Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt, karena berkat dan rahmat-Nya lah kita
diberi kesehatan dan kesempatan sehingga bisa menyelesaikan makalah “Senyawa tanin pada
tanaman” yang merupakan salah satu tugas yang diberikan kepada mahasiswa untuk
melengkapi penilaian dalam mengikuti Ujian Akhir Semester Fitokimia.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Novi Fajar, M.Farm, Apt.selaku dosen
pengampu mata kuliah Fitokimia atas bimbingan dan materi yang telah diberikan kepada
penulis dalam kegiatan perkuliahan. Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat kekurangan, sehingga saran penyusun supaya para pembaca untuk
memberikan kritik serta saran, guna untuk menyempurnakan makalah-makalah penyusun
berikutnya. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih kepada pembaca atas partisipasinya
untuk membaca makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.3 Tujuan.........................................................................................................................5
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................17
Daftar Pustaka.........................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan beberapa
senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energi melainkan untuk menunjang
kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predator. Beberapa senyawa seperti
alkaloid, triterpen dan golongan phenol merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari
metabolisme sekunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu
atau dua gugus hidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid,
fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dan tanin, yang
tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan.
Pada makalah Farmakognosi ini, kami akan membahas mengenai tanin, yang
merupakan salah satu metabolit sekunder yang dapat dihasilkan oleh tanaman. Tanin
merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol. Senyawa
tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk menyamakkan
kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat
alkaloid dan glatin.
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa tanaman.
Tanin mampu mengikat protein, sehingga protein pada tanaman dapat resisten terhadap
degradasi oleh enzim protease di dalam silo ataupun rumen (Kondo et al., 2004). Tanin selain
mengikat protein juga bersifat melindungi protein dari degradasi enzim mikroba maupun
enzim protease pada tanaman (Oliveira et al., 2009), sehingga tanin sangat bermanfaat dalam
menjaga kualitas silase.
Tanin merupakan senyawa kimia yang tergolong dalam senyawa polifenol (Deaville et al.,
2010). Tanin mempunyai kemampuan mengendapkan protein, karena tanin mengandung
sejumlah kelompok ikatan fungsional yang kuat dengan molekul protein yang selanjutnya
akan menghasilkan ikatan silang yang besar dan komplek yaitu protein tanin. Tanin
mempunyai berat molekul 0,5-3 KD. Tanin alami larut dalam air dan memberikan warna
pada air, warna larutan tanin bervariasi dari warna terang sampai warna merah gelap atau
coklat, karena setiap tanin memiliki warna yang khas tergantung sumbernya (Ahadi, 2003).
Tanin pada tanaman diklasifikasikan sebagai tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.
Tanin terhidrolisis merupakan jenis tanin yang mempunyai struktur poliester yang mudah
dihidrolisis oleh asam atau enzim, dan sebagai hasil hidrolisisnya adalah suatu asam
polifenolat dan gula sederhana. Golongan tanin ini dapat dihidrolisis dengan asam, mineral
panas dan enzim-enzim saluran pencernaan. Sedangkan tanin terkondensasi, yang sering
disebut proantosianidin, merupakan polimer dari katekin dan epikatekin (Maldonado, 1994).
Tanin yang tergolong tanin terkondensasi, banyak terdapat pada buah-buahan, biji-bijian dan
tanaman pangan, sementara yang tergolong tanin terhidrolisis terdapat pada bahan non-
pangan (Makkar, 1993), untuk lebih jelas struktur tanin dapat dilihat pada Gambar 1.
Menurut Susanti (2000), sifat utama tanin pada tanaman tergantung pada gugus fenolik-OH
yang terkandung dalam tanin. Secara garis besar sifat tanin dapat dijabarkan sebagai berikut :
(a) Tanin terhidrolisis (b) Tanin terkondensasi
2. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah besar
apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organik seperti metanol,
etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
3. Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk
menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna hijau
dan biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat memberikan
reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang sama.
4. Tanin mulai terurai pada suhu 98,8 0C.
6. Ikatan kimia yang terjadi antara tanin-protein atau polimer lainnya terdiri dari ikatan
hidrogen, ikatan ionik, dan ikatan kovalen.
7. Tanin mempunyai berat molekul tinggi dan cenderung mudah dioksidasi menjadi suatu
polimer, sebagian besar tanin amorf (tidak berbentuk) dan tidak mempunyai titik leleh.
8. Warna tanin akan menjadi gelap apabila terkena cahaya atau dibiarkan di udara terbuka.
9. Tanin mempunyai sifat bakteristatik dan fungistatik.
Menurut Makkar (1993), keberadaan sejumlah gugus fungsional pada tanin akan
menyebabkan terjadinya pengendapan protein, selain membentuk komplek dengan protein
bahan pangan, tanin juga berikatan dengan protein mukosa sehingga mempengaruhi daya
penyerapan terhadap nutrien. Proses ikatan tanin dan nutrisi pakan bisa dilihat pada Gambar
2.
Gambar 2. Contoh interaksi tanin dengan protein
Sumber: (Matteo et al., 2010)
Tanin merupakan senyawa yang mampu mengurangi produksi gas metan. Semakin tinggi
konsentrasi tanin maka produksi CH4 akan menurun. Menurut Patra et al. (2006), tanin yang
terkandung dalam ekstrak tanaman Terminalia chebula mempunyai aktivitas anti-
metanogenik. Sementara itu McSweeney et al. (2001) menyatakan bahwa penurunan
produksi gas CH4 dapat pula disebabkan oleh penurunan degradasi karbohidrat struktural
akibat terbentuknya suatu komplek antara tanin dengan selulosa atau hemiselulosa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Tanin
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah
yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin digunakan
sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin. Tanin yang
dikatakan sebagai sumber asam pada buah.
Berikut adalah gambar struktur tanin
Sifat-sifat Tanin :
1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
3. Tidak dapat mengkristal.
4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
Sifat kimia Tanin :
1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar
dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi
warna.
Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :
1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.
2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna
coklat.
Kegunaan Tanin :
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu
pada tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninnya
hilang.
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada
gastrointestinal dan pada kulit.
5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar,
dengan cara mengendapkan protein.
6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak
yang tidak larut.
Hidrolisa Tanin : Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang
sederhana. Hidrolisa :
1. Asam Gallat terurai pirogalol
2. Asam Protokatekuat Katekol
3. Asam Ellag dan Tenol-fenol lain.
(Asam Ellag dapat disamak kulit bentuk bunga)
2.2. Klasifikasi Tanin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang
memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang
terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang
merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat
berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap
formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan
senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada
tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-
pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan
polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya
adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin
dan catechin.
- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin
Jenis tanaman yang mengandung tanin antara lain adalah daun rambutan (Nephelium
lappaceum) memiliki Senyawa tanin dengan kemampuan sebagai agen pengkhelat (chelating
agent) pada unsur logam yang akan membuat logam menjadi lebih stabil dan aman didalam
tubuh karena adanya gugus fenolik . daun jambu biji (Psidium guajava) yang berfungsi
sebagai anti diare adalah tannin.. daun sidaguri (Sida rhombifolia L.) yang diketahui
mengandung tanin cukup tinggi dan telah digunakan sebagai pestisida nabati pembunuh ulat
(larvasidal) (Kusuma et al., 2009; Islam et al., 2003). Daun melinjo (Gnetum gnemon L.)
juga mengandung tanin. Biji pinang (Areca catechu L.) dan simplisia gambir (Uncaria
gambir Roxb.) telah dikenal luas sebagai penghasil tanin dengan kandungan tanin masing-
masing sebesar 26,6% dan 30-40% (Pambayun, 2007; Hadad et al., 2007).
Pegagan (Centella asiatica) atau antanan (Sunda), daun kaki kuda (Melayu), gagan-
gagan, rendeng (Jawa), taidah (Bali) sandanan (Papua) broken copper coin, buabok (Inggris),
paardevoet (Belanda), gotu kola (India), ji xue cao (Hanzi) juga diduga memiliki kandungan
senyawa tanin beserta asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside,
brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside,
carotenoids, hydrocotylin, vellarine, serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium,
kalsium dan besi. Zat vellarine dan tanin yang ada dapat memberikan rasa pahit.
Tanaman sirih merah (Piper crocatum) termasuk dalam famili Piperaceae, tumbuh
merambat dengan bentuk daun menyerupai hati dan bertangkai, yang tumbuh berselang-
seling dari batangnya serta penampakan daun yang berwarna merah keperakan dan
mengkilap. Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin,
tanin dan flavonoid.
Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji (Psidium guajava) mengandung tanin,
sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun jambu biji juga mengandung
zat lain kecuali tanin, seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,
asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin .
Daun dewa (Gynura divaricata) mengandung zat saponin, minyak atsiri,
flavonoid, dan tanin. Efek farmakologis daun dewa adalah antikoagulan (koagulan=zat yang
mempermudah dan mempercepat pembekuan darah), mencairkan bekuan darah,
stimulasi sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan panas, dan
membersihkan racun.
Ciplukan (Physalis minina) temasuk ke dalam famili tumbuhan Solanaceae. Nama lain
dari ciplukan antara lain adalah morel berry (Inggris), ceplukan (Jawa), cecendet (Sunda),
yoryoran (Madura), lapinonat (Seram), angket, kepok-kepokan, keceplokan (Bali), dedes
(Sasak), leletokan (Minahasa). Tumbuhan ini mempunyai kandungan kimia berupa
chlorogenik acid, asam citrun, fisalin, flavonoid, saponin, polifenol. Buah mengandung asam
malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C dan gula. Biji mengandung elaidic acid. Sifat
tumbuhan ini analgetik (penghilang rasa sakit), peluruh air seni (diuretik), menetralkan racun,
meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor.
Tanin merupakan salah satu senyawa polifenol dengan berat molekul lebih dari 1000
yang dapat diperoleh dari semua jenis tumbuhan. Tanin memiliki sifat yang khas baik fisik
maupun kimianya. Tanin biasanya dalam tumbuhan berfungsi sebagai sistem pertahanan dari
predator, contohnya pada buah yang belum matang, buah akan terasa asam dan sepat, hal ini
sama dengan sifat tanin yang asam dan sepat. Selain itu tanin juga dapat mengendapkan
protein, alkaloid, dan glatin. Tanin juga dapat membentuk khelat dengan logam secara stabil,
sehingga jika manusia kebanyakan mengkonsumsi makan yang memiliki tanin maka Fe pada
darah akan berkurang sehingga menyebabkan anemia. Tanin diklasifikasikan menjadi dua
jenis yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Masing-masing jenis memiliki struktur
dan sifat yang berbeda. Untuk tanin yang tehidrolisis memiliki ikatan glikosida yang dapat
dihidrolisis oleh asam. Kalau tanin terkondensasi biasanya bebrbentuk polimer, jenis ini
didominasi dengan flavonoid sebagai monomernya. Beberapa cara mengujinya bergantung
pada tujuannya apakah kualitatif atau kuantitatif, masing-masing dapat dilakukan di
laboratorium dengan reagen dan metode tertentu. Tanin jenis terhidrolisis lebih mudah untuk
dimurnikan daripada jenis terkondensasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anggresani, Lia, et al. 2019. Tanin pada ekstrak daun rambutan (Nephelium lappaceum l.)
tidak berpotensi sebagai chelating agent dalam sintesis hidroksiapatit . Riset Informasi
Kesehatan, Vol. 8, No. 2
Puspita , Puspa Julistia. 2018. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Merah. Current
Biochemistry Volume 5 (3): 1 - 10, 2018
Putra, Rezal Dwi Permana (2018) Ekstraksi Kandungan Tanin Pada Daun jambu Biji (psidii
folium) Dengan Metode Microwave Assisted Extraction (MAE).
Setiawan, Bayu Dadang. 2016. Perbandingan Kadar Tanin Total dari Infusa dan Dekokta
Daun, Kulit Buah dan Biji Delima (Punica Granatum L.)
Nuryani, Siti. 2017. Pemanfaatan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn) Sebagai
Antibakteri dan Antifungi. JURNAL TEKNOLOGI LABORATORIUM Vol.6, No.2
Sutardi. 2017. Kandungan Bahan Aktif Tanaman Pegagan dan Khasiatnya untuk
Meningkatkan Sistem Imun Tubuh
Rizki, et al. 2018. Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sidaguri (Sida
rhombifolia L.) dan Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) pada Mencit
Jantan Hiperurisemia . e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.6 (no.2).