Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK 4

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Aisyiah, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

DI SUSUN OLEH :
Ajeng Dhikamarta 173112420150018
Ayu Nur Hayati 173112420150027
Awanis Nurhasyyati S 173112420150043
Syifa Fauziyah 173112420150058
Pratiwi Nur Novianti 173112420150097

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

2020
1. KASUS AGREGAT ANAK (STUNTING)
A. DEFINISI

Stunting adalah keadaan berhentinya pertumbuhan pada anak. Penyebab utama


penyakit Stunting adalah kekurangan gizi pada waktu yang cukup lama.
Pemberhentian pertumbuhan meliputi pertumbuhan tubuh dan otak. Penyakit Stunting
menyebabkan anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak-anak
lain yang seusia dengannya. Penyakit Stunting juga menyebabkan keterlambatan
perkembangan cara berpikir.

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang dalam waktu lama. Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat
saat anak berusia dua tahun. Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai
persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi di bawah minus (stunting
sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis) diukur dari standar pertumbuhan
anak keluaran WHO. Stunting diakibatkan oleh banyak faktor, seperti ekonomi
keluarga, penyakit atau infeksi yg berkali-kali. Kondisi lingkungan, baik itu polusi
udara, air bersih bisa juga mempengaruhi stunting. Tidak jarang pula masalah non
kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, seperti masalah ekonomi, politik,
sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah
degradasi lingkungan.

B. ETIOLOGI

Etiologi dari stunting sebagai berikut:

1. Stunting familial
Perawakan pendek dapat disebabkan karena faktor genetik dari orang tua dan
keluarga. Perawakan pendek yang disebabkan karena genetik dikenal sebagai familial
short stature (perawakan pendek familial). Tinggi badan orang tua maupun pola
pertumbuhan orang tua merupakan kunci untuk mengetahui pola pertumbuhan anak.
Faktor genetik tidak tampak saat lahir namun akan bermanifestasi setelah usia 2-3
tahun. Korelasi antara tinggi anak dan midparental high (MPH) 0,5 saat usia 2 tahun
dan menjadi 0,7 saat usia remaja. Perawakan pendek familial ditandai oleh
pertumbuhan yang selalu berada di bawah persentil 3, kecepatan pertumbuhan
normal, usia tulang normal, tinggi badan orang tua atau salah satu orang tua pendek
dan tinggi di bawah persentil 3.
2. Kelainan patologis
Perawakan pendek patologis dibedakan menjadi proporsional dan tidak
proporsional. Perawakan pendek proporsional meliputi malnutrisi, penyakit
infeksi/kronik dan kelainan endokrin seperti defisiensi hormon pertumbuhan,
hipotiroid, sindrom cushing, resistensi hormon pertumbuhan dan defisiensi IGF-1.
Perawakan pendek tidak proporsional disebabkan oleh kelainan tulang seperti
kondrodistrofi, displasia tulang, Turner, sindrom Prader-Willi, sindrom Down,
sindrom Kallman, sindrom Marfan dan sindrom Klinefelter.

3. Infeksi kronis
Penyakit infeksi akut akibat infeksi sistemik seperti penumonia, diare persisten,
disentri dan penyakit kronis seperti kecacingan mempengaruhi pertumbuhan linear.
Infeksi akan menyebabkan asupan makanan menurun, gangguan absorpsi nutrien,
kehilangan mikronutrien secara langsung, metabolisme meningkat, kehilangan nutrien
akibat katabolisme yang meningkat, gangguan transportasi nutrien ke jaringan. Pada
kondisi akut, produksi proinflamatori seperti cytokin berdampak langsung pada
remodeling tulang yang akan menghambat pertumbuhan tulang.

4. Defisiensi hormon
Growth hormon (GH) atau hormon pertumbuhan merupakan hormon esensial
untuk pertumbuhan anak dan remaja. Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis akibat perangsangan dari hormon GH-releasing faktor yang dihasilkan oleh
hipotalamus. GH dikeluarkan secara episodik dan mencapai puncaknya pada malam
hari selama tidur. GH berefek pada pertumbuhan dengan cara stimulasi produksi
insulin-like growth faktor 1 (IGF-1) dan IGF-3 yang terutama dihasilkan oleh hepar
dan kemudian akan menstimulasi produksi IGF1 lokal dari kondrosit. Growth hormon
memiliki efek metabolik seperti 12 merangsang remodeling tulang dengan
merangsang aktivitas osteoklas dan osteoblas, merangsang lipolisis dan pemakaian
lemak untuk menghasilkan energi, berperan dalam pertumbuhan dan membentuk
jaringan serta fungsi otot serta memfasilitasi metabolisme lemak.
Hormon tiroid juga bermanfaat pada pertumbuhan linier setelah lahir.
Menstimulasi metabolisme yang penting dalam pertumbuhan tulang, gigi dan otak.
Kekurangan hormon ini menyebabkan keterlambatan mental dan perawakan pendek.
Hormon paratiroid dan kalsitonin juga berhubungan dengan proses penulangan dan
pertumbuhan tulang. Hormon tiroid mempunyai efek sekresi hormon pertumbuhan,
mempengaruhi kondrosit secara langsung dengan meningkatkan sekresi IGF-1 serta
memacu maturasi kondrosit.
Hormon glukokortikod diperlukan dalam meningkatkan glukoneogenesis,
meningkatkan sintesis glikogen, meningkatkan konsentrasi gula darah dan balance
nitrogen negatif. Pada gastrointestinal memiliki efek meningkatkan produksi pepsin
dilambung, meningkatkan produksi asam lambung, menghambat vitamin D sebagai
mediator untuk mengabsorpsi kalsium. Glukokortikoid pada jaringan berdampak
menurunkan kandungan kolagen pada kulit dan tulang, menurunkan kolagen pada
dinding pembuluh darah serta menghambat formasi granuloma. Efek 13
glukokortikoid lainnya diperlukan dalam pertumbuhan normal, kelemahan otot,
menghambat pertumbuhan skeletal dan menghambat pengeluaran hormon tiroid.
Sex steroid (estrogen dan testoteron) merupakan mediasi percepatan pertumbuhan
pada masa pubertas. Jika terjadi keterlambatan pubertas maka terjadi keterlambatan
pertumbuhan linier.19 Hormon ini tidak banyak berperan pada masa prapubertas, hal
ini dapat dilihat dengan tidak terdapatnya gangguan pertumbuhan pada pasien dengan
hipogonad, sebelum timbulnya pubertas.

5. Kelainan kromosom
Penyakit genetik dan sindrom merupakan etiologi yang belum jelas diketahui
penyebabnya berhubungan dengan perawakan pendek. Beberapa gangguan
kromosom, displasia tulang dan suatu sindrom tertentu ditandai dengan perawakan
pendek. Sindrom tersebut diantaranya sindrom Turner, sindrom Prader-Willi, sindrom
Down dan displasia tulang seperti osteochondrodystrophies, achondroplasia,
hipochondroplasia.
6. Malnutrisi
Penyebab perawakan pendek yang paling umum di seluruh dunia adalah
malnutrisi. Protein sangat essensial dalam pertumbuhan dan tidak adanya salah satu
asam amino menyebabkan retardasi pertumbuhan, kematangan skeletal dan
menghambat pubertas.
Klasifikasi malnutrisi berdasarkan respon jaringan atau terhambatnya
pertumbuhan dibedakan menjadi 2 tipe yaitu tipe 1 yang terdiri dari salah satu
defisiensi zat besi, yodium, selenium, tembaga, kalsium, mangan, tiamin, riboplavin,
piridoksin, niasin, asam askorbat, retinol, tokoferol, kalsiterol, asam folat, kobalamin
dan vitamin K. Tipe 2 diakibatkan oleh kekurangan nitrogen, sulfur, asam amino
esensiil, potasium, sodium, magnesium, seng, phospor, klorin dan air. Malnutrisi tipe
1 dikenal dengan functional nutrisi sedangkan tipe 2, membentuk jaringan dan energi
untuk menjalankan fungsi tubuh.
Malnutrisi tipe 1 disebabkan asupan yang kurang sehingga konsentrasi di jaringan
berkurang, menimbulkan gejala dan tanda klinis yang khas, konsentrasi dalam
jaringan bervariasi, mekanisme metabolik yang spesifik sehingga mudah dilakukan
pemeriksaan laboratorium, tidak menyebabkan kehilangan berat badan atau gagal
tumbuh, disimpan di dalam tubuh, menunjukkan efek sebagai pengganti nutrisi in
vitro maupun in vivo dan konsentrasi bervariasi pada air susu ibu (ASI). Malnutrisi
tipe 2 sulit untuk didiagnosis karena tanda dan gejala tidak khas seperti tipe 1. Nutrisi
tipe 2 berfungsi membangun jaringan sehingga jaringan tidak akan terbentuk bila
terjadi defisiensi nutrisi tersebut bahkan akan terjadi katabolisme jaringan dan seluruh
komponen jaringan akan diekskresikan. Apabila jaringan akan dibangun kembali
maka seluruh komponen harus diberikan dengan seimbang dan saling ketergantungan.
Tidak disimpan di dalam tubuh sehingga tergantung dari asupan setiap hari. Beberapa
nutrisi seperti phospor, seng dan magnesium sangat kecil jumlahnya di dalam
makanan sehingga konsentrasi yang tinggi diperlukan dengan cara fortifikasi pada
beberapa makanan untuk proses penyembuhan.

7. Riwayat pemberian ASI


Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan zat-zat
gizi yang seimbang dan relatif besar. Namun, kemampuan bayi untuk makan dibatasi
oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam tahap pendewasaan. Satu-
satunya makanan yang sesuai dengan keadaan saluran pencernaaan bayi dan
memenuhi kebutuhan selama berbulan-bulan pertama adalah ASI.
Pemberian ASI yang kurang sesuai dapat menyebabkan bayi menderita gizi
kurang dan gizi buruk. Padahal kekurangan gizi pada bayi akan berdampak pada
gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis terjadi gangguan
pertumbuhan. Dampak lainnya adalah derajat kesehatan dan gizi anak Indonesia
masih memprihatinkan.

8. Status sosial ekonomi keluarga


Faktor sosial ekonomi yaitu meliputi data sosial yaitu, keadaan penduduk,
keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, dapur penyimpanan makanan, sumber air,
kakus. Sementara data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan,
pengeluaran dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim.
Rawan pangan dan gizi masih menjadi salah satu masalah besar bangsa ini.
Masalah gizi berawal dari ketidakmampuan rumah tangga mengakses pangan, baik
karena masalah ketersediaan di tingkat lokal, kemiskinan, pendidikan dan
pengetahuan akan pangan dan gizi, serta perilaku masyarakat. Kekurangan gizi mikro
seperti vitamin A, zat besi dan yodium menambah besar permasalahan gizi di
Indonesia. Dengan demikian masalah pangan dan gizi merupakan permasalahan
berbagai sektor dan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.
C. PATOFISIOLOGIS
Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor
penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah pangan. Masalah gizi pada
anak balita tidak mudah dikenali oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga
karena anak tidak tampak sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu didahului oleh
terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa. Hal
ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi kasus kurang gizi
pada anak balita. Kurang gizi pada anak balita bulan sering disebut sebagai kelaparan
tersembunyi atau hidden hunger.
Stunting merupakan reterdasi pertumbuhan linier dengan deficit dalam
panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan
pertumbuhan World Health Organization/National Center for Health Statistics
(WHO/NCHS). Stunting disebabkan oleh kumulasi episode stress yang sudah
berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang kemudian
tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut dalam
setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang mengalami
kekurangan energy kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan
berlanjut ke usia anak sekolah dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini akan
menjadi generasi yang kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari tanpa
penanggulangan yang memadai kelompok ini dikuatirkan lost generation. Kekurangan
gizi pada hidup manusia perlu diwaspadai dengan seksama, selain dampak terhadap
tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak berdiri sendiri tetapi diikuti
masalah defisiensi zat gizi mikro.

D. ANGKA KEJADIAN
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
2018 menunjukkan 17,7% bayi usia di bawah 5 tahun (balita) masih mengalami
masalah gizi. Angka tersebut terdiri atas balita yang mengalami gizi buruk sebesar
3,9% dan yang menderita gizi kurang sebesar 13,8%.Dibanding hasil Riskesdas 2013,
bayi yang mengalami masalah gizi turun seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
Sementara dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019,
bayi yang mengalami masalah gizi ditargetkan turun menjadi 17%. Adapun prevalensi
balita yang mengalami stunting (tinggi badan di bawah standar menurut usia) sebesar
30,8%, turun dibanding hasil Riskesdas 2013 sebesar 37,2%.Sebagai informasi, dalam
1.000 hari pertama (sejak janin dalam kandungan hingga berusia dua tahun)
kehidupan bayi merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya anak-
anak yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa Indonesia masih banyak
yang mengalami masalah gizi (29,9%) di usia dini. Untuk, itu pemerintah
menganggarkan dana dalam APBN 2019 sebesar Rp 123,1 triliun guna meningkatkan
akses dan kualitas layanan kesehatan serta penguatan penanganan stunting.
E. KASUS DARI BERITA
F. PROGRAM PEMERINTAH
Ada 12 kegiatan yang dapat berkontribusi pada penurunan stunting melalui Intervensi
Gizi Spesifik sebagai berikut:
1. Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih
2. Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi
3. Melakukan fortifikasi bahan pangan
4. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)
5. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
6. Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal)
7. Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua
8. Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal
9. Memberikan pendidikan gizi masyarakat
10. Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja
11. Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin
12. Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi

2. KASUS AGREGAT REMAJA (ANEMIA)


A. DEFINISI
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
dibawah normal akibat kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang diperlukan
dalam pembentukan serta produksi sel-sel darah merah tersebut.
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah. (WHO,2015).
Secara definisi, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh
kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak
cukup ditandai dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar
besi serum dan saturasi (jenuh) transferrin menurun, mampu ikat besi total (TIBC)
meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau
tidak sama sekali (Gultom 2003)
B. ETIOLOGI
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau
ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat
menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan jugadapat menghilangkan zat besi
dalam tubuh.Wanita yang mengalami menstruasi setiap bulan berisiko menderita
anemia. Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti ulserasi polip
kolon dan kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia.(Briawan, 2014).
Selain zat besi, masih ada dua jenis lagi anemia yang sering timbul pada
anak-anak dan remaja.Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butiran
darah merah tidak dapat menjalankan tugasnya.Hal ini dapat terjadi karena infeksi
virus, radiasi, kemoterapi atau obat tertentu.Adapun jenis berikutnya adalah
haemolityc anemia, yang terjadi karena sel darah merah hancur secara dini, lebih
cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaharuinya. Penyebab anemia jenis ini 10
bermacam-macam, bisa bawaan seperti talasemia atau sickle cell anemia(Adriani &
Wirjatmadi, 2014).
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph.D, Arinda Veretamala (2017) dalam
bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia antara lain:
a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi
Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada usia antara14-
15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian pada laki-laki.
Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan kebutuhan zat besi, sehingga
terdapat peluang untuk memperbaiki kekurangan zat besi terutama pada remaja
laki-laki. Sedangkan pada remaja perempuan, menstruasi mulai terjadi satu tahun
setelah puncak pertumbuhan dan menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap
tinggi sampai usia reproduktif untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi
saat menstruasi.Itulah sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan mengalami
anemia dibanding remaja putra.
b. Kurangnya Asupan Zat Besi
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan buruknya
bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan dengan tingginya
kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kehamilan pada Usia Remaja
Masih adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di Asia
Tenggara juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi. Pernikahan dini
umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana kehamilan meningkatkan 11
kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap semakin parahnya kekurangan zat
besi dan anemia gizi besi yang dialami remaja perempuan.
d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara berkembang juga
dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang terjadinya
status gizi negatif dan anemia gizi besi.
e. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia, remaja yang
tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam menentukan
makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di bandingkan pedesaan. Hasil
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga menunjukan bahwa masyarakat pedesaan
(22,8%) lebih banyak mengalami anemia di bandingkan dengan masyarakat yang
tinggal di perkotaan (20,6%) .
f. Status Gizi
Juga ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Remaja
dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5 kali
dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut juga di dukung oleh
studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah (2010) bahwa status gizi
normal dan lebih merupakan faktor protektif anemia.
g. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk,
petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini
dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seseorang 12 berprilaku sesuai
keyakinan tersebut. Pada beberpa penelitian terkait anemia ditemukan pula pada
mereka yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait anemia
C. PATOFISIOLOGI
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga
diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam
enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan
oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang
khas (asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi. Tanda-tanda
dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan
bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas
pengikatan besi. Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,
berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah
menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar feritin serum. Akhirnya
terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186:303)
Bila sebagian dari feritin jaringan meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi
feritin serum rendah. Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan
zat besi dalam jaringan. Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan
menunjukkan orang tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya
D. ANGKA KEJADIAN

Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan bahwa


prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%. Penderita anemia berumur 5 -14 tahun
sebesar 26,4% dan penderita berumur 15-24 tahun sebesar 18,4% (Kemenkes RI,
2014). Penderita anemia pada remaja juga dilaporkan tinggi berdasarkan data Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 dengan rincian yaitu prevalensi
anemia remaja puteri usia 10-18 tahun sebesar 57,1%, dan usia 19-45 tahun sebesar
39,5%

E. LAMAN BERITA ONLINE DENGAN ANEMIA


GRESIK - Perkara anemia atau kekurangan darah pada remaja putri di Kabupaten
Gresik, masih tinggi. Meski tidak berbahaya, namun anemia dapat menjadi penyebab
stunting.
Tingginya angka anemia remaja putri terungkap saat peringatan Hari Remaja
International yang digelar di ruang Mandala Bhakti Praja, (Rabu, 14/8/2019).
Bersamaan itu diluncurkan 250 siswa SMP dan SMA menjadi kader kesehatan
remaja. Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik, Endang
Puspitowati mengatakan angka kekurangan darah atau anemia cukup tinggi.
Skreening yang dilakukan pada siswa SMP atau MTs ada 27,83% kasus remaja putri
yang alami anemia. Sedangkan pada siswa SMA atau MA ada 40,95 % remaja puteri
yang anemia.
"Untuk pencegahan anaemia tersebut kami meminta kepada para remaja, khususnya
remaja putri agar minum tablet tambah darah rutin seminggu sekali," katanya.
Endang juga meminta kepada para kader kesehatan remaja, dan seluruh peserta
remaja yang hadir pada kegiatan ini agar mendukung gerakan Pemkab Gresik, untuk
penurunan angka stunting, menurunkan angka kematian ibu dan bayi saat kelahiran.
"Melalui konsumsi tablet tambah darah, kami bertekad untuk menurunkan angka
stunting, menurunkan angka kematian ibu dan bayi saat kelahiran. Kendati saat ini
hanya 20 kematian dari 100.000 kelahiran. Semua itu akibat anaemia atau kekurangan
darah," katanya. Sementara itu, Wakil Bupati Gresik, M. Qosim mengajak para kader
kesehatan remaja yang hadir pada kegiatan ini untuk menjadi motor penggerak
perubahan. Yaitu, perubahan ke arah yang baik termasuk perubahan untuk
mendukung gerakan masyarakat hidup sehat. "Saat ini, anda sebagai remaja sudah
berada di jalan yang benar dalam menuntut ilmu, tapi harus pula dibekali iman dan
taqwa," harapnya. Dijelaskan, ada tiga hal yang harus dipunyai remaja yaitu
penguatran karakter, kompetensi, dan kemampuan literasi (membaca).
F. PROGRAM PEMERINTAH
Dalam rangka Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang tertuang pada
Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013, upaya kesehatan dan gizi diprioritaskan
pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Upaya Percepatan Perbaikan Gizi dilakukan melalui intervensi
spesifik dan sensitif yang antara lain terintegrasi dengan program penanggulangan
anemia kepada kelompok sasaran rematri dan WUS. Sesuai rekomendasi WHO tahun
2011, upaya penanggulangan anemia pada rematri dan WUS difokuskan pada
kegiatan promosi dan pencegahan, yaitu suplementasi TTD, peningkatan konsumsi
makanan kaya zat besi, serta peningkatan fortifikasi bahan pangan dengan zat besi
dan asam folat.
1. pemberian suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) berupa zat besi (60 mg
FeSO4 ) dan asam folat (0.25 mg). Pemerintah Indonesia sejak tahun 1997 telah
merintis langkah-langkah baru dalam upaya mencegah dan menanggulangi anemia
gizi pada Wanita Usia Subur (WUS) dengan mengintervensi lebih dini lagi yaitu
sejak usianya masih remaja, dikarenakan intervensi yang dilakukan pada saat
WUS anemia saat hamil tidak dapat mengatasi masalah anemia. Kelompok remaja
putri merupakan sasaran strategis dari program perbaikan gizi untuk memutus
siklus masalah agar tidak meluas ke generasi selanjutnya. Program pemerintah
Indonesia yang fokus terhadap penanggulangan anemia remaja putri yakni
Program Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) dengan
sasaran anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) melalui pemberian suplementasi kapsul zat besi.
2. peningkatan konsumsi makanan kaya zat besi
3. serta peningkatan fortifikasi bahan pangan dengan zat besi dan asam folat

3. KASUS AGREGAT WANITA DEWASA (KANKER PAYUDARA)


A. DEFINISI

Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara.
Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran
(duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa
terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara.
Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara tumbuh tidak normal dan
tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa seperti
benjolan. Meski biasanya terjadi pada wanita, kanker payudara juga bisa menyerang
pria.
Kanker payudara yang paling umum terjadi, terbagi dalam beberapa jenis:
1. Ductal carcinoma in situ. Kanker ini tumbuh di duktus, dan tidak menyebar ke
jaringan sekitarnya. Jenis kanker ini termasuk kanker stadium awal dan mudah
diobati. Namun demikian, kanker ini bisa menyebar ke jaringan sekitarnya jika
tidak segera ditangani.
2. Lobular carcinoma in situ. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus. Sama
seperti ductal carcinoma in situ, kanker ini tidak menyebar ke jaringan
sekitarnya.
3. Invasive ductal carcinoma. Kanker ini tumbuh di duktus dan bisa menyebar ke
jaringan sekitarnya, bahkan bisa menyebar ke area tubuh yang lain. Jenis
kanker ini terjadi pada 70-80% kasus kanker payudara.
4. Invasive lobular carcinoma. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus dan bisa
menyebar ke jaringan sekitarnya. Kanker ini terjadi pada 10% kasus kanker
payudara.
5. Triple negative breast cancer. Adalah jenis kanker yang menunjukkan hasil
negatif pada pemeriksaan keberadaan reseptor hormon estrogen (ER), reseptor
hormon progesterone (PR), dan reseptor protein HER-2 pada jaringan kanker,
yang biasanya positif pada kanker payudara.

B. ETIOLOGI

Kanker payudara terjadi karena sel-sel di payudara tumbuh tidak normal dan
tidak terkendali. Sel-sel ini membelah dengan cepat dan berkumpul membentuk
benjolan, lalu bisa menyebar ke kelenjar getah bening atau ke organ lain.

Belum diketahui apa penyebab sel-sel tersebut berubah menjadi sel kanker,
namun para ahli menduga adanya interaksi antara faktor genetik dengan gaya hidup,
lingkungan, dan hormon, sehingga sel menjadi abnormal dan tumbuh tidak terkendali.

Faktor Risiko Kanker Payudara

Beberapa faktor diketahui bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Namun


demikian, seseorang dengan sejumlah faktor risiko belum tentu terserang kanker
payudara, sebaliknya seseorang tanpa faktor risiko dapat terkena kanker. Seseorang
yang pernah terserang kanker di satu payudara memiliki risiko tinggi terkena kanker
pada payudara yang lain.

Faktor lain yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara antara lain:

 Usia,Risiko kanker payudara akan meningkat seiring usia bertambah.


 Jenis kelamin,Wanita lebih rentan terserang kanker payudara dibanding pria.
 Paparan radiasi,Seseorang yang pernah menjalani radioterapi, rentan
mengalami kanker payudara.
 Obesitas,Berat badan yang berlebih meningkatkan risiko terserang kanker
payudara.
 Belum pernah hamil,Wanita yang pernah hamil dan menyusui memiliki risiko
kanker payudara lebih kecil dibanding wanita yang belum pernah hamil dan
menyusui.
 Melahirkan pada usia tua,Wanita yang baru memiliki anak di atas usia 30
tahun lebih berisiko mengalami kanker payudara.
 Konsumsi alcohol,Studi terbaru menunjukkan, konsumsi alkohol dalam
jumlah sedikit tetap meningkatkan risiko kanker payudara.
 Terapi pengganti hormone,Setelah menopause, wanita yang mendapat terapi
pengganti hormon dengan estrogen dan progesterone lebih berisiko terkena
kanker payudara.
 Mulai menstruasi terlalu muda,Wanita yang mengalami menstruasi di bawah
usia 12 tahun diketahui lebih berisiko mengalami kanker payudara.
 Telat menopause,Wanita yang belum mengalami menopause hingga usia 55
tahun juga berisiko mengalami kanker payudara.
 Riwayat kanker payudara pada keluarga,Mutasi pada gen BRCA1 dan BRCA2
juga bisa membuat kanker payudara diturunkan dari orang tua ke anaknya.
Selain itu, seseorang yang memiliki anggota keluarga dekat yang menderita
kanker payudara, juga lebih berisiko mengalaminya.

C. PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
1. Fase inisiasi Sunting
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau
bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap
suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi
lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-branching pada
kelenjar payudara dan lobualveologenesis pada sel epitelial payudara,
diperkirakan berperan sebagai aktivator lintasan tumorigenesis pada sel payudara
yang diinduksi oleh karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi regulator
siklus sel berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat ditingkatkan
sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen,oleh karena
estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron
pada sel epitelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel
luminal dan morfogenesis kelenjar.
2. Fase promosi Sunting
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
3. Fase metastasis Sunting
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker
payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtoma
hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord compression.[6] Metastasis
demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker
merupakan mediator osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas
osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang
Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang
mengandung kalsium dengan kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang
biasa digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular
dengan penggunaan enzim metaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab
itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat interaksi
antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang dimediasi oleh ekspresi
VEGF.[6] VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan sel
endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti angiostatin, sel endotelial yang
berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2,
akan meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.

D. ANGKA KEJADIAN
Data lainnya, Globocan tahun 2018 menunjukkan kejadian penyakit kanker di
Indonesia sebanyak 136.2 per 100.000 penduduk. Angka ini menempatkan
Indonesia di urutan kedelapan dengan kasus terbanyak di Asia Tenggara, dan
peringkat ke-23 se-Asia. Angka kejadian tertinggi pada laki-laki adalah kanker
paru sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per
100.000 penduduk. Disusul kanker hati dengan kejadian sebesar 12,4 per
100.000 penduduk, dan rata-rata kematian 7,6 per 100.000
penduduk.Sedangkan pada perempuan, kasus tertinggi adalah kanker
payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian
17 per 100.000. Setelah itu kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000
penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk

E. KASUS DARI BERITA ONLINE


F. PROGRAM PEMERINTAH

 Program Promotif dan Pencegahan

Penyebab utama kanker adalah penerapan gaya hidup yang tak sehat. Maka,
promotif dan pencegahan merupakan salah satu program penting sebagai upaya
pengendalian kanker."Kementerian Kesehatan telah memperkuat sosialisasi
pengendalian kanker di berbagai daerah. Pedoman pengendalian faktor risiko kanker
telah disusun untuk petugas kesehatan, kader, anak usia sekolah, dan masyarakat yang
berisiko tinggi," jelas Tjandra.Program promotif dan pencegahan dilaksanakan
Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan lintas program, lintas sektor, organisasi
pemerintah, swasta, dan masyarakat.Konten program promotif dan pencegahan yang
telah dilaksanakan meliputi Kampanye Nasional Program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), dan advokasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

"Upaya pengendalian merokok, peningkatan aktivitas fisik, dan peningkatan


konsumsi sayur buah telah terintegrasi dalam program PHBS," jelas Tjandra.Selain
kampanye PHBS, program lainnya adalah advokasi kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok (KTR). KTR telah dilakukan Kementerian Kesehatan kepada Pemerintah
Daerah. Setiap daerah diharapkan mempunyai kebijakan KTR pada fasilitas
pelayanan kesehatan, sekolah, tempat bermain anak, dan tempat ibadah."Pada saat ini,
sebanyak 43 Kabupaten/Kota di 21 provinsi telah mempunyai peraturan penerapan
KTR di daerah masing-masing," katanya.

 Program Deteksi dan Tindak Lanjut Dini


Program deteksi dini dilaksanakan untuk beberapa kanker yang dapat dideteksi
secara dini, seperti kanker leher rahim, kanker payudara, kanker kolorektal, kanker
orofaring, dan retinoblastoma.Beberapa jenis kanker yang telah diadakan program
deteksi dini oleh pemerintah adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Deteksi
dini dan skrining kanker leher rahim dilakukan dengan metode Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA) dan jika ditemukan IVA positif, maka dilakukan krioterapi dengan
metode kunjungan tunggal.Pertimbangan menggunakan metode IVA didasarkan pada
efisiensi, efektivitas, dan fisibilitas dalam pelaksanaan skrining kanker leher rahim di
seluruh pelosok Tanah Air, yang umumnya belum terjangkau fasilitas pemeriksaan
patologi anatomi. Pada daerah perkotaan yang mempunyai atau dekat dengan fasilitas
pemeriksaan patologi anatomi, sebagian masyarakat melakukan deteksi dini kanker
leher rahim dengan pemeriksaan pap smear.Deteksi dini kanker payudara
menggunakan metode pemeriksaan klinis payudara oleh petugas terlatih/Clinical
Breast Examination (CBE) dan SADARI. Kegiatan ini dilaksanakan di puskesmas,
praktik dokter, bidan swasta, dan rumah sakit. Provider kegiatan ini adalah dokter
umum dan bidan. Mammografi digunakan untuk pemeriksaan lanjutan kanker
payudara pada fasilaitas kesehatan lebih tinggi (rumah sakit).

"Program deteksi dan tindak lanjut dini kanker payudara dan kanker leher rahim
telah dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan melalui kerja sama dengan berbagai
profesi dan pihak lainnya. Program deteksi dini kanker dapat dikembangkan
berdasarkan prevalensi kanker di masing-masing daerah dan ketersediaan sumber
daya," lanjut Tjandra.Program deteksi dini kanker telah dicanangkan oleh Ibu Negara
Indonesia sebagai program nasional pada 21 April 2008. Sampai 2011, program telah
dikembangkan di 310 Puskesmas pada 84 kabupaten/kota di 17 provinsi, yaitu
provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Timur, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, DKI Jakarta, Bali, Kaimantan Barat, Kalimantan
Timur, Kalimanatan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah,
Lampung, dan Banten."Program deteksi dini kanker dapat dikembangkan berdasarkan
prevalensi kanker di masing-masing daerah dan ketersediaan sumber daya. Selain
deteksi dini, buku saku untuk masyarakat untuk dapat melakukan deteksi dini sendiri
pun dibagikan,” tutupnya.

4. KASUS AGREGAT LAKI LAKI DEWASA (KANKER PROSTAT)


A. DEFINISI

Kanker prostat adalah bentuk kanker yang berkembang di prostat, sebuah


kelenjar dalam sistem reproduksi laki-laki. Kanker prostat kebanyakan lambat
berkembang, namun terdapat kasus kanker prostat agresif. Sel-sel kanker dapat
menyebar dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama tulang dan kelenjar getah
bening. Kanker prostat dapat menyebabkan rasa sakit, kesulitan buang air kecil,
masalah selama hubungan seksual, atau disfungsi ereksi. (Irdanatalia.2016)

Harga deteksi kanker prostat sangat bervariasi di seluruh dunia, dengan Asia
Selatan dan Timur deteksi lebih jarang daripada di Eropa, dan khususnya Amerika
Serikat. Kanker prostat cenderung untuk mengembangkan pada pria berusia lebih
dari lima puluh dan meskipun ini adalah salah satu jenis kanker yang paling
umum pada laki-laki, banyak yang tidak pernah mengalami gejala, menjalani
terapi tidak, dan akhirnya meninggal karena penyebab lainnya. (Irdanatalia.2016)

Hal ini karena kanker prostat adalah, dalam banyak kasus, lambat
berkembang, gejala-bebas, dan karena laki-laki dengan kondisi yang lebih tua
mereka sering mati karena sebab-sebab yang tidak terkait dengan kanker prostat,
seperti jantung atau penyakit peredaran darah, pneumonia, lainnya tidak terkait
kanker, atau usia tua. Sekitar 2/3 dari kasus lambat tumbuh "kucing", yang lain
ketiga lebih agresif, cepat berkembang secara informal dikenal sebagai "macan".
(Irdanatalia.2016)

B. ETIOLOGI

Penyebabnya kanker prostat tidak diketahui, meskipun beberapa penelitian


telah menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak dan peningkatan
kadar hormon testosteron. Kanker prostat merupakan penyebab kematian akibat
kanker nomor 3 pada pria dan merupakan penyebab utama kematin akibat kanker
pada pria diatas 74 tahun. Kanker prostat jarang ditemukan pada pria berusia
kurang dari 40 tahun. Pria yang memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
kanker prostat adalah pria kulit hitam yang berusia diatas 60 tahun, petani, pelukis
dan pemaparan kadmium. Angka kejadian terendah ditemukan pada pria Jepang
dan vegetarian. (Anonim.2016)

Kanker prostat dikelompokkan menjadi :

1. Stadium I : benjolan/tumor tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik,


biasanya ditemukan secara tidak sengaja setelah pembedahan prostat
karena penyakit lain.
2. Stadium II : tumor terbatas pada prostat dan biasanya ditemukan pada
pemeriksaan fisik atau tes PSA.
3. Stadium III : tumor telah menyebar ke luar dari kapsul prostat, tetapi
belum sampai menyebar ke kelenjar getah bening.
4. Stadium IV : kanker telah menyebar (metastase) ke kelenjar getah bening
regional maupun bagian tubuh lainnya (misalnya tulang dan paru-paru).
(Anonim.2016)

Penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi ada beberapa hal yang dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk terkena kanker prostat yaitu usia dan riwayat
keluarga. Hormon, diet tinggi lemak dan toksin juga disebutkan sebagai faktor risiko
kanker prostat walaupun kaitannya belum jelas.(Anonim.2016)

C. PATOFISIOLOGI

Menurut Mansjoer Arif dkk (2000), sebagian besar kanker prostat adalah
adenokarsinoma yang berasal dari sel asinar prostat dan bermula dari volume yang
kecil kemudian membesar hingga menyebar. Karsinoma prostat paling sering
ditemukan pada zona perifer sekitar 75%, pada zona sentral atau zona transisi sekitar
15-20%, sedangkan menurut Presti (2004), dan Purnomo (2011), sekitar 60-70%
terdapat pada zona perifer, 10-20% pada zona transisional, dan 5-10% pada zona
sentral.

Munculnya kanker prostat secara laten pada usia tua banyak terjadi. Sepuluh
persen pria usia enam puluh tahun mempunyai kanker prostat’diam’dan tidak
bergejala. Persentasi ini bertambah usia. Pada tiga puluh persen kematian pria yang
sebelumnya mempunyai keluhan atau gejala kanker prostat ternyata pada pemeriksaan
ditemukan adanya tumor ganas ini. Pertumbuhan dari kanker prostat asimtomatis
yang kebemukan pada umumnya lambat sekali. Sembilan puluh persen tumor tersebut
merupakan adenokarsinoma. Umumnya, penyakitnya multifocal keganasan sering
terjadi terletak di pinggir kelenjar. Prognosisnya langsung bergantung pada derajat
keganasan sel-sel dan kadar infiltrasi ke dalam pembuluh darah limfe dan pembuluh
balik (Jong dan Sjamsuhidayat, 2004)

Menurut Mc. NEAL (1988), mengemukakan konsep tantang zona anatomi dari
prostat. Komponen kelenjar dari prostat sebagian besar terletak atau membentuk zona
perifer. Zona perifer ini ditambah dengan zona sentral yang terkecil merupakan 95%
dari komponen kelenjar. Komponen kelenjar yang lain (5%) membentuk zona transisi.
Zona transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah verumontanum. Proses
hiperplasia dimulai di zona transisi. Sebagian besar proses keganasan (60-70%)
bermula di zona perifer, sebagian juga dapat tumbuh di zona transisi dan zona sentra
Karsinoma prostat berupa lesi multi sentrik.

Kanker prostat menyebar ke kelenjar limfe di panggul kemudian ke kelenjar limfe


retroperitoneal atas. Penyebaran hematogen terjadi melalui V, vertebralis ke tulang
panggul, femur proksimal, ruas tulang lumbal, dan tulang iga. Metastasis tulang
sering bersifat osteoklastik. Kanker ini jarang menyebar ke sumsum tulang dan visera,
khususnya hati dan paru (jong dan Sjamsuhidajat,2010).
D. ANGKA KEJADIAN

Menurut data WHO, kanker prostat adalah kasus kanker paling umum urutan
kedua pada pria. Diperkirakan sekitar 1,1 juta pria di seluruh dunia didiagnosis
menderita kanker prostat dan terdapat 307 ribu kasus kematian pada tahun 2012.
Dilaporkan  sekarang ini kanker prostat menjadi penyebab kematian terbanyak ketiga
akibat kanker pada pria di Asia. Di Indonesia sendiri, kanker prostat menempati
urutan kelima sebagai jenis kanker terbanyak, dengan jumlah penderita sebesar 971
orang pada tahun 2011. Pria usia 70-79 tahun merupakan keompok terbanyak yang
menderita penyakit ini. Data dari rumah sakit besar di Jakarta menunjukkan kenaikan
jumlah penderitanya hampir tiga kali lipat dalam 10 tahun terakhir (Daftar Nilai
Rujukan Tumor, 2012).

E. Kasus dari berita online

F. PROGRAM PEMERINTAH

Sebagian besar pasien dengan kanker prostat stadium awal tidak menyadari adanya
gejala. Gejala terkadang baru dirasakan pasien saat kanker sudah menyebar ke organ
lainnya. Gejala yang dikeluhkan meliputi gangguan berkemih, adanya darah pada
urin, pembesaran kelenjar getah bening sekitar prostat, penurunan berat badan, dan
jika kanker sudah menyebar ke tulang dapat menyebabkan nyeri tulang.

Untuk mengatasi kanker prostat, RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) meluncurkan


Pusat Layanan Prostat Terpadu (Prostate Center) dengan keunggulan Sistem Satu
Pintu dan Teknologi Robotik Pertama di Indonesia. Pusat Layanan ini didukung oleh
tenaga SDM yang kompeten serta teknologi terkini sehingga dapat memberikan
layanan kesehatan paripurna dan bermutu.

Dr. Lies Dina Liastuti, Sp. JP(K), MARS, FIHA, Direktur Utama RSCM
menjelaskan, dengan sistem satu pintu, layanan dapat diberikan kepada pasien secara
cepat dan tepat, mulai dari pemeriksaan awal sampai dengan diagnosis ditegakkan.
Pasien diharuskan untuk melakukan perjanjian konsultasi sehingga layanan
diharapkan dapat dilaksanakan dalam 1 hari atau pasien tidak perlu datang berulang-
ulang. Biopsi prostat dengan teknologi robotik meningkatkan ketepatan pengambilan
sampel di lokasi tempat sel kanker prostat berada. Dengan adanya teknologi ini,
waktu pelaksanaan biopsi dapat dilakukan lebih singkat. "Layanan ini merupakan
salah satu inovasi yang dibentuk untuk meningkatkan upaya deteksi dini kanker
prostat, yang bersifat one stop service yang menyediakan layanan inovasi terbaru
yaitu ‘Biopsy Prostate Transperineal Robotic’ pertama di Indonesia," ungkap Dr. Lies
Dina saat ditemui Suara.com, Senin (5/8/2019), di kawasan Jakarta Pusat.

Ia menerangkan, layanan yang serupa sebelumnya sudah terdapat di berbagai


negara di antaranya adalah Singapura, Malaysia, dan Australia. Saat ini sebanyak 13
staf dokter dari Departemen Urologi akan terlibat dalam Prostate Center. Di dalam
Prostate Center ini juga terdapat tim multi-disiplin Uro-Onkologi yang melibatkan
berbagai departemen seperti Radiologi, Patologi Anatomi, Onkologi Medik Penyakit
Dalam, Radioterapi, dan departemen lain. Pelayanan ini diharapkan mendorong
peningkatan layanan yang komprehensif dalam program deteksi dini kasus-kasus
kanker prostat di Indonesia. Sementara itu, Dr. dr. Irfan Wahyudi, Sp.U(K), Kepala
Departemen Urologi RSCM – FKUI menerangkan bahwa proses penegakan kanker,
termasuk kanker prostat, di Indonesia, dirasa masih memberatkan pasien karena
pasien harus datang berulang kali hanya untuk menentukan biopsi prostat saja. Selain
itu ada beberapa anggapan bahwa teknologi di Indonesia kurang berkembang jika
dibandingkan dengan negara sekitar. “Hal ini kemudian direspon oleh RSCM melalui
Departemen Urologi untuk memperbaiki pelayanan deteksi dini kanker prostat dengan
pengembangan SDM, sistem, dan penunjangnya. Pusat Layanan Terpadu Prostat
RSCM dibentuk untuk memberikan pelayanan one stop service. Hal ini memberikan
kemudahan bagi pasien untuk lebih fleksibel dalam menentukan waktunya dan fokus
dalam proses pelayanan di RSCM,” jelasnya.

Di tempat yang sama, dr. Chaidir Arif Mochtar, Sp.U (K), Ph.D, staf medik
Departemen Urologi RSCM - FKUI, menyampaikan tentang keunggulan yang
tersedia di Prostate Center. "Penggunaan teknik minimal invasif, yakni laparoskopi
yang dikombinasikan dengan visualisasi 3D dalam tatalaksana kanker prostat.
Pengaplikasian teknik laparoskopi dalam penatalaksanaan kanker prostat telah
terbukti memberikan efek komplikasi yang lebih ringan jika dibandingkan dengan
operasi terbuka pengangkatan prostat, di antaranya durasi rawat yang lebih singkat,
jumlah perdarahan yang lebih sedikit, serta risiko infeksi yang lebih rendah. Selain
itu, penggunaan visualisasi 3D intra operasi juga memberikan manfaat dalam proses
pengangkatan prostat, di antaranya durasi operasi yang lebih singkat, keluaran yang
lebih baik jika dibandingkan dengan laparoskopi standar, serta mempermudah
operator dalam melakukan manuver-manuver selama operasi," tandasnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Stunting
https://sardjito.co.id/2019/07/22/kenali-penyebab-stunting-anak/

http://eprints.undip.ac.id/50836/3/Sherly_Mediana_22010112130141_Lap.KTI_BAB_2.pdf

http://scholar.unand.ac.id/12188/5/TA%20UTUH.pdf

https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/01/24/p30s85396-who-78-juta-balita-
di-indonesia-penderita-stunting

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/25/177-balita-indonesia-masih-
mengalami-masalah-gizi

http://www.tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Sesi
%201_01_RakorStuntingTNP2K_Stranas_22Nov2018.pdf

https://jatim.sindonews.com/read/13594/1/kasus-anemia-pada-remaja-putri-di-gresik-tinggi-
ada-apa-1565852917

https://media.neliti.com/media/publications/238439-efektifitas-program-suplementasi-zat-
bes-277c24be.pdf

http://repository.ut.ac.id/7795/1/FMIPA2018-07.pdf

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/545/4/3.%20Chapter2.pdf.pdf

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/e751f0771de9f4355ead527b9cad51d7.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara

https://www.alodokter.com/kanker-payudara/penyebab

https://m.fimela.com/news-entertainment/read/3865864/andien-dan-kisah-perjuangan-4-artis-
lawan-ganasnya-kanker

Ardianysah Mahlia.2017. Kanker Prostat (http://mahliabarca.blogspot.com/2017/01/makalah-


kanker-prostat_98.html) di akses tanggal 31 Maret 2020
https://www.suara.com/health/2019/08/05/190621/sistem-satu-pintu-dengan-teknologi-
robotik-untuk-pengobatan-kanker-prostat

Anda mungkin juga menyukai