2020 MANAJEMEN PEMBERIAN OKSIGEN A. PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan oksigen adalah bagian dari kebutuhan fisiologis menurut Hierarki Maslow. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen mempunyai peranan yang penting dalam proses metabolisme dalam tubuh. Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan akan oksigen sangat dipengaruhi oleh fungsi dari sistem pernapasan seseorang, apabila fungsi tersebut baik maka oksigen dan karbondioksida dapat bertukar secara normal, akan tetapi bila fungsi tersebut mengalami gangguan, maka oksigen dan karbondioksida tidak dapat bertukar secara normal dan mengalami gangguan. Pada saat seseorang mengalami gangguan dalam bernapas / ganguan dalam pemenuhan oksigen, bantuan terapi oksigen sangat diperlukan. Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena apabila kebutuhan oksigen dalam tubuh berkurang / tidak terpenuhi maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan jaringan organ lainnya, apabila hal tersebut berlangsung lama maka akan terjadi kematian. Pemberian oksigen dapat diberikan tanpa resep dalam keadaan henti nafas dan jantung, perdarahan dan syok.
1) Usia 2) Tingkat toleransi 3) Indikasi 4) Tingkat konsentrasi
B. JENIS ALAT PEMBERIAN OKSIGEN
Jenis alat untuk pemberian oksigen terdapat dua jenis alat yang fungsinya berbeda sesuai jenis perangkat yaitu Variabel Oxygen Concentration dan Fixed Oxygen Concentration.
1. Variabel Oxygen Concentration
Terdapat dua jenis alat yaitu low flow dan high flow. Jenis alat yang termasuk kedalam jenis alat ini adalah : a. Nasal Kanul Nasal kanul tanpa sistem humidifikasi dapat digunakan untuk terapi oksigen dengan laju 1-4 L/menit, pada konsentrasi antara 22-44 %. Pada anak di bawah 2 tahun, laju oksigen maksimal 2 L/menit, dan pada neonatus, laju maksimal 1 L/menit. Nasal kanul dengan sistem humidifikasi dapat digunakan untuk terapi oksigen hingga 10 L/menit. Laju oksigen maksimal pada anak dengan berat badan <30 kg adalah 6 L/menit, dan pada anak di bawah 2 tahun 4 L/menit. Keadaan atau penyakit yang diperkirakan sudah / akan menyebabkan hipoksia, seperti infark miokard, dahulu diberikan terapi oksigen tanpa mempertimbangkan tingkat saturasi oksigen. Nasal kanul juga dapat digunakan sebagai apnoeic / passive oxygenation untuk mencegah hipoksemia saat prosedur pemasangan intubasi. Kontraindikasi Nasal Canul : Tidak boleh digunakan pada penderita dengan obstruksi saluran pernapasan atas seperti nasal polip. Bentuk nasal canule ada untuk dewasa, anak dan bayi. b. Simple Face Mask Jenis ini termasuk dalam jenis alat dengan konstrasi sedang dengan laju aliran 6- 12 L/menit dengan konstrasi oksigen 35-50%. Simple Face mask dengan humidifikasi dapat digunakan untuk terapi oksigen hingga 6 L/menit. c. Non Rebreathing Mask Jenis ini termasuk dalam jenis alat dengan konsentrasi tinggi dengan laju aliran 10- 15 L/menit dengan konsentrasi oksigen mencapai 60-90%. Indikasi penggunaan non- rebreathing oxygen mask (NRM) antara lain untuk pasien yang mengalami kondisi medis akut yang masih sadar penuh, bernapas spontan, memiliki volume tidal yang cukup, serta memerlukan terapi oksigen konsentrasi tinggi. Jenis ini dapat digunakan pada pasien yang perjalanan penyakitnya sangat berpeluang membaik dengan intervensi segera, misalnya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), edema paru akut, dan asthma berat. sehingga dapat membantu memperbaiki gejala klinis serta mengurangi risiko tindakan intubasi jalan nafas.
2. Fixed Oxygen Concentration
a. Venturi Mask Jenis alat ini termasuk dalam jenis perangkat dengan konsentrasi rendah (low flow) yang digunakan untuk pengiriman oksigen jangka pendek. Venturi mask dapat memberikan aliran yang bervariasi : 4-14 L/menit dengan konsentrasi 24-50%. Dipakai pada pasien dengan tipe ventilasi tidak teratur. Indikasi pemakaian venturi mask digunakan pada penderita dengan Severe chronic obstructive pulmonary disease, Severe cystic fibrosis, Severe bronchiectasis, Severe neuromuscular / chest wall disorders, dan Morbid obesity. b. T-Piece Jenis alat ini dapat mengalirkan aliran oksigen 10 L/menit. c. Trans Tracheal Tube Jenis ini biasanya digunakan untuk memberikan oksigen jangka panjang dengan laju aliran 10 L/menit. d. Incentive Spirometer Jenis ini digunakan untuk merehabilitasi paru-paru dan memeprbaiki pola pernafasan. Alat ini merupakan alat untuk latihan pernafasan biasanya digunakan pada penderita dengan atelectasis dan kondisi pernafasan yang kronis. Prinsip latihan pernafasan ini bertujuan untuk latihan penguatan otot-otot respirasi khususnya otot inspirasi secara tidak langsung. Indikasi penggunaan incentive spirometer biasanya digunakan pada pasien sebelum atau sesudah operasi dan untuk pasien dengan gangguan pulmonary yang tidak dapat bernafas secara dalam, atelektasis paru, dan restriksi paru sedangkan kontraindikasi penggunaan incentive spirometer biasanya pada pasien yang tidak dapat bernafas dalam secara efektif misalnya pada pasien dengan kapasitas vital paru kurang dari 10 mL/Kg. e. CVAP ( Continuous positive airway pressure ) CVPAP adalah bentuk ventilator tekanan jalan nafas positif, yang menerapkan tekanan udara ringan secara terus menerus. Itu membuat saluran udara terbuka terus menerus pada orang-orang yang dapat bernapas secara spontan sendiri, tetapi membutuhkan bantuan menjaga jalan napas mereka tidak terhalang. CPAP biasanya kedalaman airnya 4-8 cmH20.
Hal hal yang perlu diperhatikan pada saat pemberian oksigen dalam pemberian asuhan keperawatan adalah:
Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen.
Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran. Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol - botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai. Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering. Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi, hypercarbia diikuti penurunan kesadaran. Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1-2 L/menit, kemudian dinaikkan pelan- pelan sesuai kebutuhan. Terapi O2 merupakan salah satu intervensi keperawatan yang bersifat kolaboratif yang merupakan bagian dari paket intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien berdasarkan diagnosa keperawatan yang dirumuskan. Oleh karena itu maka langkah pertama yang perawat lakukan adalah melakukan pengkajian.