2. Waktu paruh obat (t½) adah gambaran waktu yang

dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan emnjadi separuh dari

leval asli atau level yang dikendaki

3. Klirens obat merupakan istilah farmkokinetika untuk

menggambarkan eliminasi obat dari tubuh tanpa mengidentifikasi

mekanisme prosesnya. Kliren obat (klirens tubuh, klirens tubuh total

atau ClT) menganggap seluruh tubuh sebagai system pengeliminasi

obat tunggal dimana beberapa proses eliminasi yang tidak di

identifikasi terjadi. Sebagai pengganti gambar laju eliminasi obat dalam

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

jumlah obat yang dibersihkan persatuan aktu (misal, mg/ menit) klirens

obat digambarkan dalam istilah volume cairan yang dibersihkan dari

obat persatuan waktu (misal, mL/ menit).

B. Uraian Bahan (Ditjen POM,1979)

1. Air suling

Nama resmi : Aqua Destillata

Sinonim : Air suling/ Aquades

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Na. CMC

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYLCOLLULOSUM

Nama Lain : Natrium karboksimetilselulosa

RM/BM : C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau putih kuning gading

tidak berbau, higroskopik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, membentuk

suspense koloidal, tidak larut dalam etanol (95%) P,

dalam eter dan dalam pelarut organik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

Kegunaan : Sebagai pelarut

B. Uraian Obat (PIO Depkes, 2013)

1. Furosemid

Nama generik : Furosemid

Golongan : Loop diuretik

Indikasi : Udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal.

Terapi tambahan pada udem pulmonari akut dan

udem otak yang diharapkan mendapat onset

diuresis yang kuat dan cepat.

Kontraindikasi : Gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma

hepatik, defisiensi elektrolit, hipovolemia,

hipersensitivitas.Efek samping :

Edema, gangguan SSP seperti mengantuk,

sakit kepala, ataksia, urikaria, eosinofilia. Mual,

muntah, amenorea, kram perut, dan pendarah

lambung

Efek samping : sangat umum: gangguan elektrolit, dehidrasi,

hipovolemia, hipotensi, peningkatan kreatinin

darah. Umum: hemokonsentrasi, hiponatremia,

hipokloremia, hipokalemia, peningkatan kolesterol

darah, peningkatan asam urat darah, gout,

enselopati hepatik pada pasien dengan penurunan

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

fungsi hati, peningkatan volume urin. Tidak umum:

trombositopenia, reaksi alergi pada kulit dan

membran mukus, penurunan toleransi glukosa dan

hiperglikemia, gangguan pendengaran, mual,

pruritus, urtikaria, ruam, dermatitis bulosa, eritema

multiformis, pemfigoid, dermatitis eksfoliatif,

purpura.

Interaksi obat : Glukokortikoid, karbenoksolon, atau laksatif:

meningkatkan deplesi kalium dengan risiko

hipokalemia. Antiinflamasi non-steroid (AINS),

probenesid, metotreksat, fenitoin, sukralfat:

mengurangi efek dari furosemid. Glikosida

jantung: meningkatkan sensitivitas miokardium.

Salisilat: meningkatkan risiko toksisitas salisilat.

Antibiotik aminoglikosida, sefalosporin, dan

polimiksin: meningkatkan efek nefrotoksik dan

ototoksik. Sisplastin: memungkinkan adanya risiko

kerusakan pendengaran. Antihipertensi:

berpotensi menurunkan tekanan darah secara

drastis dan penurunan fungsi ginjal.

Farmakokinetik : Biasa dipakai bersama diuretik lain untuk

mengurangi ekskresi kalium. Durasi kerja: 2 – 3

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

hari. Ikatan protei: 91 – 98%. Metabolisme melalui

hati. Eksresi melalui urine dan feses.

Dosis : Oral: Udem. Dewasa, dosis awal 40 mg pada pagi

hari, penunjang 20-40 mg sehari, tingkatkan

sampai 80 mg sehari pada udem yang resistensi.

Anak, 1-3 mg/kg BB sehari, maksimal 40 mg

sehari. Oliguria. Dosis awal 250 mg sehari. Jika

diperlukan dosis lebih besar, tingkatkan bertahap

dengan 250 mg, dapat diberikan setiap 4-6 jam

sampai maksimal dosis tunggal 2 g (jarang

digunakan).

2. Hidroklorotiazid

Nama Generik : Hydrochlortiazide

Golongan Obat : Diuretik

Indikasi : Penanganan hipertensi ringan sampai sedang,

edema pada gagal jantung kongestif dan sindrom

nefrotik.

Kontraindikasi : Diabetus mellitus, dan kemungkinan

hipersensitivitas terhadap golongan obat ini.

Efek samping :  Hipotensi ortostatik, hipotensi, fotosensitivitas,

hipokalemia, anoreksia, tekanan pada epigastrik. <

1% : agranulositosis, miokarditis, reaksi alergi

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

(reaksi anafilaktik yang membahayakan hidup),

alopsia, anemia aplastik, pneumonitis eosinofilik,

eritema multiforma, dermatitis eksfoliatif, anemia

hemolitik, gangguan fungsi hati, tekanan pada

pernapasan, sindrom Stevens-Johnson,

trombositopenia dan nekrolisis epidermal toksik.

Interaksi obat : Peningkatan efek hidroklorotiazida dengan

furosemida dan diuretik loop. Peningkatan

hipotensi dan/atau efek samping pada ginjal dari

inhibitor ACE akan menghasilkan diuresis berat

pada pasien/ Beta bloker meningkatkan efek

hiperglikemia dari tiazida pada diabetes mellitus

tipe 2. Siklosporin dan tiazida akan meningkatkan

risiko gout atau toksisitas ginjal. Toksisitas

digoksin dapat meningkat jika tiazida menginduksi

hipokalemia atau hipomagnesemia.

Farmakokinetik : Onset kerja : diuresis:~2,Efek puncak : 4-6

jam,Durasi 6-18 jam,Distribusi 3.8-7.8 L/kg.

Ikatan protein : 68%. Tidak mengalami

metabolisme. Bioavailabilitas : 50%-80%.

T½ eliminasi : 5.6-14.8 jam. Eksresi : melalui urin

sebagai obat tidak berubah.

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

Dosis : Dewasa : Edema : 25-100 mg/hari dalam 1-2

dosis, maksimum 200 mg/hari.

Hipertensi : 12.5 -50 mg/hari; peningkatan respon

minimal dan gangguan elektrolit lainnya harus

dipantau setelah > 50 mg/hari. Pasien lanjut usia :

12,5 - 25 mg sekali sehari. Penyesuaian dosis

pada gangguan ginjal. Clcr < 10 mL/menit : jangan

menggunakan hidroklorotiazid.

3. Spironolakton

Nama generik : Spironolakton

Golongan : Diuretik

Indikasi : Edema yang berhububgan dengan ekskresi

aldosteron berlebihan, hipertensi, gagal jantung

kongesif, hipokalemia, penanganan hipersutism

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap spironolakton atau

komponen lain dalam sediaan, gangguan fungsi

ekskresi ginjal yang signifikan, hiperkalemia.

Efek samping : Edema, gangguan SSP seperti mengantuk, sakit

kepala, ataksia, urikaria, eosinofilia. Mual, muntah,

amenorea, kram perut, dan pendarah lambung

Interaksi obat : Meningkatkan risiko hiperkalemia jika dikonsumsi

bersamaan dengan obat-obatan, seperti: ACE,

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

inhibitor Angiotensin II receptor, antagonist

Heparin, Suplemen kalium. Meningkatkan risiko

gangguan fungsi ginjal jika dikonsumsi dengan

ciclosporin atau OAINS. Meningkatkan efek racun

dari obat lithium. Menyebabkan asidosis metabolik

dan hiperkalemia jika dikonsumsi dengan

colestyramine. Berpotensi menyebabkan hipotensi

ortostatik jika dikonsumsi dengan phenobarbital.

Meningkatkan kadar digoxin dalam darah.

Farmakokinetik : Biasa dipakai bersama diuretik lain untuk

mengurangi ekskresi kalium. Durasi kerja: 2 – 3

hari. Ikatan protei: 91 – 98%. Metabolisme melalui

hati. Eksresi melalui urine dan feses.

Dosis : Dosis awal adalah 50-100 mg, sekali sehari atau

dibagi menjadi 2 jadwal konsumsi. Dosis dapat

disesuaikan setelah 2 minggu. 100-400 mg per

hari, tergantung dari kadar natrium dan kalium

dalam urine.

C. Uraian Hewan Coba (Malole dan Pramono, 1989)

1. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus)

1) Kingdom : Animalia

2) Phylum : Chordata

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

3) Class : Mamalia

4) Ordo : Rodentia

5) Sub ordo : Seluroanathi

6) Family : Muridae

7) Genus : Rattus

8) Species : Rattus norvegicus

2. Karakteristik Tikus Putih ( Rattus norvegicus )

Berat badan dewasa

1) Jantan : 450 – 520 gram

2) Betina : 250 – 300 gram

3) Berat lahir : 5 – 6 gram

4) Luas permukaan tubuh : 50 gram : 130 cm2

5) 130 gram : 250 cm2

6) Temperatur tubuh : 35,9 – 37, 5 0C

7) Harapan hidup : 2,5 – 3,5 tahun

8) Konsumsi makanan : 10 gram/100 gram/hari

9) Konsumsi air minum : 10 – 12 ml/100 gram/hari

3. Morfologi Tikus Putih (Rattus novergicus)

Tikus atau rat ( Rattus novergicus ) telah diketahui sifat –

sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang

relatif sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian. Terdapat

beberapa galur atau varietas tikus yan memiiki kekhususan tertentu

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

antara lain galut spraguk-dowly. Berwarna albino putih, berkepala kecil

dan ekornya lebih panjang daripada badannya; galur wister ditandai

dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek, dan galur long-

evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam

pada kepala dan tubuh bagian depan.

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

a. Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah kandang

metabolisme, kanula, labu ukur 10 mL, spektrofotometer UV-Vis, spoit

injeksi 1 mL dan 3 mL, dan stopwatch.

b. Bahan yang digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu aquadest, obat

Furosemid®, obat Hidroklortiazid®, obat Spironolakton® , Na.CMC 1%,

sarung tangan, dan tissu.

B. Prosedur Kerja

1. Prosedur penyiapan bahan percobaan

a. Pembuatan Na-CMC

Pertama, disiapkan alat dan bahan. Ditimbang NaCMC

sebanyak 1 gram. Dimasukkan NaCMC ke dalam gelas kimia berisi

air 100 mL, kemudian dipanaskan dengan menggunkan penangas

air hingga NaCMC larut dan mendidih.

b. Pembuatan Obat

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang

obat obat Furosemid® sebanyak 17,384 mg, obat Hidroklortiazid ®

25,691 mg, dan obat Spironolakton® 15,338 mg. Dimasukkan

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

masing – masing obat ke dalam labu ukur berbeda volume 10 mL.

Dilarutkan dengan 10 mL Na-CMC 1% sampai batas tanda.

Dihomogenkan dan diberi etiket pada setiap labu ukur.

2. Prosedur penyiapan hewan coba

Adapun hewan coba yang digunakan pada praktikum ini adalah

tikus (Rattus norvegicus) dengan bobot 207 gram.

3. Prosedur perlakuan hewan coba

Disiapkan hewan coba tikus jantan. Setelah itu, diberi perlakuan,

dimana hewan coba diberi air sebanyak 5 mL melalui oral. Kemudian,

hewan uji diberikan obat Spironolakton ® secara oral sebanyak 1,7 mL.

Selanjutnya, dimasukkan hewan coba ke dalam kandang metabolisme

lalu ditampung urin nya pada menit ke 10, 15, dan 30. Urin yang telah

ditampung kemudian diukur pada spektrofotometer UV-Vis, dicatat hasil

pengukurannya. Kemudian, dihitung parameter – parameter data oral

berdasarkan data hasil pengukuran.

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

t (jam) Absorban
0,25 160
0,50 140
1 200
2 250
4 180
6 46

B. Pembahasan

Obat adalah suatu bahan bahan tunggal atau campuran bahan baik

kimia atau sintetik maupun alami yang digunakan dalam mencegah,

meringankan, atau menyembuhkan penyakit. Suatu obat agar dapat

menghasilkan efek terapeutik bagi tubuh harus melewati berbagai proses

biokimia di dalam tubuh yang meliputi absorbsi, distribusi, metabolisme,

dan eksresi. Dimana hal tersebut dipelajari dalam ilmu farmakokinetik.

Keefektifan suatu obat dapat diketahui dengan menghitung parameter –

parameter farmakokinetiknya yang dapat dilakukan dengan pengambilan

dan pemeriksaan urin, setelah itu dihitung parameter farmakokinetik obat

melalui urin meliputi ke (konstanta kecepatan eliminasi), waktu paruh (t 1/2),

dan klirens (Cl).

Ke (konstanta kecepatan eliminasi) adalah nilai yang menyatakan

kecepatan obat untuk dapat tereliminasi dari dalam tubuh. Waktu paruh

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

(t1/2) adalah parameter farmakokinetika dimana nilai ini menyatakan waktu

yang dibutuhkan oleh suatu obat untuk dapat terurai setengahnya dari

konsentrasi awalnya, sedangkan klirens adalah jumlah volume darah yang

dibersihkan dari obat per satuan waktu. Setelah menghitung keseluruhan

parameter tersebut dapat diketahui apakah obat yang diberikan dapat

menimbulkan efek bagi tubuh ataupun tidak.

Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan atau pengukuran

urin pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) untuk melihat efektifitas

obat Spironolakton® yang diberikan secara oral pada hewan coba tikus

(Rattus norvegicus) dengan cara melihat dan menghitung parameter –

parameter farmakokinetik data urin dari hasil pengukuran urin hewan

coba.

Obat yang diberikan pada hewan coba pada praktikum ini adalah

golongan obat hemat kalium atau antagonis aldosteron yaitu

Spironolakton® yang bekerja dengan menghambat kerja hormon

aldosteron sehingga tidak terjadi reabsorbsi natrium dan sekresi kalium

yang menyebabkan terjadinya retensi air.

Cara pembuatan obat Spironolakton® pada praktikum ini adalah

dengan cara mendispersikan obat menggunakan Na CMC 1%. Alasan

penggunaan Na CMC 1% karena bahan ini sama dengan komposisi

cairan tubuh serta tidak menimbulkan efek atau reaksi tertentu dalam

tubuh hewan coba yang mana reaksi tersebut dapat mempengaruhi hasil

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

pemeriksaan nantinya. Selain itu, karena NaCMC merupakan turunan

selulosa dan merupakan suatu polimer sehingga bahan ini dapat

meningkatkan kelarutan obat dan dapat mendispersikan obat secara

merata.

Sebelum dilakukan pemberian obat, hewan coba diberi aquades 5

mL agar nantinya urin yang diekskresikan jumlahnya banyak. Kemudian,

obat Spironolakton® diberikan pada hewan coba melalui rute oral, dan

dimasukkan hewan coba ke dalam kandang metabolisme lalu ditampung

urinnya pada menit ke-10, 15, dan 30. Lalu diukur pada spektrofotometer

UV-Vis.

Setelah dilakukan pengukuran urin hewan coba menggunakan

spektrofotmeter UV-Vis diperoleh data hasil perhitungan parameter –

parameter data urin yaitu nilai ke (konstanta laju eliminasi) obat

Spironolakton® adalah 0,765 jam-1, waktu paruh (t1/2) adalah 0,905 jam,

dan klirens 0,0007 mL/jam.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai

yang diperoleh dari hasil perhitungan parameter – parameter

farmakokinetikdata urin obat Spironolakton® yang diberikan secara oral

pada hewan coba tikus (Rattus norvegicus) adalah 0,765 jam-1, waktu

paruh (t1/2) adalah 0,905 jam, dan klirens 0,0007 mL/jam.

B. Saran

Diharapkan pada percobaan selanjutnya praktikan lebih teliti dalam

melakukan percobaan demi kelancaran praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, HC., dan Prince, SJ., 2006, “Kalkulasi Farmasetik”, EGC, Jakarta.

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070
PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIK OBAT
MELALUI URIN SETELAH PEMBERIAN ORAL DOSIS
TUNGGAL

Dipiro, JT., 2008, “Pharmacoteraphy (edisi 7)”, The MC Graw Hill


Companies, New York.

Ditjen POM, 1979, “Farmakope Indonesia Edisi Ketiga”, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ganiswarna, 2005, “Farmakologi Dan Terapi. Bagian Farmakologi


Fakultas Kedokteran” Universitas Indonesia, Jakarta.

Malole, MBM., dan Pramono, CS., 1989, “Penggunaan Hewan – hewan


Percobaan Laboratorium”, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mutschler, E., 2005, “Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi”, ITB,


Bandung.

Neal, M.J., 2006, “At Glance Farmakologi Medis (edisi lima)”, Penerbit
Erlangga, Jakarta.

PIO Depkes, 2013.


Shargel, L., 2012, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan”,
Universitas Airlangga, Surabaya.

Sherwood, LZ., 2014, “Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8”,
EGC, Jakarta.

Tjay, TH., Rhardja, K., 2007, “Obat-Obat Penting”, PT Elex Media


Komputindo, Jakarta.

MAFHUMUL ZULHIJJAH MAKHRIFA RAMADANI


15020160070

Anda mungkin juga menyukai