Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

Herpes Zoster

PEMBIMBING:
dr. Wiwin Herwini

Disusun Oleh:
dr. Heny Agustien

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAIS
KABUPATEN SELUMA
BENGKULU
2020

1
BAB I

KASUS

Identitas Pasien
Nama : AN. SF
Usia : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Puguk
No. Rekam Medik : 045029
Masuk : 09 Juni 2020/ Pkl 10.30 WIB

Anamnesis
a. Keluhan Utama: Bintil berisi cairan

b. Riwayat penyakit sekarang:

Pasien datang dengn keluhan timbul bintil-bintil kecil berisi cairan sekitar 7
hari yang lalu. Awalnya kulit pasien terasa nyeri, 1 hari kemudian timbul bintil-bintil
bergerombol di perut bagian kanan dengan jumlah makin lama bertambah banyak.
Bintil-bintil berisi cairan tersebut terasa nyeri, panas, dan tidak terasa gatal. Riwayat
demam tidak dijumpai. Pasien telah berobat ke dukun dan mendapatkan ramuan
herbal untuk dioles ke bintil-bintil tersebut, selain itu pasien berobat ke bidan dan
mendapatkan dexamethason zalf, amoxicillin, chlorpenamine meleate, dan
dexametason tablet.

2
c. Riwayat Penyakit terdahulu

Riwayat terkena cacar air (+) saat usia 5 tahun.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ditemukan riwayat penyakit seperti ini

e. Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan kebiasaan

Pasien menjaga kebersihan tubuh. Tinggal di rumah/lingkungan yang bersih

PEMERIKSAAN FISIK
I. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CM
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : teraba kuat, teratur, frekuensi 82 x/menit
Napas : simetris, frekuensi 21 x/menit
Suhu : 36.7 oC
KGB : tidak ditemukan pembesaran kelenjer getah bening
pada leher, aksila, dan inguinal.
Kepala : tidak ditemukan kelainan
Mata : pupil isokor Ø 3mm/3mm, RC +/+, RK +/+, gerakan
bola mata bebas ke segala arah.
Mulut : Bibir kering (-), Lidah kotor (-)
Hidung : tidak ditemukan kelainan
Telinga : tidak ditemukan kelainan
Leher : JVP 5-0 cmH2O

3
PARU
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, gerak teratur
Palpasi : Fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi -/- , wheezing -/- .

JANTUNG
Inspeksi : ictus tidak terlihat
Palpasi : ictus tidak teraba
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS ICS V
Kanan : linea sternalis dextra
Atas : ICS II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada,
gallop tidak ada

ABDOMEN
Inspeksi : supel, distensi tidak ada
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal

Punggung : nyeri ketok CVA (-/-)


Ekstremitas Sup : Akral hangat, CRT <2 detik, sianosis ( - ), oedem ( - )

Inf : Akral hangat, CRT <2 detik, sianosis ( - ), oedem ( - )

4
Status lokalisata

Vesikel dan krusta kehitaman bergerombol dengan dasar eritematosa,


ukuran vesikel bervariasi, di sekitar gerombolan vesikel terdapat kulit yang
sehat. Letak lesi unilateral dan sesuai dengan dermatomnya.

II. Pemeriksaan Laboratorium


Darah Rutin: Hb/Ht/Leu/Plt: 11,6/38/5.300/257.000
HIV : Negatif
Hitung Jenis:
Basofil/eosinofil/batang/segmen/limfosit/monosit: 0%/0%/2%/42%/47%/3%

III. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Herpes Zoster
Diagnosis Sekunder : Herpes simpleks
Varicella Zoster
Dermatitis Herpetiformis
III. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
 Acyclovir tab 800mg 4x1
 Neuralgin tab 3x1
 Gentamycin zalf 2x1

5
2. Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit pasien dan
penyebab dari penyakit tersebut
 Menjelaskan tentang kemungkinan terjadi neuralgia post herpetik setelah
pengobatan selesai atau herpesnya sembuh.
 Menjelaskan kepada pasien untuk tidak menggaruk lesi, karena jika digaruk
lesi sulit sembuh atau dapat terbentuk jaringan parut/skar.

6
BAB II

PENDAHULUAN

Herpes zoster merupakan erupsi vesikuler akut yang disebabkan oleh


reaktivasi dari virus varisela zoster (VVZ) laten pada ganglia sensoris setelah
sebelumnya terpajan dengan infeksi primer varisela. Prevalensi herpes zoster tidak
dipenga ruhi oleh ras, jenis kelamin, atau musim. Insiden penyakit ini meningkat
sejalan dengan pertambahan usia dan jarang ditemukan pada anak-anak.2,3 Herpes
zosterdapat terjadi pada anak yang memilikiriwayat infeksi primer intrauterin,
kondisiimunokompromais, dan yang terinfeksi varisela sebelumnya.1,2

Herpes zoster pada anak jarang terjadi, dilaporkan insidensinya 0,74 per
1000 pada kelompok anak usia dibawah 9 tahun dan biasanya terjadi pada anak
dengan imunosupresi pada kondisi gangguan penurunan imunitas berupa malignansi,
HIV, terapi dengan obat imunosupresif.3,4 Adanya insidensi yang tinggi pada herpes
zoster anak yang sehat dimungkinkan karena paparan VVZ intra uterin atau paparan
infeksi primer VVZ pada usia dibawah 1 tahun.4,5 Dermatom yang paling sering
terkena adalah torakal (50%), trigeminal (20%), lumbal sakral/servikal (20%).3

Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan pertambahan umur


dan biasanya jarang mengenai anak-anak. Insiden herpes zoster berdasarkan usia

7
yaitu sejak lahir - 9 tahun : 0,74 / 1000 ; usia 10 – 19 tahun :1,38 / 1000 ; usia 20 – 29
tahun : 2,58 / 1000. Di Amerika, herpes zoster jarang terjadi pada anak-anak, dimana
lebih dari 66 % mengenai usia lebih dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia
dibawah 20 tahun dan 5% mengenai usia kurang dari 15 tahun. Walaupun herpes
zoster merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang dewasa, namun herpes
zoster dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir apabila ibunya menderita herpes
zoster pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian, ditemukan sekitar 3% herpes
zoster pada anak, biasanya ditemukan pada anak - anak yang imunokompromis dan
menderita penyakit keganasan.4

Komplikasi pada anak yang paling sering ialah infeksi sekunder dari bakteri,
depigmentasi dan pembentukan jaringan parut sedangkan neuralgia paska herpetika
(NPH) merupakan komplikasi yang jarang pada anak tetapi sering pada orang tua.4

8
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang
terjadi setelah infeksi primer.

3.2 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster, yaitu virus yang
termasuk famili Herpeviridae. Virus ini memiliki envelope dan DNA untaian ganda.
Virus varicella zoster ini dormant di ganglion dorsalis dan nervus kranialis. Virus ini
akan tereaktivasi apabila terjadi kondisi-kondisi berikut:

- infeksi berat atau keganasan

- penggunaan obat-obat tertentu yang bersifat imunosupresan

- stres emosional.(3)

9
Gambar 1.1 Virus varisela zoster

3.3 Patogenesis
Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata - rata 14 - 17
hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu kurang dari
14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dari sekresi
pernafasan (droplet infection) ataupun kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet
infection dapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit. VZV
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas,
orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2
sampai ke 4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran
virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan
terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama).
Pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat
mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan
berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang
mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan
menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang
3,5
mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas. Seorang anak yang menderita

10
varicella akan dapat menularkan kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari
setelah timbulnya lesi di kulit.1,3 Pada herpes zoster. Selama terjadinya varicella, VZV
berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan
ditransportasikan secara centripetal melalui serabut syaraf sensoris ke ganglion
sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman), dimana virus tersebut
tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan
untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi virus. Reaktivasi virus
tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan imunitas. Pada saat terjadi
reaktivasi, virus akan kembali bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan
merusak ganglion sensoris. Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta
batang otak dan melalui syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan
timbul gejala klinis.4,5,7

3.4 Gambaran Klinis


Gambaran klinis pada herpes zoster anak sama dengan herpes zoster pada
orang dewasa, berupa vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa (biasanya
unilateral dandistribusi sesuai dengan dermatom) yang kemudian dapat menjadi
pustul, lalu pecah ataumengering menjadi krusta dan sembuh dalam 1-3 minggu.
Reaksi sistemik berupa demam,sakit kepala, pembengkakan kelenjar limfe sering
muncul bersamaan dengan timbulnya lesi.6,7

Herpes zoster terjadi unilateral dalam distribusi saraf kranial atau saraf spinal
sensorik, sering diikuti dengan penyebaran dermatom di bagian atas atau bawah.
Dermatom tubuh yang biasanya menjadi tempat predileksi, antara lain thorakal
(55%), kranial (20% dengan nervus trigeminal sebagai nervus yang sering diserang),
lumbal (15%), dan sakral (5%).(5)

Herpes zoster pada anak-anak jarang didahului gejala prodormal. Gejala


prodormal yang dapat dijumpai yaitu nyeri radikuler, parestesia, malese, nyeri kepala
dan demam, biasanya terjadi 1-3 minggu sebelum timbul ruam dikulit.4,5 Lesi kulit

11
yang khas dari herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya unilateral dan jarang
melewatii garis tengah tubuh. Lokasi yang sering dijumpai yaitu pada dermatom T3
hingga L2 dan nervus ke V dan VII.4,5,7

Lesi awal berupa makula dan papula yang eritematous, kemudian dalam
waktu 12 - 24 jam akan berkembang menjadi vesikel dan akan berlanjut menjadi
pustula pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya pada hari ke 7 - 10 akan terbentuk krusta dan
dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi infeksi sekunder bakterial. Pada pasien
imunokompromais dapat terjadi herpes zoster desiminata dan dapat mengenai alat
visceral seperti paru, hati, otak.4,5, 7

3.5 Diagnosis
Apabila gejala klinis sangat jelas tidaklah sulit untuk menegakkan diagnosis.
Akan tetapi pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksaan penunjang antara
lain:

a. Sitologi : Tzanc-smear ; ditemukan adanya sel-sel berinti besar dengan


perubahan nukleus (multinucleated giant cells).
Gambar 1.13 Multinucleated giant cells.

12
b. Direct imunofluorescence Assay (DFA): Test ini dapat menemukan antigen
virus varicella zoster. Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan
herpes simpleks virus.
c. Polymerase-chain-reaction techniques yang berguna untuk mendeteksi DNA
virus varicella-zoster di cairan dan jaringan

3.6 Diagnosis Banding


Herpes Simpleks Definisi : Penyakit akut yang ditandai dengan
timbulnya vesikula yang berkelompok diatas dasar
eritema, berulang, mengenai permukaan
mukokutaneus.
Etiologi : Disebabkan oleh virus herpes simplex.
Gejala klinis :Lesi primer didahului gejala
prodromal berupa rasa panas ( terbakar ) dan gatal.
Setelah timbul lesi dapat terjadi demam, malaise dan
nyeri otot.
Predileksi : mukosa

Status dermatologi : berupa vesikel yang mudah


pecah, erosi, ulcus dangkal bergerombol di atas dasar
eritema dan disertai rasa nyeri. Predileksi pada
wanita antara lain labium mayor, labium minor,
klitoris, vagina, serviks dan anus. Pada laki-laki
antara lain di batang penis, glans penis dan anus.
Ekstragenital yaitu hidung, bibir, lidah, palatum dan
faring.(1)

Varisella Definisi : vesikula yang tersebar, terutama

13
menyerang anak-anak, bersifat mudah menular

Etiologi : virus Varisela zoster.

Predileksi : Paling banyak di badan, kemudian


muka, kepala dan ekstremitas.

Gejala Klinis : Pada stadium prodomal timbul


banyak makula atau papula yang cepat berubah
menjadi vesikula, yang umur dari lesi tersebut tidak
sama. Kulit sekitar lesi eritematus. Pada anamnesa
ada kontak dengan penderita varisela atau herpes
zoster. Khas pada infeksi virus pada vesikula ada
bentukan umbilikasi (delle) yaitu vesikula yang
ditengah nya cekung kedalam. Distribusinya bersifat
sentripetal.(7)

Dermatitis Definisi : Dermatitis yang bersifat kronis dan rasa


gatal yang sangat dengan kekambuhan yang tinggi.
herpetiformis
Status dermatologi : berupa berupa lesi polimorf
yang bergerombol pada dasar yang eritematus.

Predileksi : pada kepala, kuduk, lipatan ketiak


bagian belakang, sakrum, bokong dan lengan bawah.
Distribusinya simetris, akut dan polimorf.(1)

3.7 Tatalaksana
Pengobatan herpes zoster bertujuan untuk mempercepat proses penyembuhan,
membatasi derajat keparahan penyakit dan durasi nyeri akut maupun kronis, serta
menurunkan terjadinya komplikasi.4,6,7

14
Sebelumnya, pada anak-anak yang sehat, dimana perjalanan penyakit herpes
zoster umumnya jarang menimbulkan komplikasi maka antiviral tidak secara rutin
diberikan kecuali pada kasus herpes zoster yang melibatkan cabang pertama dari
nervus trigeminal. Namun beberapa studi terakhir menunjukkan peningkatan
terjadinya komplikasi herpes zoster pada populasi anak yang sehat (imunokompeten)
berupa meningitis, herpes zoster generalisata dan paralisis pada wajah. Hal ini
menunjukkan bahwa herpes zoster yang terjadi pada populasi anak yang sehat tidak
selamanya bersifat ringan. Oleh sebab itu pemberian asiklovir secara dini tetap
direkomendasikan pada penderita herpes zoster anak yang imunokompeten untuk
menurunkan angka morbiditas dan mempercepat proses penyembuhan.7
Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72jam
setelah erupsi dikulit muncul. Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu
asiklovir, valasiklovir dan famasikloviri.6 Acyclovir merupakan lini pertama untuk
Herpes Zoster pada anak dengan rentang dosis 20-40mg/kgBB yang diberikan empat
kali sehari.8 Untuk pengobatan topikal, pada lesi dapat diberikan bedak kalamin atau
phenol-zinc maupun kompres dingin.10

3.9 Prognosis

Lesi biasanya menghilang pada 10-15 hari. Prognosis untuk pasien usia muda
dan tanpa immunosupresi sangat baik. Wanita hamil dan pasien imunosupresi
memiliki risiko tertinggi gejala sisa yang serius. Orang tua memiliki peningkatan
risiko yang signifikan dari komplikasi, termasuk PHN, infeksi bakteri,dan jaringan
parut.3

BAB IV

KESIMPULAN

15
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-
zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang
terjadi setelah infeksi primer. Manifestasi klinis herpes zoster dapat berupa
kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang
khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai dengan letak syaraf yang
terinfeksi virus.

Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis


dan pemeriksaan fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
sederhana, yaitu tes Tzanck dengan menemukan sel datia berinti banyak. Pada
umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting disease).

REFEFENSI

1. Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella , October 21,


2002.www.emedicine. com.

2. Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of PediatricDermatology, volume


1, Blackwell Science, 2000 : 336 - 39.

3. Mehta P N. Varicella, July 1, 2003. www.emedicine. com.

16
4. Mc Cary M L. Varicella zoster virus. American Academy ofDermatology, Inc.
1999.

5. DrianoAN.Zoster-pediatric,October11,2002.www.emedicine.com.

6. SugitoTL.InfeksiVirusVaricella-Zosterpadabayidananak.Dalam:Boediardja S A
editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2003 : 17 - 33.

7. Hurwitz S. Herpes zoster. In : Clinical Pediatric Dermatology A Texbook of skin


Disease of Childhood and Adolescence, 2 nd edition, Philadelphia ; W.B. Saunders
Company, 1993 : 324 - 27.8.

8. FriedenIJ,PenneyNS.Varicella-ZosterInfection.In:SchchnerLA, Hansen R C editor.


Pediatric Dermatology, second edition, vol 2, Churchill Livingstone, NewYork,
1995 : 1272 - 75.

8. Katakam, B.K. A Prospective Study of Herpes Zoster in Children, Indian Journal


Dermatology, 2016

10. Odom R B. Varicella. In : Andrews’ Diseases of the skin.

9 th edition, W.B. Saunders Company, 2000 : 482 - 85.

11.Harper J. Herpes zoster. In : Textbook of Pediatric Dermatology, volume 1,


Blackwell Science, 2000 : 339 - 40.

17

Anda mungkin juga menyukai