OLEH :
ESHAF CAESAR BOBBY
201920461011098
2. Etiologi
1. Bakteri : mycbakterium tuberculosa diplococus pneumoniae (pneumokok ),
neisseria meningitis (meningokok), streptococus haemolyticuss, staphylococus
aureus.
2. Virus, toxoplasma gondhii dan rickettsia
3. Faktor fredisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dari pada wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infesi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobin
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan.(Wijaya, 2013, hal. 24)
3. Manifestasi Klinis
1. Tanda-tanda meningitis secara khas meliputi:
Panas atau demam, mengigil, dan perasaterjaan yanga enak an tidak karena infeksi serta
inflamasi Sakit kepala, muntah, dan kadag-kadang papiledema (inflamasi nerveusflamasi
dan edema pada nervus optikus)
2. Tanda-tanda iritasi meningen meliputi :
Kaku kuduk
Tanda Brudzinki dan Kernig yang positif
Refleks tendon dalam yang berlebihan dan simetris
Opistotonos (keadaan spasme di mana punggung dan ekstremitas melengkung ke
belakang sehingga tubuh bertumpu pada kepala dan kedua tumit
Ciri-ciri meningitis yang lain meliputi :
Sinus aritmia akibat iritasi pada serabut-serabut saraf dalam sistem sraf otonom
Iritabilitas akibat kenaikan tekanan intracranial
Fotofobia, diplopia, dan permasalahan penglihatan lain akibat iritasi nervus kranialis
Delirium, stupor berat, dan koma akibat kenaikan tekanan intrakranial dan edema serebri.
(Kowalak, 2011, p. 314)
4. Patofisiologi
Meningitis umumnya dimulai dalam bentuk inflamasi piaaraknoid, yang dapat
berlanjut dengan timbul kongesti pada jaringan sekitarnya dan kerusakan sebagian sel
saraf.Mikroorganisme secara khas masuk ke dalam sistem saraf pusat (SSP) melalui salah
satu dari empat jalur ini:
5. Klasifikasi
1. Meningitis bakteri / purulenta
2. Disebabkan oleh penyebaran infeksi dari penyakit lain
3. Bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus
4. CSF : warna opalescent s.d keruh, pada stadium dini jernih nonepandi +, sebagian
besar sel PMN, protein meningkat, glukosa turun, glukosa darah menurun
Gejala neurologist dibagi dalam tahap :
Fase I : sub febris, lesu, mudah terangsang, anoreksia, mual, sakit kepala ringan
Fase II : tanda rangsang meningen, kelainan N IIIdan IV, kadang hemiparase dan
erteritis
Fase III : tanda neurology fokal, konvulsi, kesadaran menurun
Fase IV : tanda fase III disertai koma dan shock
1. Meningitis tuberkolosa
2. Merupakan komplikasi infeksi TBC primer : tuberkel terbentuk diotak permukaan
otak- pecah kedalam rongga aracnoid – meningoencepalitis – eksudat – obstruksi pada
sisterna basalis – hidrosefalus dan kelainan pada syaraf otak, terdapat kelainan p. darah
arteritis dan phlebitis – infark otak
3. CSF : warna jernih, opalescent, santocrom, tekanan meningkat, jumlah sel biasanya
tidak lebih dari 150/mm3 terutama terdiri dari limfosit, kadar protein meningkat, kadar
glukosa dan CL menurun, bila CSF di biarkan akan timbul fibrosis web (pellicle), glukosa
dara bisa naik / turun
4. Terdiri dari 3 stadium :
Stadium I : tanpa demam / kelainan, apatis, tidur terganggu, anoreksia, nyeri kepala,
mual, muntah
Stadium II : kejang, rangsang meningeal, reflek tendon meningkat, TIK, kelumpuhan
saraf III dan IV, kelumpuhan sarah lainnya
Stadium III : kelumpuhan, koma, pupil midriasis, reaksi pupil, nadi dan RR tidak
teratur, kadang cheyne stokes, hiperpireksia
1. Meningitis virus
2. Disebabkan oleh virus
3. CSF : terdapat pleositosa terutama dari sel monoklear, cairan bebas kuman, protein
sedikit meningkat, jumlah sel sekitar 100-800/mm3, glukosa dalam batas normal
4. Gejala kulit biasanya ringan, jika berat biasanya ditemukan nyeri kepala/kuduk
(Nugroho, 2011, pp. 90-91)
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada meningitis antara lain :
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakarnial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya
cairan dari lapisan infark kedaerah subdural
2. Peradangan pada daerag ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada menigen dapat
sampai kejaringan cranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen
termasuk ke ventricular
3. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi liquor serebro spinal
(LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga memungkinkan terjadinya
sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis. Cairan tersebut akhirnya
banyak tertahan diintrakarnial.
4. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar keotak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat
5. Epilepsy
6. Retardasi mental. Retaldasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke serebrum sehingga menganggu gyrus otak anak sebagai tempat
penyimpanan memori
7. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi kaarena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotic yang digunakan untuk
pengobatan (Ridha, 2014, p. 351)
B. Analisis Case Report
Meningitis bakterial akut (ABM) adalah keadaan darurat medis yang memerlukan
diagnosis dini dan terapi agresif. Terlepas dari ketersediaan antibiotik baru yang manjur,
angka kematian yang disebabkan oleh ABM dan komplikasinya tetap tinggi di India, berkisar
antara 16% hingga 32%. Tujuan dari laporan kasus ini adalah untuk menyajikan isolasi
langka Pseudomonas putida dari sampel cairan serebrospinal. Selain itu, penulis juga
menekankan pentingnya mengidentifikasi dengan benar organisme dan dengan demikian
pemilihan antibiotik yang paling akurat dari profil kerentanan untuk memungkinkan
pemulihan dini dan untuk meningkatkan hasil dan kelangsungan hidup pasien. efek samping
dari meningitis pada orang yang selamat setelah keluar dari rumah sakit mendekati 20%.
Risiko akibat sekunder jangka panjang yang melumpuhkan adalah tertinggi di negara-negara
berpenghasilan rendah, di mana beban meningitis bakteri adalah yang terbesar. Sebagian
besar hasil yang dilaporkan ini dapat dicegah dengan vaksinasi dengan vaksin Hib,
pneumokokus, dan meningokokus. Oleh karena itu diagnosis dini dan penatalaksanaan yang
tepat pada anak dengan meningitis sangat penting karena sulit untuk mendiagnosis karena
gejala dan tanda sering tidak spesifik terutama pada anak kecil.
C. Opini
Meningitis bakterial akut (ABM) adalah penyakit berbahaya jika ditemukan pada
anak kecil dan memiliki tingkat kematian yang tinggi dan risiko cacat neurologis. ABM
adalah darurat medis dengan tingkat kematian yang tinggi. Diagnosis dan pengobatan yang
cepat sangat penting. Kami melaporkan kasus langka P. putida meningitis yang berhasil
diobati. Infeksi dengan organisme langka adalah mungkin dan indeks kecurigaan yang tinggi
dapat menyebabkan diagnosis dan pengobatan yang akurat dalam kasus ini. Metode lab
tradisional seperti pewarnaan Gram dan kultur digunakan untuk identifikasi organisme. PCR
cepat, metode yang akurat, sensitif dan spesifik untuk diagnosis meningitis karena alat ini
mendeteksi 10 hingga 100 CFU / mL bakteri dalam CSF