Anda di halaman 1dari 18

PRE PLANNING

KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA NY.S DI KELURAHAN PAINAN


SELATAN RT 03 RW 02 KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh :

Trie Febby Eraynti, S.Kep

Nim. 1904024

PRAKTEK PROFESI NERS


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN 2020/2021
I. Pendahuluan

Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-tahapan

menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin rentannya

tubuh terhadap berbagai serangan penyakit. Hal tersebut disebabkan seiring

meningkatnya usia terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta

sistem organ dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan

akibat proses degeneratif (penuaan). Sehingga Lansia rentan terkena infeksi penyakit

menular akibat masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh.

Gout Arthritis merupakan penyakit inflamasi sendi yang diakibatkan oleh

tingginya kadar Asam Urat dalam darah, yang ditandai dengan penumpukan Kristal

Monosodium Urat di dalam ataupun di sekitar persendian berupa Tofi.

Pada tanggal 06 Mei 2020 akan dilakukan pengkajian keperawatan gerontik pada

lansia Ny.s di Painan Selatan RT 03 RW 02 guna mengetahui masalah yang terdapat

pada lansia tersebut dan mampu merencanakan serta melakukan tindakan keperawatan

sesuai masalah yang muncul

II. Rencana Kepearawatan

1. Diagnosa Keperawatan

2. Tujuan umum

Setelah dilakukan pengkajian dapat menentukan masalah keperawatan pada lansia


tersebut
3. Tujuan khusus
Klien diharapkan mampu :
1) Menyebutkan data demografi
2) Menjelaskan riwayat kesehatan
3) Menjelaskan status kesehatan
4) Menjelaskanpola fungsional
5) Klien bersedia dilakukan pemeriksaan fisik
6) Menjawab pengkajian khusus gerontik
III. Metode Pelaksanaan
a. Media : Lealet
b. Waktu dan tempat : Hari Sabtu, 06 Mei 2020 jam 10.00.Wib di Rumah
Ny.S
c. Metode : Menggunakan metode tanya jawab
IV. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi 1. Salam dan perkenalan
(5 Menit) 2. Menjelaskan tujuan pertemuan
3. Menyampaikan waktu dan kontrak yang akan di
gunakan untuk mengkaji
4. Menanyakan kesediaan keluarga
2. Kerja Melakukan pengkajian tentang :
(20 Menit) a. data demografi
b. riwayat kesehatan
c. status kesehatan
d. pola fungsional
e. pemeriksaan fisik head to toe
f. pengkajian khusus gerontik
3. Terminasi 1. Mengakhiri kontrak dan mengucapkan terimakasih
(5 Menit) 2. Kontrak waktu kembali untuk melengkapi data
yang kurang
3. Salam penutup

V. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
1) Penyelenggaraan pengkajian dilakukan di rumah Ny.S
2) Pengorganisasian pengkajian dilakukan satu hari sebelumnya.
2. Evaluasi proses
1) Klien antusias terhadap proses pengkajian
2) Klien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai
3) Klien terlibat aktif dalam proses pengkajian
3. Evaluasi hasil
1) Klien dapat Menyebutkan data demografi
2) Menjelaskan riwayat kesehatan
3) Menjelaskan status kesehatan
4) Menjelaskan pola fungsional
5) Klien bersedia dilakukan pemeriksaan fisik
6) Menjawab pengkajian khusus gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK


TEORI TENTANG LANSIA DAN PROSES MENUA

Oleh :

Trie Febby Eraynti, S.Kep

Nim. 1904024

PRAKTEK PROFESI NERS


STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG
TAHUN 2020/2021
KONSEP DASAR LANSIA DAN TEORI MENUA
A. Defenisi

Lanjut usia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk

memperatahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini

berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individual, karena faktor tertentu Lansia tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Seseorang dikatakan

Lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, Lansia merupakan kelompok umur

pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok

yang dikategorikan Lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process

atau proses penuaan (Nugroho, 2008)

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita (Nugroho, 2000)

Menurut Mary Ann Christ et al. (2009), penuaan merupakan proses yang secara

berangsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif dan mengakibatkan perubahan di

dalam yang berakhir dengan kematian. Penuaan juga menyangkut perubahan sel,

akibat interaksi sel dengan lingkungannya, yang pada akhirnya menimbulkan

perubahan degeneratif.

B. Proses Menua

Proses penuaan merupakan proses alamiah setelah tiga tahap kehidupan, yaitu

masa anak, masa dewasa, dan masa tua yang tidak dapat dihindari oleh setiap

individu. Pertambahan usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur


dan fisiologis dari berbagai sel/jaringan/organ dan sistem yang ada pada tubuh

manusia.

Proses ini menjadi kemunduran fisik maupun psikis. Kemunduran fisik

ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran,

penglihatan memburuk, gerakan lambat, dan kelaianan berbagai fungsi organ vital.

Sedangkan kemunduran psikis terjadi peningkatan sensitivitas emosional, penurunan

gairah, bertambahnya minat terhadap diri, berkurangnya minat terhadap penampilan,

meningkatkan minat terhadap material, dan minat kegiatan rekreasi tidak berubah

(hanya orientasi dan subyek saja yang berbeda) (Mubarak, 2009).

Namun, hal di atas tidak menimbulkan penyakit. Oleh karena itu, Lansia harus

senantiasa berada dalam kondisi sehat, yang diartikan sebagai kondisi :

1) Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial.

2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3) Mendapatkan dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat

Adapun dua proses penuaan, yaitu penuaan secara primer dan penuaan secara

sekunder. Penuaan primer akan terjadi bila terdapat perubahan pada tingkat sel,

sedangkan penuaan sekunder merupakan proses penuaan akibat faktor lingkungan

fisik dan sosial, stres fisik/psikis, serta gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses

penuaan (Mubarak, 2009)

C. Teori Penunaan

1. Teori Biologis

1) Teori genetic dan mutasi (somatic Mutatie Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies.

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang deprogram oleh

molekul atau DNA dan setuap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi

penurunan kemampuan fungsional sel)

2) Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai)

3) Teori Akumulasi dan Produk Sisa

Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh, sebagai contoh adanya

pigmen Lipofuchine di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada orang

lansia yang mengakibatkan gangguan fungsi sel itu sendiri

4) Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan

5)  Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi

6) Reaksi dan kekebalan sendiri (Auto Imune Theory)

Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.

Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga

jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit. Sebagai contoh : tambahan kelenjar

timus yang pada usia dewasa berevolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan

auto imun (menurut Goldteris dan Brocklehurst, 1989)

7) Teori “Imunologi Slow Virus” (Imunologi Slow Virus Teori)

System imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknyavirus

ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

8) Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan

internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh leah terpakai.

9) Teori Radikal Bebas


Radikal bebas dapat terbentuk dari alam bebas tidak stabilnya radikal bebas

(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organic

seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat

regenerasi.

10) Teori Rantai Silang

Sel-sel yang tua atau using, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,

khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastic,

kekacauan dan hilangnya fungsi.

11) Teori Program

Kemampuan organism untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah

sel-sel tersebut mati.

2. Teori Kejiwaan Sosial

1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)

a. Ketentuan akan meningkatkan pada penurunan jumlah kegiatan secara

langsung. Teori ini menyatakan pada usia lanjut usia yang sukses adalah

mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social

b. Ukuran optimum (pola hidup) dianjurkan pada cara hidup dari usia lanjut.

c. Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap

stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

2) Kepribadian Berlanjut (Contunuity Theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teory ini

merupakan gabungan dari diatas. Pada theory ini menyatakan bahwa

perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi

oleh tipe personality yang dimilikinya

3) Teory Pembebasan ( Disengagement Theory)


Teory ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang secara

berangsur- angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau

menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini engakibatkan interaksi

social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kwalitas sehingga

sering terjadi kehilangan ganda ( Tripel Loss ) yaitu :

a. Kehilangan peran ( Loss of Rule)

b. Hambatan kontak social ( Restraction of contacs and Relation Ships)

c. Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to social More and

Values)

D. Tipe – Tipe Lansia

Tipe lansia dibagi menjadi lima tipe yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak

puas, tipe pasrah dan tipe bingung:

1) Tipe arif bijaksana, yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman,menyesuaikan diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan

2) Tipe mandiri, yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif

dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan

3) Tipe tidak puas, yaitu konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga

menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulitdilayani, pengkritik dan

banyak menuntut

4) Tipe pasrah, yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama

dan melakukan pekerjaan apa saja.

5) Tipe bingung, yaitu mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh

(Nugroho, 2008)
E. Batasa Usia Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan Lansia menjadi empat,

yaitu usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah

60-74 tahun. lanjut usia tua (old) adalah 75-90, usia sangat tua (very old) adalah diatas

90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, seseorang disebut Lansia bila telah memasuki atau

mencapai usia 60 tahun lebih (Nugroho, 2008)

F. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan Fisik

1) Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya

cairan intra dan extra seluler

2)  Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon

waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra  sistem pendengaran,

presbiakusis, atrofi membran  timpani, terjadinya pengumpulan serum karena

meningkatnya keratin

3) Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis  dan hlangnya respon

terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,

meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,

menurunnya lapang pandang.

4) Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan

jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun

sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume, kehilangan

elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.


5) Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan

menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas

residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan menurun.

6)  Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,

indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera

pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk

rasa manis dan asin

7) Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga

aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %.

Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria,

otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga

vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia

urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva

terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering, elastisitas jaringan

menurun, sekresi berkurang  dan menjadi alkali.

8) Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon

menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas

tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR).

Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.

9)  Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan  jaringan

lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut

dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.

10) Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh

menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine


vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit otot , sehingga

lansia menjadi lamban  bergerak. otot kam dan tremor.

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

2) Kesehatan umum

3) Tingkat pendidikan

4) Keturunan

5) Lingkungan

Kenangan (memori) ada 2 :

(1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari  yang lalu

(2) kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk

Intelegentia Question :

(1) Tidak berubah dengan informasi  matematika dan perkataan verbal

(2) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi

perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor

waktu.

3.  Perubahan Perubahan Psikososial

1) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan

peranan dalam pekerjaan

2) Merasakan atau sadar akan kematian

3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak lebih

sempit

4. Perubahan Perubahan Psikososial


1) Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan dengan

peranan dalam pekerjaan

2) Merasakan atau sadar akan kematian

3)  Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak

lebih sempit.

G. Perubahan Biopsiko Sosial Kultural Pada Lansia

Perubahan Psikososial menurut (Aspiani, 2014: 42):

1) Lansia cenderung merasakan sadar atau tidak sadar akan terjadinya kematian.

2) Merasakan perubahan dalam cara hidup.

3) Merasakan perubahan ekonomi akibat pemberhentian jabatan dan peningkatan

gaya hidup.

4) Merasakan pensiun (kehilangan) banyak hal seperti finansial, pekerjaan, sahabat,

dan status pekerjaan.

5) Merasakan penyakit kronis dan ketidakmampuan.

6) Merasakan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

7) Mengalami gangguan pancaindera.

8) Lansia mulai mengalami perubahan dalam konsep diri, serta lansia akan

merasakan rangkaian dari proses kehilangan.

Perubahan Spiritual

Perubahan yang terjadi pada lansia yang berhubungan dengan perkembangan

spiritualnya adalah dari segi agama/kepercayaan lansia yangakan semakin

terintegerasi dalam kehidupan, pada perubahan spiritual ini ketika usia mencapai 70

tahun lansia akan berfikir dan bertindak dalam memberikan contoh bagaimana cara

mencintai dan bagaimana cara berlaku adil. Perubahan yang lain yaitu lansia akan
semakin matur dalam kehidupan keagamaannya yang tercermin dalam perilaku

sehari-hari (Nugroho, 2008: 36)

H. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Ketuaan

Menurut Bandiyah (2009) factor-faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi:

1) Hereditas = keturunangenetik

2) Nutrisi = makanan

3) Statuskesehatan

4) Pengalaman hidup

5) Stress.

Menurut WHO, Batasan–batasan lanjut usia (lansia) antaralain: 1)

Usiapertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 thn, 2)Lanjut usia

(elderly),ialah kelompok usiaantara 60 dan 74 tahun, 3)Lanjut usia tua (old), ialah

kelompok usiaantara 75 dan 90 tahun, 4)Usia sangat tua (very old) ialahkelompok

usiadi atas 90 tahun(Nugroho, 2000).

Serangkaian perubahan fisik, sosial, maupun psikologisyang dialamiselama

proses menua membutuhkan kesiapan individu untuk menghadapinya.Perubahan–

perubahan yang terjadi pada masa lanjut usia antara lain perubahanfisiologis,

perubahan kemampuanmotorik, dan perubahan sosialataupsikologis.Efek-efek dari

perubahan tersebut menentukan, apakah pria atau wanita lanjut usia(lansia) tersebut

akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk(Hurlock, 1991).

Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Papalia (2001) yangmenyebutkan

bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usiadapat menyebabkan

perubahan pada kondisi jiwanya.Namunproses penuaan yang berhasil membutuhkan

usaha danketerampilan–keterampilan mengatasi masalah (Satlin, 1994). Akan tetapi

tidaksemua lanjut usia mengalami proses penuaan yang baik. Memasuki masa
tua,sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi danmenyikapi masa

tuatersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri

dan memecahkan masalah yang dihadapi(Widyastuti,2000).

Munculnya rasatersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima

kenyataan baru sepertipenyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan,

merupakan sebagiankecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus

dihadapi lanjut usia.Hal-hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia

kesulitandalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan

penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan

fungsional, keadaan depresi dan paranoid akan mengakibatkan lanjutusia semakin

sulit melakukan penyelesaian. Sehingga lanjut usia yang masalalunya sulit dalam

menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulitpenyesuaian diri pada masa-masa

selanjutnya.Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia

adalahkemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekananatau

konflikakibat perubahan–perubahan fisik, maupun sosial danpsikologis yang

dialaminyadan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam

diridengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan

kemampuanmengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat

memenuhikebutuhan–kebutuhan dirinyatanpa menimbulkan masalah baru(Stull &

Hatch,1984).

I. Gejala – Gejala yang timbul pada masa menopause

Tanda gejala menopause meliputi:

a) Gejala fisik

Gejala fisik yang pada umumnya terjadi adalah hot fluses (rasa panas) pada wajah,

leher, dan dada yang berlangsung selama beberapa menit, berkeringat dimalam
hari, berdebar-debar (detak jantung meningkat/mengencang), susah tidur, sakit

kepala, keinginanbuang air kecil lebih sering

b) Gejala psikologis

Gejala psikologis ditandai dengan sikap yang mudah tersinggung, depresi, cemas,

suasana hati (mood)yang tidak menentu, sering lupa, dan susah berkonsentrasi

c) Gejala seksual

Gejala seksual ditandai dengan kekeringan vagina, mengakibatkan rasa tidak

nyaman selama berhubungan seksual dan menurunnya libido (Spencer, 2006)

J. Penanggulan masalah Pada Lansia

a. Immobility (kurang bergerak)

Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur

anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.

b. Instability (Instabilitas dan Jatuh)

c. Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan riwayat jatuh

adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas dan jatuh,

memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan, penguatan

otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar

lebih aman seperti pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.

d. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)

Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering

mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.


DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Wahyudi.2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC

Sunaryo, dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Lueckenote A.G (1996) Gerontologic Nursing, Mosby Year Book Co. Inc, Missourri

Anda mungkin juga menyukai