Perkembangan Apbn
Perkembangan Apbn
REPUBLIK INDONESIA
Perkembangan APBN
dan Indikator Ekonomi
Makro
Jabatan Fungsional Analis Anggaran Ahli Muda
PETA KONSEP
KEMENTERIAN KEUANGAN
Penyusunan dan Analisis
Realisasi APBN dan
Prognosis
3
3
OUTLINE
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN
# PROSES PENYUSUNAN APBN
KEMENTERIAN KEUANGAN 5
1
ASUMSI DASAR
EKONOMI
MAKRO DAN
PROSES
PENYUSUNAN
APBN
Asumsi
Dasar
Ekonomi
Makro
Pergerakan ADEM akan
mempengaruhi komponen
Postur APBN lainnya Pendapatan
(Pendapatan, Belanja, dan Belanja
Pembiayaan)
Pembiaya
an
7
SIKLUS APBN
KONSEP KEBIJAKAN RAPBN
PELAKSANAAN JAN- Arah Kebijakan dan Prioritas
ANGGARAN DES JAN Pembangunan Nasional
SURAT MENTERI
DIPA KEUANGAN KE
DIPA K/L dan DES MAR
Non-K/L
MENTERI PERENCANAAN
Kapasitas Fiskal (Resource
Envelope)
KEPUTUSAN SIKLUS
PRESIDEN MAR SURAT BERSAMA
Rincian Alokasi
NOV
PENYUSUNAN Pagu Indikatif
APBN
Anggaran Belanja
Pemerintah Pusat
PERATURAN PRESIDEN
UNDANG-UNDANG OKT MEI MENGENAI RKP
APBN PPKF, KEM, RKP
8
PERUMUSAN ASUMSI DASAR
EKONOMI MAKRO APBN
RAPAT INTERDEP
ASUMSI DASAR
EKONOMI MAKRO
APBN
9
PEMBAHASAN DAN PENETAPAN
ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO APBN
BADAN ANGGARAN
Panja A
DATA EKSTERNAL
INTERNAL
Jasa Lainnya
28,8 29,4 30,0 31,2 31,7
4,0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2014 2015 2016 2012 2013 2014 2015 2016
5,7 5,7
5,5
5,1 5,2
5,0
4,8
APBNP REALISASI APBNP REALISASI APBNP REALISASI APBNP REALISASI APBNP REALISASI APBNP REALISASI
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Penggunaan:
1. Konsumsi Rumah Tangga
Penyusunan 2. Konsumsi Pemerintah
Pendekatan Penggunaan
(Expenditure Approach)
3. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
PDB 4. Perubahan stok
5. Ekspor
6. Impor
Pendapatan:
1. Upah dan gaji (balas jasa tenaga kerja),
Pendekatan Pendapatan 2. Sewa tanah (balas jasa tanah),
(Income Approach) 3. Bunga modal (interests) sebagai balas jasa
modal, dan
4. Keuntungan (balas jasa ketrampilan).
Catatan:
Karena keterbatasan data, BPS belum dapat menyajikan data PDB dengan
pendekatan Pendapatan (Income Approach)
18
PDB Nominal VS PDB Riil
Penjelasan:
Ø PDB atas dasar harga berlaku (PDB nominal) merupakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu
negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
PDB tersebut dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi.
Pertumbuhan PDB Nominal = Pertumbuhan PDB Riil + Harga
Ø PDB atas harga konstan atau tahun dasar (PDB riil) merupakan merupakan PDB atas dasar harga
berlaku, namun tingkat perubahan harganya telah “dikeluarkan”. Peningkatan besarnya nilai PDB ini
dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap
sektor.
PDB tersebut dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, dengan
maksud pertumbuhan ekonomi benar-benar merupakan pertumbuhan volume barang dan jasa,
bukan nilai yang masih mengandung perubahan harga
19
Formula Pertumbuhan Ekonomi
PE = pertumbuhan ekonomi
PDB = Produk Domesik Bruto
T = tahun tertentu
t-1 = tahun sebelumnya
20
Formula Deflator PDB
(Implicit Price Deflator)
Ø Deflator PDB dihitung berdasarkan PDB Nominal dari BPS dibagi dengan riil. Sering juga disebut Implicit Price
Deflator (IPD)
Ø Persamaan: Implicit Price Deflators — Indeks Paasche (Bobot)
Ø Dimana: IPDt = IPD saat t; Pt = Harga saat t; P0 = Harga tahun dasar; and Qt = Kuantitas saat t (Menunjukan
Bobot).
Ø Bila dibandingkan dengan tahun dasar, IPD akan mewakili indikator perubahan harga murni.
Ø Namun, bila dibandingkan dengan bukan pada tahun dasar, perubahan dalam IPD dapat mencerminkan
perubahan baik harga dan komposisi barang dan jasa.
Contoh: substitusi terhadap barang yang harganya lebih rendah akan menurunkan peningkatan IPD.
22
INFLASI TAHUN 2016 : 3,02%
yoy (%) Inflasi menurut Kelompok Pengeluaran tahun 2016 (%,yoy)
20,0 Transpor, Komunikasi,
-0,72
dan Jasa Keuangan
17,0
Inflasi - Inflasi - Harga Pendidikan,
2,73
Harga diatur Rekreasi, dan Olahraga
14,0 Pemerintah
Bergejolak
Kesehatan 3,92
11,0
Sandang 3,05
8,0
0,21
-1,0 Bahan Makanan 5,69
Inflasi Inti (Core Inflation) adalah inflasi barang dan jasa yang
perkembangan harganya dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara
umum (ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan dan
penawaran) yang sifatnya cenderung permanen, persisten, dan bersifat
umum.
Inflasi Volatile Goods adalah inflasi barang dan jasa yang perkembangan
harganya sangat bergejolak. Inflasi ini disebut juga inflasi volatile foods
karena komoditas untuk menghitungnya didominasi oleh bahan makanan.
24
PENGHITUNGAN INFLASI (1)
Penghitungan Inflasi Umum/Inflasi IHK:
æ IHK t - IHK t -1 ö
INFt = çç ÷÷ C 100
è IHK t -1 ø
Inflasi Bulanan (month on month):
15000,0
Rata2 Rata2
EOP
14500,0 Bulanan Kumulatif
Rata-rata 2015: Jan-15 12.625 12.579 12.579
14000,0 Rata-rata 2016:
Rp13.392/US$
Rp13.307/US$ Feb-15 12.863 12.750 12.660
13500,0
Mar-15 13.084 13.067 12.804
13000,0 Apr-15 12.937 12.948 12.841
Rata-rata 2014:
12500,0 Rp11.878/US$ May-15 13.211 13.141 12.897
Jun-15 13.332 13.313 12.968
12000,0
Jul-15 13.481 13.375 13.022
11500,0 Aug-15 14.027 13.782 13.116
11000,0 Sep-15 14.657 14.396 13.263
Nov
Nov
Nov
Mei
Jul
Mei
Jul
Mei
Jul
Mar
Mar
Mar
Jan
Sep
Jan
Sep
Jan
Sep
Oct-15 13.639 13.796 13.318
2014 2015 2016
Nov-15 13.840 13.673 13.351
Dec-15 13.795 13.855 13.392
30 Jan-16 13.846 13.889 13.889
17,81 15,15
20 11,17 Feb-16 13.395 13.516 13.702
6,66
10 2,71 2,60
0,010,06 Mar-16 13.276 13.193 13.527
0
-10 -1,06 -0,37 -1,23 -2,00 -2,62 -2,68 -3,28 Apr-16 13.204 13.180 13.438
-5,13 -7,02 -4,93 -4,47 -4,89
-5,75 -4,64
-7,71 -6,95 -5,71
-20 -10,89 -11,38 May-16 13.615 13.420 13.435
-19,42 -20,78
-30 -24,50 -22,79 -24,93 Jun-16 13.180 13.355 13.420
-40 -33,69 Jul-16 13.094 13.116 13.386
-50
-49,04 2015 2016 Aug-16 13.300 13.165 13.356
-60
Sep-16 12.998 13.118 13.328
Thailand
Japan
UK
Singapore
South Afika
Saudi Arabia
S. Korea
Indonesia
India
China
Brazil
Turkey
Philipppines
Vietnam
Russia
Malaysia
Euro
27
TINGKAT SUKU BUNGA SPN 3 BULAN
7 7
6 6
5 5
4 4
3 3
2 2
APBNP REALISASI
1 1
0 0
1
2011 2
2012 2013
3
2014
4 5
2015 6
2016
15
16
14
15
16
4
6
14
15
16
4
6
4
6
Des-16 52,20 54,90 51,1
l- 1
l- 1
l- 1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
n-
n-
n-
v-
v-
v-
p-
p-
p-
ay
ay
ay
ar
ar
ar
Ju
Ju
Ju
No
No
No
Ja
Ja
Ja
Se
Se
Se
M
M
M
M
Rerata 43,2 44,3 39,9
Ø ICP (Indonesian Crude Price) adalah harga patokan minyak mentah Indonesia yang digunakan sebagai dasar
monetisasi minyak Indonesia.
Ø ICP adalah harga rata-rata minyak mentah Indonesia di pasar internasional yang dipakai sebagai indikator perhitungan
bagi hasil minyak. (biasanya memakai standar harga Mid Oil Platts Singapore (MOPS) atau biasa disebut Singapore
Platts.
Ø Terdapat sekitar 50 jenis minyak mentah Indonesia yang masing-masing mempunyai harga yang berbeda (SLC, Cinta,
Widuri, Duri, Attaka, Belida, Arjuna, dan Senipah Condensate
31
LIFTING MINYAK DAN GAS BUMI
LIFTING PRODUKSI
Minyak mentah dan gas bumi Minyak mentah dan gas bumi
yang di angkat dari dalam perut yang di angkat dari dalam perut
bumi DAN DIJUAL bumi
Ø Sering terjadi kerancuan dalam pengertian produksi minyak dan lifting minyak.
Sesungguhnya lifting minyak adalah bagian dari produksi minyak.
Ø Produksi minyak digunakan untuk:
§ Kegiatan operasional sebagai pembangkit energi.
§ Persediaan di kilang operasi atau kilang penampungan
§ Lifting minyak (produksi minyak yang dijual)
1260
1240
Lifting Gas Bumi
1220
1200
1180
1.240
1160 1.224 1.224 1221
1.213
1195
1140 1.180
1120 1.150
1100
APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi APBNP Realisasi
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Belanja Negara
• Belanja Pegawai
Nilai Tukar
•Belanja Barang
Rupiah
•Belanja Modal
•Pembayaran Bunga Utang
•Subsidi
•Bagi Hasil Daerah
Suku Bunga
Pembiayaan Anggaran
• SBN
Harga Minyak
• Pinjaman LN
Lifting Migas
Tahun 2016
Tahun 2017
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN 37
TANTANGAN PERENCANAAN ASUMSI DASAR
EKONOMI MAKRO
5,00
0,36 0,35 8,0
0,35
6,0 10,70
4,00
3,00
5,61
0,34
4,0 2,00
0,33
0,32 2,0 1,00
0,31 0,0 -
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
Penyusunan dan Analisis
Realisasi APBN dan
Prognosis
41
41
INDIKATOR PEMBELAJARAN
KEMENTERIAN KEUANGAN 42
Pokok Bahasan
KEMENTERIAN KEUANGAN
43
Realisasi APBN Bulanan
Memperhatikan :
- realisasi pada tahun
sebelumnya
- tahun berjalan
Prognosis à
Penyusunan Realisasi pelaksanaan perkiraan realisasi
Anggaran anggaran Bulanan dan pelaksanaan APBN
Semester dlm Semester II tahun
anggaran berjalan
KEMENTERIAN KEUANGAN 44
Penyusunan dan Analisis Realisasi
APBN Bulanan
• Pendapatan
Penyusunan • Belanja
realisasi APBN • Surplus/defisit
• Pembiayaan
KEMENTERIAN KEUANGAN 45
POSTUR APBN
Pendapatan Negara Semua penerimaan yang
menambah ekuitas dana lancar,
v Pendapatan Perpajakan yang merupakan hak negara
v Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dalam 1 tahun anggaran yang
v Pendapatan Hibah tidak perlu dibayar kembali oleh
negara
Belanja Negara
Semua pengeluaran yang
v Belanja Pemerintah Pusat mengurangi ekuitas dana lancar,
o Klasifikasi Organisasi, Fungsi dan Jenis yang merupakan kewajiban
Belanja negara dalam satu tahun
v Transfer ke Daerah dan Dana Desa anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali
oleh Negara
Surplus/Defisit Anggaran
Semua penerimaan yang perlu
Pembiayaan Anggaran dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima
v Pembiayaan Utang kembali, baik pada tahun
v Pembiayaan Investasi anggaran bersangkutan maupun
v Pemberian Pinjaman pada tahun-tahun anggaran
v Kewajiban Penjaminan berikutnya
v Pembiayaan Lainnya
KEMENTERIAN KEUANGAN 46
Jenis Pendapatan Negara
Pendapatan Perpajakan, meliputi :
1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPN & PPnBM)
3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
4. Cukai
5. Pajak Lainnya
6. Pajak Perdagangan Internasional (yang terdiri dari Bea Masuk dan
Bea Keluar)
Catatan: Sejak 2011, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
BUKAN LAGI merupakan penerimaan pajak Pemerintah Pusat (UU
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah)
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), meliputi :
1. Penerimaan SDA (migas dan nonmigas)
2. Bagian Pemerintah atas laba BUMN
3. PNBP Lainnya
4. Penerimaan BLU
KEMENTERIAN KEUANGAN 47
Unit Kerja Pemungut Pendapatan Negara
KEMENTERIAN KEUANGAN 48
Belanja Negara
Ø Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
Ø Belanja negara dipergunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
Ø Belanja Negara merup salah satu instrumen kebijakan fiskal yang
sangat strategis karena pemerintah dapat secara langsung
melakukan intervensi anggaran (direct budget intervention)
untuk mencapai sasaran-sasaran program pembangunan yang
ditetapkan.
Ø Untuk melaksanakan sasaran-sasaran program tersebut,
dibutuhkan suatu strategi penganggaran yang berkelanjutan
(sustainable) dan efektif merefleksikan fungsi-fungsi alokasi,
distribusi, dan stabilitas, yang antara lain dituangkan dalam
bentuk kebijakan di bidang belanja pemerintah pusat.
Ø Belanja negara dirinci menurut Organisasi, Fungsi, dan Jenis
Belanja (pasal 11 UU 17/2003)
KEMENTERIAN KEUANGAN 49
CONTOH:
Tren pendapatan negara dalam satu semester
ü Faktor yang
memengaruhi
Tabel 2: Penerimaan Perpajakan Semester 1 Tahun pendapatan pajak
2018 (Trilyun rupiah) dalam negeri
- inflasi
- pertumbuhan ekonomi
- nilai tukar
ü Target pendapatan
pajak dalam negeri
dalam APBN tahun 2018
sebesar Rp 1.579.395,5
milliar, meningkat 9,9% di
bandingkan dengan
tahun 2017
ü PPh à kontributor
terbesar dalam
pendapatan pajak
KEMENTERIAN KEUANGAN 50
LATIHAN 1
KEMENTERIAN KEUANGAN 51
LATIHAN 2
KEMENTERIAN KEUANGAN 52
Pokok Bahasan
KEMENTERIAN KEUANGAN
53
Jadwal Penyusunan Laporan Semester (1)
ü Eselon II di lingkungan Kemenkeu menyampaikan masukan
terkait draft dokumen Laporan Realisasi Semester I dan
Prognosis Semster II kepada DJA
ü DJA c.q Dit. P-APBN meneliti, memeriksa & mengakomodasi
masukan dari unit Eselon I Kemenkeu
ü Dit. P-APBN : Masukan dari unit Eselon I dikompilkasi menjadi Pekan Ke Tiga Bulan Juni
draft final dokumen Laporan Realisasi Semester I dan
Prognosis Semester II ü Draft Final dokumen Laporan Realisasi
Semester I dan Prognosis Semester II
Pekan Kedua Bulan Juni disampaikan kepada Menteri Keuangan
ü Menteri Keuangan menyampaikan koreksi
Pekan Pertama Bulan Juni à diperbaiki oleh Dit. P-APBN
KEMENTERIAN KEUANGAN 54
Jadwal Penyusunan Laporan Semester (2)
NO KEGIATAN WAKTU
Berdasarkan Pasal 127 ayat 1 dan 2 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan
bahwa Pemerintah Pusat menyampaikan Laporan Realisasi Semester Pertama APBN dan prognosis
untuk 6 (enam) bulan berikutnya kepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun
anggaran yang bersangkutan.
KEMENTERIAN KEUANGAN 55
Outline Laporan Semester I 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN 56
Pokok Bahasan
KEMENTERIAN KEUANGAN
57
Penyusunan Prognosis Semester II
KEMENTERIAN KEUANGAN 58
Proyeksi Penerimaan Pajak pada APBN
KEMENTERIAN KEUANGAN 59
Proyeksi Belanja Negara dalam APBN
Ø Proyeksi Belanja Negara = Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat + Proyeksi Transfer ke
Daerah.
Ø Proyeksi Belanja Pemerintah Pusat = Belanja Pegawai + Belanja Barang + Belanja
Modal + Pembayaran Bunga Utang + Subsidi + Belanja Hibah + Bantuan Sosial +
Belanja Lain-lain ATAU Belanja Pemerintah Pusat = Belanja KL + Belanja Non KL.
Ø Formula Proyeksi Belanja Pegawai; BPgt = GTt + HVt + KSt
BPgt = belanja pegawai tahun yg diproyeksikan
GTt = gaji dan tunjangan (akun 511)
HVt = honorarium, vakasi, lembur, dll (akun 512)
KSt = konstribusi sosial (akun 513)
Ø Formula Gaji & Tunjangan; GTt = Gt + TBt+ TLt+ UM t+ BPLNt + GPBt
Gt = Gaji/tunjangan
TBt = Tunjangan Beras
TLt = Tunjangan lainnya
UMt = Uang makan dan ULP
BPLNt = Belanja pegawai LN
GPBt = Gaji Pegawai Baru
KEMENTERIAN KEUANGAN 60
Proyeksi Belanja Negara dalam APBN
Ø Formula untuk Gaji; Gt = [gtt-1 x (1+Kt) x (1+A)]
Gt-1 = Gaji tahun sebelumnya
Kt = Kebijakan (kenaikan ) gaji tahun berjalan
A = Indeks Perkembangan Alamiah
Ø Formula Tunjangan Beras; TBt = TBt-1 x (1+I t) x (1+A)
TBt = Tunjangan Beras
TB t-1 =Tunjangan Beras tahun sebelumnya
It = Tingkat inflasi
A = Indeks Perkembangan Alamiah
Ø Formula di atas digabungkan/ditambah dengan formula-formula lainnya
yg cukup banyak (misalnya Honorarium, Kontribusi sosial, belanja barang,
Transfer Daerah dan Dana Desa)
Ø Hasil semua formula dikombinasikan untuk memproyeksikan anggaran
belanja negara pada APBN.
KEMENTERIAN KEUANGAN 61
Tabel 4 : Penyusunan Dokumen Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II
5. Rapim DJA Koordinasi antar Unit DJA Perkiraan realisasi smtr I & Minggu ke-1
Eselon I Prognosis smtr II serta Juni
a. Perkiraan realisasi smtr I & perkiraan realisasi hasil
Prognosis smtr II Rapim
b. Perkiraan realisasi APBN/RAPBN-P
KEMENTERIAN KEUANGAN 62
Tabel 4 : Penyusunan Dokumen Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II
KEMENTERIAN KEUANGAN 63
Tabel 4 : Penyusunan Dokumen Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II
KEMENTERIAN KEUANGAN 64
Pokok Bahasan
KEMENTERIAN KEUANGAN
65
Tabel 5 : Penyampaian dan Pembahasan Laporan
Realisasi Pelaksanaan APBN Semester I dan
Prognosis Semester II
Bahan yang
No. Uraian PJ Output Ket
disiapkan
1. Pemerintah menyampaikan DJA Pekan
Laporan Realisasi Semester I ke-1
dan Prognosis Semester II Juli
Pelaksanaan APBN TA 2018
2. Raker Banggar dengan DJA 1. Paparan 1. Laporan Menteri Pekan
Menteri Menteri Keuangan atas ke-1
Keuangan dan Gubenur BI Keuangan pokok-pokok Juli
a. Menteri Keuangan 2. Draft awal Laporan
menyampaikan pokok- kesimpulan 2. Realisasi
pokok Laporan Semester I 3. Konsep surat Semester I
dan Prognosis Semester II pengukuhan dan Prognosis
Pelaksanaan APBN TA 2018 anggota Panja Semester II
b. Pembentukan Panja dari Pemerintah 3. Panja Perumus
Perumus Kesimpulan (berkoordinasi Kesimpulan
Pembahasan Laporan dengan Biro KLI Pembahasan
Realisasi Semester I dan Setjen Laporan Realisasi
Prognosis Semester II APBN Kemenkeu) Semester I &
TA 2018 Prognosis
Semester II APBN
KEMENTERIAN KEUANGAN 66
Tabel 5 : Penyampaian dan Pembahasan Laporan Realisasi
Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis
Semester II
Bahan yang
No. Uraian PJ Output Ket
disiapkan
3. DPD menyampaikan hasil Set Laporan hasil Pekan
pengawasan atas pelaksanaan Banggar pengawasan DPD ke-1
APBN kepada DPR sebagai bahan Juli
pertimbangan untuk ditindaklanjuti
4. Rapat Panitia Kerja Perumus DJA Draft final Hasil pembahsan Panja Pekan
Kesimpulan Pambahasan Laporan kesimpulan Perumus Kesimpulan ke-1
Realisasi Semster I dan Prognosis panitia kerja dengan mengakomodasi Juli
Semester II pelaksanaan APBN masukan dari DPD
KEMENTERIAN KEUANGAN 67
RANCANGAN JADWAL PEMBAHASAN LAPORAN REALISASI SEMESTER I DAN
PROGNOSIS SEMESTER II APBN TAHUN ANGGARAN 2019 DALAM MASA
PERSIDANGAN V TAHUN SIDANG 2018-2019
15 Juli 2019
Pemerintah menyampaikan Laporan Realisasi Semester I
dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2019
RAPAT KERJA
BADAN ANGGARAN DENGAN MENTERI KEUANGAN & GUBERNUR BANK INDONESIA (16 Juli 2019)
1. Menteri Keuangan menyampaikan pokok-pokok Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II
Pelaksanaan APBN TA 2019
2. Pembentukan Panja Perumus Kesimpulan Pembahasan Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis
Semester II APBN TA 2019
DPD menyampaikan pengawasan RAPAT PANTIA KERJA PERUMUS KESIMPULAN (17 Juli 2019)
atas pelaksanaan APBN kepada Pembahasan materi Panja Perumus Kesimpulan Pembahasan Laporan Realisasi
DPR sebagai bahan pertimbangan Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2019
untuk ditindaklanjuti
RAPAT KERJA
BADAN ANGGARAN DENGAN MENKEU & GUBERNUR BANK INDONESIA (22 Juli 2019)
Laporan dan pengesahan hasil pembahasan Panja Perumus Kesimpulan Pembahasan Laporan Realisasi
Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2019
KEMENTERIAN KEUANGAN 68
RANGKUMAN
Tujuan penyusunan realisasi
APBN bulanan
Untuk membandingkan data pada periode
bulan yang sama dari tahun anggaran
Penyusunan Realisasi APBN sebelumnya, maka data disusun berdasarkan
bulan yang sama untuk beberapa tahun
• Memerlukan klasifikasi sebelumnya dan atau untuk melihat tren data
berdasarkan postur APBN antar bulan di tahun yang sama
Kebutuhan Analisa
mempengaruhi jenis data yg Penyusunan Laporan Realisasi Semester I
harus disusun • Berdasarkan laporan realisasi bulanan
• Disusun berdasarkan struktur • Data Sumber : data yg berasal dari laporan
APBN : pendapatan, belanja, realisasi baik penerimaan maupun pengeluaran
surplus/defisit, pembiayaan Penyusunan prognosis semester II
• Didapatkan secara periodik
• Dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi
terhadap semua variabel ekonomi yg ada
Sumber data penyusunan dalam APBN
realisasi anggaran • Keakuratan prognosis tergantung pada
Didapatkan secara periodik kemampuan dalam membaca perkembangan
dari DJPb. DJA c.q Dit. P- baik ditingkat global & regional
APBN menerima laporan • Disertai dengan outlook APBN pada tahun
realisasi pelaksanaan APBN berjalan
dari DJPb yang Setelah Laporan Realisasi Semester I & Prognosis
dikomplikasikan dalam Semester II pelaksanaan APBN di cetak dalam
dokumen (Buku Merah) bentuk buku à pemerintah menyampainkan
buku ini kepada DPR pada pekan pertama di
KEMENTERIAN KEUANGAN bulan Juli 69
LATIHAN
KEMENTERIAN KEUANGAN 70
Rekomendasi Penyusunan
RAPBNP Berdasarkan Hasil
Kajian Dampak Kebijakan
Fiskal dan Ekonomi Makro
Terhadap APBN
71
71
INDIKATOR PEMBELAJARAN
KEMENTERIAN KEUANGAN 72
Pokok Bahasan
KEMENTERIAN KEUANGAN
73
Postur APBN dipengaruhi perubahan
ADEM dan kebijakan
üKebijakan Fiskal
01 Kebijakan
üKebijakan Moneter
üMengatasi defisit APBN
dan masalah-masalah
Dua Prioritas
02 APBN
Kebijakan
üMengatasi Stabilitas
Ekonomi Makro
KEMENTERIAN KEUANGAN 74
Menganalisis dampak kebijakan fiskal
dan ekonomi makro
Tujuan
meningkatkan laju 01
Kebijakan Fiskal
investasi
Mendorong investasi 02
optimal secara sosial
Kategori
Meningkatkan 03 Kebijakan yang
kesempatan kerja menyangkut
pembelian pemerintah
Meningkatkan stabilitas ekonomi
04 01
atas barang dan jasa
ditengah ketidakstabilan
internasional Kebijakan yang menyangkut
05 02 perpajakan
Menanggulangi
inflasi Kebijakan yang menyangkut pembayaran
Meningkat dan transfer
06 03 - Kebijakan fiskalekspansioner
mendistribusikan
- Kebijakan fiskal kontraksioner
Pendapatan
nasional
KEMENTERIAN KEUANGAN 75
Pokok Bahasan
KEMENTERIAN KEUANGAN
76
Perubahan/penyesuaian APBN
Perubahan ADEM
Undang-Undang
No. 17 Tahun 2003
Perubahan
Penggunaan SAL Tentang Keuangan
kebijakan fiskal
Negara
(Pasal 27 (3))
Pergeseran
anggaran (antar
unit organisasi,
antar kegiatan,
antar jenis belanja)
KEMENTERIAN KEUANGAN 77
Perubahan/penyesuaian APBN (2)
UU MD3 (MPR, DPR, DPD
dan DPRD) üPerubahan asumsi ekonomi makro,
Ø UU No. 27 tahun 2009 dan/atau
(Pasal 161) üPerubahan postur APBN yang sangat
Ø UU No. 17 tahun 2014 signifikan
Ø UU No. 2 tahun 2018
KEMENTERIAN KEUANGAN 79
LATIHAN
1. Jelaskan yang dimaksud kebijakan fiskal dan bagaimana
bentuk kebijakan yang di ambil
2. Kebijakan ekonomi makro secara garis besardibedakan
menjadi dua yaitu kebijakan fiskal dan moneter, jelaskan
maksud masing-masing kebijakan tersebut
3. Jelaskan tujuan adanya kebijakan fiskal
4. Dalam penyusunan RAPBN, pemerintah akan memperhatikan
hal-hal terkait perubahan asumsi ekonomi makro yang sangat
signifikan diantaranya berupa prognosis. Jelaskan oerubahan
tersebut
5. penyusunan RAPBN juga dipengaruhi perubahan postur APBN
yang sangat signifikan berupa prognosis. Jelaskan terkait
dengan perubahan postur APBN tersebut
KEMENTERIAN KEUANGAN 80
DAFTAR PUSTAKA
81
81
Daftar Pustaka
Kementerian Keuangan, (2018). Perkembangan APBN dan Indikator Ekonomi
Makro. Modul Pelatihan Jabatan Fungsional Analis Anggaran Ahli Muda.
Jakarta: Pusdiklat Keuangan Umum – BPPK
Undang-Undang Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Undang-Undang No. 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
Program Legislasi Nasional
Nota Keuangan dan APBN
www.bps.go.id
Kamus Besar Bahasa Indonesia
KEMENTERIAN KEUANGAN 82
KEMENTERIAN KEUANGAN
TERIMA KASIH
83