Anda di halaman 1dari 83

KEMENTERIAN KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Perkembangan APBN
dan Indikator Ekonomi
Makro
Jabatan Fungsional Analis Anggaran Ahli Muda
PETA KONSEP

Menginventarisasi data dan bahan telaahan


kebijakan fiskal dan ekonomi makro

Menyusun dan menganalisis realisasi APBN Bulanan

Menyusun dan menganalisis realisasi APBN Semester I


Perkembangan APBN dan
Indikator Ekonomi Makro
Menyusun perkiraan realisasi APBN (prognosa)
Semester II

Menganalisis dampak kebijakan fiskal dan ekonomi


fiskal dan ekonomi APBN berdasarkan
perkembangan realisasi APBN

Menyusun rekomendasi penyusunan RAPBNP


berdasarkan hasil kajian dampak kebijakan fiskal dan
ekonomi makro terhadap APBN

KEMENTERIAN KEUANGAN
Penyusunan dan Analisis
Realisasi APBN dan
Prognosis

3
3
OUTLINE
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN
# PROSES PENYUSUNAN APBN

# INDIKATOR ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO APBN

KETERKAITAN ADEM – POSTUR APBN &


# SENSITIVITAS APBN
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
4
FISKAL DAN PEREKONOMIAN

KEMENTERIAN KEUANGAN 5
1
ASUMSI DASAR
EKONOMI
MAKRO DAN
PROSES
PENYUSUNAN
APBN

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN


6
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO APBN MERUPAKAN INDIKATOR UTAMA
YANG MENJADI ACUAN DALAM PENYUSUNAN BESARAN APBN

Asumsi
Dasar
Ekonomi
Makro
Pergerakan ADEM akan
mempengaruhi komponen
Postur APBN lainnya Pendapatan
(Pendapatan, Belanja, dan Belanja
Pembiayaan)

Pembiaya
an

7
SIKLUS APBN
KONSEP KEBIJAKAN RAPBN
PELAKSANAAN JAN- Arah Kebijakan dan Prioritas
ANGGARAN DES JAN Pembangunan Nasional

SURAT MENTERI
DIPA KEUANGAN KE
DIPA K/L dan DES MAR
Non-K/L
MENTERI PERENCANAAN
Kapasitas Fiskal (Resource
Envelope)

KEPUTUSAN SIKLUS
PRESIDEN MAR SURAT BERSAMA
Rincian Alokasi
NOV
PENYUSUNAN Pagu Indikatif

APBN
Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat

PERATURAN PRESIDEN
UNDANG-UNDANG OKT MEI MENGENAI RKP
APBN PPKF, KEM, RKP

RUU DAN AGT JUN KEPUTUSAN


NOTA KEUANGAN MENTERI KEUANGAN
RAPBN Pagu Anggaran

8
PERUMUSAN ASUMSI DASAR
EKONOMI MAKRO APBN

RAPAT INTERDEP
ASUMSI DASAR
EKONOMI MAKRO
APBN

9
PEMBAHASAN DAN PENETAPAN
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO APBN

BADAN ANGGARAN
Panja A

KOMISI XI DPR RI KOMISI VII DPR RI


• Pertumbuhan Ekonomi • Harga Minyak
• Inflasi • Lifting Minyak
• Kurs • Lifting Gas
• Tk Suku Bunga
10
INDIKATOR
1
ASUMSI DASAR
EKONOMI
MAKRO APBN

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN


11
INDIKATOR ASUMSI EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan Inflasi Tingkat Bunga


Ekonomi (%,yoy) SPN 3 Bulan (%)
(%,yoy)

Nilai Tukar Harga Minyak Mentah


(Rp/US$) Indonesia (US$/Barel)

Lifting Gas Lifting Minyak


(ribu barel setara minyak perhari) (ribu barel per hari)

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 12


ASUMSI EKONOMI MAKRO 2016 - 2017
2016 2017
Realisasi APBN
Proyeksi
Pertumbuhan Ekonomi pertumbuhan
(%, yoy)
5,02 5,1 ekonomi 2017
oleh lembaga
Inflasi internasional:
(%, yoy) 3,02 4,0

SPN 3 Bulanan Bank Indonesia


(%)
5,7 5,3 5,0% - 5,4%

Nilai Tukar Rupiah IMF


(Rp/US$) 13.307 13.300
5,1%
ICP
(US$/barrel) 40 45 World Bank
5,3%
Lifting Minyak
(ribuan barrel/hari) 829 815
Bloomberg
Lifting Gas consensus
(setara dengan ribuan barrel minyak/hari) 1.184 1.150 5,3%
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
SUMBER DATA

DATA EKSTERNAL

INTERNAL

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 14


Realisasi Pertumbuhan ekonomi 2016 lebih tinggi
dibandingkan dua tahun terakhir
Pertumbuhan
5,5 Ekonomi Distribusi Sektoral Terhadap PDB

13,4 13,4 13,3 13,5 13,5 Pertanian


5,0 5,2 5,2 5,0
5,1 11,0 9,8 7,6 7,2 Pertambangan
5,0 11,6
4,9 5,0
4,9 4,9 5,0 4,9
4,9 20,5 Industri
21,1 21,0
4,8 21,5 21,0
4,7 4,8
10,2 10,4 Konstruksi
9,5 9,9
9,3
4,5
13,4 13,3 13,2 Perdagangan
13,2 13,2

Jasa Lainnya
28,8 29,4 30,0 31,2 31,7

4,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 15


PERTUMBUHAN EKONOMI
(BERDASARKAN PENGELUARAN)

Investasi (PMTB) Lainnya


Ekspor
Net Ekspor
• Pertumbuhan 1,7% 4,1% • Pertumbuhan
2015 5,1% 2015 -2,0%
• Pertumbuhan • Pertumbuhan
2016 4,5% 2016 -1,7%
Impor
Investasi (PMTB) • Pertumbuhan
31,6% 2015 -5,8%
Produk Domestik Bruto • Pertumbuhan
Konsumsi
2016 -2,7%
Rumah Tangga
54,9%
Konsumsi Konsumsi Konsumsi
Pemerintah Pemerintah Rumah Tangga*
• Pertumbuhan 7,7% • Pertumbuhan
2015 5,4% 2015 4,8%
• Pertumbuhan • Pertumbuhan
2016 -0,15% 2016 5,0%
* Termasuk LNPRT
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
Sumber: BPS, Diolah
PERTUMBUHAN EKONOMI
(TARGET DAN REALISASI)

Pertumbuhan ekonomi (%, yoy)

6,5 6,5 6,5


6,3 6,3

5,7 5,7
5,5
5,1 5,2
5,0
4,8

APBNP REALISASI APBNP REALISASI APBNP REALISASI APBNP REALISASI APBNP REALISASI APBNP REALISASI
2011 2012 2013 2014 2015 2016

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN


Pendekatan Penyusunan PDB
Sektor Ekonomi:
1. Pertanian, Peternakan,
2. Kehutanan dan Perikanan;
3. Pertambangan dan Penggalian;
Pendekatan Produksi
(Production Approach) 4. Indutri Pengolahan;Listrik, Gas, dan Air Bersih;
5. Konstruksi;
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran;
7. Pengangkutan dan Komunikasi;
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan;
9. Jasa-jasa.

Penggunaan:
1. Konsumsi Rumah Tangga
Penyusunan 2. Konsumsi Pemerintah
Pendekatan Penggunaan
(Expenditure Approach)
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
PDB 4. Perubahan stok
5. Ekspor
6. Impor

Pendapatan:
1. Upah dan gaji (balas jasa tenaga kerja),
Pendekatan Pendapatan 2. Sewa tanah (balas jasa tanah),
(Income Approach) 3. Bunga modal (interests) sebagai balas jasa
modal, dan
4. Keuntungan (balas jasa ketrampilan).

Catatan:
Karena keterbatasan data, BPS belum dapat menyajikan data PDB dengan
pendekatan Pendapatan (Income Approach)
18
PDB Nominal VS PDB Riil

Dalam penyajian data, PDB disajikan dalam dua konsep harga:


1. Harga berlaku
2. Harga konstan atau tahun dasar

Penjelasan:
Ø PDB atas dasar harga berlaku (PDB nominal) merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
PDB tersebut dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
Pertumbuhan PDB Nominal = Pertumbuhan PDB Riil + Harga

Ø PDB atas harga konstan atau tahun dasar (PDB riil) merupakan merupakan PDB atas dasar harga
berlaku, namun tingkat perubahan harganya telah “dikeluarkan”. Peningkatan besarnya nilai PDB ini
dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap
sektor.
PDB tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, dengan
maksud pertumbuhan ekonomi benar-benar merupakan pertumbuhan volume barang dan jasa,
bukan nilai yang masih mengandung perubahan harga

19
Formula Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi diukur dari PDB harga konstan.


Ø Secara rumus pertumbuhan ekonomi adalah:

PE = pertumbuhan ekonomi
PDB = Produk Domesik Bruto
T = tahun tertentu
t-1 = tahun sebelumnya

Ø Sekilas Penjelasan Perubahan Tahun Dasar


§ Sesuai rekomendasi yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam buku panduan
Sistem Neraca Nasional, dinyatakan bahwa estimasi PDB/PDRB atas dasar harga konstan sebaiknya
dimuktahirkan secara berkala atau periodik.
§ Dalam perjalanan penggunaan tahun dasar, Indonesia sudah melakukan perubahan tahun dasar
sebanyak lima kali, yaitu tahun 1960, 1973, 1983,1993, dan 2000.

20
Formula Deflator PDB
(Implicit Price Deflator)
Ø Deflator PDB dihitung berdasarkan PDB Nominal dari BPS dibagi dengan riil. Sering juga disebut Implicit Price
Deflator (IPD)
Ø Persamaan: Implicit Price Deflators — Indeks Paasche (Bobot)

Ø Dimana: IPDt = IPD saat t; Pt = Harga saat t; P0 = Harga tahun dasar; and Qt = Kuantitas saat t (Menunjukan
Bobot).
Ø Bila dibandingkan dengan tahun dasar, IPD akan mewakili indikator perubahan harga murni.
Ø Namun, bila dibandingkan dengan bukan pada tahun dasar, perubahan dalam IPD dapat mencerminkan
perubahan baik harga dan komposisi barang dan jasa.
Contoh: substitusi terhadap barang yang harganya lebih rendah akan menurunkan peningkatan IPD.

Perbedaan IHK dan Deflator PDB


Ø Consumer price index (IHK)
§ IHK merangkum pergerakan harga rata-rata barang-barang dan jasa yang dibeli oleh rumah
tangga perkotaan (tertimbang berdasarkan pengeluaran mereka).
Ø Deflator PDB
§ Deflator PDB adalah ukuran tingkat harga dari semua barang baru dan jasa dalam suatu
perekonomian
• Di Indonesia, hal itu tersirat dari perbandingan PDB nominal dan riil yang diterbitkan oleh BPS
Ø Perbedaan:
§ IPD menawarkan pengukuran harga yang lebih luas dibandingkan IHK
21
Penjelasan Periode Pertumbuhan Ekonomi

Ø Pertumbuhan ekonomi triwulan ke triwulan (q to q)


PDB atas dasar harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Ø Pertumbuhan ekonomi tahun ke tahun (y on y)
PDB atas dasar harga konstan pada suatu triwulan dalam tahun tertentu dibandingkan dengan
triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
Ø Pertumbuhan ekonomi kumulatif ke kumulatif (c to c)
PDB atas dasar harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan periode
kumulatif yang sama pada tahun sebelumnya.
Ø Sumber pertumbuhan (Source Of Growth)
menunjukkan sektor atau komponen pengeluaran dalam PDB yang menjadi penggerak
pertumbuhan. Untuk memperoleh sumber-sumber pertumbuhan, laju pertumbuhan ekonomi
diimbang dengan masing-masing share sektor atau komponen pengeluaran terhadap PDB.

22
INFLASI TAHUN 2016 : 3,02%
yoy (%) Inflasi menurut Kelompok Pengeluaran tahun 2016 (%,yoy)
20,0 Transpor, Komunikasi,
-0,72
dan Jasa Keuangan

17,0
Inflasi - Inflasi - Harga Pendidikan,
2,73
Harga diatur Rekreasi, dan Olahraga
14,0 Pemerintah
Bergejolak
Kesehatan 3,92
11,0
Sandang 3,05
8,0

Inflasi - 5,92 Perumahan, Air,


1,90
5,0 Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
3,02
Inflasi - Umum 3,07 Makanan jadi, Minuman,
2,0 Rokok, dan Tembakau
5,38

0,21
-1,0 Bahan Makanan 5,69

Jan-14 Jun-14 Nov-14 Apr-15 Sep-15 Feb-16 Jul-16 Dec-16


-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00

Asumsi Inflasi APBN (Target dan Realisasi)


9
8
7
6
5
4 8,4 8,4
6,8 7,2
3 5,7 5,3 5
2 3,8 4,3 4
3,4 3,0
1
0
APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2016
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
INFLASI SECARA UMUM

Inflasi IHK/Inflasi Umum (Headline Inflation) adalah inflasi seluruh


barang dan jasa yang dimonitor harganya secara periodik. Inflasi umum
adalah gabungan dari inflasi inti, inflasi administered price, dan inflasi
volatile goods.

Inflasi Inti (Core Inflation) adalah inflasi barang dan jasa yang
perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara
umum (ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan
penawaran) yang sifatnya cenderung permanen, persisten, dan bersifat
umum.

Inflasi Administered Price adalah inflasi barang dan jasa yang


perkembangan harganya secara umum dapat diatur pemerintah.

Inflasi Volatile Goods adalah inflasi barang dan jasa yang perkembangan
harganya sangat bergejolak. Inflasi ini disebut juga inflasi volatile foods
karena komoditas untuk menghitungnya didominasi oleh bahan makanan.
24
PENGHITUNGAN INFLASI (1)
Penghitungan Inflasi Umum/Inflasi IHK:

æ IHK t - IHK t -1 ö
INFt = çç ÷÷ C 100
è IHK t -1 ø
Inflasi Bulanan (month on month):

IHK Bulanan (n ) - IHK Bulanan (n - 1)


INFm -o - m = Χ 100
IHK Bulanan (n - 1)

Inflasi Tahunan (year on year) dan Inflasi Tahun Kalender (year to


date):
IHK Bulan n Tahun (t) - IHK Bulan n Tahun (t - 1 )
INFy -o - y = X 100
IHK Bulan n Tahun (t - 1 )

IHK Bulan n Tahun (t) - IHK Bulan 12 Tahun (t - 1 )


INFy -t - d = X 100
IHK Bulan 12 Tahun (t - 1 )
Catatan:
t = Tahun
n = Bulan (bulan 1 – 12) 25
Nilai Tukar Rupiah/ US$

15000,0
Rata2 Rata2
EOP
14500,0 Bulanan Kumulatif
Rata-rata 2015: Jan-15 12.625 12.579 12.579
14000,0 Rata-rata 2016:
Rp13.392/US$
Rp13.307/US$ Feb-15 12.863 12.750 12.660
13500,0
Mar-15 13.084 13.067 12.804
13000,0 Apr-15 12.937 12.948 12.841
Rata-rata 2014:
12500,0 Rp11.878/US$ May-15 13.211 13.141 12.897
Jun-15 13.332 13.313 12.968
12000,0
Jul-15 13.481 13.375 13.022
11500,0 Aug-15 14.027 13.782 13.116
11000,0 Sep-15 14.657 14.396 13.263
Nov

Nov

Nov
Mei
Jul

Mei
Jul

Mei
Jul
Mar

Mar

Mar
Jan

Sep

Jan

Sep

Jan

Sep
Oct-15 13.639 13.796 13.318
2014 2015 2016
Nov-15 13.840 13.673 13.351
Dec-15 13.795 13.855 13.392
30 Jan-16 13.846 13.889 13.889
17,81 15,15
20 11,17 Feb-16 13.395 13.516 13.702
6,66
10 2,71 2,60
0,010,06 Mar-16 13.276 13.193 13.527
0
-10 -1,06 -0,37 -1,23 -2,00 -2,62 -2,68 -3,28 Apr-16 13.204 13.180 13.438
-5,13 -7,02 -4,93 -4,47 -4,89
-5,75 -4,64
-7,71 -6,95 -5,71
-20 -10,89 -11,38 May-16 13.615 13.420 13.435
-19,42 -20,78
-30 -24,50 -22,79 -24,93 Jun-16 13.180 13.355 13.420
-40 -33,69 Jul-16 13.094 13.116 13.386
-50
-49,04 2015 2016 Aug-16 13.300 13.165 13.356
-60
Sep-16 12.998 13.118 13.328
Thailand
Japan

UK
Singapore
South Afika

Saudi Arabia

S. Korea
Indonesia

India

China
Brazil

Turkey
Philipppines
Vietnam
Russia

Malaysia
Euro

Oct-16 13.051 13.017 13.296


Nov-16 13.563 13.319 13.299
Des - 16 13.436 13.424 13.307
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
26
Perubahan Nilai Tukar
Ø Karena permintaan dan penawaran di pasar:
v Apresiasi à peningkatan nilai mata uang yang diukur berdasarkan
peningkatan jumlah mata uang asing yang dapat dibeli
v Depresiasi à penurunan nilai mata uang yang diukur berdasarkan
penurunan jumlah mata uang asing yang dapat dibeli.
Ø Karena kebijakan:
v Revaluasi à kebijakan untuk menaikkan nilai tukar mata uang
domestik terhadap mata uang negara lain.
v Devaluasi à kebijakan untuk menurunkan nilai tukar mata uang
domestik terhadap mata uang negara lain.

27
TINGKAT SUKU BUNGA SPN 3 BULAN

• SPN 3 bulan dan


APBN mengunakan asumsi SBI 3 bulan
suku bunga SBI 3 bulan menggunakan
sampai dengan tahun 2010. sistem pelelangan
yang sama.
SBI 3 bulan menjadi acuan • Syarat dan
pembayaran bunga utang ketentuan (terms
pemerintah atas obligasi rekap and condition)
perbankan jenis variabel rate SPN 3 bulan
sesuai dengan
SBI 3 sejak Nov 2010 tidak terbit syarat dan
lagi terkait kebijakan mengelola ketentuan SBI
capital inflow (mencegah large
and sudden reversal). sebagai acuan
Surat utang
Negara (SUN)
Pemerintah menerbitkan SPN 3 dengan tingkat
bulan sebagai acuan variabel rate suku bunga
menggantikan SBI 3 bulan mengambang.

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN


TINGKAT SUKU BUNGA SPN 3 BULAN
(ASUMSI DAN REALISASI)

7 7

6 6

5 5

4 4

3 3

2 2
APBNP REALISASI

1 1

0 0
1
2011 2
2012 2013
3
2014
4 5
2015 6
2016

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 29


HARGA MINYAK MENTAH INDONESIA

Period WTI Brent ICP


Harga Minyak Mentah Indonesia
Jan-16 31,68 30,70 27,5
(US$ /barel)
Feb-16 30,32 32,18 28,9
120
Mar-16 37,55 38,21 34,2
100 Apr-16 40,75 41,58 37,2
80 ICP 2014 May-16 46,71 46,74 44,7
US$ 96.5/barel
Jun-16 48,76 48,25 41,2
60
Jul-16 44,80 46,53 40,7
40 ICP 2015 Aug-16 44,80 47,16 41,1
US$ 49.2/barel ICP 2016 US$
20 40,0/barel Sep-16 45,23 47,12 42,2
Oct-16 49,94 51,39 46,6
0
Nov-16 45,76 47,08 43,3
14

15

16
14

15

16
4

6
14

15

16
4

6
4

6
Des-16 52,20 54,90 51,1
l- 1

l- 1

l- 1
-1

-1

-1
-1

-1

-1
n-

n-

n-
v-

v-

v-
p-

p-

p-
ay

ay

ay
ar

ar

ar
Ju

Ju

Ju
No

No

No
Ja

Ja

Ja
Se

Se

Se
M

M
M

M
Rerata 43,2 44,3 39,9

Ø ICP (Indonesian Crude Price) adalah harga patokan minyak mentah Indonesia yang digunakan sebagai dasar
monetisasi minyak Indonesia.
Ø ICP adalah harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai indikator perhitungan
bagi hasil minyak. (biasanya memakai standar harga Mid Oil Platts Singapore (MOPS) atau biasa disebut Singapore
Platts.
Ø Terdapat sekitar 50 jenis minyak mentah Indonesia yang masing-masing mempunyai harga yang berbeda (SLC, Cinta,
Widuri, Duri, Attaka, Belida, Arjuna, dan Senipah Condensate

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 30


Gambaran Umum
Ø ICP (Indonesian Crude Price) atau harga minyak mentah Indonesia merupakan basis harga
minyak mentah yang digunakan dalam APBN. (penerimaan PNBP Migas, PPh Migas, dan Subsidi
BBM)
Ø ICP adalah harga patokan minyak mentah Indonesia yang digunakan sebagai dasar monetisasi
minyak Indonesia.
Ø ICP adalah harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai
indikator perhitungan bagi hasil minyak. (biasanya memakai standar harga Mid Oil Platts
Singapore (MOPS) atau biasa disebut Singapore Platts.
Ø ICP ditetapkan setiap bulan dan dievaluasi setiap semester.
Ø Sesuai dengan karakteristik dan kualitasnya, sampai dengan saat ini terdapat 50 jenis minyak
mentah Indonesia yang masing-masing mempunyai harga yang berbeda.
Ø 50 jenis ICP tersebut pada dasarnya terbagi tiga kelompok yaitu:
§ 8 jenis minyak mentah (SLC, Cinta, Widuri, Duri, Attaka, Belida, Arjuna, dan Senipah Condensate);
harganya berdasarkan formula ICP yang mengacu pada publikasi APPI, RIM dan PLATT’S;
§ 1 jenis minyak mentah (Bontang Return Condensate/BRC) harganya dihitung berdasarkan Publikasi
MOPS Naphta;
§ 42 jenis minyak mentah lainnya harganya dihitung berdasarkan formula yang mengacu pada 8 jenis ICP
tersebut di atas (huruf a).

31
LIFTING MINYAK DAN GAS BUMI

LIFTING PRODUKSI

Minyak mentah dan gas bumi Minyak mentah dan gas bumi
yang di angkat dari dalam perut yang di angkat dari dalam perut
bumi DAN DIJUAL bumi

titik ukurnya data dari jumlah


titik ukur data lifting dari titik
migas yang dapat dikeluarkan
penjualan atau "titik serah"
dari dalam reservoir sumur
(point of delivery)
produksi

Angka lifting seringkali berbeda dengan angka produksi a.l karena :


• produksi pada tangki penyimpanan tidak dapat diangkut dan dijual seluruhnya
terkait ketersediaan dan terbatasnya kapasitas angkutan kapal untuk mengankut
minyak maupun gas hasil produksi.
• Hasil produksi sebagian digunakan untuk teknis operasi (own use)
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 32
Produksi VS Lifting Minyak

Ø Sering terjadi kerancuan dalam pengertian produksi minyak dan lifting minyak.
Sesungguhnya lifting minyak adalah bagian dari produksi minyak.
Ø Produksi minyak digunakan untuk:
§ Kegiatan operasional sebagai pembangkit energi.
§ Persediaan di kilang operasi atau kilang penampungan
§ Lifting minyak (produksi minyak yang dijual)

Satuan Lifting Minyak


Satuan yang lazim digunakan untuk mengukur lifting minyak adalah:
Ø Ribu barel per hari à MBOPD (Thousand Barrels Oil Per Day) atau MBCD (Thousand
Barrels Crude per Day)
Ø Juta barel per hari à MMBOPD (Million Barrels Oil Per Day) atau MMBCD (Million
Barrels Crude per Day)

Notes: “M” adalah angka romawi


M =1000 (Thousand)
MM = 1.000.000 (Million)
33
LIFTING MINYAK DAN GAS BUMI
(TARGET DAN REALISASI)
1000
Lifting Minyak
900
800
700
600
500 945 898 930
400 860 840 825 818 794 825 820 829
778
300
200
100
0
APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2016

1260
1240
Lifting Gas Bumi
1220
1200
1180
1.240
1160 1.224 1.224 1221
1.213
1195
1140 1.180
1120 1.150

1100
APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2016

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 34


1 ASUMSI DAN
POSTUR APBN

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN


35
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO
DAN POSTUR APBN
ADEM POSTUR APBN

Pertumbuhan PENDAPATAN NEGARA


Ekonomi (PDB) • Penerimaan Pajak
• Bea Masuk/Keluar
•PNBP
•HIbah
Inflasi

Belanja Negara
• Belanja Pegawai
Nilai Tukar
•Belanja Barang
Rupiah
•Belanja Modal
•Pembayaran Bunga Utang
•Subsidi
•Bagi Hasil Daerah
Suku Bunga

Pembiayaan Anggaran
• SBN
Harga Minyak
• Pinjaman LN

Lifting Migas

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 36


SENSITIVITAS APBN TERHADAP
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO (TRILIUN RUPIAH)
Pertumbuhan Tingkat Bunga
Ekonomi (%,yoy) ↑ 1,0 Inflasi (%,yoy) ↑ 1,0 SPN 3 Bulan (%) ↑ 1,0

Pendapatan •Pajak 11,2-15,0 T | 10,4-15,6 T


Pendapatan •Pajak 7,6-10,3 T | 8,8-10,0 T
Belanja •BPP 1,4-1,7 T | 0,1-2,1 T

•BPP 0,4-1,3 T | 0,1-1,0 T


Belanja •BPP 0,7-1,3 T | 0,1-1,1 T
•TKDD 1,0-4,1 T | 0,0-0,2 T Belanja
•TKDD 1,8-2,6 T | 0,0-0,2 T Surplus/
•(1,7)-(1,4)T | (2,1)-(0,1)T
(Defisit)
Surplus/
•9,5-9,9 T | 10,3-14,4 T Surplus/
(Defisit) •5,1-6,4 T | 8,7-8,8 T
(Defisit)

Nilai Tukar Harga Minyak Mentah Lifting Minyak


↑ 100 ↑ 10
Indonesia (US$/Barel) ↑ 1,0
(Rp/US$) (ribu barel per hari)

•Pajak 2,0-2,4 T |1,8-2,4 T


Pendapatan
•PNBP 1,7-2,5 T | 1,7-2,5 T •Pajak 0,8-0,8 T | 0,8-0,8 T •Pajak 0,2-0,4 T | 0,2-0,4 T
Pendapatan Pendapatan
•PNBP 2,7-3,1 T | 2,7-3,2 T •PNBP 1,4-2,6 T | 1,4-2,6 T
•BPP 1,4-2,2 T | 1,2-1,7 T
Belanja
•TKDD 0,8-1,2 T | 0,4-0,5 T
•BPP 1,8-2,6 T | 1,7-2,0 T •BPP 0,1-0,3 T | 0,1-0,2 T
Belanja Belanja
•TKDD 0,7-1,2 T | 0,5-0,6 T •TKDD 0,4-0,8 T |0,3-0,4 T
Surplus/
•1,5-1,5 T | 2,0-2,7 T
(Defisit)
Surplus/ •0,1-0,9 T | 1,3-1,4 T
Surplus/ •1,1-2,0 T | 1,2-2,5 T
(Defisit) (Defisit)
Pembiayaan •(0,5)-0,3 T | (0,1)-(0,1) T

Tahun 2016
Tahun 2017
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 37
TANTANGAN PERENCANAAN ASUMSI DASAR
EKONOMI MAKRO

Siklus APBN vs kondisi perekonomian yang


sangat dinamis

Pembahasan yang ‘panjang’

Deviasi dan Kredibilitas

Memperkuat Tingkat Kendali dalam


pelaksanaan

Koordinasi yang lebih kuat

DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 38


DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 39
POTRET KEMISKINAN, KETIMPANGAN DAN
PENGANGGURAN DI INDONESIA
Tingkat Pengangguran
GINI Ratio Angka Kemiskinan Terbuka (TPT)
sumber: BPS

0,42 0,41 0,41 0,410,41 0,41 18,0 16,6 10,00 9,11


0,41 15,4 9,00 8,39
16,0
14,2 7,87
0,40
14,0
13,3
12,5 12,0
8,00 7,14 7,48
0,39 0,38 11,4 11,3 11,2
12,0
7,00 6,13 6,17 5,94 6,18
0,38
0,37 0,36
0,37 0,40 10,0
6,00

5,00
0,36 0,35 8,0
0,35
6,0 10,70
4,00
3,00
5,61
0,34
4,0 2,00
0,33
0,32 2,0 1,00

0,31 0,0 -
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016

2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
Penyusunan dan Analisis
Realisasi APBN dan
Prognosis

41
41
INDIKATOR PEMBELAJARAN

A. Menyusun dan analisis realisasi APBN bulanan


B. Menyusun dan analisis realisasi APBN Semester I
C.Menyusun perkiraan realisasi APBN (prognosa)
Semester II
D. Menganalisis Realisasi APBN Semester I dianalisis
dampaknya terhadap APBN
E. Menyusun perkiraan realisasi APBN (prognosa)
Semester II dianalisis dan disusun dalam format
outlook APBN

KEMENTERIAN KEUANGAN 42
Pokok Bahasan

A. Penyusunan dan Analisis Realisasi


APBN Bulanan

KEMENTERIAN KEUANGAN
43
Realisasi APBN Bulanan

Memperhatikan :
- realisasi pada tahun
sebelumnya
- tahun berjalan

Prognosis à
Penyusunan Realisasi pelaksanaan perkiraan realisasi
Anggaran anggaran Bulanan dan pelaksanaan APBN
Semester dlm Semester II tahun
anggaran berjalan

Tujuan Penyusunan Realisasi


- Bahan pertimbangan dalam
penetapan target APBN tahun
berikutnya

KEMENTERIAN KEUANGAN 44
Penyusunan dan Analisis Realisasi
APBN Bulanan

• Pendapatan
Penyusunan • Belanja
realisasi APBN • Surplus/defisit
• Pembiayaan

Sumber data • Buku Merah à DJPb

Tujuan penyusunan • Perbandingan data


pada periode bulan
realisasi APBN yang sama
bulanan • Sumber analisis

KEMENTERIAN KEUANGAN 45
POSTUR APBN
Pendapatan Negara Semua penerimaan yang
menambah ekuitas dana lancar,
v Pendapatan Perpajakan yang merupakan hak negara
v Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam 1 tahun anggaran yang
v Pendapatan Hibah tidak perlu dibayar kembali oleh
negara

Belanja Negara
Semua pengeluaran yang
v Belanja Pemerintah Pusat mengurangi ekuitas dana lancar,
o Klasifikasi Organisasi, Fungsi dan Jenis yang merupakan kewajiban
Belanja negara dalam satu tahun
v Transfer ke Daerah dan Dana Desa anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali
oleh Negara
Surplus/Defisit Anggaran
Semua penerimaan yang perlu
Pembiayaan Anggaran dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima
v Pembiayaan Utang kembali, baik pada tahun
v Pembiayaan Investasi anggaran bersangkutan maupun
v Pemberian Pinjaman pada tahun-tahun anggaran
v Kewajiban Penjaminan berikutnya
v Pembiayaan Lainnya
KEMENTERIAN KEUANGAN 46
Jenis Pendapatan Negara
Pendapatan Perpajakan, meliputi :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPN & PPnBM)
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
4. Cukai
5. Pajak Lainnya
6. Pajak Perdagangan Internasional (yang terdiri dari Bea Masuk dan
Bea Keluar)
Catatan: Sejak 2011, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BUKAN LAGI merupakan penerimaan pajak Pemerintah Pusat (UU
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah)
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :
1. Penerimaan SDA (migas dan nonmigas)
2. Bagian Pemerintah atas laba BUMN
3. PNBP Lainnya
4. Penerimaan BLU

KEMENTERIAN KEUANGAN 47
Unit Kerja Pemungut Pendapatan Negara

KEMENTERIAN KEUANGAN 48
Belanja Negara
Ø Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Ø Belanja negara dipergunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Ø Belanja Negara merup salah satu instrumen kebijakan fiskal yang
sangat strategis karena pemerintah dapat secara langsung
melakukan intervensi anggaran (direct budget intervention)
untuk mencapai sasaran-sasaran program pembangunan yang
ditetapkan.
Ø Untuk melaksanakan sasaran-sasaran program tersebut,
dibutuhkan suatu strategi penganggaran yang berkelanjutan
(sustainable) dan efektif merefleksikan fungsi-fungsi alokasi,
distribusi, dan stabilitas, yang antara lain dituangkan dalam
bentuk kebijakan di bidang belanja pemerintah pusat.
Ø Belanja negara dirinci menurut Organisasi, Fungsi, dan Jenis
Belanja (pasal 11 UU 17/2003)

KEMENTERIAN KEUANGAN 49
CONTOH:
Tren pendapatan negara dalam satu semester

ü Faktor yang
memengaruhi
Tabel 2: Penerimaan Perpajakan Semester 1 Tahun pendapatan pajak
2018 (Trilyun rupiah) dalam negeri
- inflasi
- pertumbuhan ekonomi
- nilai tukar

ü Target pendapatan
pajak dalam negeri
dalam APBN tahun 2018
sebesar Rp 1.579.395,5
milliar, meningkat 9,9% di
bandingkan dengan
tahun 2017

ü PPh à kontributor
terbesar dalam
pendapatan pajak
KEMENTERIAN KEUANGAN 50
LATIHAN 1

Tabel 3: Penerimaan Negara Bukan Pajak Semester I Tahun 2018


(trilyun rupiah)

Ø Buatlah analisis terkait dengan tren penerimaan PNBP semester


I tahun 2018

KEMENTERIAN KEUANGAN 51
LATIHAN 2

ü Buatlah tabulasi data pendapatan negara bidang


perpajakan per jenis pajak triwulan pertama selama
tiga tahun terakhir.
ü Buatlah analisa terhadap tren pendapatan
perpajakan berdasarkan data tersebut

KEMENTERIAN KEUANGAN 52
Pokok Bahasan

B. Penyusunan dan analisis realisasi APBN


Semester I serta dampak terhadap APBN

KEMENTERIAN KEUANGAN
53
Jadwal Penyusunan Laporan Semester (1)
ü Eselon II di lingkungan Kemenkeu menyampaikan masukan
terkait draft dokumen Laporan Realisasi Semester I dan
Prognosis Semster II kepada DJA
ü DJA c.q Dit. P-APBN meneliti, memeriksa & mengakomodasi
masukan dari unit Eselon I Kemenkeu
ü Dit. P-APBN : Masukan dari unit Eselon I dikompilkasi menjadi Pekan Ke Tiga Bulan Juni
draft final dokumen Laporan Realisasi Semester I dan
Prognosis Semester II ü Draft Final dokumen Laporan Realisasi
Semester I dan Prognosis Semester II
Pekan Kedua Bulan Juni disampaikan kepada Menteri Keuangan
ü Menteri Keuangan menyampaikan koreksi
Pekan Pertama Bulan Juni à diperbaiki oleh Dit. P-APBN

ü Penyampaian Laporan Semester I dan Pekan Ke Empat Bulan Juni


Prognosis Semester II dengan melakukan
rapat koordinasi antar Unit Eselon II DJA ü Draft Final dibahas pada Sidang
Kabinet untuk ditetapkan
ü Dilakukan rapat pimpinan DJA untuk
berkoordinasi dengan unit Eselon I à ü Tim Koreksi menyempurnakan
rapat pimpinan Kementerian Keuangan Laporan Realisasi Semester I dan
Prognosis Semester II APBN TA
berjalan
ü Setelah ditetapkan di Sidang kabinet
Laporan tersebut kemudian di cetak
Akhir Mei
Tahapan penyusunan perkiraan Awal Juli
realisasi semester I Penyampaian Laporan
Realisasi Semester I dan
Prognosis Semester II APBN TA
berjalan kepada DPR

KEMENTERIAN KEUANGAN 54
Jadwal Penyusunan Laporan Semester (2)
NO KEGIATAN WAKTU

1 Realisai sampai dengan 30 Juni dari DJPB 4 Juli 2019


disampaikan kepada unit terkait

2 Rapat Pimpinan Kemenkeu membahas Lapsem 5 Juli 2019

3 Koreksi dan penyampaian draft Lapsem kepada 8 – 12 Juli 2019


unit eselon I dan Menteri Keuangan

4 Penyampaian Lapsem ke DPR 15 Juli 2019

5 Raker Banggar 16 Juli 2019

6 Rapat Tim Perumus Kesimpulan 17 Juli 2019

7 Raker Banggar 22 Juli 2019

Berdasarkan Pasal 127 ayat 1 dan 2 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan
bahwa Pemerintah Pusat menyampaikan Laporan Realisasi Semester Pertama APBN dan prognosis
untuk 6 (enam) bulan berikutnya kepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun
anggaran yang bersangkutan.

KEMENTERIAN KEUANGAN 55
Outline Laporan Semester I 2018

KEMENTERIAN KEUANGAN 56
Pokok Bahasan

C. Perkiraan Realisasi APBN (Prognosa) Semester II


dan Disusun Dalam Format Outlook

KEMENTERIAN KEUANGAN
57
Penyusunan Prognosis Semester II

Penyusunan prognosis Semester II à membuat


asumsi-asumsi terhadap semua variabel ekonomi
yang ada dalam APBN
01
Keakuratan prognosis tergantung pada
kemampuan dalam membaca perkembangan
02
baik ditingkat global, regional, maupun dalam
negeri

03 Penyusunan prognosis semester II disertai


dengan Outlook APBN pada tahun berjalan
04
Outlook APBN : pandangan/harapan/ramalah
terhadap APBN pada periode tertentu dengan
berbasis analisis data

KEMENTERIAN KEUANGAN 58
Proyeksi Penerimaan Pajak pada APBN

Ø Proyeksi Penerimaan Pajak dilakukan oleh Kemenkeu utk


memperkirakan besarnya Pajak utk thn anggaran yg direncanakan
Ø Proyeksi Penerimaan Pajak dilakukan oleh Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
dengan dukungan data dari Ditjen Pajak. Hasil proyeksi ini kemudian
diteruskan ke Direktorat Penyusunan APBN - DJA.
Ø Untuk memperkirakan besarnya Pajak yg akan diterima (pada tahun
x+1), maka perlu memperkirakan besaran dari setiap unsur/ komponen
Pajak, dengan formulanya adalah:
Penerimaan Perpajakan = Pajak Dalam Negeri + Pajak Perdagangan
Internasional (Bea Masuk + Bea Keluar)
Ø Dimana formula utk Pajak Dalam Negeri = PPh + PPN + PBB + Pajak
Lainnya + Cukai
Ø Dan formula untuk Pajak Penghasilan = PPh Nonmigas + PPh Migas
Ø Perkiraan penerimaan utk PPh Nonmigas, PPh Migas, PPN, PBB, Pajak
Lainnya, Cukai semuanya didasarkan pada Formula yg sdh ditentukan.
Berikut ini salah satu contoh Formula utk memperkirakan besarnya
penerimaan PPH nonMigas

KEMENTERIAN KEUANGAN 59
Proyeksi Belanja Negara dalam APBN
Ø Proyeksi Belanja Negara = Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat + Proyeksi Transfer ke
Daerah.
Ø Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat = Belanja Pegawai + Belanja Barang + Belanja
Modal + Pembayaran Bunga Utang + Subsidi + Belanja Hibah + Bantuan Sosial +
Belanja Lain-lain ATAU Belanja Pemerintah Pusat = Belanja KL + Belanja Non KL.
Ø Formula Proyeksi Belanja Pegawai; BPgt = GTt + HVt + KSt
BPgt = belanja pegawai tahun yg diproyeksikan
GTt = gaji dan tunjangan (akun 511)
HVt = honorarium, vakasi, lembur, dll (akun 512)
KSt = konstribusi sosial (akun 513)
Ø Formula Gaji & Tunjangan; GTt = Gt + TBt+ TLt+ UM t+ BPLNt + GPBt
Gt = Gaji/tunjangan
TBt = Tunjangan Beras
TLt = Tunjangan lainnya
UMt = Uang makan dan ULP
BPLNt = Belanja pegawai LN
GPBt = Gaji Pegawai Baru

KEMENTERIAN KEUANGAN 60
Proyeksi Belanja Negara dalam APBN
Ø Formula untuk Gaji; Gt = [gtt-1 x (1+Kt) x (1+A)]
Gt-1 = Gaji tahun sebelumnya
Kt = Kebijakan (kenaikan ) gaji tahun berjalan
A = Indeks Perkembangan Alamiah
Ø Formula Tunjangan Beras; TBt = TBt-1 x (1+I t) x (1+A)
TBt = Tunjangan Beras
TB t-1 =Tunjangan Beras tahun sebelumnya
It = Tingkat inflasi
A = Indeks Perkembangan Alamiah
Ø Formula di atas digabungkan/ditambah dengan formula-formula lainnya
yg cukup banyak (misalnya Honorarium, Kontribusi sosial, belanja barang,
Transfer Daerah dan Dana Desa)
Ø Hasil semua formula dikombinasikan untuk memproyeksikan anggaran
belanja negara pada APBN.

KEMENTERIAN KEUANGAN 61
Tabel 4 : Penyusunan Dokumen Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II

No. Uraian PJ Output Keterangan


1. Penyampaian laporan realisasi DJPb Buku Merah realisasi Disampaikan
sampai dengan tanggal 7, 15, 22, bulanan secara berkala
dan 28 setiap bulan setiap bulan
2. Pentabulasian laporan realisasi DJA Exercise hasil tabulasi Dilakukakn
bulanan APBN setiap
menerima
penyampaian
Buku Merah
3. Penyusunan draft dokumen Laporan Dit. P- Perkiraan Realisasi smtr I Minggu ke-4
Realisasi pelaksanaan APBN smtr I APBN, dan Prognosis smtr II Mei
dan Prognosis smtr II DJA
4. Rapat Koordinasi antara Unit Eselon DJA Perkiraan realisasi smtr I & Minggu ke-1
II DJA Prognosis smtr II Juni

5. Rapim DJA Koordinasi antar Unit DJA Perkiraan realisasi smtr I & Minggu ke-1
Eselon I Prognosis smtr II serta Juni
a. Perkiraan realisasi smtr I & perkiraan realisasi hasil
Prognosis smtr II Rapim
b. Perkiraan realisasi APBN/RAPBN-P

KEMENTERIAN KEUANGAN 62
Tabel 4 : Penyusunan Dokumen Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II

No. Uraian PJ Output Keterangan


6. Rapim Kementrian Keuangan: DJA Draft Final Laporan Minggu ke-
a. Penetapan Angka Perkiraan Realisasi Pelaksanaan 1 Juni
Realisasi smtr I & Prognosis smtr II APBN Smtr I &
APBN. Prognosis Smtr II APBN
b. Pentepan Angka Perkiraaan ke seluruh eselon I
Realisasi APBN. Kemenkeu
c. Penyampaian Draft Final dokumen
Laporan Realisasi Smtr I & Prognosis
Smtr II APBN ke seluruh eselon I
Kemenkeu
7. Penyampaian Draft dokumen realisasi Unit Eselon I Perbaikan Laporan Minggu ke-
Smtr I dan Prognosis Smtr II dari unit Kemenkeu realisasi Smtr I dan 2 Juni
Eselon I Kemenkeu ke DJA ke DJA Prognosis Smtr II
mengakomodasi
masukan unit Eselon I
lain
8. Penyampaian Draft dokumen final DJA Hasil koreksi dari Minggu ke-
Laporan realisasi Smtr I & Prognosis Smtr Kemenkeu 3 Juni
II ke Kemenkeu

KEMENTERIAN KEUANGAN 63
Tabel 4 : Penyusunan Dokumen Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II

No. Uraian PJ Output Keterangan


9. Hasil koreksi Kemenkeu atas draft Dari Menteri Draft final perbaikan Minggu ke-3
final Laporan realisasi Smtr I & Keuangan ke setelah mengakomodasi Juni
Prognosis Smtr II APBN DJA koreksi dari Menteri
Keuangan
10. Sidang Kabinet penetapan DJA Penetapan Perkiraan Minggu ke-4
Laporan Realisasi Smtr I dan Realisasi Smtr I dan Juni
Prognosis Smtr II APBN Prognosis Smtr II APBN
11. Koreksi draft Laporan Realisasi Tim Koreksi Laporan realisasi Smtr I & Awal Juni
Smtr I dan Prognosis Smtr II APBN Prognosis Smtr II APBN
(sambil menunggu
realisasi per akhir Juni)
12. Percetakan buku Laporan Setjen Buku Laporan Minggu ke-4
Pelaksanaan APBN Smtr I dan Kemenkeu Pelaksanaan APBN Smtr I Juni
Prognosis Smtr II dan Prognosis Smtr II
13. Penyampaian Buku Laporan Setjen Pekan ke-1
Pelaksanaan APBN Smtr I & Kemenkeu Juli
Prognosis Smtr II APBN ke DPR

KEMENTERIAN KEUANGAN 64
Pokok Bahasan

D. Penyampaian dan Pembahasan


Laporan Realisasi Pelaksanaan APBN
Semester I dan Prognosis Semester II

KEMENTERIAN KEUANGAN
65
Tabel 5 : Penyampaian dan Pembahasan Laporan
Realisasi Pelaksanaan APBN Semester I dan
Prognosis Semester II
Bahan yang
No. Uraian PJ Output Ket
disiapkan
1. Pemerintah menyampaikan DJA Pekan
Laporan Realisasi Semester I ke-1
dan Prognosis Semester II Juli
Pelaksanaan APBN TA 2018
2. Raker Banggar dengan DJA 1. Paparan 1. Laporan Menteri Pekan
Menteri Menteri Keuangan atas ke-1
Keuangan dan Gubenur BI Keuangan pokok-pokok Juli
a. Menteri Keuangan 2. Draft awal Laporan
menyampaikan pokok- kesimpulan 2. Realisasi
pokok Laporan Semester I 3. Konsep surat Semester I
dan Prognosis Semester II pengukuhan dan Prognosis
Pelaksanaan APBN TA 2018 anggota Panja Semester II
b. Pembentukan Panja dari Pemerintah 3. Panja Perumus
Perumus Kesimpulan (berkoordinasi Kesimpulan
Pembahasan Laporan dengan Biro KLI Pembahasan
Realisasi Semester I dan Setjen Laporan Realisasi
Prognosis Semester II APBN Kemenkeu) Semester I &
TA 2018 Prognosis
Semester II APBN

KEMENTERIAN KEUANGAN 66
Tabel 5 : Penyampaian dan Pembahasan Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II
Bahan yang
No. Uraian PJ Output Ket
disiapkan
3. DPD menyampaikan hasil Set Laporan hasil Pekan
pengawasan atas pelaksanaan Banggar pengawasan DPD ke-1
APBN kepada DPR sebagai bahan Juli
pertimbangan untuk ditindaklanjuti

4. Rapat Panitia Kerja Perumus DJA Draft final Hasil pembahsan Panja Pekan
Kesimpulan Pambahasan Laporan kesimpulan Perumus Kesimpulan ke-1
Realisasi Semster I dan Prognosis panitia kerja dengan mengakomodasi Juli
Semester II pelaksanaan APBN masukan dari DPD

5. Rapat internal Banggar Banggar Laporan Panja Perumus Pekan


Kesimpulan Pembahasan ke-2
Laporan Realisasi Juli
Semester I dan Prognosis
Semester II
6. Rapat Kerja Badan Anggaran DJA Laporan & Pengesahan
dengan Menteri Keungan & hasil pembahasan Panja
Gubenur Bank Indonesia Perumus Kesimpulan
Pembahasan Laporan
Realisasi semester I &
Prognosis semester II

KEMENTERIAN KEUANGAN 67
RANCANGAN JADWAL PEMBAHASAN LAPORAN REALISASI SEMESTER I DAN
PROGNOSIS SEMESTER II APBN TAHUN ANGGARAN 2019 DALAM MASA
PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2018-2019

15 Juli 2019
Pemerintah menyampaikan Laporan Realisasi Semester I
dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2019

RAPAT KERJA
BADAN ANGGARAN DENGAN MENTERI KEUANGAN & GUBERNUR BANK INDONESIA (16 Juli 2019)
1. Menteri Keuangan menyampaikan pokok-pokok Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II
Pelaksanaan APBN TA 2019
2. Pembentukan Panja Perumus Kesimpulan Pembahasan Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis
Semester II APBN TA 2019

DPD menyampaikan pengawasan RAPAT PANTIA KERJA PERUMUS KESIMPULAN (17 Juli 2019)
atas pelaksanaan APBN kepada Pembahasan materi Panja Perumus Kesimpulan Pembahasan Laporan Realisasi
DPR sebagai bahan pertimbangan Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2019
untuk ditindaklanjuti

RAPAT INTERNAL BADAN ANGGARAN (18 Juli 2019)


Penyampaian Laporan Panja Perumus Kesimpulan Pembahasan Laporan Realisasi Semester I dan
Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2019

RAPAT KERJA
BADAN ANGGARAN DENGAN MENKEU & GUBERNUR BANK INDONESIA (22 Juli 2019)
Laporan dan pengesahan hasil pembahasan Panja Perumus Kesimpulan Pembahasan Laporan Realisasi
Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2019

KEMENTERIAN KEUANGAN 68
RANGKUMAN
Tujuan penyusunan realisasi
APBN bulanan
Untuk membandingkan data pada periode
bulan yang sama dari tahun anggaran
Penyusunan Realisasi APBN sebelumnya, maka data disusun berdasarkan
bulan yang sama untuk beberapa tahun
• Memerlukan klasifikasi sebelumnya dan atau untuk melihat tren data
berdasarkan postur APBN antar bulan di tahun yang sama
Kebutuhan Analisa
mempengaruhi jenis data yg Penyusunan Laporan Realisasi Semester I
harus disusun • Berdasarkan laporan realisasi bulanan
• Disusun berdasarkan struktur • Data Sumber : data yg berasal dari laporan
APBN : pendapatan, belanja, realisasi baik penerimaan maupun pengeluaran
surplus/defisit, pembiayaan Penyusunan prognosis semester II
• Didapatkan secara periodik
• Dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi
terhadap semua variabel ekonomi yg ada
Sumber data penyusunan dalam APBN
realisasi anggaran • Keakuratan prognosis tergantung pada
Didapatkan secara periodik kemampuan dalam membaca perkembangan
dari DJPb. DJA c.q Dit. P- baik ditingkat global & regional
APBN menerima laporan • Disertai dengan outlook APBN pada tahun
realisasi pelaksanaan APBN berjalan
dari DJPb yang Setelah Laporan Realisasi Semester I & Prognosis
dikomplikasikan dalam Semester II pelaksanaan APBN di cetak dalam
dokumen (Buku Merah) bentuk buku à pemerintah menyampainkan
buku ini kepada DPR pada pekan pertama di
KEMENTERIAN KEUANGAN bulan Juli 69
LATIHAN

1. Buatlah tabulasi data realisasi belanja pemerintah pusat


triwulan pertama selama tiga tahun terakhir
2. Berdasarkan data realisasi belanja pemerintah pusat
triwulan pertama tiga tahun terakhir, buatlah analisa
terhadap tren belanja tersebut
3. Buatlah tabulasi data realisasi belanja pemerintah pusat per
jenis belanja dalam satu semester selama tiga tahun
terakhir
4. Berdasarkan data realisasi belanja pemerintah pusat per
jenis belanja dalam satu semester tiga tahun terakhir,
buatlah analisa terhadap tren belanja tersebut

KEMENTERIAN KEUANGAN 70
Rekomendasi Penyusunan
RAPBNP Berdasarkan Hasil
Kajian Dampak Kebijakan
Fiskal dan Ekonomi Makro
Terhadap APBN

71
71
INDIKATOR PEMBELAJARAN

A. Menganalisis dampak kebijakan fiskal dan


ekonomi makro
B. Penyusunan rekomendasi sebagai tindak lanjut
RAPBN-P

KEMENTERIAN KEUANGAN 72
Pokok Bahasan

A. Menganalisis dampak kebijakan


fiskal dan ekonomi makro

KEMENTERIAN KEUANGAN
73
Postur APBN dipengaruhi perubahan
ADEM dan kebijakan

üKebijakan Fiskal
01 Kebijakan
üKebijakan Moneter
üMengatasi defisit APBN
dan masalah-masalah
Dua Prioritas
02 APBN
Kebijakan
üMengatasi Stabilitas
Ekonomi Makro

KEMENTERIAN KEUANGAN 74
Menganalisis dampak kebijakan fiskal
dan ekonomi makro
Tujuan
meningkatkan laju 01
Kebijakan Fiskal
investasi

Mendorong investasi 02
optimal secara sosial
Kategori
Meningkatkan 03 Kebijakan yang
kesempatan kerja menyangkut
pembelian pemerintah
Meningkatkan stabilitas ekonomi
04 01
atas barang dan jasa
ditengah ketidakstabilan
internasional Kebijakan yang menyangkut
05 02 perpajakan
Menanggulangi
inflasi Kebijakan yang menyangkut pembayaran
Meningkat dan transfer
06 03 - Kebijakan fiskalekspansioner
mendistribusikan
- Kebijakan fiskal kontraksioner
Pendapatan
nasional

KEMENTERIAN KEUANGAN 75
Pokok Bahasan

B. Penyusunan rekomendasi sebagai


tindak lanjut RAPBN-P

KEMENTERIAN KEUANGAN
76
Perubahan/penyesuaian APBN

Perubahan ADEM

Undang-Undang
No. 17 Tahun 2003
Perubahan
Penggunaan SAL Tentang Keuangan
kebijakan fiskal
Negara
(Pasal 27 (3))

Pergeseran
anggaran (antar
unit organisasi,
antar kegiatan,
antar jenis belanja)

KEMENTERIAN KEUANGAN 77
Perubahan/penyesuaian APBN (2)
UU MD3 (MPR, DPR, DPD
dan DPRD) üPerubahan asumsi ekonomi makro,
Ø UU No. 27 tahun 2009 dan/atau
(Pasal 161) üPerubahan postur APBN yang sangat
Ø UU No. 17 tahun 2014 signifikan
Ø UU No. 2 tahun 2018

Perubahan asumsi ekonomi Makro Perubahan postur APBN yang sangat


Signifikan
ü penurunan pertumbuhan
ekonomi, minimal 1% di bawah ü Penurunan penerimaan perpajakan
asumsi yang telah ditetapkan minimal 10% dari pagu yang telah
ditetapkan
ü deviasi asumsi ekonomi makro
lainnya minimal 10% dari asumsi ü Kenaikan atau penurunan belanja K/L
yang telah ditetapkan; kecuali minimal 10% dari pagu yang telah
lifting dengan deviasi paling ditetapkan
rendah 5% ü kebutuhan belanja yang bersifat
mendesak dan belum tersedia pagu
anggarannya; dan/atau
ü kenaikan defisit minimal 10% dari rasio
defisit APBN terhadap produk domestik
bruto (PDB) yang telah ditetapkan.
KEMENTERIAN KEUANGAN 78
RANGKUMAN
Kebijakan Fiskal UU No.17 tahun 2003 tentang
suatu kebijkaan yang Keuangan Negara
dilaksanakan pemerintah Perubahan atau penyesuaian
dengan jalan menambah, terhadap APBN dimungkinkan untuk
atau mengurangi konsumsi dilakukan apabila:
pemerintah, jumlah pajak, ü perkembangan ekonomi makro
jumlah transfer pemerintah, yang tidak sesuai dengan asumsi
atau melaksanakan kombinasi yang digunakan dalam APBN
dan ketiga-tiganya ü perubahan pokok-pokok kebijakan
fiskal
Dua Prioritas Kebijakan ü keadaan yang menyebabkan harus
dilakukan pergeseran anggaran
• Mengatasi defisit APBN
antara unit organisasi, antar
dan masalah-masalah
kegiatan, dan antar jenis belanja
APBN
ü keadaan yang menyebabkan saldo
• Mengatasi stabilitas
anggaran lebih (SAL) tahun
ekonomi makro
sebelumnya harus digunakan untuk
- pertumbuhan ekonomi
pembiayaan anggaran pada tahun
- tingkat inflasi
yang berjalan
- kesempatan kerja
- neraca pembayaran

KEMENTERIAN KEUANGAN 79
LATIHAN
1. Jelaskan yang dimaksud kebijakan fiskal dan bagaimana
bentuk kebijakan yang di ambil
2. Kebijakan ekonomi makro secara garis besardibedakan
menjadi dua yaitu kebijakan fiskal dan moneter, jelaskan
maksud masing-masing kebijakan tersebut
3. Jelaskan tujuan adanya kebijakan fiskal
4. Dalam penyusunan RAPBN, pemerintah akan memperhatikan
hal-hal terkait perubahan asumsi ekonomi makro yang sangat
signifikan diantaranya berupa prognosis. Jelaskan oerubahan
tersebut
5. penyusunan RAPBN juga dipengaruhi perubahan postur APBN
yang sangat signifikan berupa prognosis. Jelaskan terkait
dengan perubahan postur APBN tersebut

KEMENTERIAN KEUANGAN 80
DAFTAR PUSTAKA

81
81
Daftar Pustaka
Kementerian Keuangan, (2018). Perkembangan APBN dan Indikator Ekonomi
Makro. Modul Pelatihan Jabatan Fungsional Analis Anggaran Ahli Muda.
Jakarta: Pusdiklat Keuangan Umum – BPPK
Undang-Undang Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang No. 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Program Legislasi Nasional
Nota Keuangan dan APBN
www.bps.go.id
Kamus Besar Bahasa Indonesia

KEMENTERIAN KEUANGAN 82
KEMENTERIAN KEUANGAN

TERIMA KASIH

83

Anda mungkin juga menyukai