Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN DIARE

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

(Dosen Mata Kuliah : Ns. ABDUL RAHMAN, S.Kep)

DI SUSUN OLEH :

NURUL MUTMAINNAH

119431708

SEMESTER VI (ENAM)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2019 / 2020


LAPORAN PENDAHULUAN

DIARE

A. Definisi

Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air besar yang

tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Vivian, 2010).

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti

biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensinya lebih dari 3 kali

sehari (Hidayat, 2006)

Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses. Kelainan

yang menganggu penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Sedangkan

kelainan penyerapan diusus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada dasarnya diare

merupakan gangguan transportasi larutan diusus (Sodikin, 2012). Diare akut merupakan

penyebab utama keadaan sakit pada anak anak balita. Diare akut didefinisikan sebagai

keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang sering disebabkan oleh

agen infeksius dalam nafas (ISPA) atau saluran kemih (ISK), terapi anti biopik (donna L.

Wong let,2009).

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih

cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan

anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja > 10 g / kg / 24 jam, sedangkan rata-

rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g / kg / 24 jam (Juffrie, 2010)

Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan

dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar dari pada masukan.

Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi
dapat diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare (Nurmasarim, 2010). Dari

berbagai pengertian diare diatas dapat disimpulkan bahwa, diare merupakan penyakit yang

ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari

konsistensi cair atau lembek dapat disertai darah maupun tidak dapat disertai dengan demam

kadang mual dan muntah dehidrasi dan badan terasa lemas diare dapat disebabkan karena

berbagai faktor seperti virus, bakteri, psikologi maupun makanan, dan diare akut yaitu terjadi

kurang dari 14 hari.

B. Etiologi

Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor

seperti infeksi malabsorbsi makanan dan psikologi. Infeksi ada dua macam yaitu enternal dan

parental. Enternal adalah infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan

penyebab utamanya terjadinya diare sedangkan parental adalah infeksi dibagian tubuh lain

diluar alat pencernaan misalnya otitis media akut (OMA) tansilofaringitis bronkopnemonia

dan ensefalitis. Malabsorbsi meliputi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa ) dan monosakrida (intoleransi glukosa,fruktosa dan galaktosa), pada anak dan bayi

yang paling berbahaya adalah intoleransi laktosa lemak dan protein. Makanan meliputi

makanan basi beracun dan alergi. Psikologi meliputi rasa takut dan cemas.

Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar yaitu infeksi (disebabkan

oleh bakteri, virus atau parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-

sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah

diare yang disebabkan infeksi dan keracunan” (Depkes RI, 2011, hal.2).

Menurut Nelwan (2014), penyebab diare diantaranya terjadi karena infeksi bakteri, virus
dan parasit. Contoh bakteri yaitu Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus,

Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromona.Virus yaitu

Rotavirus, Adenovirus, Cytomegalovirus.Parasit yaitu diantaranya seperti Protozoa (Giardia,

Entamoeba histolytica,Trichuris trichiura, Cryptosporidium huminis, Strongyloides

stercoralis, Isospora Belii). Cacing ( Strogyloides strercoralis, Schistosomal)

C. Tanda Dan Gejala

Ciri-ciri anak yang menderita diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali, badan

lemas, tidak nafsu makan, turgor kulit jelek, membran mukosa bibir kering, didalam feses bisa

terdapat darah maupun lendir, pada anak dapat terlihat mata cekung dan menurut Nelwan

(2014), diare dapat bersifat inflamasi atau non inflamasi. Diare non inflamasi bersifat

sekretorik (watery) bisa mencapai lebih dari 1 liter perhari. Biasanya tidak disertai dengan

nyeri abdomen yang hebat dan tidak disertai dengan darah atau lendir pada feses. Demam bisa

dijumpai bisa juga tidak. Gejala mual dan muntah bisa dijumpai. Pada diare ini penting

diperhatikan kecukupan cairan karena pada kondisi yang tidak terpantau dapat terjadinya

kehilangan cairan yang menyebabkan syok hipovolemik. Diare yang bersifat inflamasi bisa

berupa sekretori atau disentri. Biasanyadisebabkan oleh patogen yang bersifat invasif. Gejala

mual, muntah, disertai dengan demam, nyeri perut hebat, dan tenesmus, serta feses berdarah

dan berlendir merupakan gejala dan tanda yang dapat dijumpai.

D. Klasifikasi Diare

Klasifikasi diare menurut Wong (2009) adalah :

1. Diare Akut
Diare akut adalah penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut

didefinisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi defekasi yang

sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan ini dapat menyertai

infeksi saluran napas atas atau saluran kemih, terapi antibiotik atau pemberian obat

pencahar (laktasif). Diare akut biasanya sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari)

dan akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi.

2. Diare Kronis

Diare Kronik didefinisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan

kandungan air dalam feses dengan lamanya sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare kronis

terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorpsi, penyakit inflasi usus, defisiensi

kekebalan, alergi makanan, intoleransi laktosa atau diare nonspesifik yang kronis, atau

sebagai akibat dari pelaksanaan diare akut yang memadai.

E. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Pencernaan

1. Mulut

Mulut merupakan bagai awal dari sistem pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar

yang sempit (vestibula) yaitu ruangan diantara gusi dengan bibir dan pipi. Bagian dalam

yang tediri terdiri atas rongga mulut. Didalam mulut terdapat lidah yang merupakan organ

otot yang dilapisi mukosa, merupakan alat bantu pada prosesmengunyah (mastikasi),

menelan (deglution), bicara (spech) dan pengecap, kemudian terdapat kelenjar air utama

yaitu :glandula parotis, glandula sublingualis, glandula submaksilaris. Selain lidah

terdapat pula gigi yang merupakan salah satu alat bantu sistem pencernaan karena berperan

sebagai alat pengunyah dan bicara.


2. Faring

Faring atau tekak merupakan suatu saluran muskulo fibrosa, panjang kira-kira 12 cm,

terbentang tegak lurus antara basis cranii yaitu setinggi vertebra cervikalis VI hingga

kebawah setinggi tulang rawan cricoidea. Jadi pharing penting untuk lalunya bolus

(makanan yang sedang dicerna mulut) dan lalunya udara.

3. Esophagus (Kerongkongan)

Esophagus merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri dari jaringan otot yang

terbentang mulai setinggi kartilago cricoidea dan bermuara pada lambung yang merupakan

lanjutan lambung.

4. Lambung

Lambung yang merupakan bagian terlebar dari Tractus Gastrointestinal dan

merupakan lanjutan dari esofagus, bentuknya seperti huruf “ J “ terletak dibagian atas

agak kekiri sedikit pada rongga abdomen dibawah diafragma. Fungsi lambung sebagai

pencernaan makanan secara mekanis dan kimiawi, sebagai bacterisid oleh asam

lambung HCL dan membantu proses penyembuhan eritrosid.

5. Usus Halus

Usus halus merupakan lanjutan lambung terbentang mulai pylorus sampai muara

ileocaecalis dan menempati bagian terbesar rongga abdomen terletak sebelah bawah

lambung dan hati, panjang kurang lebih 7 meter. Usus halus dibagi menjadi beberapa

bagian yaitu :

a. Duodenum

Disebut juga usus dua belas jari.Panjang kira-kira 20 cm, berbentuk sepatu kuda

melengkung kekiri.Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Bagian kanan terdapat


selaput lendir yaitu papila vateri. Dinding duodenum mempunyai lapisan yang banyak

mengandung kelenjar yang berfungsi untuk memproduksi getah intestinum yang disebut

kelenjar brunner.

b. Yeyenum Dan Ileum

Panjangnya sekitar 6 cm. Lekukan Yeyenum dan Ileum merekat pada dinding

abdomen posterior lipatan peritonium yang dikenal sebagai mesentrum. Ujung bawah

ileum berhubungan dengan seikum dengan perantara lubang orifisium ileosinkalis.

Didalam tunica propria (bagian dalam tunica mukosa) terdapat jaringan-jaringan

limfoid, noduli lymphatici yang ada sendiri-sendiri atau berkelompok. Sementara di

ileum plicae cirkulares dan villiakan berkurang, sedangkan kelompok noduli lympathici

akan menjadi banyak, tiap kelompok berkisar antara 20 noduli lympathici. Kumpulan

kelompok ini disebut Plaque Payeri, yang menjadi tanda khas ileum. Fungsi dari usus

halus antara lain menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna, menyerap protein

dalam bentuk asam amino, menyerap karbohidrat dalam bentuk emulasi lemak.

6. Usus Besar

Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seolah-olah seperti

huruf “ U “ terbalik dan mengelilingi usus halus, panjangnya kurang lebih 140 cm

terbentang dari valvula ileocaecalis sampai anus. Usus besar terdiri dari colon asendens,

colon transversum, colon desenden dan sigmoideum. Fungsi usus besar adalah untuk

absorbsi air untuk kemudian sisa masa membentuk masa yang semisolid (lembek) disebut

feses.

7. Anus

Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum


dengan dunia luar, terletak didasar pelvis dindingnya diperkuat oleh tiga spinter yaitu :

a. Spinter ani intermus, bekerja tidak menurut kehendak.

b. Spinter levator ani, bekerja tidak menurut kehendaki.

c. Spinter ani ekstermus, bekerja menurut kehendak.

F. Patofisiologi

Menurut Vivian (2010), mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah

sebagai berikut : gangguan osmotik merupakan akibat terdapatnya makanan atau zat yang

tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga meninggi sehingga

terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan

akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare. Gangguan sekresi akibat

rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus atau terjadi peningkatan sekresi air

dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan

isi rongga usus. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya

kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik

usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan selanjutnya timbul diare pula.

Menurut Hidayat (2006), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai macam

kemungkinan faktor diantaranya :

1. Faktor infeksi

Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam

saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus

yang dapat menurunkan daerah permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas

usus yang akhirnya menyebabkan gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan
elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan sistem transport

aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan

elektrolit akan meningkat.

2. Faktor Malabosorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang menyebabkan tekanan

osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat

isi meningkatkan rongga usus sehingga terjadilah diare.

3. Faktor Makanan

Ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga

terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk

menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.

4. Faktor Psikologis

Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang akhirnya

mempengaruhi proses penyerapan makanan yang menyebabkan diare.

G. Pathway

Infeksi (Virus, Malabsorbsi KH, Makanan beracun Factor psikologis


Bakteri, Parasit) protein, lemak

Berkembang di usus Tek osmotik Makanan tidak di


serap
Ansietas

Fe sekresi cairan Pergeseran cairan & Penyerapan makanan di


& elektrolit elektrolit ke rongga usus usus menuruun
Isi usus meningkat

DIARE Defisit
Hipertermia Pengetahuan

Frekuensi BAB Defisit Abdomen

Hilangnya cairan Gangguan integritas Mual


berlebihan & elektrolit kulit perianal
Muntah

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik


cairan & elektrolit Nafsu makan
menurun
Sesak
Dehidrasi
Ketidakseimbanga
Gangguan n nutrisi kurang
pertukaran gas dari kebutuhan
tubuh

Kurang volume Resiko syok


cairan Hipovolemik

H. Komplikasi

Menurut Nelwan (2014), “Bila tidak teratasi bisa menjadi diare kronis (terjadi sekitar

1% pada diare akut pada wisatawan). Bisa timbul pertumbuhan bakteri diusus secara

berlebihan, sindrom malabsorbsi.Merupakan tanda awal pada inflammatory bowel

disease.Menjadi predisposisi sindroma raiter’s atau sindrom hemolitik- uremikum” .


Sedangkan Menurut Suraatmaja (2007), kebanyakan penderita sembuh tanpa adanya

komplikasi, tetapi sebagian kasus mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit

atau pengobatan yang diberikan. Komplikasi yang dapat terjadi yaitu Hipernatremia,

Hiponatremia, demam, edema, asidosis, hipokalemia, illeus paralitikus, kejang, intoleransi

laktosa, muntah dan gagal ginjal.

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang terhadap penyakit diare menurut Nelwan (2014) yaitu dengan

pemeriksaan darahyang meliputi darah perifer lengkap, ureum, kreatinin, elektrolit (Na+, K+,

C_).Analisa gas darah (bila dicurigai ada gangguan keseimbangan asam basa), pemeriksaan

toksik (C. Difficile), antigen (E. Hystolitica). Feses meliputi analisa feses (rutin: leukosit

difeses. Pemeriksaan parasit :amoeba,hif). Pemeriksaaan kultur. Pada kasus ringan, diare bisa

teratasi dalam waktu <24 jam.

Pemeriksaan lanjut diutamakan pada kondisi yang berat yang tidak teratasi sehingga

menyebabkan hipotensi, disentri,disertai demam, diare pada usia lanjut, atau pasien dengan

kondisi imun yang rendah (pasien dengan penggunaan obat kemoterapi).

J. Pengobatan

Prinsip tatalaksana diare adalah dengan lintas diare atau lima langkah tuntaskan

diare.Pemberian cairan bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki

kondisi usus serta mempercepat penyembuhan / menghentikan diare dan mencegah anak

kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Menurut Depkes RI (2011), program lima langkah tuntaskan diare yaitu:

1. Rehidrasi Menggunakan Oralit Osmolalitas Rendah

Oralit untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga

dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah

tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran

sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual

dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti

cairan yang hilang. Bila penderita tidak minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan

untuk mendapat pertolongan. Pemberian oralitdi dasarkan pada derajat dehidrasi.

a. Diare Tanpa Dehidrasi

Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret

Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret

Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret

b. Diare Dengan Dehidrasi Ringan Sedang

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml / kg bb dan selanjutnya

diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

c. Diare Dengan Dehidrasi Berat

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas.Untuk

anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok

setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang

lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama

10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.

Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.


2. Zinc Di Berikan Selama 10 Hari Berturut-turut

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat

menghambat enzim INOS (Inducible Nitric OxideSynthase), dimana ekskresi enzim ini

meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan

dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama

kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat

keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta

menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini

semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita :

a. Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari

b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara

pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau air susu

ibu, sesudah larut berikan pada anak diare.

3. Teruskan Pemberian Susu Dan Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita

terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.

Anak yang masih minum air susu ibu harus lebih sering di beri air susu ibu. Anak yang

minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau

lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan

yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare

berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu


pemulihan berat badan.

4. Antibiotik Selektif

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada

balita yang disebabkan oleh bakteri.Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare

dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), dan suspek kolera.

5. Nasihat Kepada Orang Tua / Pengasuh

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:

a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah.

b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :

1) Diare lebih sering.

2) Muntah berulang.

3) Sangat haus.

4) Makan / minum sedikit.

5) Timbul demam.

6) Tinja berdarah.

7) Tidak membaik dalam 3 hari.

K. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Diaremenurut Nanda NIC NOC 2015 adalah :

1. Diare berhubungan denganproses infeksi.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif diare).

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi rektal karena diare.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah,

hilangnya nafsu makan.


5. Resiko syok hipovelemik.

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN DIAGNOSA
DIARE

I. DATA UMUM
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. A
Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Sopir
Pendidikan : SMA Sederajat
Agama : Islam
Pendapatan : Rp. 750.000,00 perbulan
Alamat & telp. : Batu Merah RT 003 RW 18 / 0826 xxxx xxxx

2. Komposisi Anggota Keluarga

No Nama Um J K Hub. Pendidik Agama Implementasi


. ur Dgn an
BC DP Pol Ca He
KK
G T io mp p.
ak B
1. Ny. N 25 P Istri SMA Islam √ √ √ √ √
2. An. W 4 L Anak - Islam √ √ √ √ √

3. Genogram :

G1 ? ?
? ?
58

30 24 27 23 20
G2
27 25

G3
4

KET:

= Laki-laki

= Perempuan

= Menikah

= Klien

G1 : Orang tua dari Tn. A masih lengkap begitupun dengan orang tua dari Ny. N

G2 : Tn. A anak kedua dari 3 bersaudara dan Ny. R anak kedua dari 4 bersaudara.

G3 : Tn. A dan Ny. R mempuyai satu orang anak laki-laki berusia 4 tahun

4. Tipe keluarga :
Kelurga Tn. A adalah tipe keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang hanya
terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang di peroleh dari keturunannya, adopsi atau keduanya.
5. Suku bangsa :
Keluarga Tn. A berasal dari suku Makassar / Indonesia
6. Status social ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga Tn. A adalah Rp. 750.000,00 perbulan serta pengeluaran tidak
menentu dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dengan baik
7. Aktivitas rekreasi keluarga :
Keluarga Tn. A mengisi waktu luang dengan menonton TV. Keluarga memiliki
waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi secara santai saat menonton TV. Keluarga
jarang rekreasi.
II. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Saat ini keluarga Tn. A berada pada tahap perkembangan keluarga tahap III yaitu
keluarga dengan anak pra sekolah (2,5 – 5 tahun).
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tugas perkembangan keluarga Tn. A yang sudah terpenuhi yaitu memenuhi
kebutuhan keluarga, membantu anak untuk sosialisasi, membagi waktu untuk keluarga.
Dalam keluarga Tn. A tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
3. Riwayat kesehatan keluarga inti :
Keluarga Tn. A mengatakan An. W BAB lebih dari 4 kali perhari, dengan konsistensi
BAB cairdan berbau busuk. Keluarga Tn. A juga mengatakan tidak tahu penyakit yang di
derita anaknya. Saat pengkajian didapatkan data An. W tampak rewel dan badannya
lemas, TTV :N : 100 x/m, R : 24 x/m, S : 35,5º C.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Keluarga Tn. A dan Ny. N tidak memiiki riwayat penyakit keturunan.

III. DATA LINGKUNGAN


1. Karakteristik rumah :
Rumah yang di tempati oleh keluarga Tn. A adalah kamar kos-kosan dengan luas 3 x
4 m. sumber air yang di gunakan untuk minum berasal dari air ledeng dan keperluan air
minum di masak terlebih dahulu, dan keperluan air lainnya di ambil dari sumur gali dengan
jarak 10 cm dari kos-kosan. Keluarga Tn. A memiliki kebiasaan membuang sampah di
tempat pembuangan sampah umum.

2. Karakteritik tetangga dan komunitas RW :


Keluarga Tn. A memiliki hubungan yang terjalin baik dengan warga sekitar dan
saling menunjungi satu sama lain.
3. Mobilitas geografis keluarga :
Sejak menikah keluarga Tn. A sudah tinggal di Batu Merah RT 003 RW 18 sampai
sekarang.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Perkumpulan keluarga Tn. A dengan masayarakat biasanya di lakukan ketika
melakukan ibadah.
5. System pendukung keluarga :
Keluarga Tn. A memiliki system pendukung yang baik di mana ketika ada anggota
keluarga yang sakit saling mendukung untuk mememeriksakan kesehatan di puskesmas.

IV. STRUKTUR KELUARGA


1. Pola komunikasi keluarga :
Dalam keluarga Tn. A komunikasi yang di gunakan adalah pola komunikasi terbuka,
tetapi yang mengambil keputusan adalah Tn. A yang berperan sebagai kepala keluarga ssat
ini.
2. Struktur kekuatan keluarga :
Keluarga Tn. A saling menghargai satu sama lain, saling membantu serta saling
mendukung dan apabila ada masalah dalam keluarga, biasanya selalu di diskusikan dengan
istri.
3. Struktur peran (formal & informal) :
a. Tn. A
o Formal : sebagai ayah dan suami.
o Informal : sebagai anggota masyarakat dan pencari nafkah dengan bekerja menjadi
seorang sopir.
b. Ny. N
o Formal : sebagai seorang ibu dan istri.
o Informal : sebagai anggota masyarakat dan ibu rumah tangga.
c. An. W
o Formal : sebagai anak.
o Informal : bermain dengan anak-anak sekitar lingkungan tempat tinggal.
4. Nilai dan norma keluarga :
Dalam keluarga Tn. A menerapkan aturan-aturan sesuai dengan ajaran agama Islam
sesuai kepercayaan yang di anutnya dan mengharapkan anaknya kelak dapat menjadi anak
yang sholeh dan dalam keluarga di terapkan hidup bersih seperti mencuci tangan sebelum
makan.

V. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif :
Dalam keluarga Tn. A menjalin hubungan yang baik sehingga tercipta suasana saling
mengerti dan saling menyayangi. keluarga Tn. A juga saling mendukung, saling
menghargai dan saling memberi kehangatan antar keluarga. Dalam anggota keluarga saling
bertanggung jawab dengan peran masing-masing dalam keluarga.
2. Fungsi ekonomi :
Keluarga Tn. A dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan menggunakan
biaya dari pendapatan Tn. A sebagai seorang sopir.
3. Fungsi status social :
Keluarga Tn. A membina hubungan social yang baik dengan anggota keluarga dan
masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Mereka termasuk keluarga yang harmonis baik
internal maupun kepada tetangganya.
4. Fungsi sosialisasi :
Keluarga Tn. A berinteraksi dan berhubungan baik dengan sesame serta keluarga
juga belajar mengenai norma, disiplin, budaya dan perilaku dalam masyarakat.
5. Fungsi pemenuhan (perawatan / pemeliharaan) kesehatan :
a. Mengenal masalah kesehatan :
Keluarga Tn. A kurang baik dalam mengenal masalah kesehatan keluarga.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan :
Kemampuan keluarga Tn. A mengambil keputusan terbatas karena keluarga tidak
mengetahui masalah kesehatan yang di alami oleh keluarganya.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga :
Keluarga Tn. A mampu merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan rumah yang sehat :
Keluarga Tn. A bisa menjaga lingkungan rumah agar tetap bersih.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan :
Cukup baik, keluarga mengatakan ketika ada anggota keluarga yang sakit tidak
langsung memeriksakan diri ke Puskesmas namun hanya mengonsumsi obat dari
warung atau megambil obat pada perawat terdekat, namun ketika penyakit sudah parah
baru memeriksakan ke puskesmas.
6. Fungsi religious :
Keluarga Tn. A melakukan rutinitas Shalat 5 waktu setiap hari.
7. Fungsi reproduksi :
Keluarga Tn. A merupakan pasangan yang masih produktif, berencana mempunyai
anak 2 orang, Ny. N sebagai aseptor Kb yaitu Pil sejak kelahiran anak pertama.

VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stress jangka pendek :
Keluarga Tn. A mengatakan sangat cemas dan selalu memikirkan anaknya yang
sedang sakit diare.
2. Stressor jangka panjang :
Keluarga Tn.A memiliki keinginan untuk memiliki rumah sendiri.
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor :
Jika ada masalah dalam keluarga Tn. A menghadapinya dengan menyelesaikan
bersama-sama keluarga dan meyakini bahwa setiap masalah pasti memiliki jalan
keluarnya.
4. Strategi koping yang digunakan :
Ny. N mendiskusikan setiap ada masalah pada Tn. A sehingga masukan atau solusi
yang di berikan dapat membantu menyelesaikan masalahnya.
5. Harapan keluarga :
Keluarga Tn. A berharap melalui perawatan dan pendidikan kesehatan yang di
lakukan selama asuhan keperawatan keluarga, penyakit diare yang di derita oleh An. W
dapat sembuh dan semua anggota keluarga tetap dalam keadaan sehat serta keluarga dapat
tahu tentang cara pencegahan penyakit diare.
6. Pemeriksaan fisik :

Pemeriksaa Nama Anggota Keluarga


Tn. A Ny. N An. W
n Fisik
Kepala
Rambut Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus
Mata Anemis Anemis Anemis
Hidung Tidak ada sinusitis Tidak ada sinusitis Tidak ada sinusitis
Telinga Tidak ada serumen Tidak ada serumen Tidak ada serumen
Gigi - Mulut Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Gigi belum lengkap
caries caries
Leher
Tonsil Tidak ada tonsilitas Tidak ada tonsilitas Tidak ada tonsilitas
Kelenjar Tidak ada Tidak ada Tidak ada pembesaran
pembesaran kelenjar pembesaran kelenjar kelenjar tiroid dan
tiroid dan tidak tiroid dan tidak tidak Nampak adanya
Nampak adanya Nampak adanya peningkatan vena
peningkatan vena peningkatan vena jugularis
jugularis jugularis
Dada
Bentuk dada Simetris Simetris Simetris
Jantung Normal Normal Normal
Paru Bunyi resonan Bunyi resonan Bunyi resonan
Gerakan Simetris Simetris Simetris
Perut
Bising usus (+) (+) (+)
Nyeri tekan (-) (-) (-)
Ekstremitas
Gerakan Bebas untuk Bebas untuk Bebas untuk bergerak
bergerak bergerak
Kelainan (-) (-) (-)
Lain-lain
Tekanan 120 / 80 mmHg 110 / 70 mmHg -
Darah
Nadi 80 x / menit 80 x / menit 100 x / menit
Respirasi 20 x / menit 20 x / menit 20 x / menit
Suhu 36,2º C 36º C 37,5º C
DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif


- Keluarga Tn. A mengatakan An. W BAB - Tampak kemampuan keluarga Tn. A
lebih dari 4 kali perhari. mengambil keputusan terbatas karena
- Keluarga Tn. A mengatakan badan An. keluarga tidak mengetahui masalah
W lemas. kesehatan yang di alami oleh
- Keluarga Tn. A mengatakan An. W keluarganya.
rewel. - Frekuensi BAB lebih dari 4 x perhari.
- Keluarga Tn. A mengatakan tidak tahu - Konsistensi BAB cair.
penyakit yang di derita anaknya. - Bau BAB busuk.
- TTV :
N : 100 x/m
R : 24 x/m
S : 35,5º C

ANALISA DATA

No Data Masalah
.
1. DS : Ketidakmampuan keluarga mengenal
- Keluarga Tn. A mengatakan An. W masalah kesehatan b.d kurang pengetahuan
rewel tentang penyakit diare
- Keluarga Tn. A mengatakan tidak
tahu penyakit yang di derita anaknya
DO :
- Tampak kemampuan keluarga Tn. A
mengambil keputusan terbatas karena
keluarga tidak mengetahui masalah
kesehatan yang di alami oleh
keluarganya
2. DS : Defisit volume cairan b.d Pengeluaran
- Keluarga Tn. A mengatakan An. W cairan tubuh berlebihan
BAB lebih dari 4 kali perhari.
- Keluarga Tn. A mengatakan badan
An. W lemas.
DO :
- Frekuensi BAB lebih dari 4 x perhari.
- Konsistensi BAB cair.
- Bau BAB busuk.
- TTV :
N : 100 x/m
R : 24 x/m
S : 35,5º C

DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN HIPERTENSI
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang
penyakit diare
2. Defisit volume cairan b.d Pengeluaran cairan tubuh berlebihan

SCORING PRIORITAS MASALAH


1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang
penyakit diare

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


1. Sifat masalah 3 1 3/3 x 1= 1 Diare adalah penyakit yang
sering terjadi tetapi karena
pengetahuan keluarga Tn. A
kurang sehingga menyebabkan
anaknya mengalami penyakit
diare.
2. Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. A mau mengetahui
masalah dapat tentang diare tapi belum mampu
diubah untuk merawat anaknya.
3. Potensial 2 1 ⅔x1=⅔ Masalah dapat di cegah agar
masalah untuk tidak terjadi komplikasi sebab
di cegah diare tidak segera di tangani
akan berakibat fatal dan
memperburuk keadaan
penderita.
4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = 1 Masalah diare yang di derita An.
masalah W sangat di rasakan oleh
keluarga Tn. A dan keluarga Tn.
A ingin agar masalah yang di
alami anaknya segera di tangani.
Total 4⅔

PRIORITAS MASALAH

1. Defisit volume cairan b.d Pengeluaran cairan tubuh berlebihan


2. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang
penyakit diare
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN DIARE

N DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA EVALUASI


O KEPERAWATA
N KELUARGA UMUM KHUSUS KRITERIA STANDAR KE
HASIL
1. Defisit volume Setelah Setelah Respon verbal Keluarga dapat  Ber
cairan b.d dilakukan dilakukan pengetahuan menjelaskan cara kelu
Pengeluaran kunjungan tindakan mengatasi diare men
cairan tubuh rumah keperawatan dan mampu diar
berlebihan kekurangan keluargatentang mendemonstrasika  Ber
cairan tubuh penyakit diare n / menyiapkan yan
dapat teratasi keluarga oralit pen
mampu hila
menyebutkan  Teru
pencegahan dan mak
cara mengatasi  Dem
diare men
 Ber
kelu
men
cara
 Ber
kem
posi
ung
kelu
men
pen
2. Ketidakmampuan Setelah Setelah di Respon verbal Keluarga mampu  Ber
keluarga kunjungan lakukan pengetahuan menjelaskan tent
mengenal rumah, penyuluhan kembali tentang pen
masalah keluarga tentang pengertian, geja
kesehatan b.d mengerti penyuluhan penyebab, tanda diar
kurang tentang keluarga mampu gejala dan
pengetahuan penyakit diare menjelaskan pencegahan diare
tentang penyakit tentang penyakit
diare diare
PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN DIARE

N DIAGNOSA TUJUAN TGL IMPLEMENTASI EVA


O KEPERAWAT KHUSUS
AN
KELUARGA
1. Defisit volume Setelah dilakukan -  Memberikan penyuluhan pada S :
cairan b.d tindakan keluarga mengenai cara mengatasi  Keluarga m
Pengeluaran keperawatan penyakit diare. menjelaska
cairan tubuh keluargatentang  Memberikan segera minuman yang mengatasi
berlebihan penyakit diare banyak sebagai pengganti cairan O :
keluarga mampu yang hilang.  Keluarga m
menyebutkan  Meneruskan pemberian makanan. mendemon
pencegahan dan  Mendemonstrasikan cara menyiapan
cara mengatasi menyiapkan oralit A : Masalah ter
diare  Memberikan kesempatan keluarga P : Hentikan Int
untuk mendemonstrasikan cara
menyiapkan oralit.
 Memberikan pujian terhadap
kemampuan ide / sikap positif yang
di ungkapkan oleh keluarga dalam
menyikapi kekambuhan penyakit
diare
2. Ketidakmampua Setelah di -  Memberikan penyuluhan tentang S :
n keluarga lakukan pengertian, penyebab, tanda dan  Keluarga
mengenal penyuluhan gejala serta pencegahan diare menjelaska
masalah tentang pengertian,
kesehatan b.d penyuluhan dan gejala
kurang keluarga mampu diare
pengetahuan menjelaskan  Keluarga
tentang penyakit tentang penyakit mengenal m
diare diare O:
 Respon
penyuluhan
baik serta
komunikas
A : Masalah Te
P : Hentikan Int

Anda mungkin juga menyukai