Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH TAWURAN

NAMA : SITI KHOIRUNNISA’


NIM : 30901800166

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019/2020
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “
Makalah Tawuran “ tepat pada waktunya. Sholawat dan salam tak lupa kami ucapkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini izinkan kami mengucapkan terimakasih yang kepada semua pihak
yang telah membantu saya untuk menyeleseikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan ilmu, wawasan dan pengetahuan yang penulis miliki. Namun dan keyakinan dan
berkat bantuan serta dorongan dari berbagai pihak dan literatur, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca dan
saya sendiri.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan masalah...............................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.............................................................................................................................5
A. Pengertian............................................................................................................................5
B. Faktor terjadinya tawuran................................................................................................6
C. Dampak dari tawuran........................................................................................................7
D. Upaya mengatasi tawuran.................................................................................................7
E. Yang berperan penting.......................................................................................................9
F. Asuhan Keperawatan.......................................................................................................10
BAB III.........................................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................................................13
B.    Saran..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
       Indonesia mempunyai ragam agama, adat, suku, bahasa dan budaya oleh karena
itu tak heran indonesia disebut negara yang multikulturalisme. Untuk mempertahankan
negara seperti Indonesia ini sangatlah sulit karena rentan sekali terjadinya konflik. Maka
untuk mempersatukannya perlu lah memupuk rasa persatuan antar warga, namun hal ini
pun akan berdampak buruk apabila terjadinya kubu-kubu antar warga. Simmel
mengatakan bahwa semakin kuat hubungan dalam kelompok, potensi tindak permusuhan
juga makin menigkat. Hal ini berkaitan dengan realita salah satu kenakalan remaja saat
ini seperti tawuran antar pelajar.
Tawuran sering terjadi dan dilakukan oleh sekelompok remaja sudah bukan hal
yang biasa, hal ini sudah sering kita dengar bahkan tidak asing lagi bagi telinga kita.
apalagi di sekolah menengah kejuruan (SMK) atau sering disebut dengan STM. Biasanya
tawuran ini dilakukan secara turun temurun yang dilakukan antar sekolah. Gejala sosial
yang seperti ini sudah sangat jelas melanggar norma dan nilai dalam masyarakat.
Tawuran ini terjadi akibat  konflik antar satu sekolah, entah karena perasaan solidaritas
antar siswa dan sebagainya.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari tawuran ?
2. Apa factor terjadinya tawuran ?
3. Apa dampak yang ditimbulkan terjadinya tawuran ?
4. Bagaimana upaya untuk mengatasi tawuran tersebut ?
5. Siapa yang berperan penting agar tidak terjadi tawuran ?
6. Asuhan keperawatan tawuran

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan sebagai perkelahian
yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar” adalah seorang manusia yang belajar.
Dan “kelompok” adalah sekumpulan orang yang mengindetifikasi satu sama lain dan
merasa bahwa mereka saling memiliki. Suatu kelompok ketika dua atau lebih orang
berinteraksi selama lebih dari beberapa saat, saling mempengaruhi satu sama lain melalui
beberapa cara, dan memikirkan diri mereka sebagai “kita”. Sehingga pengertian tawuran
pelajar adalah perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian
tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan


sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja,
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional
dan sistematik.
a.       Delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat
adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
b.      Delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam suatu
organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang
harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan
apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
Tawuran merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan
remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan
kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang umumnya
dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun. Aspek kecenderungan kenakalan
remaja terdiri dari (1) aspek perilaku yang melanggar aturan atau status, (2) perilaku
yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, (3) perilaku yang mengakibatkan korban
materi dan (4) perilaku yang mengakibatkan korban fisik.
Menurut Ridwan tawuran pelajar didefinisikan sebagai perkelahian massal yang
dilakukan oleh sekelompok siswa terhadap sekelompok siswa lainnya dari sekolah yang
berbeda. Tawuran terbagi dalam tiga bentuk: (1) tawuran pelajar yang telah memiliki rasa
permusuhan secara turun temurun, (2) tawuran satu sekolah melawan satu perguruan
yang didalamnya terdapat beberapa jenis sekolah dan (3) tawuran pelajar yang sifatnya
insidental yang dipicu oleh situasi dan kondisi tertentu. Tawuran juga dapat didefinisikan
sebagai perkelahian massal yang adalah perilaku kekerasan antar kelompok pelajar laki-
laki yang ditujukan kepada kelompok pelajar dari sekolah lain.
Tawuran pelajar adalah fenomena sosial yang sudah dianggap lumrah oleh
masyarakat di Indonesia. Bahkan ada sebuah pendapat yang menganggap bahwa tawuran
adalah salah satu kegiatan rutin dari pelajar yang menginjak usia remaja. Tawuran pelajar
sering terjadi di kota-kota besar yang seharusnya memiliki masyarakat dengan peradaban
yang lebih maju. Para pelajar remaja yang sering melakukan aksi tawuran tersebut lebih
senang melakukan perkelahian di luar sekolah daripada masuk kelas pada kegiatan
belajar mengajar.

B. Faktor terjadinya tawuran


Faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar dibagimenjadi dua, yaitu : faktor
internal dan eksternal.
1.      Faktor intenal
a.       Ingin menonjolkan kebenaran diri sendiri baik dihadapan temen sesekolah dan
ataupun dimata STM menjadi lawan.
b.      Ingin membalaskan rasa sakit hati, kepada orang yang melecehkan
c.       Tidak mau direndahkan oleh teman-teman
d.      Memanfaatkan waktu untuk mencari pengalaman, baik sifat positif maupun
negatif (tawuran) karena menurutnya tidak akan tau benar jika tidak mengenal
salah.
2.      Faktor ekstern
a.       Bujukan teman
b.      Dipicu sekolah lain
c.       Seragam sekolah dipakai sekolah lain
d.      Seragam sekolahnya ditempel pantat, dikaki dan sepatu
e.       Sekolah lain menantang untuk ketemuan disuatu tempat
f.       Diskomunikasi antar sekolah dan orang tua
g.      Lewat lagu-lagu

C. Dampak dari tawuran


Adapun dampak dari tawuran yang dia rasakan antara lain adalah dampak positif
dan negative
1. Dampak positif
a.      Merasa puas apabila mengalahkan lawan pada saat itu
b.      Diri dan komunitas dikatakan paling kuat, paling tangguh,paling kompak ,dan
paling disegani oleh pihak lawan apabila lawan telah dikalahkan
c.       Baik itu nama sendiri dan komunitas terkenal oleh pihak lawan apabila telah
mengalahan lawan tersebut.
d.      Bebas bergerak dan tidak terkekang apabila lawannya telah di kalahkan
e.      Tidak ada yang melecehkan lagi 

2. Dampak negatif
a.       Kalau ketahuan dari pihak sekolah otomatis kena sanksi yang sangat berat
(contohnya di tampar,di pusap, di telanjangi dan di jemur 1 hari)
b.      Di marahi masyarakat karena mungkin meresahkan masyarakat merasa di
resahkan
c.       Di tangkap polisi
d.      Apabila ketahuan oleh orang tua di asingkan dari keluarga dan menjadi
gelandangan
e.       Dan yang paling patal bisa menyebabkan korban jiwa

D. Upaya mengatasi tawuran


1. Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan
dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah
menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan
yang lebih bermanfaat, Seperti Mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti
kegiatan ekstrakulikuler, dll.
2.      Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan
cara:
a.       Mengasuh anak dengan baik.
a) Penuh kasih sayang
b)     Penanaman disiplin yang baik
c)      Ajarkan membedakan yang baik dan buruk
d)      Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab
e)      Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau
mencapai prestasi tertentu.
b.      Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat: Hal ini membuat anak rindu untuk
pulang ke rumah.
c.       Meluangkan waktu untuk kebersamaan Orang tua menjadi contoh yang baik
dengan tidak menunjukan perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan
mencemooh.
d.       Memperkuat kehidupan beragama Yang diutamakan bukan hanya ritual
keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari.
e.       Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan
kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok
dengan usianya.
f.       Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak
memiliki keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam
menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari
pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-
sosial).Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa,
kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
3.      Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya:
a.       Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bisa
Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika, dan
berkeyakinan kepada Tuhan.
b.      Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan
olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas remaja.
c.       Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi
yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan
penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian bersama di
antara sekolah-sekolah yang secara "tradisional bermusuhan" itu..

E. Yang berperan penting


a. Peran keluarga

Terkhususnya orang tua sangatlah penting , yaitu memberikan teladan bagi anak-
anaknya. dan menjadi sumber solusi yang tepat untuk anaknya, sebab tidak ada orang tua
yang ingin anakanya terjerumus. Maka orang tua juga harus melakukan tindakan
antisipatif terhadap anak-anaknya. Termasuk melihat perkembangan
emosional,intelektual, ataupun spiritual anak. Hal yang tidak kalah penting adalah
komunikasi, sebab komunikasi adalah jembatan untuk melakukan pengontrolan terhadap
anak. Baik komunikasi orang tua/keluarga terhadap anak, ataupun Orang tua terhadap
sekolah.

b. Peran Sekolah

Sekolah juga bisa dikatakan sebagai pengontrol dan sekolah merupakan tempat menimba
Ilmu. Disekolah, yang menjadi orang-tua anak didik  adalah guru. Guru mentransfer ilmu
yang ada padaNya, dan diberikan kepada anak didik untuk menjadi bekal bagi anak didik.
Baik itu mental, kerangka berpikir, intelektual, kedisiplinan, mengasah otak dan
memberikan bahan pelajaran yang komunikatif, relevan, dan tidak terkesan monoton.
Sekolah juga memberikan tempat bagi anak didik untuk mengasah minat atau bakat yang
mereka miliki , misalnya  pada akhir pekan khusus untuk kegiatan ekstrakurikuler,
pramuka, outbond, atau kegiatan yang bermanfaat lainnya.  Sehingga tidak menimbulkan
kebosanan disekolah dan dapat mengantisipasi bolos sekolah , atau membuat onar serta 
tindakan-tindakan yang memicu konflik , atau sebut saja tawuran.  Juga, sekolah bisa
membuat suatu kegiatan atau seminar tentang dampak  negatif dari aksi bentrok atau
tawuran, serta memberikan motivasi kepada pelajar/mahasiswa khususnya, untuk
menggapai prestasi yang gemilang.

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
OCD biasanya diobati di komunitas. Perawat harus meluangkan waktu yang adekuat,
mungkin dengan beberapa kali kunjungan, untuk mengidentifikasi rentang perilaku OCD.
Untuk pengkajian yang akurat, perawat perlu memperoleh informasi yang spesifik
tentang perilaku OCD untuk menetapkan suatu pola perilaku, termasuk perilaku atau
ritual yang dilakukan, kapan dan berapa kali dilakukan, dan respons klien terhadap
perilaku mengurangi kecemasan ini.
Pengkajian keperawatan harus mencakup hal-hal berikut :
- Deskripsi perilaku
-  Kapan perilaku paling sering terjadi
-  Peristiwa / perilaku spesifik individu lain yang meningkatkan dan mengurangiperilaku.
-  Berapa kali dalam sehari kompulsi terlihat
-  Jumlah waktu yang diperlukan untuk melakukan setiap pengulangan ritual. Informasi
ini dapat digunakan untuk mengkaji berapa lama waktu yang diluangkan dari aktivitas
hidup sehari-hari dan nantinya akan membantu untuk menetapkan batasan waktu
pelaksanaan ritual.
-  Jumlah pengulangan pada setiap perilaku.
-  Bagaimana klien berespons ketika melakukan perilaku mengurangi kecemasan ini.
-  Tindakan klien ketika sesuatu atau seseorang menggunakan pelaksanaan ritual.
2. Diagnosa Keperawatan
-   Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi social menarik diri berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu
b. Tidak efektifnya koping individu berhubungan dengan harga diri rendah
c. Tidak efektifnya penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluaga merawat klien di rumah
d. Kerusakan komunikasi vebal berhubungan dengan waham
3.    Intervensi
-  Intervensi keperawatan untuk klien yang mengalami OCD
a.     Kembangkan hubungan terapeutik
b.     Tawarkan dorongan, dukungan, dan bantuan
c.     Jelaskan kepada klien bahwa anda percaya ia dapat berubah
d.     Kurangi waktu klien secara bertahap untuk melakukan perilaku ritual
e.      Diskusikan fungsi ritual dalam kehidupan klien, tanpa penilaian.
f.      Klien menggunakan teknik perilaku imajinasi, relaksasi progresif,
menghentikan pikiran, dan meditasi untuk mengurangi ansietas
g.      Klien meminum obat-obatan yang diprogramkan dengan aman
h.      Klien mengatakan keinginannya untuk tetap meneruskan terapi
i.       Klien melakukan kembali aktivitas social, keluarga dan pekerjaan
j.       Keluarga memperlihatkan penurunan partisipasi dalam secondary gain klien
yang terkait dengan perilaku OCD dan meningkatkan perhatian selama
aktivitas non-OCD.
4.      Evaluasi
a.      Klien mengungkapkan perasaannya
b.      Klien mau dibantu oleh orang lain
c.      Klien memahami bahwa dirinya bias berubah
d.      Klien mengikuti
e.       Klien mengetahui dan memahami
f.       Klien mengikuti anjuran perawat
g.      Klien mengikuti anjuran perawat
h.      Klien mengerti apa yang terjadi dengan dirinya
i.       Klien melakukan aktivitas sesuai biasanya
j.       Klien mengerti
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
      Tawuran adalah perkelahian secara massal yang dilakukan sekelompok pelajar antar
kelompok pelajar lainnya. Tawuran termasuk salah satu gejala sosial pada kenakalan
remaja. Gejala sosial yang seperti ini sudah sangat jelas melanggar norma dan nilai
dalam masyarakat. Tawuran ini terjadi akibat  konflik antar satu sekolah, entah karena
perasaan solidaritas antar siswa dan sebagainya. Tawuran antar pelajar merupakan
gejala sosial yang serius yang dapat mengakibatkan korban yang tidak bersalah dan
dapat merusaka benda-benda yag ada disekitar. Dan tawuran antar pelajar ini terjadi
turun temurun pada sekolah tersebut. 

B.     Saran
Kami menyarankan untuk para pembaca untuk mencari informasi lebih banyak lagi
agar menambah pengetahuan dan wawasan tentang tawuran antar pelajar. Karena dalam
tawuran pelajar sangat tidak baik bagi generasi bangsa, lebih tepatnya merugikan diri
sendiri dan orang lain. Dampak yang terjadinya tawuran antar pelajar pun akan
mengakibatkan korban jiwa dan merusak fasilitas-fasilitas yang ada disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://kbbi.web.id/tawuran

Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 1. Jakarta selatan: Salemba Humanika

Myers G David. 2012. Psikologi Sosial Edisi 2. Jakarta selatan: Salemba Humanika

Jurdi syarifuddin. 2013. Sosiologi Nusantara. Jakarta : Kencana

https://najmyanna.wordpress.com/penyebab-terjadinya-tawuran-antar-pelajar/

Hamid, Achir yani S. 1999. Askep Kesehatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta : Widya
Medika.

Anda mungkin juga menyukai