1 KOMPOSISI CAMPURAN
(3) Penghamparan
a. Bila diminta demikian oleh Direksi Teknik, screed samping atau cetakan lain
yang disetujui harus dipasang di pinggir bahu jalan / perkerasan sampai garis
dan ketinggian yang diperlukan.
b. Penghamparan dengan mesin
i. Sebelum operasi pengerasan dimulai, screed paver harus dipanaskan dan
campuran aspal harus dimasukkan / dituangkan ke dalam paver pada satu
temperature di dalam batas berikut :
Grade AC-10 batas suhu : 140o C – 110o C
Grade AC-10 batas suhu : 150o C – 120o C
ii. Selama pengoperasian paver, campuran aspal tersebut harus dihampar
dan diratakan sampai, ketinggian dan bentuk penampang melintang yang
ditentukan di atas seluruh lebar perkerasan atau selebar yang praktis.
iii. Paver tersebut harus beroperasi pada satu kecepatan yang tidak
menimbulkan retak–retak pada permukaan, cabik–cabik atau sesuatu
ketidak teraturan lainnya dalam permukaan.
iv. Jika suatu segregasi, penyobekan atau pencungkilan permukaan telah
terjadi, paver tersebut harus dihentikan dan tidak boleh berjalan kembali
sampai penyebabnya ditemukan dan diperbaiki.
v. Harus dijaga supaya campuran tidak mengumpul dan mendingin pada
hopper atau dimana saja pada paver.
vi. Bila jalan tersebut harus diperkeras separuh lebar pada satu waktu,
pengerasa separuh lebar pertama tidak boleh lebih dari 1 kilometer di
depan pengerasan separuh lebar jalan yang kedua.
c. Penghamparan dengan Tenaga Manusia
i. Harus disediakan tenaga kerja yang cukup untuk memungkinkan truk
pengangkut dibongkar muatannya dan campuran aspal panas tersebut
harus dihampar dengan minimum penundaan.
ii. Campuran aspal harus diratakan dengan sekop dan garuk. Papan
punggung jalan atau batang lurus akan digunakan untuk mengukur
permukaan diantara papan screed.
iii. Penghamparan harus dilakukan untuk menghasilkan satu permukaan
yang seragam tanpa segregasi.
b. Prosedur Pemadatan
i. tahap awal penggilasan akhir akan dilaksanakan dengan mesin gilas roda
baja. Penggilasan kedua atau penggilasan antara akan dilaksanakan
dengan mesin gilas ban. Mesin gilas awal beroperasi dengan roda kemudi
dekat paver.
ii. Kecepatan mesin gilas tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk mesin gilas
roda baha dan 6 km/jam untuk mesin gilas ban penuniatic dan akan
berjalan selambat mungkin untuk menghindari pergeseran campuran
panas.
iii. Penggilasan kedua harus mengikuti sedekat mungkin di belakang
penggilasan awal dan akan dikerjakan sementara campuran tersebut
masih dalam temperature yang akan menghasilkan pemadatan
maksimum. Penggilasan akhir akan dimulai ketika bahan tersebut masih
dalam kondisi yang cukup dapat dikerjakan untuk menghapus/membuang
tanda–tanda bekas injakan mesin gilas.
iv. Penggilasan akan diulai secara memanjang pada sambungan dan dari
pinggir luar dan berjalan sejajar dengan sumbu jalan menuju bagian
tengah, kecuali pada penggilasan lengkungan superevelasi akan dimulai
pada sisi bawah dan bergerak, menuju ke sisi yang tinggi. Lintasan
berikutnya dari mesin gilas harus berlapis tindih pada paling sedikit
setengah lebar mesin gilas serta lintasan berikutnya.
v. Bila menggilas sambungan memanjang, mesin gilas pemadat pertama–
tama harus bergerak di atas jalan yang sudah dilewati sebelumnya.
vi. Penggilasan akan bergerak maju terus menerus sebagaimana diperlukan
untuk mendapatkan pemadatan yang seragam.
(5) Penyelesaian
a. Alat berat atau mesin gilas tidak diijinkan berdiri di atas permukaan yang
baru selesai sampai permukaan tersebut mendingin secara menyeluruh dan
memadat.
b. Permukaan Lapis Aspal Beton Pondasi Atas sesudah pemadatan harus halus
dan rata sampai punggung jalan dan kemiringan yang ditetapkan di dalam
toleransi yang ditentukan.
c. Sementara permukaan tersebut sedang dipadatkan dan diselesaikan,
kontraktor harus memperbaiki pinggiran–pinggiran menjadi garis secara rapi.
ii. Pengujian kepadatan inti Lapis Beton Contoh bahan inti harus diambil setiap 200
Pondasi Atas perat yang terpasang m, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi
dan dipadatkan (ASSTHO T 166) Teknik. Kepadatan campuran yang sudah
disatukan yang diuji, tidak boleh kurang dari
95 % bahan (specimen) padat laboratorium.
iii. Ketebalan lapis permukaan Tebal lapis ATB terpasang yang harus
dipantau dengan inti perkerasan atau dengan
cara lain yang diminta oleh Direksi Teknik.
Inti tersebut harus diambil oleh kontraktor
dibawah pengawasan Direksi Teknik pada
suatu titik yang diperintahkan demikian.